Professional Documents
Culture Documents
BAB-V
PERIODISASI PENDIDIKAN KEHUTANAN
f. Catatan Ringan
Karena jumlah siswa
kehutanan sedikit dan
berasal dari berbagai
daerah di Irian Jaya,
serta jurusan/ pendidikan
kehutanan merupakan
hal baru di Irian Jaya
pada waktu itu, maka
suasana yang menonjol Jalan Menuju bekas SKMA Manokwari
di Kp. Arfai- Manokwari
yang dirasakan oleh para
siswa adalah kekeluargaan yang erat dan saling membantu sejak di
sekolah sampai bertugas sebagai pejabat di Instansi Kehutanan di Irian
Jaya. Salah satu dari 30 orang alumninya yang berhasil melanjutkan
pendidikan ke jenjang S3 adalah Dr. Ir. Benyamin Nasendi, MSc (Alm).
Yang bersangkutan pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan
tahun 1990 s.d. 1993 dan selanjutnya sebagai peneliti pada Badan
Litbang Kehutanan di Bogor.
Lulusan pertama SKMA Bogor asal Irian Jaya pada tahun 1965 antara
lain, adalah Samber, Sembor, Makabori (Alm), Abner Komboy (Alm)
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Irian Jaya (1980-1989),
Worabai (Alm) dan Dr (HC) Ir. Hugo Julian Rajaar, Mantan Kepala
Dinas Kehutanan Provinsi Papua (2000-2004). Yang terakhir meraih
gelar S1 dari Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas
Cendrawasih, Manokwari. Lulusan 1973 merupakan lulusan terakhir.
Sementara para peminat sekolah ke SKMA Manokwari kemudian
disalurkan ke SKMA Bogor.
Kelak SKMA Manokwari dibuka kembali oleh Departemen Kehutanan
pada tahun 1991/1992, seperti dipaparkan dalam uraian berikut.
Pada tahun 1983, SKMA Kadipaten dan SKMA Samarinda pertama kali
menghasilkan lulusan masing-masing sebanyak 62 dan 30 orang. Disusul
kemudian oleh SKMA Pekanbaru pada tahun 1991 sebanyak 70 orang,
dan SKMA Ujung Pandang pada tahun 1992 sebanyak 34 orang,
sementara SKMA Manokwari pada tahun 1994 menghasilkan lulusan
sebanyak 39 orang. Setelah itu kelima SKMA di Indonesia tersebut setiap
tahun menghasilkan lulusan antara 30 sampai 40 orang per kelasnya.
Tabel 5-1
Garis-garis besar program kurikulum SKMA Departemen Kehutanan
(SK Menhut No. 272/Kpts-II/1991, tanggal 21 Mei 1991)
Program Inti, Mata Program Inti, Mata
Program Pilihan, Mata Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Pelajaran Dasar Pelajaran Dasar
Pelajaran Kejuruan sebanyak
Umum sebanyak 58 Kejuruan, sebanyak
96 kredit
kredit 86 kredit
Pendidikan Agama Matematika Silvikultur Kelas I dilaksanakan pada
semester 2 selama 4 minggu
Pendidikan Moral Fisika Perlindungan Hutan
Pancasila
Pendidikan Sejarah Kimia Konservasi Sumberdaya Kelas II dilaksanakan pada
Perjuangan Bangsa Alam Hayati semester 4 selama 8 minggu
Sejarah Nasional Biologi Penyuluhan Kehutanan
Indonesia dan
Sejarah Dunia
Bahasa dan Sastra Bahasa Inggris Pengelolaan Daerah Aliran Kelas III dilaksanakan pada
Indonesia Sungai semester 6 selama 8 minggu.
