You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2004). Keluarga Berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke 20 saat ini hampir 60 % pasangan usia subur di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar dan lebih dari 120 juta wanita negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan. Pada awal tahun 2000, para pakar kependudukan memproyeksikan penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 234,1 juta Angka ini merupakan proyeksi moderat yang mengasumsikan keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) dalam menurunkan fertilitas pada periode 1997-2000 terus berlanjut. Kontrasepsi hormon merupakan kelompok kontrasepsi yang pemakaiannya berada pada urutan ke tiga diseluruh dunia. Sebagian besar (85 %) menggunakan kontrasepsi oral sedangkan implant hanya 15% namun beberapa negara mungkin banyak mengandalkan salah satu metode tertentu (Glasier,2006). Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut, berbagai faktor harus dipertimbangkan termasuk status kesehatan. Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant. Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pemasangan implant sederhana dan dapat diajarkan dan efek sampingnya sedikit Implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya guna nya Kegagalan adalah 0,3 per 100 tahun tetapi mengapa ibu ibu kurang berminat menggunakan alat kontrasepsi ini (Manuaba, 1998).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud KB? 2. Sebutkan macam-macam metode dan alat KB, efektivitas, kekurangan dan kelebihan? 3. Bagaimana cara menggunakan serta efeknya?

1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan pengertian KB. 2. Menjelaskan macam-macam metode dan alat KB, efektivitas, kekurangan dan kelebihan. 3. Memaparkan cara menggunkan Kb serta efeknya.

1.4 Manfaat 1. Menambah wawasan kepada penyusun dan pembaca. 2. Masiswa dapat memahami macam-macam metode KB. 3. Mahasiswa dapat

1.5 Metode Penulisan Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :Metode Pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan ntindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan). Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.

2.2 Tujuan Keluarga Berencana Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju

pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama

dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari

satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan

menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

2.3 Sasaran program KB a. Sasaran Langsung Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. b. Sasaran Tidak Langsung 1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alatalat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan

preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi. 2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi

pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004). 3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (Prawirohardjo, 2005 A).

2.4 Manfaat Usaha KB dipandang dari segi kesehatan Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

2.5 Macam-macam metode dan alat keluarga berencana 2.5.1 Metode Alami a. Pantang Berkala Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu: 1. Ovulasi terjadi 14 2 hari sebelum haid yang akan datang. 2. Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi. 3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Cara ini mudah dilaksanakan namun dalam prakteknya sukar untuk menentukan saat ovulasi dengan tepat. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur,menstruasi dapat terjadi variasi, apalagi setelah persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause.

Efek samping Pantang yang terlampau lama akan mneyebabkan frustasi.

b. Metode Pemantauan Suhu Basal Metode kontrasepsi ini mengandalkan pemantauan suhu tubuh basal setiap hari. Suhu tubuh basal adalah suhu tubuh pada saat bangun tidur, sebelum
5

melakukan aktivitas fisik. Pengguna harus mencatat hasil pemantauannya setiap hari, sehingga dia dapat membandingkan perubahan suhu dari hari ke hari. Suhu tubuh seorang wanita berubah di sepanjang siklus menstruasi, bertepatan dengan perubahan hormonal yang menunjukkan tahap subur dan tidak subur dari siklus. Dengan memonitor suhu tubuhnya setiap hari, seorang wanita dapat menentukan hari-hari di mana dia subur dan tidak subur.

