You are on page 1of 12

Catatan Kuliah

Hukum Telekomunikasi
Oleh Ande Akhmad S. (A1O99010 FH UNPAD) Dosen: Dandrivanto B., S.H.
PENGERTIAN Tele jarak jauh, komunikasi kegiatan menyampaikan informasi. Telekomunikasi kegiatan menyampaikan informasi secara jarak jauh. The term telecommunication means the transmission between or among point specified by the user, of information of the user choosing without change in the form or content of the information as sent and received. (The Telecommunication Act96). Telecommunication means any transmission, emmission or reception of signal by means of telecommunication infrastructure. (The Netherland Telecommunication Act88). Definisi yuridis: Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya (ps. 1 ayat (1)). Intinya: Penyampaian informasi, Pengirim dan penerima, Menggunakan fasilitas telekomunikasi. Telekomunikasi bersifat 2 arah sehingga televisi (broadcasting) tidak dapat dikatakan sebagai telekomunikasi karena satu arah. Skema: Tentang convergence era
Content Interactive multimedia Computting Communications

Convergency Technologies

Content: Entertainment, Publishing, Information, Provider. Communication: Telephone, Cable, Satellite, Radio. Computting: Computer, Hardware, Software. (Pada akhirnya ketergantungan).

akan

terjadi

saling

PARADIGMA BARU KEBIJAKAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA. Sebelum berlaku UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi ( UU Telekomunikasi 1999 ) kondisi regulasi penyelenggaraan telekomunikasi lebih bernuansa monopolistik, Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

151

anti kompetisi, usaha dan orientasi lebih pada operator, negara sangat mendominasi peran sebagai regulator sekaligus sebagai operator. UU No. 3 Tahun 1989 hanya ada satu badan penyelenggara yaitu BUMN yang diberi izin untuk menyelenggarakan telekomunikasi dasar sebagai hak ekslusif. Perubahan lingkungan global lingkungan dan cara pandang telekomunikasi baru penataan kembali penyelenggraaan telekomunikasi nasional. General Agreement on Trade and Service (GATS), Marrakesh, Maroko, tanggal 15 April 1994 diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1994 bahwa penyelenggaraan telekomunikasi nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perdagangan global. Peran pemerintah pada akhirnya menitikberatkan pada pembinaan yang meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dengan mengikutsertakan peran masyarakat dengan tidak mengurangi prinsip dasar pada pasal 33 UUD 1945, sehingga hal-hal yang menyangkut pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang merupakan sumber daya alam terbatas dikuasai oleh negara.

6. 7. 8. 9.

Interkoneksi dan biaya hak penyelenggaraan, Perizinan dalam penyelenggaraan telekomunikasi, Pengamanan dan perlindungan penyelenggaraan telekomunikasi, Frekuensi dan orbit satelit.

PENGATURAN BISNIS TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA Dasar hukum; UU No. 36 Tahun 1999, PP No. 52 tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, dan PP No. 53 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Pengaturan mencakup: 1. Penyelenggaraan dan penyelenggara telekomunikasi, 2. Persaingan usaha dalam bisnis telekomunikasi, 3. Peran serta masyarakat dalam bisnis telekomunikasi, 4. Perlindungan konsumen pengguna telekomunikasi, 5. Tarif penyelenggaraan telekomunikasi,

PENYELENGGARAAN & PENYELENGGARA TELEKOMUNIKASI Dalam UU No. 36 Tahun 1999: Pasal 1 ayat (12) definisi penyelenggaraan telekomunikasi. Pasal 1 ayat (13) definisi penyelenggaraan jaringan telekomunikasi. Pasal 1 ayat (14) definisi penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Pasal 1 ayat (15) definisi penyelenggaraan telekomunikasi khusus. Pasal 2 asas penyelenggaraan telekomunikasi. Pasal 3 tujuan jaringan telekomunikasi. Pasal 7 ayat (1) dan (2) tentang penyelenggaraan. Pasal 8 tentang penyelenggara. Dalam PP No. 52 Tahun 2000 Tentang penyelenggaraan telekomunikasi. Dalam PP No. 53 Tahun 2000; pasal 1 ayat (8) definisi penyelenggaraan telekomunikasi. Penyelenggaraan telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi, dibagi menjadi 3 golongan: 1. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, Adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan jaringan telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi 2. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi, Adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkaan terselenggaranya telekomunikasi 3. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus, Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