Pendidikan Jasmani Klimatologi Pemungutan Hasil Hutan (SKMA di P. Jawa praktek ke luar
Jawa, SKMA di luar Jawa praktek
Kewiraan Teknologi Hasil Hutan di P. Jawa)
Kependudukan dan Pengukuran dan Pengujian
Lingkungan Hidup Kayu
Peraturan Perundang Pengantar Ekonomi
–undangan Kehutanan
Pengantar Ilmu Manajemen Kehutanan
Kehutanan
Ilmu Tanah Hutan Pengukuran dan Perpetaan
Dendrologi Inventarisasi Hutan
Perencanaan Hutan
KEP. SEKOLAH
WAKIL:
I : Pengajar/ Kurikulum
II : Sarpras Pendidikan
III : Kesiswaan
IV : Humas/PKL
Kelompok GURU
Struktur Organisasi SKMA
Kapasitas
No Uraian Satuan (unit/m2)
(orang)
4 Unit -
1 Kelas
10.441 m2 160
2 unit -
2 Asrama
2.000 m2 120
3 Ruang Makan 240 m2 -
4 Laboratorium 240 m2 -
5 Perpustakaan 80 m2 -
Pada tahun 1990-an, program kurikulum SKMA yang dirancang 3 tahun
masa pendidikan, ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 272/Kpts-II/1991, tanggal 21 Mei 1991. Program kurikulum yang
dikembangkan SKMA Departemen Kehutanan, relatif seragam dan tidak
mengalami perubahan secara mendasar sejak SKMA berdiri hingga
berakhirnya masa aktif
SKMA. Program kurikulum
SKMA yang dirancang
untuk Kurikulum ini memiliki
banyak kelebihan, terutama
karena kelengkapan materi
yang cukup memadai pada
program-program mata
pelajaran kejuruan (dasar
Ruang Kelas SKMA Manokwari dan pilihan), serta adanya
program praktek lapang
PERIODISASI PENDIDIKAN KEHUTANAN V - 13
SEJARAH KEHUTANAN PAPUA
Kelas
No Tahun Jumlah Lulusan
I II III
1 1991/1992 43 - - 43 -
2 1992/1993 42 40 - 82 -
3 1993/1994 41 42 39 122 39
4 1994/1995 40 40 36 116 34
5 1995/1996 40 38 35 113 32
6 1996/1997 40 40 36 116 34
7 1997/1998 40 41 41 122 41
8 1998/1999 40 34 40 114 34
9 1999/2000 40 35 31 106 31
10 2000/2001 40 40 35 115 32
11 2001/2002 36 39 40 115 40
12 2002/2003 40 40 33 113 32
13 2003/2004 40 37 31 108 38
14 2004/2005 30 37 33 100 32
15 2005/2006 42 39 33 114 33
16 2006/2007 40 40 34 114 -
Kegiatan Akademik
Kegiatan belajar setiap hari senin sampai dengan hari sabtu, masuk kelas
dimulai jam 7.30 hingga 17.30. Istirahat dua tiga kali, yaitu pada jam 09.45
–10.00; jam 13.15 –14.45 dan jam 15.30-16.00.
BLK bertugas melaksanakan kursus dan latihan pegawai dan non pegawai
di bidang kehutanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Fungsi dari
BLK adalah, (1) mempersiapkan, mengatur dan mengevaluasi
pelaksanaan kursus dan latihan, serta mengelola sarana latihan, (2)
melakukan pengajaran teori dan praktek, (3) melakukan urusan tata usaha.
Secara organisatoris Kepala BLK membawahi, (1) Sub Bagian Tata
Usaha, yang bertugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, surat-
menyurat, perlengkapan dan rumah tangga; (2) Seksi Penyelenggaraan
Latihan; bertugas mempersiapkan, mengatur danmengevaluasi
pelaksanaan kursus dan latihan, dan mengelola sarana latihan; dan (3)
Kelompok Pelatih/Instruktur; bertugas menyiapkan bahan pelajaran dan
melakukan pengajaran teori dan praktek.