Metode Kerja Suhu tubuh seorang wanita naik sedikit setelah ovulasi pada sekitar pertengahan siklus menstruasinya. Sebagai contoh, seorang wanita dengan siklus normal menstruasi 28 hari akan mengalami ovulasi sekitar dua minggu setelah perdarahan menstruasi terakhir dan sekitar dua minggu sebelum perdarahan menstruasi berikutnya. Ovulasi terjadi sebagai respon terhadap peningkatan kadar hormon progesteron dalam tubuh wanita. Setelah ovulasi, kadar progesteron menurun, yang menyebabkan suhu tubuh wanita akan meningkat sedikit. Dengan demikian, seorang wanita dapat mengetahui kapan ovulasi telah berlalu dan masa suburnya berakhir dengan memonitor suhu tubuh basal setiap hari. Setelah kenaikan suhu, dia bisa yakin bahwa dia tidak subur, sampai siklus menstruasi dimulai lagi. Wanita yang menggunakan metode ini menghindari seks atau menggunakan metode kontrasepsi alternatif sejak hari pertama siklus menstruasi (hari ketika perdarahan haid dimulai) sampai kenaikan suhu tubuh basal terjadi (menunjukkan ovulasi telah berlalu). Ovulasi memakan waktu sekitar 24 jam. Telur yang dilepas oleh indung telur akan bergerak melalui tuba falopi menuju rahim. Jika bertemu dengan sperma pada saat itu, wanita tersebut menjadi hamil. Jika tidak ada sperma, telur akan terus berjalan melalui pembukaan rahim dan ke dalam vagina, di mana dia akan dikeluarkan dari tubuh. Meskipun seorang wanita hanya subur dalam 24 jam setelah ovulasi (waktu telur masih berada di tubuhnya), sperma dapat bertahan dalam rahimnya sampai lima hari setelah hubungan seksual. Jadi seorang wanita juga bisa hamil jika dia berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi dalam lima hari sebelum ovulasi. Karena tidak ada perubahan suhu yang menunjukkan awal ovulasi, wanita perlu

menghindari seks tanpa kontrasepsi sejak awal siklus menstruasi sampai suhu tubuh meningkat.

Cara Pemakaian Langkah-langkah dalam metode ini mencakup: 1) Mengukur suhu tubuh basal setiap hari, sebelum turun dari tempat tidur, makan atau melakukan aktivitas fisik. 2) Mencatat hasil pengukuran suhu tubuh basal pada grafik setiap hari, sehingga tren suhu tubuh mudah terlihat. 3) Memantau bila ada sedikit peningkatan suhu 0,2-0.5 derajat C, yang menunjukkan ovulasi telah berlalu. 4) Tidak melakukan hubungan seks atau menggunakan kontrasepsi alternatif sejak hari pertama siklus menstruasi (dimulainya pendarahan menstruasi) sampai tiga hari setelah kenaikan suhu 0.2-0.5 derajat C. Kebanyakan wanita dapat memantau suhu tubuh basal pada sebagian besar waktu. Namun, pada saat-saat ketika mereka memiliki kondisi yang menyebabkan suhu tubuh berubah (misalnya penyakit yang menyebabkan demam), metode suhu tubuh basal akan sulit untuk digunakan dan diandalkan. Wanita dengan kondisi yang mempengaruhi suhu tubuh mereka harus menggunakan kontrasepsi alternatif atau menghindari seks sampai suhu tubuhnya stabil. Seperti semua metode berbasis kesadaran kesuburan lain, kerja sama dari suami dibutuhkan, sehingga sangat penting dia juga memahami bagaimana metode ini bekerja dan mengapa kadang-kadang perlu untuk menggunakan alat kontrasepsi atau pantang berhubungan seksual. Mengajak suami saat mendatangi dokter atau klinik keluarga berencana memungkinkan Anda untuk sama-sama menerima informasi mengenai penggunaan metode ini.

Efektivitas Efektivitas metode pemantauan suhu tubuh basal adalah 99% pada tahun pertama penggunaan, jika digunakan dengan benar dan konsisten. Namun, metode ini kurang efektif jika wanita tidak memonitor suhunya dengan akurat atau jika dia berhubungan seks tanpa pelindung di masa subur. Karena banyak wanita mengalami kesulitan untuk menggunakan metode ini dengan benar dan konsisten, sekitar 25% dari mereka yang menggunakan metode
7

ini menjadi hamil dalam tahun pertama penggunaan. Angka ini juga khas pada metode kesadaran kesuburan lainnya seperti metode berbasis kalender dan metode pemantauan lendir serviks. Beberapa kesulitan penggunaan dapat disebabkan oleh pengaruh eksternal (misalnya suhu lingkungan naik) sehingga suhu wanita meningkat dan dikira bahwa ovulasi telah berlalu, padahal belum. Namun ada juga bukti bahwa banyak wanita yang merasa kerepotan untuk memantau suhu tubuh setiap hari.