152

Adalah penyelenggaraan telekomunikasi yang sifat, peruntukkan dan pengoperasiannya khusus. Asas-asas penyelenggaraan telekomunikasi; manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, kemitraan, etika dan kepercayaan pada diri sendiri. Penyelenggara jaringan dan/jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hukum: 1. BUMN, 2. BUMD, 3. Badan Usaha Swasta, dan 4. Koperasi. Penyelenggara telekomunikasi khusus: 1. Perseorangan, 2. Instansi pemerintah, 3. Badan hukum selain penyelenggara jaringan dan/jasa telekomunikasi. Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib; membangun dan/menyediakan jaringan telekomunikasi, memenuhi ketentuan per-UU-an termasuk ketentuan teknis dalam Rencana Dasar Teknik yang diatur dengan keputusan Menteri, dan menjamin terselenggaranya telekomunikasi melalui jaringan yang diselenggarakannya. Penyelenggara telekomunikasi khusus dapat menyelenggarakan telekomunikasi untuk; 1. keperluan sendiri, 2. keperluan pertahanan keamanan, 3. keperluan penyiaran. Penyelenggara telekomunikasi khusus terdiri dari penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan; 1. perseorangan, 2. instansi pemerintah, 3. dinas khusus, 4. badan hukum. Penyelenggaran jaringan telekomunikasi terdiri dari: 1. Penyelenggaraan jaringan tetap, dibedakan dalam:

a. Lokal, b. Sambungan Langsung Jarak Jauh, c. Sambungan Internasional, d. Tertutup. 2. Penyelenggaraan jaringan bergerak, dibedakan dalam: a. Terestrial, b. Seluler, c. Satelit. Penyelenggara jaringan tetap lokal/ penyelenggara jaringan bergerak satelit harus menyelenggarakan jasa teleponi dasar. Penyelenggara jaringan tetap lokal dalam menyelenggarakan jasa teleponi dasar wajib menyelenggarakan jasa telepon umum dan dapat bekerjasama dengan pihak ke-3. Penyelenggara jaringan telekomunikasi wajib memenuhi setiap permohonan dari calon pelanggan jaringan telekomunikasi yang telah memenuhi syarat-syarat berlangganan jaringan telekomunikasi sepanjang jaringan telekomunikasi tersedia. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi terdiri dari: 1. Penyelenggaraan jasa teleponi dasar, 2. Penyelenggaraan jasa nilai tambah teleponi, 3. Penyelenggaraan jasa multimedia Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib; menyediakan fasilitas telekomunikasi untuk menjamin kualitas pelayanan jasa telekomunikasi yang baik dan sama kepada pengguna jasa telekomunikasi, mengikuti ketentuan teknis dalam Rencana Dasar Teknis yan diatur dengan Kepmen, wajib mencatat/merekan secara rinci pemakaian jasa telekomunikasi yang digunakan oleh pengguna (min 3 bulan), dan jika pengguna memerlukan maka penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikannya dan ia berhak memungut biaya atas permintaan rekaman tersebut.