Materi Pokok :
Analisis Kebijakan Publik
Peserta
PNS yang
memiliki
kompetensi
sesuai dengan
persyaratan
jabatan Eselon Gedung Balai Latihan Kehutanan di Manokwari
III
Kulifikasi
Sarjana (S-1)
Materi Pokok
SANRI
Peserta
Materi Pokok
Kecerdasan Spritual
Koreksi Boussole
Dasar-dasar Perpetaan
Peserta
Peserta
Sasaran PNS yang akan ditunjuk atau sudah bertugas di bidang
pengukuran dan pemetaan pada instansi kehutanan khususnya di
daerah
Kualifikasi Pendidikan SLTA-eksakta D1, D2, D3 kehutanan
Umur maksimal 35 tahun
Pengajar;
Widayaiswara, pejabat yang menguasai materi diklat dan instansi
lain yang terkait dan memiliki kemampuan menilai hasil belajar
Petak contoh permanen (PSP) digunakan untuk riap tegakan. Selama ini
pengolahan data PSP dilakukan di Pusat dan direncanakan untuk masa
yang akan datang dilakukan di daerah. Untuk itu perlu diadakan suatu
pelatihan guna memasyarakatkan dan mentransfer proses pengolahan
yang ada di Pusat.
Tujuan; Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu
melakukan pengolahan data TSP/PSP sampai dengan tahap validasi.
Materi Pokok
Konsep Dasar dan metodologi IHN
Pengumpulan data lapangan dan pengisian tallysheet
Pengenalan jenis pohon dan pembuatan herbarium
Pengukuran pohon
Pengambilan sampel tanah
Penggunaan GPS
Entry data dan konsistensi PSP
Validasi data PSP
Pemanfaatan data TSP/PSP (Analisa data)
Checking Cruising
Latar Belakang; Pengelolaan hutan bertujuan agar dapat memberikan
manfaat optimal dan secara tangible maupun intangible dan secara
signifikan berdampak luas terhadap performansi ekonomi, sosial dan
ekologi. Sebagai dasar untuk menuju pengelolaan hutan yang baik perlu
informasi karakteristik yang lengkap dan akurat yang diperoleh dari hasil
kegiatan risalah hutan (cruising). Perum Perhutani sebagai BUMN yang
diberi wewenang mengelola hutan produksi di Pulau jawa melakukan
kegiatan cruising sebagai salah satu kegiatan perencanaan hutan.Dengan
terbitnya Keputusan Menhut No.126/Kpts-II/2003 tentang penataan hasil
PERIODISASI PENDIDIKAN KEHUTANAN V - 24
SEJARAH KEHUTANAN PAPUA
Materi Pokok
Kecerdasan Spiritual
Latar Belakang; Salah satu sasaran tata usaha kayu adalah pengamanan
berbagai kepentingan negara seperti kelestarian hutan, pendapatan
negara dan pemanfaatan hasil hutan secara lestari. Untuk memenuhi
sasaran tersebut dilakukan pengukuran dan pengujian hasil hutan,
khususnya kayu bulat untuk mengetahui dan menetapkan volume dan
kualitas kayu bulat tersebut. Pelaksanaan pengukuran & Pengujian
dilakukan karyawan IUPHHK, IPHHK maupun ILS. Untuk mengetahui
kebenaran pelaksanaannya, baik fisiknya maupun administratif dilakukan
pengawasan oleh petugas instansi kehutanan yang berkualifikasi
Pengawas Penguji Kayu Bulat Rimba Indonesia.
