You are on page 1of 22

HASIL ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN TN.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMOTHORAX DI RUANG AL FARABY RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

OLEH KELOMPOK V DI RUANG AL FARABY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAN STUDI D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL TAHUN 2009/2010

LAPORAN PENDAHULUAN A. Tinjauan Teoritis Pneumothoraks 1. Pengertian Pneumothoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara pleural visceral dan parietal. ( Arief Mansjoer, 2008 : 295 ) Pneumothoraks terjadi bila udara masuk kedalam rongga pleura, akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps ( jaringan paru elastis ). ( Tambayong, 2000 : 108 ) Pneumothoraks adalah udara atau gas dalam kavum pleura yang memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan. Pneumothorak dapat terjadi sekunder akibat asma, bronchitis kronis, emfisema. ( Hinchllift, 1999 : 343 ) Pneumothoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru. ( Corwin, 2009 : 550 ) Pneumothoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. (http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/pneumothoraks :2010) Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura, dapat terjadi spontan atau karena trauma. ( British Thoracic Society : 2003 ) Kolaps paru-paru / Pneumothorak adalah penimbunan udara atau gas dalam rongga pleura yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. (http://medicastore.com/penyakit/148/kolaps_paru-paru_pneumothorax.html : 2010) Pneumothorax is a medical condition and potential emergency where in air or gas is present in the pleural cavity. (http://en.wikipedia.org/wiki/pneumothorax : 2010) Kolaps paru-paru / pneumothoraks adalah penimbunan udara atau gas didalam rongga pleura yang dapat mengakibatkan tekanan udara meningkat dan menurunnya kapasitas vital paru-paru sehingga akan menyebabkan kegagalan pernapasan. (http://whedacaine.wordpress.com/2009/11/06/pneumothorax : 2010)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah pengumpulan udara didalam rongga pleura yang mengakibatkan gagal napas yang dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. 2. Etiologi Masuknya udara ke dalam rongga dapat melalui luka pada dinding dada, atau meluasnya radang paru-paru. Pada sapi bisa terjadi melalui diafragma, hal ini akibat tusukan benda tajam. Terdapat beberapa jenis pneumothorax yang dikelompokan berdasarkan penyebabnya : a. Pneumothoraks Spontan Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumothorax spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penykait paru-paru. Pneumothoraks ini diduga disebabkan pecahnya kantong kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Pneumothorak spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). b. Pneumothoraks Traumatik Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk) atau tumpul (benturan pada kecelakaan). Pneumothoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis). Bila akibat jatuh atau patah rusuk, sering akan kita temukan emfisema subkutan, karena pleura perietalnya juga mengalami kerusakan (robek). c. Ketegangan Pneumothoraks Pneumothoraks progresif menyebabkan kenaikan tekanan intrapleural ketingkat yang menjadi positif sepanjang siklus pernafasan dan menutup paru-paru, pergeseran mediastinum, dan merusak vena kembali kejantung. Air terus masuk kedalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar. d. Pneumothoraks Iatiogenik Disebabkan oleh intervensi medis, termasuk jarum trausthoracic aspirasi, thoracentesis, penempatan kateter vena pusat, pentilasi mekanik dan resusitasi cardiopulmonari.

3. Anatomi dan Fisiologi Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung hawa, alveoli. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m 2. pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (kiri dan kanan). Paru-paru dibagi dua, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior. Tiap lobus terdiri dari belahan yang bernama segmen kemudian lobulus yang berisi bronkhiolus yang bercabang banyak disebut duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya 0,2-0,3 mm. Paru-paru terletak dirongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru atau hilus. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura, terbagi dua, pleura viseral dan pleura parietal. Antara keduanya terdapat kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis. Proses terjasinya pernapasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi. Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama dan terus-menerus. Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau pasokan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran, anoksia serebialis.

Guna penapasan : 1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran. 2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang. 3. Menghangatkan dan melembabkan udara.

4. Patofisiologi Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan dilatasi alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya paruparu). Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan, udara yang berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali normal. Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent, purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin. Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang selanjutnya disebut sucking chest wound (luka dada menghisap). Jika tidak ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan penyumbatan aliran vena kaca superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya blebs, semacam struktur gelembung pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum pleura.