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

153

PERSAINGAN USAHA DALAM BISNIS TELEKOMUNIKASI Larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat dimaksudkan agar terjadi kompetisi yang sehat antar penyelenggara telekomunikasi dalam melakukan kegiatannya. Dalam UU Telekomunikasi 1999 diatur dalam pasal 10, disesuaikan dengan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat (UU Anti Monopoli), beserta peraturan pelaksanaannya. UU Telekomunikasi 1989 hak tertentu kepada (TELKOM, INDOSAT, dan SATELINDO). Hak tertentu adalah hak ekslusivitas untuk menyelenggarakan jasa telekomuniaksi tetap sambungan lokal, sambungan langsung jarak jauh, dan sambungan langsung internasional yang diberikan pemerintah kepada badan penyelenggara. Pemerintah dapat mempersingkat waktu (hak tersebut) dengan kesepakatan dengan memperhatikan prinsip kejujuran dan keadilan serta keterbukaan (fairness), misal; dengan pemberian kompensasi. PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM BISNIS TELEKOMUNIKASI Peran serta masyarakat dibentuk lembaga peran serta masyarakat berdasarkan konsensus antara pelaku industri masyarakat (ps. 5 ayat (1)). Keanggotaan lembaga peran serta masyarakat terdiri dari: 1. Asosiasi di bidang usaha telekomunikasi, 2. Asosiasi profesi telekomunikasi, 3. Asosiasi produsen peralatan telekomunikasi, 4. Asosiasi pengguna jaringan dan jasa telekomunikasi, dan 5. Masyarakat intelektual di bidang telekomunikasi. (ps. 5 ayat (4))

Kepengurusannya dipilih dan diangkat dari anggota dengan mendapat pengukuhan dari Menhubtel. Tugasnya menyampaikan pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat mengenai arah pengembangan pertelekomunikasian dalam rangka penetapan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan di bidang pertelekomunikasian (ps. 5 ayat (2)). Fungsinya: 1. Menghimpun pendapat, pemikiran, dan pandangan masyarakat tentang pengembangan pertelekomunikasian. 2. Mengkaji dan merumuskan pendapat yang berkembang di masyarakat sebagai bahan usulan kebijakan dan/peraturan yang berkaitan dengan pembinaan, pengaturan, dan penyelenggaraan pertelekomunikasian. PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA TELEKOMUNIKASI Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi dan/penyelenggara jasa telekomunikasi wajib memberikan kontribusi dalam pelayanan universal (ps. 16) yang berbentuk penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi dan/kompensasi lain (ps. 16 ayat (2)). Universal service obligation (kewajiban pelayanan universal) agar kebutuhan masyarakat terutama di daerah terpencil untuk mendapatkan akses telepon dapat terpenuhi. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan/jasa telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip; 1. perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua pengguna, 2. Peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan telekomunikasi, dan 3. Pemenuhan standar pelayanan serta standar penyediaan sarana dan prasarana. (ps. 17) TARIF PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

154

Susunan tarif diatur dengan PP (ps. 27). Tarif tersebut terdiri atas: Tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, meliputi; 1. tarif sewa jaringan, 2. biaya interkoneksi. Tarif penyelenggaraan jasa telekomunikasi, meliputi: - Yang disalurkan melalui jaringan tetap, terdiri atas; 1. tarif jasa teleponi dasar sambungan lokal, sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan, langsung internasional (SLI), 2. tarif jasa nilai tambah teleponi, dan 3. tarif jasa multimedia. - Yang disalurkan melalui jaringan bergerak, terdiri atas; 1. tarif air time, 2. tarif jelajah, dan 3. tarif jasa multimedia. Struktur tarif penyelenggaraan jaringan telekomunikasi terdiri atas; 1. biaya akses, 2. biaya pemakaian, dan 3. biaya kontribusi pelayanan universal. Struktur tarif penyelenggaraan jasa telekomunikasi terdiri atas: 1. biaya aktivitas, 2. biaya berlangganan bulanan, 3. biaya penggunaan, dan 4. biaya fasilitas tambahan. Besar tarif diatur dengan Kep. Menhubtel RI. INTERKONEKSI DAN BIAYA HAK PENYELENGGARAAN Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda. Setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi berhak untuk mendapatkan interkoneksi dari penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya (ps. 25 ayat (1)) dan wajib menyediakan interkoneksi apabila diminta oleh

penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya (ps. 5 ayat (2)), berdasarkan prinsip; 1. pemanfaatan sumber daya secara efisien, 2. keserasian sistem dan perangkat telekomunikasi, 3. peningkatan mutu pelayanan, dan 4. persaingan sehat yang tidak saling merugikan. (ps. 5 ayat (3)) Setiap penyelenggara jaringan/jasa telekomunikasi wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi yang diambil dari persentase pendapatan (ps. 26 ayat (1)). PERIZINAN DALAM PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI Izin penyelenggaraan telekomunikasi diberikan dengan memperhatikan; 1. tata cara yang sederhana, 2. proses yang transparan, adil, dan tidak diskriminatif, serta 3. penyelesaian dalam waktu singkat. (ps. 11 ayat (2)) Izin diberikan melalui tahapan: izin prinsip, dan izin penyelenggaraan. Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan perseorangan dan dinas khusus tidak memerlukan izin prinsip. Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara tidak memerlukan izin prinsip dan izin penyelenggaraan. Izin prinsip diberikan paling lama 3 tahun diperpanjang hanya untuk satu kali selama 1 tahun tak dapat dipindahtangankan. Izin diajukan dengan permohonan secara tertulis kepada Menhubtel RI, dengan syarat; 1. berbentuk badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang telekomunikasi, 2. mempunyai kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia di bidang telekomunikasi. Untuk telekomunikasi khusus, syaratnya; Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

155

1.

berbentuk badan hukum Indonesia yang bergerak di bidang penyiaran, 2. mempunyai kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia di bidang penyiaran. Pemberian izin dilakukan melalui evaluasi atau seleksi. Izin penyelenggaraan khusus untuk keperluan perseorangan dinamakan izin amatir dan izin komunikasi radio antar penduduk, sedangkan untuk dinas khusus dinamakan izin stasiun radio. Menhubtel dalam waktu maksimal 60 hari kerja sejak permohonan izin diterima secara lengkap wajib memberkan keputusan; disetujui atau ditolak (mengenai izin prinsip) jika tidak ada keputusan setelah waktu tersebut maka dianggap disetujui. Pemegang izin prinsip wajib mengajukan permohonan uji laik operasi, setelah dinyatakan laik operasi maka izin penyelenggaraan diberikan. Izin diberikan tanpa batas dan setiap 5 tahun sekali dilakukan evaluasi bila tidak sesuai lagi dengan izin maka diterapkan sanksi administrasi.

pemakaian, penyelenggara juga dapat melakukan perekaman informasi sesuai dengan peraturan per-UU-an (ps. 41). Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi, dan dapat diberikan guna proses peradilan pidana atas: 1. Permintaan tertulis Jaksa Agung dan atau Kepala Kepolisian RI untuk tindak pidana tertentu, 2. Permintaan penyidik untuk tindak pidana tertentu sesuai denagn UU yang berlaku. (ps. 42 ayat (2)) FREKUENSI DAN ORBIT SATELIT Perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan, dibuat, dirakit, dimasukkan dan atau digunakan di wilayah RI wajib memperhatikan persyaratan teknis dan berdasarkan izin sesuai dengan peraturan perUU-an (ps. 32 ayat (1)). Pengguna spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib; mendapat izin dari pemerintah (ps. 33 ayat (1)), sesuai dengan peruntukannya dan tidak saling mengganggu (ps. 33 ayat (2)), membayar biaya penggunaan frekuensi yang besarnya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita frekuensi (bagi pengguna frekuensi) (ps. 34 ayat (1)), membayar biaya hak penggunaan orbit satelit, (bagi pengguna orbit satelit) (ps. 34 ayat (2)), Spektrum frekuensi radio dilarang digunakan oleh kapal berbendera/pesawat udara sipil asing di wilayah perairan/udara RI di luar peruntukkan, kecuali; 1. untuk kepentingan negara, keselamatan jiwa manusia dan harta benda, bencana alam, keadaan marabahaya, wabah, navigasi, dan keamanan lalu lintas pelayaran/penerbangan, 2. disambungkan ke jaringan telekomunikasi yang dioperasikan oleh penyelenggara telekomunikasi, atau Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

