You are on page 1of 14

TRIAD Endodontik Triad endodontik merupakan tiga tahapan yang harus dilakukan pada prosedur endodontik yang digambarkan

dalam bentuk segitiga dimana tahapan yang pertama mempengaruhi tahapan berikutnya. Tahapan-tahapan ini yaitu : 2.3.7.1 Akses yang Lurus11 Preparasi akses memiliki beberapa tujuan yaitu (1) memperoleh akses yang lurus, (2) menghemat jaringan gigi dan (3) membuka atap pulpa untuk memajankan orifis dan membuang tanduk pulpa. Teknik akses Bur yang dipakai pada preparasi akses adalah bur fisur lurus atau tirus, kadang-kadang ditambah dengan bur bulat. Langkah langkah dalam preparasi akses yaitu : a. Buat kavitas akses kasar ke dalam dentin, mendekati kamar pulpa dengan henpis kecepatan tinggi. b. Tembus dan buka atap kamar pulpa dengan bur kecepatan tinggi. Ada baiknya mengukur jarak antara permukaan insisal atau oklusal dengan radiograf. Jarak ini ditransfer ke bur agar diperoleh pedoman sebarapa dalam harus mengebur. c. Cari lokasi orifis dengan sonde endodonsia (sonde lurus) d. Buang rak dentin yang bisanya menutupi dan menghalangi pandangan ke orifis pada molar dengan bur bulat kecil yang memiliki shak panjang atau fisur tirus kecil atau dengan bur intan. e. Eksplorasi saluran akar dengan kirgi kecil sebelum memperoleh akses lurus, hal ini untuk menentukan apakah saluran akar cukup lebar untuk mengakomodasikan GGd. Evaluasi dilakukan dengan kirgi kecil (ukuran 10 atau 15) diset pada panjang kerja perkiraan untuk masing - masing saluran akar, tiap saluran akar dieksplorasi dan dimulai dengan kirgi yang terkecil kemudian diteruskan ke yang lebih besar dengan tetap pada panjang kerja perkiraan agar diperoleh patensi. f. Kadang kadang instrument kecil pun tidak dapat mencapai panjang kerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh sumbatan di dalam saluran akar atau karena konstriksi (instrument makin lama makin serat dan kemudian berhenti di saluran akar yang kecil). g. Saluran akar kecil harus cukup lebar bagi lewatnya GGd. Hasil yang paling baik dicapai dengan metode preparasi step-back. h. Setelah preparasi step-back dilakukan, segmen korona siap di GGd. Pada sebagian kasus GGd yang digunakan adalah nomor 2,3 dan 4. i. Jalankan bur no 2 atau 3 dengan kecepatan sedang dan tekanan ringan beberapa mm ke dalam saluran akar. Jangan ditekan ke arah lateral, dan jangan membuat akses lurus dengan bur no 2 atau no 3. j. Jalankan bur no 4 sampai mendekati kedalaman yang dicapai oleh bur no 3. Gunakan bur no 4 untuk memperoleh akses lurus. GGd selalu digunakan menjauhi bifurkasi akar agar tidak terjadi perforasi akar. k. Akses lurus diperiksa dengan kirgi yang harus dapat lewat tanpa hambatan ke dalam saluran akar. Menetukan panjang kerja

a. b. c. d.

e.

Film diagnostic yang dibuat dengan teknik kesejajaran diukur dari titik acu ke apeks menggunakan penggaris endodonsia yang mempunyai millimeter. Panjang diperoleh dari panjang radiografis dikurangi 3 mm. Stopper instrument sesuai dengan panjang kerja perkiraan dipasang pada masing-masing kirgi kecil. Ukuran kirgi yang dipakai untuk mengeksplorasi saluran akar makin besar sampai diperoleh ukuran kirgi yang mengunci di dalam saluran akar pada panjang kerja perkiraan atau sedikit lebih pendek. Pada gigi berakar lebih dari satu, semua saluran akar harus diberi kirgi