Pecahnya blebs

Trauma / cedera

Luka tembus dada

IntervensiMedis medis

Pneumathoraks spontan, traumatic, iatrogenik menyebabkan kolaps Pneumathoraks. Robekan pada percabangan trakeobronkial paru dan pergeseran mediastinum ke sisi yang tidak sakit. Udara masuk ke dalam kavum pleura Sucking chest wound hipoksia Meningkatkan tekanan intra pleura Kehilangan kesadaran
Mengurangi Cardiac Preload Pergeseran Mediastinum

Penyumbatan aliran vena kava superior dan inferior

Kemampuan dilatasi alveoli menurun atelektasis Sesak napas Pola Napas tidak efektif Intoleransi aktivitas Napas tidak efektif

koma Intoleransi aktivitas


Hambatan Mobilitas Fisik

Menurunkan cardiac output

kematian

Nafsu makan menurun

Intoleransi aktivitas

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Gangguan pola tidur

5. Tanda dan gejala

Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps. Gejalanya bisa berupa : Nyeri dada kejam yang timbul secara tiba-tiba dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk. Sesak nafas Dada terasa sempit Mudah lelah Denyut jantung cepat Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat akan tidur. Gejala lain yang mungkin ditemukan : Hidung tampak kemerahan Cemas, stress, tegang Tekanan darah rendah (hipotensi)

6. Komplikasi Tension pneumathoraks dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps, akibatnya pengisian jantung menurun sehingga tekanan darah menurun. Paru yang sehat juga dapat terkena dampaknya. Pneumothoraks dapat menyebabkan hipoksia dan dispnea berat. Kematian menjadi akhir dari pneumothoraks jika tidak ditangani dengan cepat.

Gambaran ancaman terhadap kehidupan pada pasien ekstrim yaitu pertimbangan tension pneumothoraks, nafas pendek, hypotensi, tachykardy, trachea berubah. Diagnose banding : Acute myocardial infarction Emphysema

7. Prognosis Spontaneus pneumothoraks mempengaruhi kira-kira 9.000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothoraks ini adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok lebih ditunjukan meningkatkan resiko dari pneumothoraks. Hasil dari pneumothoraks tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothoraks spontaneus. Pneumothoraks akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Bahkan ketika kecil jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%. Secondary pneumothoraks memerlukan perawatan darurat dan segera mempunyai satu pneumothoraks meningkatkan resiko terulang kembali. Angka kekambuhannya adalah kira-kira 40%. Kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun.

8. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya penurunan suara Gas darah arteri untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2

Pemeriksaan EKG Sinar X dada, menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural, dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

Torasentensis ; menyatakan darah / cairan serosanguinosa Pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah

Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan pendekatan AVPU Pulse Oximeter : pertahankan saturasi > 92 %

9. Penatalaksanaan Medis a. Chest wound/sucking chest wound Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly atau plastik bersih. Pembalut plastik yang steril merupan alat yang baik, namun plastik pembalut kotak rokok (selofan) dapat juga digunakan. Pita selofan dibentuk segitiga salah satu ujungnya dibiarkan tebuka untuk memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya tension pneumothoraks. Celah kecil dibiarkan terbuka sebagai katup agar udara dapat keluar dan paru-paru akan mengembang. b. Blast injury or tention

Jika udara masuk kerongga pleura disebabkan oleh robekan jaringan paru, perlu penanganan segera. Sebuah tusukan jarum halus dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan agar paru dapat mengembang kembali. c. Penatalaksanaan WSD ( Water Sealed Drainage ) d. Perawatan Per-hospital Beberapa paramedis mampu melakukan needle thoracosentesis untuk mengurangi tekanan intrapleura. Jika dikehendaki intubasi dapat segera dilakukan jika keadaan pasien makin memburuk. Perwatan medis lebih lanjut dan evaluasi sangat dianjurkan segera dilakukan. Termasuk dukungan ventilasi mekanik. e. Pendekatan melalui torakotomi anterior, torakomi poskerolateral dan skernotomi mediana, selanjutnya dilakukan diseksi bleb, bulektonomi, subtotal pleurektomi. Parietalis dan Aberasi pleura melalui Video Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS).

B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Pneumothoraks

1. Pengkajian Fisik

a. Aktivitas / Istirahat Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat b. Sirkulasi Tanda : Takikardia, frekuensi tak teratur/disritmia, irama jantung gallop. Nadi apical berpindah, hipertensi, hipotensi. c. Integritas Ego Tanda : Ketakutan, gelisah, bingung, ansietas d. Makanan / Cairan Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan e. Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk, tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan. Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam. Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit Perilaku distraksi Mengerutkan wajah f. Pernapasan Gejala : Kesulitan bernapas, lapar napas Batuk Riwayat bedah dada/trauma, inflamasi/infeksi paru Pneumothorak spontan sebelumnya, PPOM Tanda : Takipnea, bunyi napas menurun atau tidak ada

Peningkatan kerja napas Fremitus menurun Hiperresonan (udara), bunyi pekak (cairan) Gerakan dada tidak sama Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan Terapi PEEP g. Keamanan Gejala : Adanya trauma dada Radiasi / kemoterapi untuk keganasan h. Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Riwayat faktor risiko keluarga : TBC, Kanker Bukti kegagalan membaik

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (akumulasi cairan / udara), gangguan musculoskeletal, inflamasi nyeri. Intervensi : - Identifikasi etiologi / faktor penentu R/ : Pemahaman penyebab kolaps perlu untuk pemasangan selang dada yang tepat. - Evaluasi fungsi pernapasan, observasi TTV

R/ : Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri. - Awasi kesesuian pola napas R/ : Kesulitan bernapas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan jalan napas diduga memburuknya komplikasi. - Kaji premitus R/ : Suara ataau taktil premitus menurun pada jaringan yang terisi cairan / konsolidasi. - Pertahankan posisi nyaman R/ : Meningkatkan inspirasi maksimal - Berikan oksigen kanul / masker sesuai indikasi R/: Meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis.