PENGAMANAN DAN PERLINDUNGAN PENYELENGGRAAN TELEKOMUNIKASI Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbukan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi (ps. 38). Penyelenggara telekomunikasi wajib melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap instalasi dalam jaringan telekomunikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan telekmunikasi (ps. 39 ayat (1)). Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun (ps. 40). Perekaman dapat dilakukan atas permintaan pengguna jasa untuk pembuktian kebenaran

156

3.

merupakan bagian dari sistem komunikasi satelit yang penggunaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan telekomunikasi dinas bergerak pelayaran/penerbangan. (ps 35 ayat (2) dan ps. 36 ayat (2)) Bagi pesawat udara sipil asing tidak diwajibkan memenuhi persyaratan teknis bagi perangkat telekomunikasinya (ps. 35 ayat (1)). Pemberian izin untuk perwakilan diplomatik dilakukan dengan memperhatikan asas timbal balik (ps. 37). Dalam perencanaan penggunaan spektrum frekuensi radio harus diperhatikan hal-hal; 1. mencegah terjadinya saling mengganggu, 2. efisiensi dan ekonomis, 3. perkembangan teknologi, 4. kebutuhan spektrum frekuensi radio di masa depan, 5. mendahulukan kepentingan pertahanan keamanan negara, keselamatan dan penanggulangan keadaan marabahaya (safety and distress), pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR), kesejahteraan masyarakat dan kepentingan umum. Perencanan penggunaan spektrum frekeunsi radio meliputi; 1. perencanaan penggunaan pita frekuensi radio (band plan), 2. perencanaan penggunaan kanal frekuensi radio (channeling plan). Izin diberikan dengan tahapan; pengalokasian frekuensi radio, penetapan penggunaan frekuensi radio. Untuk penggunaan sementara (paling lama 1 tahun) izin stasiun radio sementara. Untuk permohonan izin penggunaan spektrum frekuensi radio bagi penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan perseorangan, dinas khusus, sistem komunikasi radio lingkup terbatas dan sistem radio dari titik ke titik tidak perlu menyertakan izin prinsip dan/izin penyelenggaraan.

Izin stasiun radio unutk penggunaan spektrum frekuensi radio dalam bentuk pita frekuensi radio diberikan dalam jangka waktu 10 tahun diperpanjang 1 kali selama 10 tahun. Izin stasiun radio untuk penggunaan spektrum frekuensi radio dalam bentuk kanal frekuensi radio diberikan dalam jangka waktu 5 tahun diperpanjang 1 kali selama 5 tahun. Pemegang alokasi frekuensi radio tidak dapat mengalihkan alokasi frekuensi radio yang diperolehnya kepada pihak lain, kecuali atas persetujuan Menhubtel, dan frekuensi radio yang tidak digunakan lagi wajib dikembalikan kepada Menhubtel. Realokasi frekuensi radio dilakukan karena adanya perubahan alokasi frekuensi radio internasional dan/penyesuaian peruntukkannya, serta Menhubtel menetapkan alokasi frekuensi radio baru, dengan diberitahukan 2 tahun sebelumnya. Dalam menentukan besarnya biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio (yang dikenakan pada saat izin diberikan dan dibayar di muka setiap tahun sekali) digunakan formula dengan memperhatikan komponen; 1. jenis frekuensi, 2. labar pita dan atau kanal frekuensi radio, 3. luas cakupan, 4. lokasi, 5. minat pasar. Sedangkan yang tidak dikenai biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio meliputi; 1. telekomunikasi khusus untuk keperluan pertahanan keamanan negara, 2. telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas khusus, 3. telekomunikasi khusus untuk keperluan instansi pemerintah yang digunakan perwakilan negara asing di Indonesia ke dan/dari negara asal berdasarkan asas timbal balik. Untuk yang akan menggunakan satelit mengajukan permohonan pendaftaran penggunaan satelit secara tertulis kepada Menhubtel Menhubtel selaku Adminitrasi Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