2.3.7.2 Pembersihan dan pembentukan saluran akar.11 a. Penentuan kirgi master. Kirgi apeks master (KAM) adalah kirgi terbesar yang bisa agak sesak pada ujung panjang kerjanya. KAM ditentukan dengan menempatkan kirgi secara pasif dan bertahap dengan ukuran sepanjang kerja hingga akhirnya diperoleh kirgi terbesar sepanjang kerja yang ujungnya agak sesak. b. Preparasi akses. Tujuan dari preparasi apeks ini adalah (1) membantu agar instrument, material dan zat kimia tetap bekerja di lingkungan saluran akar, tidak melewatinya. (2) untuk menciptakan atau mempertahankan suatu barier guna mengkondensasikan gutaperca. Instrument yang digunakan adalah instrument yang besarnya satu atau dua nomor lebih kecil dari KAM. Instrument ini dimasukkan ke dalam panjang kerja, digerakkan ke segala arah dan menyentuh ujung yang buntu di semua daerah. c. Ekstirpasi pulpa. Pembuangan pulpa vital dan nekrotik sampai bersih benar dari daerah akar disebut debridement. Pembuangan ini dilakukan dengan jarum ekstirpasi. Jarum ekstirpasi harus sesuai dengan dimensi saluran akarnya tetapi tidak boleh terlalu pas sehingga dapat menyangkut pada dinding. Jarum ekstirpasi ditusukkan ke dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek dari panjang kerja. Gagangnya diputar beberapa kali kemudian ditarik. d. Preparasi standar. Preparasi berbentuk corong merupakan preparasi yang umum digunakan. Cara melakukannya (1) jajagi saluran akar hingga mencapai panjang kerja dengan kirgi kecil, (2) preparasi dentin korona guna mempermudah penempatan kirgi besar, dengan memakai GGd atau instrumen pembuka orifis atau kirgi genggam, (3) tentukan ukuran KAM, (4) lebarkan saluran akar apkes dengan teknik step-back atau crown-down untuk membersihkan dan membentuk saluran akar. Teknik step-back pasif Ini adalah langkah setelah akses lurus dan KAMnya ditentukan. Setelah prepaasi apeks, penirusan saluran akar (berbentuk corong ke arah korona) sisanya dilakukan dengan memendekkan panjang kerja sepanjang 0,5 mm setiap kali mennganti kirgi dengan satu nomor yang lebih besar. Setiap selesai menggunakan kirgi step-back, lakukan rekapitulasi dengan

kembali ke panjang KAM (atau kirgi yang lebih kecil). Instrumen dirotasikan untuk mengeluarkan debris tetapi tidak melebarkan saluran akar di apeks. Bahan irigasi Irigasi saluran akar dan antiseptik Ada 3 macam irigasi saluran akar yang digunakan yaitu : 1) Larutan H2O2 3 %. 2) Larutan NaOCl 1 %,2% dan 5%. 3) Providon iodine seperti septadine, isodine, ataupun betadine gargie. Indikasi dari obat irigasi tersebut antara lain : 1) Melarutkan kotoran jaringan pulpa. 2) Secara mekanis mengeluarkan kotoran-kotoran yang melekat pada saluran akar. 3) Membunuh kuman-kuman. 4) Memutihkan jaringan gigi. 5) Melicinkan saluran akar. Efek samping yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian irigasi adalah: 1) Konsentrasi pekat NaOCl dapat merangsang jaringan periapikal. 2) Pemakaian H2O2 3% saja dapat mengakibatkan iritasi jaringan periapikal. 3) Pemakaian septadine ataupun betadine yang berlebihan dapat menimbulkan stomatitis (peradangan jaringan lunak mulut). Cara pemakaian Ke dalam saluran akar diirigasikan H2O2 3 % baru kemudian larutan NaOCl. Karena pemakaian H2O2 akan terurai menjadi H2O + O2 dimana O2 akan mengiritasi jaringan periapikal dan menimbulkan rasa sakit. Oleh karena itu, harus dinetralisir dengan NaOCl dan akan terjadi reaksi NaOCl + H2O2 NaOCl + H2O + O2. Pemakaian septadine, isodine, maupun betadine dapat cara menyemprotnya kedalam saluran akar. Setelah saluran akar di irigasi, maka tahap selanjutnya adalah sterilisasi saluran akar. Obat-obatan antar kunjungan / non-spesifik CHKM(Chlorophenol Kainfer Menthol) Sifat-sifatnya : o Desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil. o Mempunyai spectrum anti bakteri yang luas. Indikasi : o Semua perawatan saluran akar gigi. o Gigi yang mempunyai kelainan apikal. Clesatin : mempunyai sifat dan indikasi pemakaian yang sama dengan chkm. Cresophene : dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awal akibat instrumentasi berlebih. Formokresol