Materi Pokok
Pengukuran KBRI
Pengujian KBRI
Efisiensi Pembalakan
Kapita Selekta
Materi Pokok
Kebijakan pengukuran dan pengujian hasil hutan
Organisasi dan Tata Kerja dalam hubungannya dengan pengujian
Hasil Hutan
Pengenalan cacat rotan
Pengujian rotan
Pengolahan dan pengepakan rotan
Pengawasan dan Pelayanan Prima
Kapita Selekta
Pengenalan Jenis Rotan
Pengenalan Sortimen Rotan
Latar Belakang; Di era otonomi daerah saat ini, Pemerintah Daerah diberi
kewenangan untuk mengelola daerahnya termasuk di dalamnya adalah
kegiatan di bidang kehutanan. Kenyataan yang dihadapi saat ini banyak
aparat di daerah yang belum memahami dan mengerti akan program
pembangunan kehutanan, sehingga timbul permasalahan serta
penyimpangan dalam pengelolaan hutan. Untuk mengatasi hal tersebut
serta dalam rangka mengupayakan agar kebijakan Pemerintah bisa
sejalan dengan Pemerintah Daerah, maka perlu didukung dengan adanya
pemahaman dan persepsi yang sama tentang pengelolaan hutan. Oleh
karena itu perlu diselenggarakan pelatihan bagi aparat Kecamatan/Desa
yang pada wilayah administrasinya terhadap kawasan hutan untuk dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan
hutan lestari.
Materi Pokok
Kecerdasan Spiritual
Pengantar Ilmu Kehutanan
Peraturan Perundang-Undangan dalam Pengelolaan Hutan Lestari
Organisasi dan Tata Laksana
Kebijaksanaan Kehutanan Bidang Planologi Kehutanan
Kebijaksanaan Kehutanan Bidang Pengendalian Pemanfaatan hasil
Hutan
Kebijaksanaan Kehutanan Bidang RHL dan Perhutanan Sosial
Kebijaksanaan Kehutanan Bidang Perlindungan Hutan dan
Konservasi
Perhutanan Sosial/Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
Materi Pokok
Ekonomi (Kriteria 7)
Materi Pokok
Pembinaan sikap dan mental ESQ
Kebijakan kehutanan di Indonesia
Sistem Sertifikasi Lacak Balak
Prosedur Penilaian Lacak Balak
Alur Proses Tata Usaha Kayu dan Penjelasan Dokumen-
Dokumennya
Persayaratan umum Penilai Lapangan Lacak Balak
Panduan Penilaian Lapangan
Pengenalan Industri Kehutanan
Panduan Penyusunan Laporan Penilai Lapangan Sertifikasi Lacak
Balak
Pedoman pelaksanaan Penilikan dan Perpanjangan Sertifikasi
dalam program Sertifikasi Lacak Balak
Analisis Hasil Penilaian
Pelaporan
Materi Pokok
Kebijakan Penyuluhan Kehutanan
Pengetahuan Dasar Penyuluhan
Teknik Komunikasi
Pengenalan Wilayah dan Sasaran Penyuluhan
Pengantar PRA
Penyusunan Rencana Penyuluhan
Jaringan Informasi Penyuluhan
Angka Kredit bagi Penyuluh
Pendidikan Orang Dewasa
Penumbuhan dan Pembinaan Kelompok
Metodologi dan Alat Bantu Penyuluhan
Latar Belakang; Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis di luar kawasan
hutan (tanah milik) yang dapat meningkatkan pendapatan petani, antara
lain dilakukan dengan pengelolaan hutan rakyat. Saat ini produksi kayu
dan non kayu dari hutan rakyat sedang berkembang dan telah mendorong
bertambahnya industri. Untuk dapat mengelola hutan rakyat yang baik,
petugas kehutanan harus dibekali keterampilan dan pengetahuan yang
memadai dalam upaya mengambangkan pengelolaan hutan rakyat. Untuk
menunjang kegiatan tersebut, maka langkah pertama yang perlu ditempuh
adalah melatih para petugas kehutanan di Propinsi/Kabupaten agar dapat
membina petani untuk membangun hutan rakyat.