157

Telekomunikasi Indonesia mendaftarkan ke ITU dengan tahapan: publikasi awal, koordinasi, notifikasi. Masa berlaku penggunaan lokasi satelit sesuai dengan umur satelit dan dapat diperpanjang, penetapannya tidak dapat dialihkan. Komponen yang diperhatikan dalam menetapkan besarnya biaya hak penggunaan orbit satelit (dikenakan 1 kali sepanjang usia satelit); 1. biaya pendaftaran, 2. biaya koordinasi. HARMONISASI PENGATURAN BISNIS TELEKOMUNIKASI Pengaturan pertelekomunikasian kita disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang termuat dalam WTO/GATS. Dalam perdagangan jasa kita terikat dengan asas-asas yang terdapat dalam Perjanjian WTO/GATS, yaitu most favaoured nations clause dan national treatment clause. Most favaoured nations clause suatu negara anggota tidak boleh memberikan perlakuan istimewa terhadap suatu negara dibanding terhadap negara anggota lainnya di bidang perdagangan jasa. National treatment clause dalam suatu negara anggota tidak boleh ada diskriminasi perlakuan antara produk-produk jasa dalam negeri dengan produk-produk jasa luar negeri/asing. Harmonisasi juga dilakukan terhadap sistem hukum nasional sehingga semua kebijakan dari pusat sampai di tingkat operasional harus selalu sesuai dengan peraturan per-UU-an yang berlaku. INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION (ITU) Sebagai suatu organisasi internasional dibentuk di Paris dengan suatu perjanjian antar

pemerintah (intergovernment treaty) pada tahun 1865. Merupakan pengganti International Telegraph Union. Pada mulanya ITU hanya berperan dalam memberikan acuan/arahan dan pengaturanpengaturan internasional di bidang lalu lintas pertelegrafan, namun secara bertahap berubah menjadi suatu organisasi internasional yang secara praktis bertanggung jawab di bidang telekomunikasi, termasuk di dalamnya sebagai institusi, pengaturan dan standarisasi kegiatankegiatan pertelekomunikasian. Hampir satu abad, ITU merupakan satusatunya organisasi yang telah menyusun dan menerapkan pengaturan untuk sistem pertelekomunikasian internasional. Organ-organ ITU, terdiri dari: Organ periodik: 1. Plenipotentiary Conference, - Merupakan organ tertinggi yang beranggotakan delegasi dari seluruh anggota ITU. - Anggota delegasi itu sendiri merupakan perwakilan resmi dari administrator telekomunikasi masing-masing negara. - Melaksanakan fungsinya untuk hal-hal yang berkenaan dengan kebijaksanaan umum (policy making) dalam usaha mencapai tujuan ITU, termasuk melakukan perubahan /revisi terhadap ketentuan (convention) organisasi. 2. Administrative Council, Merupakan organ yang mendapat delegasi wewenang dari Plenipotentiary Conference sebagai pelaksana persiapan agenda untuk Administrative Conference. 3. Administrative Conference. - Berfungsi untuk melakukan peninjauan dan/revisi sebagian atau keseluruhan peraturan-peraturean administratif ITU (administrative regulations). - Peraturan-peraturan administratif yang dimaksud antara lain adalah Radio Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