Sifatnya : o Desinfeksi o Mumifikasi jaringan pulpa. Indikasi : o Fiksasi pada perawatan pulpotomi. o Kasus-kasus darurat dimana peradangan pulpa masih dalam kamar pulpa. TKF (TriKresol Formalin) Bahan ini mempunyai sifat merangsang jaringan periapikal sehingga mengakibatkan jaringan menjadi nekrosis. Eugenol Sifatnya sedatif (menenangkan rangsangan atau kegelisahan). Misalnya : diazepam. Indikasi : o Pemakaian setelah pulpektomi. o Sebagai bagian dari sealer saluran akar. o Sebagai campuran dari tambalan sementara. CMCP Merupakan desinfektan yang stabil dan efektif pemakaiannya. Obat ini digunakan pada gigi non vital. Cara penggunaan : Keringkan saluran akar dengan papper point kemudian ambil kapas kecil dan basahi obat sterilisasi saluran akar dan diletakkan di atas kamar pulpa dan diatasnya di tutup dengan tambalan sementara. 2.3.7.3 Obturasi.11 Obturasi bertujuan untuk menciptakan kerapatan yang sempurna sepanjang system saluran akar, dari korona sampai ke ujung apeks. 1. Material Obturasi Inti Sifat Material Obturasi yang Diinginkan Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar. Dapat menutup saluran akar lateral dan apeks dengan baik. Tidak mengerut setelah dimasukkan dalam saluran akar. Kedap cairan. Dapat membunuh bakteri atau setidaknya menghalangi pertumbuhan bakteri. Radiopak. Tidak membuat struktur gigi berubah warna. Tidak mengiritasi jaringan periapeks atau memengaruhi struktur gigi. Steril atau mudah disterilkan. Mudah dikeluarkan dari saluran akar. a. Material Solid 1) Gutaperca

2)

3)

b. 1)

2)

2. a.