Kelebihan 1) Alami dan tidak menyebabkan efek samping. 2) Wanita menjadi lebih memahami perubahan tubuh mereka yang terjadi selama siklus menstruasi. 3) Sangat efektif, bila dilakukan dengan benar.

Kekurangan 1) Tidak cocok untuk digunakan sementara wanita memiliki kondisi kesehatan yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh, misalnya penyakit menular. 2) Membutuhkan pemantauan dan pencatatan harian suhu tubuh pada waktu yang sama setiap hari. 3) Masa subur dimulai pada awal siklus menstruasi (dibandingkan dengan metode berbasis kesadaran kesuburan lain di mana seorang wanita dapat menentukan apakah dia subur pada 5-7 hari pertama dari siklus). 4) Tidak melindungi terhadap infeksi PMS.

Efek Samping Tidak ada.

c. Metode Pemanatauan Lendir Serviks Metode pemantauan lendir serviks adalah metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang mengandalkan pemantauan perubahan pada lendir leher rahim sepanjang siklus menstruasi. Karena keberadaan dan sifat lendir serviks bervariasi pada berbagai tahap siklus menstruasi, sebagai tanggapan terhadap perubahan hormon dan tingkat kesuburan, wanita dapat menentukan kapan mereka subur dan tidak subur, berdasarkan perubahan pada lendir leher rahim mereka.
8

Agar metode ini bekerja secara efektif sebagai kontrasepsi, perempuan kemudian harus menghindari hubungan seks lewat vagina selama masa subur atau menggunakan metode kontrasepsi alternatif jika mereka berhubungan seks.

Metode Kerja Metode lendir serviks, seperti metode kesadaran kesuburan lain, bekerja dengan memungkinkan perempuan untuk menghindari seks dalam periode ketika mereka subur. Dengan demikian, sperma tidak bertemu dengan telur dan kehamilan tidak terjadi. Metode ini cocok untuk semua wanita yang memiliki siklus menstruasi dan dapat memantau perubahan pada lendir serviks mereka setiap hari (misalnya, mereka merasa nyaman untuk menyentuh tubuh sendiri dan memasukkan jari ke dalam vagina). Penggunaan metode ini harus ditunda pada wanita yang: 1) Baru memakai pil kontrasepsi darurat. Pemantauan ditunda sampai cairan vagina normal kembali, biasanya pada awal siklus menstruasi berikutnya. 2) Baru melahirkan. Pemantauan ditunda sampai siklus menstruasi kembali teratur, biasanya enam bulan bagi yang menyusui dan empat minggu bagi yang tidak menyusui. 3) Memiliki keputihan. Keputihan abnormal dapat menunjukkan kondisi serius seperti infeksi menular seksual. Wanita harus menunda penggunaan metode pemantauan lendir serviks sampai keputihan menghilang.

Cara Pemakaian Ada beberapa metode pemantauan perubahan lendir serviks. Semua metode mensyaratkan wanita untuk menghindari seks vaginal atau menggunakan metode kontrasepsi alternatif selama masa subur.