158

Regulations (RR) dan Telephone and Telegraph Regulations (TTR) Organ permanen: 1. General Secretariat, Tugasnya: a. Memberikan nasihat hukum (legal advice) kepada organ-organ di dalam ITU. b. Melakukan tugas-tugas kesekretariatan dan persiapan konferensi. c. Menerbitkan informasi teknis dan administrasi. 2. International Frequency Registration Board (IFRB), - Kelima anggota yang merupakan para pakar teknik, dipilih oleh Plenipotentiary Conference. - Dalam melaksanakan tugasnya anggota IFRB tidak diperkenankan untuk menanyakan dan/menerima perintah apapun dari pemerintah, perwakilan pemerintah, organisasi /institusi atau individu karena posisi IFRB yang penting yaitu untuk menyimpan dan

mendaftarkan frekuensi serta posisi slot orbit satelit di GSO. - Tugas lainnya adalah yang berhubungan erat dengan perlunya adanya jaminan dalam posisi orbi satelit di GSO, sebagaimana termuat dalam pasal 10 International Telecommunication Convention ITU, Nairobi 1982. 3. International Radio Consultative Committee (CCIR), 4. International Telegraph and Telephone Consultative Committee (CCITT). International Telecommunication Convention ITU, Nairobi 1982: Ps. 33 diperlukan ketersediaan fasilitas teknis bagi negara-negara berkembang dianggap diskriminatif oleh negara-negara berkembang berkenaan dengan akses yang layak (equitable access) untuk mendapatkan slot orbit satelit di GSO sehingga diubah dan tidak lagi sematamata didasarkan perhitungan ekonomi dan teknis yang sangat kaku tetapi juga kebutuhan dan keadaan geografi negara.

Skema : Tentang struktur hierarkis organ-organ ITU


Aministrative Council Plenipotentiary Conference

Administrative Telegraph and Telephone Conference General Secretariat

Administrative Radio Conference

CCIT Plenary Assembly

CCIR Plenary Assembly

IFRB

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

159

TELECOMMUNICATION SERVICE IN WTO Penataan kembali sistem perdagangan dunia: Tahun 1947; kegagalam pembentukan ITO karena tidak disetujui Kongres AS dicapai kesepakatan tentang perlunya suatu Perjanjian Internasional; GATT yang memberikan kerangka dalam aturan permainan di bidang perdagangan barang-barang Perundingan Putaran Uruguay merumuskan pedoman perundingan; perdagangan jasa masuk bagian GATS Tahun 1994 Putaran Uruguay berhasil diselesaikan. Putaran Uruguay memberi dasar bagi pembentukan WTO. WTO menjadi satu-satunya organisasi perdagangan dunia yang memiliki atribut yang lazim dimiliki oleh suatu organisasi internasional dengan struktur yang jelas. Prinsip-prinsip GATT/GATS; 1. Non diskriminasi, Suatu negara anggota tidak dapat memberikan perlakuan yang lebih baik kepada satu negara anggota lain tanpa memberikan perlakuan yang sama kepada semua negara anggota. 2. Transparansi, Mensyaratkan negara-negara anggota untuk mempublikasikan seluruh ketentuan regulasi yang memberi dampak terhadap perdagangan jasa. 3. National Treatment, Suatu produk yang telah masuk secara sah kedalam wilayah pabean dari suatu negara harus diperlakukan sama dengan produk yang berasal dari negara pengimpor sendiri, 4. Penghapusan hambatan, restiksi, Menghapus restriksi dalam berbagai bentuk, yang tidak lain diperlukan dalam upaya memperlancar perdagangan dunia. 5. Perlindungan dalam bentuk tarif, Negara-negara anggota dapat melakukan perundingan dengan tujuan untuk saling

