You are on page 1of 11

BAB 2

KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN IJARAH


I. Konsep Dasar Transaksi Ijarah
Al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al wadhu (ganti). Ijarah adalah
akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.
Ijarah berarti lease contract dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah,
ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan
peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang
sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).

Skema Transaksi Ijarah



(3) sewa beli
(2) Beli obyek (1) Pesan obyek
sewa sewa

Sumber : Antonio (2001: 107)
Berdasarkan gambar skema diatas dapat dijelaskan mekanisme yang dijalankan
dalam transaksi ijarah yang dilakukan di sector perbankan syariah adalah sebagai berikut
:
1) Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasar prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan terletak apada obyek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya adalah jasa.
Produsen Nasabah
Obyek
sewa
Bank
2) Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada
nasabah. Karena itu pada perbankan syariah dikenal dengan al-ijarah al-
muntahiyah bit-tamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan) .
3) Harga sewa dan harga jual beli disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.
II. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Transaksi Ijarah
a. Landasan Al Quran dan Al Hadits
Al Quran
up)4 <>14O p
W-EONuO4O 7Eu
E EE4LN_ 7^OU4 -O)
+;^UEc .E` 7+^O>-47
^OuO^) W-OE>-4
-.- W-EOU;N-4 Ep -.-
Eg 4pOU4u> OO4 ^g@@
Artinya : dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan. (Al Baqarah : 233)
Al Hadits


Artinya : berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu
Majah)
b. Fatwa DSN tentang Transaksi Ijarah
1) Fatwa DSN No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang ijarah
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut :
Pertama : Rukun dan Syarat Ijarah:
1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah
pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk
lain.
2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan
penyewa/pengguna jasa.
3. Obyek akad ijarah adalah :
a. manfaat barang dan sewa; atau
b. manfaat jasa dan upah.
Kedua : Ketentuan Obyek Ijarah:
1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syariah.
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat
dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah
dalamIjarah.
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab
atas kerusakan tersebut.
Keempat :
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2) Fatwa DSN No: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al ijarah Al muntahiyah
Bit- Tamlik
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut :
Pertama : Akad Al ijarah Al muntahiyah Bittamlik boleh dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah (fatwa DSN
nomor : 09/DSN-MUI/IV/2002) berlaku pula dalam akad Al ijarah Al
Muntahiyah Bittamlik.
2. Perjanjian untuk akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik aharus
disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.
3. Ahak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
Kedua : ketentuan dengan akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik
1. Pihak yang melakukan akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik harus
melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan
kepemilikan, abaik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat
dilakukan setelah masa ijarah selesai.
2. Janji pemindahan yang disepakati diawal akad ijarah adalah wad,
yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
masa ijarah selesai.
Ketiga :
1. Jika salah satuj pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagai mana mestinya.
3. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Ijarah.
III. Exposure Draft (ED) PSAK 107 Akuntansi Ijarah
Pada tanggal 26 februari 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan
Eksposure Draft PSAK 107 tentang akuntansi ijarah. PSAK ini direncanakan menjadi
pengganti PSAK 59 : Akuntansi Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan perlakuan
akuntansi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi ijarah.
Beberapa hal yang diatur dalam Eksposure Draft PSAK 107 : Akuntansi Ijarah antara lain
sebagai berikut :
a. Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah.
b. Ruang Lingkup Pemberlakuan
PSAK ini diterapkan untuk entitas yang melakua transaksi ijarah serta
mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad
ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah. Pembiayaan multijasa yang
menggunakan akad ijarah menyesuaikan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multi jasa yang
mengatur beberapa ketentuan sebagai berikut :
1. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akd
ijarah atau kafalah.
2. Dalam hal LKS menggunakan akad Ijarah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.
3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam fatwa Kafalah.
4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh
imbalan jasa (Ujrah) atau fee.
5. Besar ujrah atau fee harus deisepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal bukan dalam bentuk presentase.
c. Definisi
Beberapa definisi yang dijelaskan dalam PSAK ini antara lain sebagai
berikut :
1. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan asset ini sendiri.
2. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah dengan waad perpindahan
kepemilikan obyek ijarah pada saat tertentu.
3. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai
dalam suatu transaksi dengan wajar (arms length transaction).
4. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan asset berwujud atau tidak
berwujud.
d. Karakteristik
Adapun karakteristik transaksi ijarah yang dijelaskan dalam PSAK ini
antara lain sebagai berikut :
1. Ijarah merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan resiko
dan manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan atau tanpa
waad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mujir) kepada
penyewa (mustajir) pada saat tertentu.
2. Perpindahan kepemilikan suatu asset yang diijarahkan dari pemilik kepada
penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika sluruh
pembayaran sewa atas obyek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan
obyek ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad
terpisah secara :
Hibah
Penjualan sebelum akad berakhir sebesar sebanding dengan sisa
cicilan sewa atau harga yang disepakati.
Penjualan pada akhir masa ijarah dengan pembayaran tertentu
sebagai referensi yang disepakati dalam akad.
Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati
dalam akad.
3. Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah
untuk menghindari resiko kerugian.
4. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek ijarah harus jelas diketahui dan tercantum
dalam akad.
e. Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan dan pengukuran ijarah meliputi proses perolehan asset ijarah,
perpindahan kepemilikan karena proses sewa beli, dan pengakuan pendapatan
ijarah serta beban beban dalam pengelolaan asset ijarah.