Metode ovulasi Metode ovulasi (juga disebut metode Billings) membutuhkan pemantauan keberadaan dan sifat lendir serviks. Wanita yang menggunakan metode ini harus: a) Menghindari hubungan seks vagina pada hari-hari perdarahan menstruasi berat, lendir serviks dapat muncul pada masa ini (menandakan

kesuburan) tetapi sulit untuk dideteksi. Banyak wanita salah mengira bahwa mereka tidak dapat menjadi hamil selama menstruasi. Meskipun resikonya
9

sangat kecil, terutama bagi wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur, bagi mereka yang memiliki siklus pendek atau masa perdarahan haid yang panjang, perdarahan dapat tumpang tindih dengan masa subur, yang dimulai lima hari sebelum ovulasi. Hal ini karena sperma dapat bertahan hidup dalam rahim sampai lima hari setelah ejakulasi. b) Memeriksa lendir serviks setiap hari, di sore hari, setelah perdarahan selesai. c) Berhubungan seks hanya di malam hari, karena keberadaan air mani dapat membuat sulit untuk mendeteksi lendir serviks. d) Menghindari berhubungan seks dua hari berturut-turut pada periode antara perdarahan menstruasi dan lendir serviks. e) Menganggap dirinya subur pada hari dia melihat lendir serviks dengan warna atau konsistensi apa pun. f) Melanjutkan pemantauan lendir serviks dari saat mereka muncul, sampai setelah hari puncak. Pada hari puncak, lendir serviks akan menjadi bening, basah dan lentur. Setelah hari puncak, lendir akan menjadi lebih kering dan lengket. g) Menganggap dirinya subur selama tiga hari setelah hari puncak. h) Menghindari hubungan seksual tanpa pelindung pada hari-hari subur.

Metode dua hari Metode dua hari adalah metode pemantauan lendir serviks yang

disederhanakan. Tidak seperti metode ovulasi, metode ini tidak memerlukan seorang wanita untuk memantau perubahan dalam sifat lendir serviksnya (misalnya warna, konsistensi). Sebaliknya, seorang wanita hanya perlu memantau kapan lendir serviks pertama kali muncul dalam siklus menstruasinya. Wanita yang menggunakan metode ini harus: 1) Memantau lendir serviks mereka setiap hari. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari, memeriksa cairan pada pakaian dalam, atau menggunakan tisu. Kehadiran air mani atau darah menstruasi dapat membuat pemantauan keberadaan lendir serviks lebih sulit. 2) Menganggap dirinya subur ketika mereka menemukan lendir serviks dalam dua hari berturut-turut. 3) Menganggap dirinya subur sampai mereka tidak memiliki lendir serviks selama dua hari berturut-turut (yaitu, sampai mereka memiliki dua hari kering).
10

4) Menggunakan metode kontrasepsi alternatif atau menjauhkan diri dari hubungan seksual di masa subur.

Efektivitas Ketika digunakan dengan benar, metode ini 96-97% efektif dalam mencegah kehamilan dalam tahun pertama pemakaian. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa wanita menjadi lebih percaya diri dengan proses pemantauan dari waktu ke waktu, dan hal itu dapat meningkatkan efektivitasnya dalam jangka panjang. Efektivitas menurun jika tidak digunakan dengan benar (misalnya jika hubungan seksual tanpa kondom terjadi pada masa subur). Efektivitas metode pemantauan lendir serviks dalam mencegah kehamilan sangat tergantung pada kerja sama dari suami, untuk tidak bersenggama atau menggunakan kontrasepsi alternatif saat masa subur. Oleh karenanya, perempuan yang memilih untuk menggunakan metode pemantauan lendir serviks sebaiknya mengunjungi klinik keluarga berencana bersama suaminya, sehingga keduanya bisa sama-sama belajar tentang metode ini.

Kelebihan 1) Alami dan tidak menyebabkan efek samping 2) Tidak memerlukan perangkat atau prosedur khusus 3) Tidak ada biaya apapun 4) Wanita menjadi lebih memahami siklus menstruasinya 5) Cocok untuk wanita dengan panjang siklus yang tidak teratur (siklus <26 hari atau> 32 hari) yang tidak dapat menggunakan metode kalender.

Kekurangan 1) Harus memantau perubahan lendir serviks setiap hari. Hal ini membuat metode ini tidak tepat bagi sebagian wanita (misalnya mereka yang memiliki keputihan yang tidak biasa atau tidak nyaman untuk memeriksa lendir). 2) Mungkin memerlukan perubahan praktek seksual 3) Perlu metode kontrasepsi tambahan jika pasangan ingin melakukan hubungan seks vaginal dalam masa subur 4) Tidak melindungi terhadap PMS.