memberikan konsesi melalui penurunan tingkat bea masuk yang pada gilirannya meningkatkan perdagangan dunia. 6. Resiprositas, Negara-negara anggota dapat membuat perlakuan tertentu untuk mengurangi hambatan, rintangan melalui asas resiprositas. Modus penyelenggaraan jasa 1. Cross Border Supply, Pemasokan atau penyediaan jasa dari wilayah satu negara anggota ke negara anggota lainnya, misal; penyelenggaraan jasa pos dan telekomunikasi. 2. Comsumption Abroad, Pemasokan atau penyediaan jasa dalam wilayah satu negara anggota kepada konsumen dari negara-negara anggota lainnya, misal; pelayanan pariwisata. 3. Commercial Presence, Pemasokan atau penyediaan jasa oleh penyedia jasa dari suatu negara anggota melalui kehadirannya di negara anggota lain, misal; Kantor Perwakilan Cabang. 4. Presence of Natural Persons/Movement of Natural Persons, Pemasokan atau penyediaan jasa oleh penyedia jasa dari suatu negara anggota melalui kehadiran personil (si pemasok, penyedia jasa) di negara anggota lainnya, misal; keberadaan tenaga kerja asing. Perundingan jasa telekomunikasi 1. Annex on Telecommunications: - Bertujuan mengklarifikasi dan mengelaborasi seluruh GATS, dan digunakan sebagai acuan dalam rangka penerapan ketentuanketentuan GATS di sektor telekomunikasi. - Memberi dasar untuk negosiasi sub sektor Basic Telecommunication melalui Group on Basic Telecommunications (GBT). Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

160

2. Aturan tambahan untuk sektor telekomunikasi; - Akses yang non diskriminatif bagi penyelenggaraan jasa telekomunikasi untuk umum, - Jastel yang diselenggarakan harus tercantum dalam daftar komitmen, - Pendefinisian telekomunikasi dasar dilakukan melalui pendekatan secara terbuka dan mensyeluruh, - Perlindungan dalam kompetisi, - Jaminan interkoneksi, - Perizinan yang jelas. 3. Klasifikasi jasa telekomunikasi berdasarkan Center Product Classification (CPC) GATS. Jasa telekomunikasi dasar (komitmen Indonesia dalam Perundingan GBT/Group on Basic Telecommunication) WTO, Februari 1997: 1. Komitmen Indonesia untuk sektor jasa telekomunikasi berbasis kepada ketentuan peraturan per-UU-an yang berlaku serta kondisi pertelekomunikasian nasioaal, sbb: - Penyediaan jasa asing worldclass pperators dengan pengalaman internasional yang luas, - Persyaratan type approval, - Tarif ditetapkan oleh Pemerintah, - Callback dilarang, - Hak ekslusif PT. Telkom: Local service; hak ekslusif berakhir pada tahun 2011, Long distance; hak ekslusif berakhir pada tahun 2006. - Kebijaksanaan duopoly dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi internasional: Hak ekslusif berakhir pada tahun 2005.

- Kerjasama penyedia jasa asing dituangkan dalam bentuk: Joint Venture (JVC), Kerjasama Operasi, Kontrak Manajemen - Kehadiran expert asing dalam JVC dibatasi hanya 20 orang. - Partisipasi equity pihak asing dibatasi, mak 35 %. 2. Komitment Indonesia di GATS untuk sektor Jastel non dasar dan jastel dasar. 3. Seluruh komitment Indonesia baik untuk jastel non dasar maupun jastel dasar di GATS akan mulai berlaku mengikat pada tanggal 1 Januari 1998. Resiko-resiko potensial yang terkait dengan keikutsertaan Indonesia di GATS: Pihak asing akan meningkatkan pengamatan, penelitian secara cermat terhadap manajemen sektor telekomunikasi Indonesia, Permintaan negara-negara lain untuk lebih meningkatkan akses mereka ke pasar telekomunikasi Indonesia. Indonesia perlu memanfaatkan peluang dan potensi manfaat yang akan diperoleh dari GATS dengan meningkatkan akses ke pasar negara lain. Industri telekomunikasi Indonesia akan memperoleh pengalaman melalui transfer teknologi, ekspertis dan manajerial. GATT/GATS memberikan kepastian hukum bagi investor Indonesia yang akan melakukan investasi di luar negeri. Komitment Indonesia di WTO/GATS akan memberikan manfaat, berupa kepastian hukum bagi investor asing, stimulasi investasi di sektor telekomunikasi, serta meningkatkan harga saham para penyelenggara jastel sekarang ini.

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

161

Kumpulan Catatan Kuliah Oleh Ande Akhmad Sanusi

162

You might also like