AKUNTANSI PEMILIK (MUJIR)
a) Biaya perolehan
Biaya perolehan obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh
sebesar biaya perolehan. Artinya bahwa hal ini meliputi harga pokok asset atau
manfaat ijarah berikut biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh asset
ijarah tersebut.
Biaya perolehan obyek yang berupa asset tidak berwujud mengacu ke
PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.
b) Penyusutan
Obyek ijarah, jika berupa asset yang dapat disusutkan atau diamortisasi,
sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk asset sejenis selama
umur manfaatnya (umur ekonomis).
Kebijakan penyusutan atau amortisasiyang dipilih harus mencerminkan
pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek
ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang
dapat dipakai selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntaahiyah
bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun.
Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa asset tetap sesuai dengan
PSAK 16: asset tetap dan amortisasi asset tidak berwujud sesuai dengan PSAK
19: asset tidak berwujud.
c) Pendapatan dan beban
Beberapa ketentuan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban
dari sudut pandang pemilik asset ijarah antara lain sebagai berikut:
1. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset
telah diserahkan kepada penyewa.
2. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan
pada akhir periode pelaporaan.
3. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut :
- Biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat
terjadinya.
- Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan
persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada
pemilik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
- Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara
bertahap, biaya perbaikan obyek ijarah yang dimaksudkan.
- Ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian
kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.
4. Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan
tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh
penyewa atas persetujuan pemilik.
d) Perpindahan Kepemilikan
Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara :
1. Hibah, maka jumlah tercacat obyek ijarah diakui sebagai beban.
2. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau
jumlah yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercacat
obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
3. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan
jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
4. Penjualan obyek ijarah secara bertahap, maka :
- Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah
yang telah dijuala diakui sebagai keuntungan atau kerugian
- Bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai
asset tidak lancer atau asset lancer sesuai dengan tujuan
penggunaan asset tersebut.

AKUNTANSI PENYEWA (MUSTAJIR)
a) Beban
Pengakuan dan pengukuran beban dalam perspektif penyewa adalah
bahwa beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah
diterima. Sedangkan utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas
manfaat yang telah diterima.
Dalam hal biaya pemeliharan obyek ijarah yange telah disepakati dalam
akad adalah menjadi tanggungan penyewa dan diakui sebagai beban pada saat
terjadinya. Sedangkan biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyah
bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan meingkat sejalan
dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.
b) Perpindahan Kepemilikan
Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada
penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara :
1. Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar
obyek ijarah yang diterima.
2. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset
sebesar pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.
3. Pembelian setelah masa akd berakhir, maka penyewa mengakuik asset
sebesar pembayarann yang disepakati.
4. Pembelian obyek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset
sebesar biaya perolehan obyek ijarah yang diterima.
c) Jual dan ijarah
Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan
tidak saling bergantung (taalluq)sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai
wajar.
Jika suatu entitas menjual oyek ijarah kepa entitas lain dan kemudian
menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada
periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan
akuntansi penyewa.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak
dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.
d) Ijarah lanjut
Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset
yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan
perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas
(sebagai penyewa) dengan pemilik, dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan
untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.
e) Penyajian
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban
yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan
sebagainya.
f) Pengungkapan
Beberapan ketentuan tentang pengungkapan transaksi ijarah dalam laporan
keuangan dalam PSAK ini antara lain sebagai berikut :
1. Pemililk mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah
dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada :
a. Penjelasn umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak
terbatas pada :
i. Keberadaan waad pengalihan kepemilikan dan mekanisme
yang digunakan (jika ada waad pengalihan kepmilikan)
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjutan
iii. Agunan yang digunakan (jika ada)
b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan

You might also like