Komposisi. Komponen utama gutaperca adalah oksida seng (ZnO), sekitar 75%. Gutapercanya adalah sekitar 20% dan memberikan sifat yang unik pada konnya seperti sifat plastis. Komponen sisanya terdiri dari zat pengikat, zat pengopak (opaque), dan zat warna. Keuntungan. Pertama adalah plastisitasnya; gutaperca dapat beradaptasi terhadap ketidakteraturan pada saluran akar yang telah dipreparasi. Kedua, gutaperca relatif mudah ditangani dan dimanipulasi meskipun teknik obturasinya cukup kompleks. Ketiga, gutaperca mudah dikeluarkan dari saluran akar, baik sebagian ketika akan empreparasi pasak, atau seluruhnya ketika akan melakukan perawatan ulang. Keempat, toksisitasnya relatif ringan karena hampir tidak berubah selama berkontak dengan jaringan ikat. Kelima, gutaperca bersifat swasterilisasi, yaitu tidak memfasilitasi pertumbuhan bakteri. Dan terakhir, adalah gutaperca dapat dikendalikan panjangnya. Kon Perak Walaupun keberhasilan dalam kerapatan jangka pendeknya sebanding dengan keberhasilan kerapatan gutaperca, untuk jangkan panjang, kon perak bukan pilihan yang baik. Masalahnya adalah ketidakmampuannya untuk beradaptasi dan toksisitas dari korosinya. Selain itu, kekerasan dan kecekatannya dalam saluran akar, kom perak akan sukar diangkat seluruhnya jika harus dilakukan rawat ulang, atau diambil sebagian ketika harus membuat preparasi untuk pasak. Ditambah, jika berkontak dengan bur kerapatannya akan pecah. Kirgi sebagai Material Inti Kekurangan utamanya adalah bahwa. Karena kompleksnya saluran akar dan desain kirginya, kerapatan yang sempurna tidak akan pernah tercapai. Pengambilan kembalinya akan sukar andaikata gigi harus dirawat ulang atau diperlukan pemasangan pasak. Material Semisolid Oksida Seng (ZnO) dan Eugenol Formula pasta ini diklaim memiliki sifat antimikroba, aktivitas terapi biologik, dan keunggulan lainnya walaupun tidak ada bukti bahwa pasta itu berperan menguntungkan sebagai material obturasi. Plastik Semen saluran akar berbasiskan resin seperti AH26 dan Diaket telah dianjurkan sebagai material obturasi tunggal. Semen saluran akar ini memiliki kekurangan yang sama dengan pasta sehingga tidak banyak dipakai. Siler Saluran Akar Sifat Siler Saluran Akar yang Diinginkan Toleransi jaringan. Tidak mengkerut ketika mengeras. Waktu pengerasan yang lambat. Keadhesifan. Keradiopakan. Tidak mewarnai gigi. Larut dalam pelarut. Tdak larut dalam cairan jaringan dan jaringan mulut. Bersifat bakteriostatik. Menciptakan kerapatan yang baik. Berbasis OSE

Keuntungan utamanya adalah riwayat keberhasilannya yang telah berlangsung lama. Kualitas positifnya jelas mengalahkan aspek negatifnya, yaitu mewarnai gigi, waktu pengerasan yang sangat lambat, tidak adhesif, dan larut. b. Plastik Contohnya adalah AH26. Sifatnya adalah antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik. Kekurangannya adalah mewarnai gigi, relatif tidak larut dalam pelarut, agak sedikit toksik jika belum mengeras, dan agak larut pada cairan mulut. c. Kalsium Hidroksida Memiliki sifat antimikroba dan kerapatan jangka pendek yang adekuat. Tidak direkomendasikan. d. Semen Ionomer Kaca Keuntungannya bisa beradhesi ke dentin sehingga diharapkan bisa menciptakan kerapatan yang baik di apeks dan korona dan biokompatibel. Kekerasan dan ketidaklarutannya menyukarkan perawatan ulang jika diperlukan dan menyukarkan pembuatan pasak. 3. Tahap Obturasi Buat campuran siler saluran akar dan aplikasikan ke dinding saluran akar. Masukkan kon master, tanpa dilapisi siler, secara perlahan agar kelebihan siler dan udara bisa menyingkir. Beri tanda panjang yang dikehendaki pada kon aksesori dengan menjepitnya dengan pinset, sebelum penguak dimasukkan dan dikeluarkan. Penguak yang panjangnya telah ditandai didesakkan ke arah apeks diantara kon master dan dinding saluran akar dengan tekanan yang kuat untuk menciptakan ruangan bagi kon aksesori berikutnya. Untuk membebaskan penguak, putar penguak bolak balik pada sumbu panjangnya. Setelah penguak diangkat maka segera masukkan kon gutaperca aksesori yang telah diukur ke ruang yang telah terkuak itu. Setelah memasukkan satu atau dua kon, boleh saja dibuatkan radiograf sehingga jika panjang kon tidak sesuai dapat diganti dengan kon master yang baru yang pas dan sesuai panjangnya. Ulangi tahap ini sampai penguak tidak dapat lagi melewati sepertiga apeks saluran akar. Pada tahap ini, obturasi diperiksa dengan radiograf. Potong kelebihan gutaperca dengan instrument panas. Mampatkan gutaperca panas di daerah servikal dengan kondensasi vertikal. Bersihkan kamar pulpa dengan seksama memakai kapas yang dibasahi alkohol atau kloroform. Tutup dengan tambalan sementara atau permanen. Buat radiograf setelah gigi ditambal dan isolator karet dilepas. (Walton, Grossman) Mekanisme Penyembuhan Terjadi dari tepi ke pusat lesi. Proses terjadi berdasarkan pembuangan daerah infeksi dalam saluran akar (jaringan pulpa nekrotik, flora endodontik, dan produk radang yang dibersihkan dalam saluran akar) merangsang kegiatan sel-sel penyembuh berproliferasi ke daerah infeksi Proses penyembuhan Setelah jaringan terinfeksi dibuang, keadaan ini mendorong pembentukan jaringan ikat baru