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi, berulangnya masalah. Intervensi : - Kaji patologi masalah individu R/ : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan - Kaji ulang tanda dan gejala R/ : Menurunkan / mencegah potensial komplikasi - Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, contoh nutrisi baik, istirahat, latihan

R/:

Mempertahankan

kesehatan

umum,

meningkatkan

penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan akan ketahanan nyeri. Intervensi : - Tingkatkan tirah baring atau duduk, jaga lingkungan tenang R/ : meningkatkan istirahat dan ketenangan - Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi R/ : Tirah baring lama nenurunkan kemampuan - Bantu melakukan rentang gerak sendi pasif/aktif R/ : Membantu meregangkan persendian - Berikan obat sesuai indikasi, sedative, agen anti ansietas R/ : Membantu dalam manajemen keterbukaan / kebutuhan tidur.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia Intervensi : - Awasi perawatan diet. Beri makan sedikit tapi sering R/ : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anorexia - Berikan perawatan mulut sebelum makan R/ : Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan - anjurkan makan pada posisi tegak

R/ : Menurunkan rasa penuh pada abdomen - Konsul dengan ahli diet, sesuai kebutuhan klien R/ : Berguna untuk membuat program diet klien - Berikan obat sesuai indikasi, antiemetik R/ : Dapat menurunkan dan meningkatkan toleransi makanan

3. Evaluasi A. Menunjukan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam rentang normal B. Mengatakan pemahaman penyebab masalah Mengidentifikasi tanda /gejala yang memerlukan evaluasi medik Mengikuti program pengobatandan menunjukan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia Ventilasi / oksigenasi adekuat dipertahankan Komplikasi dicegah/ diatasi Nyeri tak ada / terkontrol Proses penyakit / prognosis dan kebutuhan terapi dipahami

C. Menunjukan teknik atau perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas D. Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda mal nutrisi. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan edisi 17. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif. dkk . 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Syaifuddin, H . 2006 . anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Tambayong, Jan . 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Website yang diakses di Banjarmasin, pada tanggal 25 Februari 2010 jam 07.45 pm :

http://analis-untag.blogspot.com/2009/03/kolaps-paru-paru-pneumothorax.html http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/pneumothoraks.html http://cari-pdf.com/pdf.php?q = + pneumothorax http://emedicine.medscape.com/article/82755/-overview http://en.wikipidia.org/wiki/pneumothorax http://mediastore.com/penyakit/148/kolps-paru-pari-pneumoyhorax.html http://nursingspirit.blgspot.com/2008/06/asuhan-keperawatan-gawat-darurat pada_8918.html

http://video.about.com/firstaid/pneumothorax.htm http://whedacaine.wordpress.com/2009/11/06/pneumothorax http://www.ebook-search-engine.com/pneumothorax-ebook-doc.html http://www.klinikindonesia.com/bedah/pneumothorax.htm http:/www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm http://www.merck.com/mmhe/sec04/ch052/ch052c.html http:/www.powerpoint-search.com/pneumothorax.ppt.html http://www.totalkesehatananda.com/pneumothorax/html STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PRODI D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL

LEMBAR PENGESAHAN Nama : 1. Aryo Wiradi Putra 2. Debby Yuliya Safitri 3. Fathurrahman 4. Maisa 5. Rini Masraya 6. Rusadi 7. Wahidatul Mahfuzah Kelompok Tempat Praktek Judul Askep : : : V Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan Rumah Sakit Dr. H. Moch. Ansari Saleh Asuhan Keperawatan Pneumothorax Di Ruang Al Faraby Rumah Sakit Islam Banjarmasin

Kelompok V Pembimbing I Pembimbing II

Aulia Rahman, S. Kep, Ners

Hj. Nurkhalilati, S. Kep, Ners

Koordinator D3 Keperawatan Kelas Internasional

Koordinator PKK II

Lettyzia, S. Kep, Ners

Hanura Aprilia, S. Kep, Ners

STIKES MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

PRODI D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL

Lembar Persetujuan Pembimbing Nama : 1. Aryo Wiradi Putra 2. Debby Yuliya Safitri 3. Fathurrahman 4. Maisa 5. Rini Masraya 6. Rusadi 7. Wahidatul Mahfuzah Kelompok : V

Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan tugas laporan Asuhan Keperawatan dan 100% kehadiran pada PKK II sebagai syarat mengikuti Seminar PKK II Stase KMB II

Banjarmasin, Pembimbing I

Maret 2010 Pembimbing II

Aulia Rahman, S. Kep, Ners

Hj. Nurkhalilati, S. Kep, Ners

You might also like