11

Efek Samping Tidak ada efek samping.

2.5.2 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatakan oleh tembaga, yang mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat transportsi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saliran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga memeperlihatkan degerasi mencolok (WHO, 1997). AKDR yang

mengeluarkan hormone juga menebalkan lendir sehingga menghalangi masuknya sperma. Spiral adalah perangkat plastik kecil berbentuk T yang ditempatkan ke dalam rahim wanita untuk pengendalian kelahiran. Sebuah ikatan plastik ditautkan di ujung spiral yang menggantung melalui leher rahim ke dalam vagina. Ada dua jenis spiral: hormon dan tembaga. 1) Spiral tembaga (copper IUD). Kawat tembaga dililitkan di sekitar batang spiral bentuk T. Spiral tembaga bisa bertahan selama 10 tahun dan merupakan bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. 2) Spiral hormon yang melepaskan hormon progestin dan sedikit lebih efektif untuk mencegah kehamilan dibandingkan spiral tembaga, selama 5 tahun. Meskipun jauh lebih populer dibandingkan spiral tembaga di Amerika Serikat, spiral hormon (yang dipasarkan dengan merek Mirena) tidak populer di Indonesia. Beberapa literatur menyebut spiral hormon sebagai IUS (intra-uterine system), untuk membedakannya dengan spiral tembaga atau IUD (intra-uterine device).

Metode Kerja Kedua jenis spiral mencegah pembuahan sel telur dengan merusak atau membunuh sperma. Spiral juga mempengaruhi lapisan rahim (di mana sel telur yang dibuahi akan melekat dan tumbuh).

12

1) Spiral hormon: mencegah pembuahan dengan merusak atau membunuh sperma dan membuat lendir di leher rahim lebih kental dan lengket, sehingga sperma tidak bisa melaluinya ke rahim. Spiral ini juga membuat dinding rahim (endometrium) tumbuh sangat tebal sehingga tidak mendukung perlekatan dan pertumbuhan telur yang telah dibuahi. Hormon-hormon dalam spiral ini juga mengurangi perdarahan dan kram menstruasi. 2) Spiral tembaga: tembaga merupakan racun bagi sperma. Spiral jenis ini membuat rahim dan saluran telur menghasilkan cairan yang membunuh sperma. Cairan ini mengandung sel darah putih, ion tembaga, enzim, dan prostaglandin.

Cara Pemakaian Sebelum memasang spiral, dokter atau bidan akan memastikan bahwa Anda tidak sedang hamil dan tidak memiliki kelainan/penyakit di panggul, lesi kanker dan penyakit menular seksual. Perangkat spiral yang tidak lebih besar dari batang korek api ditempatkan ke rahim melalui vagina dan leher rahim dengan perangkat pemasang (IUD Set). Kunjungan tindak lanjut biasanya dijadwalkan 2-3 bulan setelah pemasangan. Anda tidak perlu mengambil langkah-langkah lanjutan untuk mencegah kehamilan sampai saatnya untuk menggantinya. Berapa lama tergantung pada jenis spiral yang Anda dapatkan.

Efektivitas Kemungkinan TIDAK mendapatkan kehamilan adalah: 98% 99%. a) Bila menggunakan spiral hormon, sekitar 2 dari 1.000 wanita hamil dalam tahun pertama. b) Bila menggunakan spiral tembaga, sekitar 6 dari 1.000 wanita hamil dalam tahun pertama. Kebanyakan kehamilan dengan penggunaan spiral terjadi karena spiral

terdorong keluar dari rahim tanpa disadari. Spiral paling mungkin untuk keluar dalam beberapa bulan pertama penggunaan, pemasangan setelah melahirkan, atau pada wanita yang belum pernah memiliki bayi.