Akibat tindakan ekstirpasi pulpa, terjadi perdarahan yang merupakan asal dari fibrin clot pada apeks Organisasi fibrin clot Proses inflamasi terjadi (terdapat eksudat) Terjadi proliferasi mesenkim (3-4 hari setelah luka) Fibroblas (aktif dalam keadaan normal/patologis) dan sel lain dari jaringan sekitarnya bergerak ke tengah lesi dan sekitar fibrin clot (jaringan baru ini disebut jaringan granulasi/precursor to repair) Beberapa hari setelah preparasi saluran akar, jaringan granulasi tumbuh pada pulpoperiodonsium complex Merupakan pertahanan terhadap proses instrumentasi saluran akar (J.granulasi mengandung banyak : makrofag, limfosit, plasmasit ; sedikit PMN) Kapiler baru tumbuh, dikelilingi oleh jaringan mesenkim Substansi dasar (glikosaminoglikan, glikoprotein, glikolipid, air) membantu penyembuhan sel perantara nutrisi dan metabolisme Reaksi penyembuhan ditandai oleh terjadinya fibroplasia jaringan melalui pembentukan jaringan fibrosa Terjadi aposisi sementum dan tulang alveolar, sebagai reaksi terhadap lisis sewaktu radang periapeks dan karena dukungan ion Ca dan PO4 yang stabil dalam serum dan CES Perbaikan jaringan periapeks ditandai oleh proliferasi fibroblas, infiltrasi sel inflamasi dan akumulasi mukopolisakarida* sulfat yang diikuti dengan deposisi kolagen dan pembentukan tulang *mukopolisakarida merupakan binding material, mengawali mineralisasi/deposisi lipid. Reaksi immunologik jaringan periapeks disebabkan oleh interaksi antara mikroorganisme dengan jaringan periapeks, yaitu PMN, lisosom, makrofag, limfosit, sel plasma, antibodi, dan sistem komplemen15

1. 2.

1.

Zona Penyembuhan a. Zona Eksudat (Akut) Zona Infeksi (zona nekrosis, pusat pus / abses) Saluran akar yang terinfeksi / nekrosis mengandung : Pus berisi sel mati, komponen destruktif yang dilepaskan oleh fagosit, produk selama & akhir proteolisis (dekomposisi protein). Leukosit PMN. Ada/ tidak kehadiran mikroorganisme . Zona kontaminasi (zona eksudatif primer) Respon langsung terhadap elemen toksik yang keluar dari saluran akar : Eksudat (akut) mempertahankan dari vasodilatasi, eksudasi cairan, infiltrasi sel; elemen toksik ditambah aksi antibakteri dari cairan inflamasi. Sel pertahanan utama : Leukosit PMN (awal). Makrofag : pada darah berasal dari sel mononuklear; pada jaringan berasal dari sel histiosit (muncul kemudian karena kurang motile dan bertahan lebih lama dari pada PMN) b. Zona Proliferasi (Kronik) Zona Iritasi (zona granulomatosa, zona proliferatif primer) Toksisitas menurun - semakin jauh dari kanal foramen. Fungsi : pertahanan, penyembuhan, perbaikan. Jaringan granulasi : proliferasi kapiler & pembentukan fibroblas. Granulomatosa : jaringan granulasi + sel pertahanan. Sel pertahanan utama : limfosit, sel plasma, makrofag pada darah dan jaringan, dan sel cadangan (undifferentiated mecemchymal cell). Sel mediator inflamasi : antibodi dari sel plasma, limfokin dari limfosit T, histamin, serotonin (5-hydroxytryptamine) dari basofil. Badan Russel : sel plasma membesar dengan sejumlah inklusi antibodi. Eosinofil (muncul kemudian) : ditarik oleh sel mast eosinophyl chemotactic factor (ECF-A) dan limfokin ECF-A, eosinofil memodulasi inflamasi dan alergi dengan merusak substansi vasoaktif (platelet activating factor/ PAF dan slow reacting substance of anaphylaxis/ SRS-A). Foam cell : makrofag setelah memakan sel dengan degenerasi lemak. Lingkungan yang baik untuk osteoklas. Kristal kolesterol. Cluster epithelial & strands. Zona Stimulasi (zona encapsulation, zona produksi fibrosis) Toksisitas tereduksi pada stimulan ringan Aktivitas fibroblas pembentukan kolagen. Lingkungan yang baik untuk aktivitas osteoblas. Aposisi tulang & bukti garis membalik (garis demarkasi).

