You are on page 1of 4

KONTROVERSI PEMBENGKAKAN BELANJA NEGARA APBN 2013 OLEH: CHOIRUL AMIN (103060016864) MAHASISWA DIII AKUNTANSI SEKOLAH TINGGI

AKUNTANSI NEGARA

ABSTRAK Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Secara garis besar, APBN memiliki komponen Pendapatan Negara dan Hibah, Belanja Negara, dan Pembiayaan. Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Belanja Negara berdasarkan UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN Tahun Anggaran 2013, ditetapkan sebesar Rp1.683.011.103.699.000,00 yang terdiri atas Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.154.380.860.433.000,00 dan Anggaran Transfer ke Daerah sebesar Rp528.630.243.266.000,00 (Pasal 6), sedangkan Belanja Negara Tahun 2012 berdasarkan UU No. 22 Tahun 2011 tentang APBN tahun anggaran 2012 adalah sebesar Rp 1.453.406.719.999.000,00. Terjadi kenaikan drastis dalam perencanaan anggaran tahun 2013 dibanding tahun-tahun sebelunya, yang menyebabkan berbagai kontroversi dan tentangan dari berbagai pihak. Melalui karya tulis ini, penulis akan menjabarkan secara detail pembengkakan APBN tahun 2013, serta berbagai kontroversi di dalamnya. KATA KUNCI: APBN; Belanja Negara; Pembengkakan A. PENDAHULUAN Keuangan Negara merupakan semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu yang baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung hak dan kewajiban tersebut. Keseluruhan rangkaian hak dan kewajiban Negara tersebut memerlukan adanya pencatatan dan perencanaan keuangan yang cermat dan handal, yaitu penganggaran atau budgeting. Penganggaran memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam mengelola keuangan Negara dalam periode tertentu. Selain itu, penganggaran juga sebagai alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Anggaran Pendapatan dan belanja Negara atau yang biasanya disingkat APBN merupakan perwujudan kegiatan penganggaran atas keuangan Negara yang dilakukan oleh pemerintah, untuk mewujudkan pengelolaan keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Komponen APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Belanja Negara merupakan satu bagian paling penting dalam postur APBN. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengelolaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban belanja harus disajikan secara transparan dan sesuai dengan aturan perundang-undangan.

Pasal 11 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa belanja Negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah pusat dan pemerintah daerah (transfer). Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja lain-lain. Sedangkan transfer ke daerah meliputi dana perimbangan (dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil), dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja Negara merupakan batas tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran, baik pimpinan dan/atau pejabat departemen/lembaga/pemerintah daerah tidak diperkenankan melakukan pengeluaran belanja Negara apabila dana tidak tersedia atau tidak cukup tersedia serta tidak diperkenankan untuk melakukan pengeluaran belanja Negara untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam anggaran belanja Negara. APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan aspek pengeluaran (belanja), penyususnan APBN harus memenuhi prinsipprinsip: Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

B. PEMBAHASAN Penyusunan APBN tahun 2013 berdasarkan UU No. 19 tahun 2012 dianggap kurang memenuhi prinsip-prinsip penyusunan APBN, angka yang disajikan dalam poin belanja dinilai terlalu besar. Banyak pendapat bahwa postur APBN tahun 2013 adalah postur yang tidak ideal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Belanja Negara tahun 2012 sebesar Rp1.453.406.719.999.000,00, sedangkan tahun 2013 mencapai angka Rp1.683.011.103.699.000,00. Terjadi kenaikan kurang kebih sebesar 200 triliun, yang mana hal tersebut tidak bisa diterima oleh sebagian besar pihak. Pemerintah menjelaskan bahwa kenaikan angka belanja APBN tahun 2013 merupakan hal yang wajar, dikarenakan pada tahun 2013 pemerintah akan membenahi infrastruktur Negara dalam hal ini belanja infrastruktur sebesar Rp203,7 triliun, yang sebelumnya, anggaran belanja infrastruktur dalam APBN-Perubahan 2012 hanya ditetapkan sebesar Rp174,9 triliun dan pada APBN 2011 sebesar Rp128,7 triliun. Alokasi belanja infrastruktur pada 2013 akan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pengairan dan irigasi, transportasi, perumahan dan pemukiman, komunikasi dan informatika, pertanahan dan penataan ruang.