Kelebihan 1) Mudah digunakan, rendah perawatan. 2) Mudah dipasang dan dilepas di klinik atau kantor dokter.
13

3) Tidak memiliki efek samping sistemik. 4) Tergantung pada jenisnya, dapat dibiarkan di tempat sampai 5 atau 10 tahun. 5) Mengurangi risiko kehamilan ektopik. 6) Tidak mengganggu menyusui.

Kekurangan 1) Harus dipasang dan dilepas di klinik atau praktik dokter. 2) Mungkin ada sedikit kram atau nyeri pada saat penyisipan. 3) Mungkin meningkatkan perdarahan atau kram selama menstruasi. 4) Mungkin mengalami bercak antar menstruasi. 5) Tidak boleh digunakan oleh wanita dengan banyak pasangan seks karena meningkatkan paparan penyakit menular seksual, yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit radang panggul.

Efek Samping Spiral jarang menimbulkan efek samping yang serius bila digunakan dalam hubungan monogami (hanya memiliki satu pasangan seks). Efek samping yang mungkin terjadi termasuk: 1) Penyakit radang panggul pada bulan pertama penggunaan, mungkin karena infeksi bakteri saat pemasangan. 2) Menstruasi yang menyakitkan dan berat, sakit punggung, dan sakit kepala. Spiral jenis tembaga meningkatkan perdarahan menstruasi. Sebaliknya, spiral hormon mengurangi perdarahan menstruasi. 3) Dalam beberapa kasus, spiral dapat menembus rahim dan dalam kasus yang jarang, spiral dapat lepas ke luar rahim di panggul pada tahun pertama pemasangan, bahkan pada beberapa minggu pertama. 4) Untuk ibu hamil akseptor spiral, kemungkinan memiliki kehamilan ektopik (di luar rahim) adalah sekitar 5%. Meskipun demikian, risiko secara keseluruhan dari kehamilan ektopik lebih rendah dibandingkan yang tidak menggunakan metode kontrasepsi karena spiral mencegah kehamilan secara efektif. 5) Perdarahan di luar haid (spotting). 6) Darah haid lebih banyak (menoragia) 7) Sekret vagina lebih banyak.

14

2.5.3 Obat spermatisid Mekanisme kerja Preparad spermatisid atas 2 komponen, yaitu bahan kimia yang mematikan sperma (biasanya nonilfenoksi, dan medium yang dipakai berupa tablet busa, krim, atau agar. Tablet busa agar diletakkan dalam vegina, dekat serviks. Gerakan-gerakan senggama akan menyebarkan busa meliputi serviks, sehingga secara mekanis menutupi ostium uteri eksternum dan mencegah masuknya sperma ke kanalis servikalis.

Efek samping Memiliki efek samping alergik meskipun jarang, disamping itu preparat spermatisid mempunyai rasa tidak enak.

2.5.4 Kondom Mekanisme kerja Kondom mengahalangi sperma ke dalam vagina, sehingga pembuahan dapat dicegah.

Jenis Kondom Pada dasarnya ada 2 jenis kondom yaitu kondom kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba. Kondom karet lebih elastis, murah sehingga lebih banyak dipakai.

Efek Samping Pada sejumlah kecil kasus terdapat alergi terhadap kondom karet.

2.5.5 Kontrasepsi Hormonal Mekannisme kerja Estrogen a. Menekan ovulasi Menekan ovulasi pd efek di hipotalamus mengakibatkan suppresi pd FSH & LH kelenjar hypophyse. Penghambatan tampak tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus, tidak adanya puncak FSH dan LH pada pertengahan siklus.

15

b. Mencegah Implantasi Keseimbangan estrogen-progesteron tidak tepat menyebabkan pola endometrium abnormal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi. Implantasi dari ovum yang telah di buahi dapat dihambat oleh estrogen dosis tinggi (diethylstil bestrol,ethinylestradiol ) di berikan pertengahan siklus pd senggama yg tidak di lindungi ini disebabkan karena tergaggunya perkembangan endometrium. c. Mempercepat Transport gamet/ ovum Transport gamet/ovum dipercepat oleh estrogen disebabkan efek hormonal pd sekresi & peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus. d. Luteolysis Degenerasi di corpus luteum menyebabkan penurunan cepat dari produksi estrogen & progesteron progesteron di ovarium.