2. Hyperostosis reaktive ketika lesi mengganggu cortical plate.16 2.3.10 Evaluasi Pasca Perawatan Penentuan berhasil atau tidaknya perawatan diambil dari : a. Pemeriksaan klinis. Yang paling dinilai adalah tanda dan gejala klinis, yang apabila jelas sekali indikasi kegagalan. Berhasil apabila tidak ada nyeridan gejala, namun penyakit tanpa gejala yang signifikan merupakan keadaan yang umum terjadi. Kriteria klinis keberhasilan perawatan yang disusun oleh Bennet dan kawan-kawannya adalah : Tidak adanya nyeri atau pembengkakan Hilangnya saluran sinus Tidak ada fungsi yang hilang Tidak ada bukti kerusakan jaringan lunak termasuk tidak adanya sulkus yang dalam pada pemeriksaan dengan sonde periodontium. b. Temuan radiografis. Tiga kriteria dalam hasil radiografis, yaitu: Berhasil, jika tidak ada lesi apeks yang resorptif secara radiologis. Yang berarti bahwa suatu lesi yang terdapat saat perawatan telah membaik atau tidak ada timbul lesi yang tidak ada saat perawatan. Keberhasilan benar-benar terjadi jika radiolusensi tidak berkembang atau hilang setelah interval 1-4 tahun. Gagal, jika kelainanya menetap atau berkembangnya suatu tanda penyakit yang jelas secara radiografis. Secara khusus, terdapat lesi radiolusen yang telah membesar, telah menjadi persisten atau telah berkembang mulai di saat perawatan. Meragukan, jika terdapat tanda-tanda yang mencerminkan ketidakpastian. c. Pemeriksaan histologis. Secara histologis,perawatan yang berhasil ditandai dengan perbaikan struktur periapeks dan tidak adanya inflamasi. Dua penelitian yang telah memeriksa hasil perawatan secara histologist memberikan kesimpulan yang berbeda, karena kedua penelitian itu dilakukan pada mayat, status praperawatan dan faktor-faktor klinis lain yang terkait dengannya tidak diketahui.16 Antibiotik Antibiotik adalah bahan penolong teraupetik yang tidak ternilai harganya. Digunakan sebagai pelindungan profilaktik pada pasien yang secara media membahayakan dan pada keadaan khusus, suatu perawatan tambahan infeksi periapikal akut atau infeksi periodontal. Jangan memberikan resep antibiotik tanpa pengetahuan pasti apakah pasien tidak alergi terhadap bat tersebut. Penggunaan antibiotik bisaanya dibatasi pada perawatan tambahan penyakit periapikal akut dan periodontal dan hanya bila benar benar diperlukan. Antibiotik yang paling sering digunakan pada perawatan endodontik darurat adalah : 1. Penicilin