Materi Pokok
Kebijakan Dephut dan pemda Bidang Hutan Rakyat
Pemilihan Jenis Tanaman, Teknik Pembibitan, Penanaman dan
Pemeliharaan Hutan Rakyat
Pemanenan Hasil Hutan Rakyat (Kayu dan Non Kayu)
Pembinaan Kelompok Tani
Koperasi dan Pemasaran Hasil Hutan
Penyusunan Rencana Kerja Kelompok
Adm. Pengelolaan Hutan Rakyat
Materi Pokok
Pengenalan komputer
Pengajar :
Materi Pokok
Pengambilan Contoh
Penyimpanan Benih
Sampai dengan tahun 2003, jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta
yang sedang operasional menyelenggarakan pendidikan tinggi secara
formal seluruhnya 2.267 PTN/PTS. Dari data yang tercatat, jumlah
perguruan tinggi negeri hanya 82 (3,36%), sedangkan sisanya (96,64%)
adalah perguruan tinggi swasta. Bentuk penyelenggaraan pendidikan
tinggi ini bermacam-macam. Ada yang berupa universitas, institut, sekolah
tinggi, akademi, maupun politeknik.
Pada beberapa PTS, program studi kehutanan ini tidak berdiri sebagai
fakultas tersendiri, namum ada yang digabungkan menjadi jurusan/bidang
keahlian pada fakultas pertanian dan kehutanan, atau menjadi salah satu
program pilihan pada fakultas kehutanan. Sebagai gambaran, data dan
informasi PTN/PTS berikut program studi kehutanan yang dibuka pada
berbagai program (Diploma, Sarjana dan Pascasarjana), selengkapnya
terlihat pada Tabel 5-4.
Tabel 5-4. Program Pendidikan Tinggi Kehutanan yang Diselenggarakan
Beberapa Perguruan Tinggi Negeri/ Swasta) di Indonesia
Program Studi
No Nama PTN/ PTS
Diploma Sarjana Pasca Sarjana
BDH Tanaman MNH
MNH Alam dan
THH
Produksi
Perlindungan
IPB KSDH Ilmu Pengetahuan
1 Hutan
(Institut Pertanian Bogor) Kehutanan
Tekonogi Industri
Kayu
-
KSDH
Ekowisata
abad ke-21 tahun 2000, dibentuk suatu tim yang ditugaskan untuk
menyusun Usulan Pendirian UNIPA dan Usulan Rencana Pengembangan
UNIPA. Usulan-usulan ini mendapatkan suatu tanggapan positif dari pihak
legislatif, eksekutif dan rakyat Papua serta dukungan dari Senat
Universitas Cenderawasih. Pada akhirnya, usulan ini memperoleh restu
dari Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia
serta Kabinet Persatuan, yakni dengan diterbitkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 153 Tahun 2000.
Pada hari ini Sabtu, tanggal 28 Juli 2001, merupakan hari yang bersejarah
pula bagi UNIPA karena mul ai diresmikan secara operasional berbagai
kegiatan, dan pengaturannya dilakukan secara bertahap bersama-sama
dengan mantan induknya yaitu UNCEN. Berbagai aset yang dimiliki oleh
Faperta Uncen, kini menjadi aset UNIPA baik sumberdaya manusia, lahan,
tanaman, ternak maupun bangunan fisik dan penunjang lainnya.
Struktur Organisasi
Personalia struktur
organisasi ini akan
Arboretrum, tempat praktek mahasiswa Fahutan UNIPA
dilengkapi secara
bertahap baik pada
tingkat universitas maupun tingkat fakultas.
Fakultas yang akan dibuka pada awal pendirian UNIPA yakni Fakultas-
fakultas: Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Teknologi Pertanian, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi
dan Sastra. Fakultas lainnya akan dibuka di kemudian hari dengan
memperhatikan kebutuhan daerah dan sumberdaya yang tersedia.
Program Studi
Program pendidikan S1 dan S0 yang saat ini sedang diselenggarakan
masing-masing sebanyak 4 program studi jalur akademik dan 3 program
studi jalur profesional. Pada UNIPA telah diusulkan sebanyak 26 program
studi baru (Tabel 5-6).
Agronomi S1 Lama
Sosial Ekonomi
S1 Lama
Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Pertanian
Penyuluhan dan
S1 Usulan Baru
Komunikasi Pertanian
8 November 2000 Penyerahan salinan Keppres No. 153 tahun 2000 dari
Dirjen Pendidikan Tinggi kepada Dekan Faperta Uncen di
Jakarta