You are on page 1of 2

Kembali malam ini terlewatkan begitu saja.

Waktu yang terlewati semakin memberi kesadaran akan ketidakproduktifan saya yang terus berlanjut. Entah kenapa hampir setiap malam harus tidur larut dengan tanpa ada sesuatu yang dapat dihasilkan dengan membuang waktu hingga larut malam. Terpikirkan untuk melakukan sesuatu yang mungkin bisa membuatku saya paling tidak lebih sedikit produktif, namun kembali itu semua hanya tetap menjadi sebuah pemikiran belaka. Hingga sampai pada akhirnya kuputuskan untuk menulis. Menulis apapun yang mungkin bisa aku tuangkan dalam bait bait, frasa, sehingga terbentuk barisan barisan yang lebih memberi corak pada lembar lembaran putih. Apapun itu yang ada dalam angan pemikiran dan imajinasi ini kucoba untuk aku coretkan di waktu luang saya yang sudah banyak cukup terbuang sia sia. Menulis semua hal yang membuat ngrundel dalam pikiran ini. Hal yang layaknya kafein dosis tinggi yang membuat malam malam saya terlalui dengan terjaganya mata ini, hingga sampai pada saatnya saya sudah terbangun di pagi hari tanpa ada sedikit pun sesuatu yang bisa saya hasilkan dari terjaganya malam itu. Tak tahu harus menulis apa. Hal itulah yang seringkali muncul tiap kali jari ini ku coba gerakan di tiap sentuhan sentuhan tuts pada papan keyboard. Tetap kucoba untuk tidak berhenti untuk tetap mengetik, bahkan untuk sekedar mengangkat tangan ini dari papan keyboard. Dan mencoba terus bekerja dan mencoba mencurahkan semua yang mungkin terpikirkan dalam pikiran ini dan juga yang mungkin dirasakan olehku.dan seringkali harus terhenti sejenak, bahkan memakan waktu cukup lama untuk melanjutkan apa yang sebelumnya sudah tertuang. Belum berpola apa yang bisa saya kerjakan ini. Tidak ada kerangka, alur alur apa yang akan saya arahkan dalam menulis ini. Hanya menulis. Itu saja. Apa yang bisa saya keluarkan melalui pergerakan jari jari ini yang nantinya saya berharap akan memberikan suatu gambaran apa yang harus saya arahkan dalam tulisan ini sehingga bisa memberikan suatu kerangka yang cukup untuk kembali memnulis untuk melanjutkan sesuatu yang sudah saya mulai sebelumnya. Saya lebih bingung terhadap konsep apa yang akan saya curahkan dalam tulisan saya. Sempat terpikir semua yang berhubungan dengan cerita hidup saya sendiri, atau harus hal lain yang beredar disetiap waktu dimana saya telah menjalani hidup selama ini. Kesulitan seringkali mumcul begitu saja tiap kali kumulai menulisan fenom demi fenom. Cerita hidup saya sendiri sering kali memunculkan pertanya harus saya mulai dari mana tulisan ini berawal. Dan haruskah sedetail tiap event kehidupan yang pernah saya lalui, haruskan ada pemisahan untuk cerita cerita yang mungkin diharuskan untuk tidak dituangkan. Itu selalu muncul. Kehidupan yang mengitari cerita hidup saya sampai saat ini juga memiliki banyak hal yang sangat bisa untuk saya curahkan dalam suatu tulisan. Dan kembali, dari mana saya harus mengawali tulisan ini. Dan bagaimana saya harus menuliskan serita tersebut. Say a punya seorang teman saat saya masih belajar di bangku sekolah tingkat menengah (SMP). Hanya dia yang menemani saya melanjutkan di sekolah menegah atas yang sama, dan dari semua lulusan yang ada dari SMP tersebut baru kamilah yang bisa masuk dan melanjutkan belajar kami di SMA kami berdua tersebut. SMA yang memiliki reputasi terbaik di kabupaten Pemalang tempat diman saya tinggal.

Sekolah menengah pertama (SMP) bukanlah sesuatu jenjang yang biasa saja. Ada banyak hal yang harusnya bisa saya tuangkan dalam lembaran putih yang bebas untuk dilukis dan tertuliskan sesuatu yang tanpa batasan. Bersama teman satu SMA ku itulah semua ini akhirnya berlanjut. Semangat yang tidak biasa muncul menjadi sesuatu yang sangat extraordinary. Kami selalu memunculkan suatu kondisi yang berbau kompetisi dan suatu challenge antara kami berdua. Kondisi yang memacu masing masing dari kami untuk selalu melakukan yang terbaik selama kami bersekolah. Dan tak ada satu pun dari kami berdua yang dengan begitu saja menerima keunggulan masing masing dari kami. Nilai merupakan sebuah tolok ukur yang kami jadikan acuan, karena memang kami merupakan anak sekolahan yang diharuskan berkutat pada sesuatu yang berbau kedinamisan dan selalu mengharuskan adanya suatu evaluasi untuk mengukur kemampuan dari kami. Selagi ada nilai yang rendah dari temanku tersebut, saya selalu berusaha dan berharap akan unggul untuk nilai mata pelajaran yang lain. Begitu pula dia, yang selalu terjadi perbaikan disetiap apa kekurangan yang telah terlewati sebelumnya. Dan karena itulah dia memiliki sesuatu yang khas dalam menjalani tiap persaingan hidupnya. Temanku itu sering aku panggil Ndeng, namanya Hernanda. Dia orang yang simple, sederhana. Dianugerahi suatu kemampuan yang lebih dalam berbahasa asing. Memiliki suatu tipe belajar tersendiri. Seorang movie freaker yang sangat up to date dengan dunia perfilman yang ada baik itu film dalam negeri maupun film yang berkelas dunia. Seorang yangmempunyai daya juang belajar yang tinggi utnukl bisa melakukan suatu hal yang memang dia ingin bisa melakukannya meskipun harus mencoba belajar sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Menemukan cara dia sendiri bagaimana harus menaklukan suatu hal yang sedang dia pelajari. Dari kegemarannya akan film, membuat dia sangat peka dengan hal hal yang menjadi intisari dari film yang ia tonton. Dimana meaning dari film tersebut bermuara dan hal hal yang menarik dalam pemutaran suatu film hingga selesai. Bahkan hanya sekedar untuk menarik kesimpulan yang memang tersirat untuk film film tertentu dari sebuah film yang ia tonton, itu merupakan bukanlah suatu hal yang sulit bagi Nanda. Dengan meaning yang didapat dari film yang ia tonton itulah dia akan mengambil sesuatu yang baik dalam cerita tersebut dan mencoba mengaplikasikan isi film tersebut dalam kehidupan yang nyata ini.

You might also like