Efektif terhadap kasus gram dan terutama strain varidans, bakteri seperti batang, bakteri aerob. Cara kerjanya dengan menghambat sintetis dinding sel pada waktu perkembang biakan mikroorganisme. Kekuatan mikrobanya adalah bakterisidal. Penicilin V dengan asam stabil adalah antibiotika pilihan yang diberikan lewat mulut pada pasien yang secara medis membahayakan.. pedoman standar yang dianjurkan untuk prosedur perawatan gigi ; penicilin V 20 gram diminum 1 jam sebelum perawatan, selanjutnya 1,0 gram 6 jam kemudian. 2. Erythomychin Digunakan bila elergi terhadap penicilin. Cara kerjanya menghambat sinlesis protein, spektrum. Antibakterialnya adalah penicilin. Merupakan asam labial , yang sebaiknya digunakan bersama makanan. Dapat diberikan dalam bentuk tablet dengan lapisan yang gak dapat dilarutkan oleh asam , untuk menjamin tingkat daerah yang efektif dan untuk mencegah inaktivitas oleh asam lambung. 3. Cerhalexin Berguna untuk merawat endodontik darurat adalah cephalexin 250-500 mg tiap 6 jam, clidamycin phospate 150-300 mg tiap 6 jam, tetracyline hydrochloride 250-300 mg tiap 6 jam Tetracyline adalah yang paling tidak efektif diantara semua antibiotik untuk keadaan darurat endodonsia.18 3.5.3 Analgesik 1. Indikasi dan kontraindikasi analgesik a. Indikasi: o Aspirin : nyeri kecil o Ibuprofen : nyeri keci, nyeri sedang, nyeri berat. o Acethaminophen : nyeri kecil, nyeri sedang, nyeri berat. o Golongan salisilat : sakit gigi dan sakit kepala o Paraminolfenol : sama dengan salisilat tetep untuk jangka pendek. o Orhydrocodeine : nyeri berat. b. Kontra indikasi o Aspirin : ulserasi peptis, systemic steroid, tidak di sarankan untuk anak-anak karena bisa menyebabkan Reyes syndrome. o Paracetamol : penyakit jantung. o Analgesik tidak di anjurkan secara continue. c. Dosis Analgesik Nama Batas Dosis Dosis perhari (non narkotik) Dagang (mg) (mg) Acimetaminophen Rylenol etal 325-1000 4000 Aspirin Naspro 325-1000 4000 Diflunisal Dolobid 250-1000 1500 Diclofenol potasium Cataflam 50-100 150-200 Etodolac Lodine 200-400 1200 Fenoprofen Nalfon 200 1200 Flurtiprofen Ansaid 50-100 200-300 Ibuprofen Motrin etal 200-400 2400 Ketorolac Toradol 10 (oral) 40

Naproxen Na Naproxen Ketaprofen Rofecoxib

Anaprox etal Naprosyn Orudis Vioxx

220-550 250-500 25-75 12,5-50

1650 1500 300 50

Opioid Analgesik Codeine Oxycodone Hydrocodone Dhydrocodone Propaxyphene Proxyphene Mependen Tramadol

Dosis (mg) 60 5-6 10 60 102 146 90 50

Penggunaan Analgesik Nyeri ringan sampai sedang. Tablet aspirin, 300 mg (1-3x, setiap 4-6 jam) Paracetamol tablet, 500 mg (1-2x, setiap 6 jam) Ibuprofen tablet, 600 mg (1-2x, setiap 4-6 jam) Nyeri sedang sampai berat. Dihydrocodeine tablet, 30 mg (setiap 4-6 jam) setelah makan. Nyeri berat. Tablet pethidine, 25 mg (2-4x, setiap 4 jam). Nyeri ringan atau kecil. 200-400 mg ibuprofen. 650 mg aspirin. Kalau ibuprofen diindikasikan, gunakan: 600-1000 acetaminophen. Nyeri sedang. 600-800 mg ibuprofen. 400 mg ibuprofen + analgesik combo = 60 mg codeine. Kalau di kontraindikasikan yang di atas. 600-1000 mg acetaminophen + opiate = 60 mg codeine. Nyeri berat. 600-800 mg ibuprofen + analgesik combo = 10 mg oxycodone Jika di kontraindikasikan gunakan 1000 mg acetaminophen + apiate = 10 mg oxycodone Efek samping - Golongan pirazolon : agrunositosis dengan gejala demam tinggi, lemas, luka di tenggorokan. - Golongan asam organic lainnya; gangguan penecernaan hipertensi, dll. Gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati, dan ginjal serta reaksi alergi pada kulit, jika diguakan dalam jangka waktu panjang serta dosis yang tinggi.18