Mekanisme Kerja progesterone a. Menghambat Ovulasi Ovulasi dihambat karena terganggu fungsi proses hipotalamus, hypophyse, ovarium & modifikasi dari FSH & LH pada pertengahan siklus b. Menghambat Implantasi 1) Implantasi dapat dicegah bila di berikan progesteron pra-ovulasi. 2) Pemberian progesteron,eksogenous (di luar jadwal) dapat menganggu kadar puncak FSH & LH, walaupun terjadi ovulasi produksi progesteron yang berkurang dari corpus luteum menghambat implantasi 3) Pemberian progesteron secara sistemik untuk jangka panjang / lama menyebabkan endometrium mengalami istirahat & atropi c. Memperlambat Transport gamet/ ovum 1) Pengangkutan ovum dpt di perlambat bila diberikan progesteron sebelum fertilisasi. 2) Pengangkutan ovum yg lambat dapat menyebabkan peningkatan insiden implantasi ektopik tuba. Luteolysis Pemberian jangka lama progesteron menyebabkan fungsi corpus luteum tidak adekuat pada siklus haid.

16

d. Mengentalkan Lendir service Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron,sudah tampak lendir servik yang kental sehingga motilitas dan daya penetrasi sperma terhambat ak bersabat dengan sperma, Lendir servik yang tidak tidak ramah untuk sperma adalah lendir yang jumlahnya sedikit dan kental.

2.5.6 Sterilisasi a. Tubektomi Sterilisasi adalah sebuah bedah intervensi yang secara mekanis menghalangi tuba falopi untuk mencegah pertemuan sperma dan telur. Sterilisasi merupakan bentuk kontrasepsi yang dimaksudkan untuk permanen (kontrasepsi mantap). Selama prosedur sterilisasi, saluran tuba falopi ditutup atau disumbat dengan beberapa cara:

Mengikat dan memotong saluran, yang disebut ligasi tuba atau tubektomi. Disegel menggunakan instrumen dengan arus listrik, ditutup dengan klip,

klem, atau cincin.

Menyisipkan perangkat kecil agar jaringan tumbuh di sekitarnya dan

memblokir tabung.

Jenis Kontrasepsi Steriliasi (Kontrasepsi Mantap)

Metode Kerja Telur dibuat di dalam ovarium wanita. Satu telur dilepaskan setiap bulan, yang melewati salah satu saluran tuba falopi menuju rahim. Sterilisasi memblokir setiap tabung sehingga kehamilan tidak dapat terjadi karena sperma tidak

dapat mencapai sel telur. Efektivitas Kemungkinan TIDAK mendapatkan kehamilan: lebih dari 99%.

Kelebihan

Metode kontrasepsi yang aman, handal dan efektif seumur hidup. Tidak ada efek samping jangka panjang. Tidak memengaruhi hormon.
17

Tidak mengganggu bercinta. Tidak memerlukan keterlibatan mitra. Tidak ada yang perlu diingat-ingat atau dibeli. Tidak mengganggu menyusui.

Kekurangan

Sulit dan mahal untuk membalikkan prosedur bedah. Membutuhkan dokter bedah yang terampil untuk melakukan prosedur. Biaya relatif mahal. Kemungkinan kehamilan ektopik jika metode gagal. Tidak ada perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

Efek Samping Kebanyakan wanita dapat disterilisasi dengan aman. Tapi seperti prosedur medis lainnya, ada risiko sterilisasi meskipun sangat jarang terjadi. Salah satu kemungkinan resiko tersebut adalah: 1) Tabung terhubung kembali dengan sendirinya. Bila perempuan hamil setelah disterilkan, sekitar 1 dari 3 kehamilannya berkembang di tuba falopi. Hal ini disebut kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik adalah kondisi serius yang dapat mengancam jiwa. 2) Rahim terluka oleh pembedahan.

b. Sterilisasi Pria (Vasektomi) Vasektomi adalah prosedur bedah sederhana yang menutup tabung penyalur sperma (vas deferens) yang terletak di skrotum sehingga sperma tidak bercampur dengan cairan mani (semen) yang diejakulasi. Setelah prosedur ini, meskipun Anda akan orgasme dan ejakulasi seperti sebelumnya, sperma yang diproduksi di testis tidak dapat lagi melakukan perjalanan melalui tabung ini, sehingga menghilangkan kesempatan konsepsi.

Metode Kerja Mencegah kehamilan dengan menghalangi bergabungnya sperma ke dalam cairan ejakulasi.

18

Cara Pemakaian Vasektomi dilakukan di bawah bius lokal. Suntikan bius dilakukan pada daerah sekitar skrotum dan kemudian lubang yang sangat kecil dibuat pada bagian depan skrotum. Melalui pembukaan ini, setiap tabung penyalur sperma (vas deferens) dipotong dan ditutup. Setelah sembuh, Anda akan memiliki bekas luka yang sangat kecil pada skrotum yang akan menghilang dari waktu ke waktu. Ratarata, prosedur memakan waktu sekitar sepuluh menit.

2.5.7 Kontrasepsi suntikan progestin Mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan suntikan intramuskular (dalam otot <bokong atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (DepoProvera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.

Efektivitas kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

Keuntungan Mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,

Kerugian Suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari PMS,

Efek samping local Peningkatan berat badan, rambut rontok

Efek samping Tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun -Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
19

2.5.8 Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.

2.5.9 Implant progestin Kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-7 tahun.

Efektivitas Kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama

Keuntungan Sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu lama

Kerugian Membutuhkan prosedur operasi kecil untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS

Efek samping local Sakit kepala, payudara menjadi keras, peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat, perubahan mood

20

Efek samping Gangguan metabolisme lemak, hirsutisme, gangguan menstruasi (memanjang, tidak teratur).

2.6 Asuhan Keperawatan 2.6.1 Pengkajian a. Biodata klien b. Alasan memilih pil sebagai kontrasepsi c. jangka waktu berapa lama d. jenis pil yang di pilih e. Pengalaman penggunaan kontrasepsi

2.6.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan

Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu: a. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi b. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil Nyeri b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi c. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral, hormone implant Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih

2.6.3 Intervensi Rencana Intervensi Diagnosa : Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
21

Kriteria hasil: Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan : a. Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya. b. Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih. c. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih. d. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metod kontrasepsi.

22

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan a. Program KB adalah Program yang diberlakukan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. b. Program KB mempunyai lebih banyak keuntungan daripada kerugiannya, maka sebaiknya kita juga harus mendukung pemerintah untuk melaksanakan program KB dengan cara pembicaraan santai kepada para tetangga, ikut berpartisipasi dalam rangka penyuluhan program KB dari desa ke desa. c. Pemerintah harus menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk mensukseskan program KB, seperti pembenahan infrastruktur posyandu di pedesaan,penyuluhan program KB dll, dan semua hal yang diperlukan setelah program KB ini sukses seperti penyediaan lapangan pekerjaan, agar bisa menekan angka pengangguran di Indonesia.

3.2 Saran a. Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program KB, kita sebagai putra bangsa harus turut mensukseskan program ini. b. Pemerataan kesehatan dan pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah agar program KB ini cepat tercapai. c. Lapangan pekerjaan pun juga harus dipenuhi untuk menekan angka pengangguran, agar angka kriminalitas pun berkurang dan masyarakat indonesia menjadi masyarakat yang maju dan bermutu.

23

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. http://keluargaberencana.com/kontrasepsi/pilihan-metode/kontrasepsi-alamiah/metodepemantauan-lendir-serviks/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19231/4/Chapter%20II.pdf

24

You might also like