Diagnostik)1.Ukur panjang gigi pada radiograf diagnostik (misalnya 23 mm)2.Kurangi 1 mm untuk mengimbangi distorsi (22 mm) 3 . A t u r rubber stop (22mm)4 . M a s u k k a n i n s t r u m e n d a l a m s a l u r a n a k a r , r u b b e r s t o p p a d a titik referensi, jika ada rasa sakit kurangi - 1 mm5 . A m b i l r a d i o g r a f l a g i 6.Ukur panjang instrumen. Apabila pada radiograf tampak overi n s t r u m e n / u n d e r i n s t r u m e n , d i k u r a n g i / d i t a m b a h p a n j a n g kerjanya.7 . S e s u a i k a n l e t a k r u b b e r s t o p 8 . A p a b i l a s a l u r a a k a r m e l e n g k u n g , p a d a a k h i r p r e p a r a s i kemungkinan panjang kerja berkurang , karena akar menjadilurus. PREPARASI SALURAN AKAR STEP-BACK Tentukan PK (K-file #15) Preparasi 1/3 apikal (K-file 15-20/30 = PK) Preparasi Badan Saluran Akar (K-file #35 = PK 1 mm; #40= P K - 2 m m ; # 4 5 = P K - 3 m m , s e t i a p p e r g a n t i a n f i l e direkapitulasi dahulu dengan K-file #25/30) Final flaring (H-file #25/30 = PK) Menghaluskan dinding (H-file #25 = PK) Irigasi NaOCl 2,5% - 5% CROWN-DOWN Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi1/3 koronal (19 mm) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK) Irigasi NaOCl 2,5%-5% PERBEDAAN METODE STEP-BACK DENGAN CROWN DOWNS T E P B A C K C R N D O W N

Step Back : Sudah lama digunakan D i a j a r k a n d i s e k o l a h kedokteran gigi di Asia

D i a w a l i d e n g a n i n s t r u m e n terkecil P r e p a r a s i M e n g g u d i m u l a i n a k a n p a d a daerah 1/3 apikal h a n d instrument

Crown down : Popularitas baru menanjak D i a j a r k a n d i s e k o l a h kedokteran gigi di Amerika

D i a w a l i d e n g a n i n s t r u m e n terbesar P r e p a r a s i d i m u l a i p a d a daerah 1/3 koronal

M e n g g u n a k a n r o t a r y instrument KEKURANGAN TEKNIK STEP BACK Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah Kebersihan daerah apical dengan irigasi sulit dicapai Resiko terdorongnya debris kea rah periapikal Prosedur perawatan membutuhkan waktu lama Membutuhkan banyak peralatan KEUNTUNGAN TEKNIK CROWN-DOWN Membuang penyempitan servikal Akses ke apical lurus3

Instrumentasi apical efisien Irigasi mudah Pengeluaran debris mudah

Mencegah debris terdorong ke arah apeks Instrumen yang digunakan lebih sedikit Waktu lebih cepat Preparasi menghasilkan taper lebih besar KEUNTUNGAN TEKNIK CROWN-DOWN DENGAN ALAT PUTAR( ROTARY INSTRUMENTS) 1.Rotary Instrument n Meenggunakan sedikit peralatan/instrument n Waktu perawatan lebih cepat n Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang n reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga : Y Bentuk saluran lebih baik Y Obturasi lebih mudah Y Keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai2 . P r o T a p e r F i l e F o r H a n d U s e

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak larut dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum). Disamping itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin schingga mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp capping

You might also like