Hal tersebut memicu pendapat dari berbagai pihak, selain dinilai tidak ideal, postur APBN 2013, khususnya di poin belanja, dinilai tidak berkeadilan. karena anggaran masih banyak teralokasi untuk hal-hal yang kurang produktif, di antaranya subsidi energi yang banyak tidak tepat sasaran. Subsidi energi terbesar terdiri dari subsidi listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Siapapun bisa menikmati subsidi, dari 10 penikmat subsidi listrik terbesar, delapan di antaranya adalah mal di Jakarta. Subsidinya mencapai ratusan miliar rupiah. Banyak pabrik semen milik perusahaan asing juga menikmati subsidi listrik. Sama halnya dengan subsidi premium yang seharusnya dinikmati penduduk miskin. Namun kenyataannya, 80 persen bensin Premium dinikmati oleh 50 persen keluarga terkaya. Sementara keluarga miskin dan hampir miskin serta keluarga paling miskin hanya menikmati 16 persen dan 1 persen, Di lain pihak, pembengkakan jumlah belanja Negara dinilai bisa membuka peluang korupsi bagi para pemegang kekuasaan. Hal ini tak berbeda dengan APBN 2012 , yakni terjadi kekeliruan dalam perencanaan. APBN 2013 dinilai sama sekali tidak menggubris fakta-fakta bahwa APBN 2012 membiarkan peluang korupsi yang luar biasa massif. lemahnya perencanaan anggaran di pemerintah pusat dan ketidakberanian mengatur anggaran, membuat hak alokasi APBN oleh anggota DPR menjadi liar. Jika hak alokasi ini tidak diakomodasi secara resmi dan Pemerintah membiarkan negosiasi alokasi menjadi permainan, maka sama saja dengan menyiapkan tangkapan koruptor. Dilihat dari sudut pandang kerakyatan, postur APBN 2013 masih jauh jika dikatakan pro-rakyat. Hal ini bisa dilihat dari hal-hal sebagai berikut: 1. sebagian besar anggaran belanja APBN 2013 masih dipakai untuk mengongkosi belanja rutin, khususnya membiayai aparatur negara. Belanja pegawai, misalnya, dianggarkan sebesar Rp241,1 triliun atau kembali naik sebesar 13,6%. 2. Porsi anggaran rutin di APBN 2013 berkisar 79%. Sedangkan belanja modal hanya mencapai Rp 193,8 triliun atau 11,6 persen. Total belanja modal dan belanja barang di APBN 2013, yakni Rp352,99 triliun, tidak mencapai seperempat dati total belanja APBN 2013. 3. Subsidi energi pada APBN 2013 memang mengalami kenaikan tipis: subsidi BBM Rp193,8 triliun dan subsidi listrik Rp80,937 triliun. Sedangkan tahun sebelumnya subsidi BBM Rp 123,6 triliun; subsidi listrik Rp 45 triliun. Akan tetapi, subsidi non-energi justru mengalami penurunan tipis: dari Rp42,7 triliun pada APBN 2012 menjadi Rp41,4 triliun pada APBN 2013. Banyak pihak mengatakan, dengan subsidi energi sebesar itu, sangat dimungkinkan terjadi kenaikan harga BBM dan TDL pada tahun 2013. 4. APBN 2013 masih terperangkap utang luar negeri. Untuk diketahui, porsi untuk pembayaran utang luar negeri mencapai 25%. Anggaran itu melebihi anggaran untuk belanja modal yang hanya 11,6%. Padahal, belanja modal ini terkait langsung dengan pembangunan. 5. Selain itu, APBN 2013 masih mengandalkan utang luar negeri sebesar Rp215 triliun untuk menutupi defisit. Dengan demikian, tambahan utang itu akan membuat bangsa Indonesia makin terperangkap utang. Nantinya, utang-utang itu sebagian dibayar dengan kebijakan ekonomi-politik yang memudahkan kapital asing menggerus kekayaan alam bangsa Indonesia. 6. APBN 2013 tidak dipersiapkan untuk mengantisipasi krisis kapitalisme global. Seharusnya, APBN 2013 mestinya memprioritaskan pembangunan infrastruktur, pemberian kredit mikro untuk usaha kecil dan menengah, dan mendukung penciptaan lapangan kerja.

7. Kita tahu, di depan mata sedang berkecamuk krisis pangan. Seharusnya pemerintah memperbesar subsidi untuk pangan guna menopang ketahanan pangan. Yang terjadi, subsidi untuk pangan hanya Rp17,2 triliun, subsidi pupuk Rp15,9 triliun, dan subsidi benih Rp137,9 miliar. Padahal, tahun lalu saja subsidi pangan masih berada di angka Rp41 triliun. 8. Proses penyusunan APBN belum melibatkan partisipasi rakyat. Tidak ada mekanisme yang disiapkan oleh pemerintah untuk menampung suara atau proposal rakyat terkait prioritas APBN. Pantas saja jika APBN 2013 sama sekali sangat jauh dari agenda kesejahteraan rakyat. Dengan kondisi APBN seperti di atas, sangat sulit bermimpi bahwa negara akan memenuhi tugasnya mensejahterakan rakyat sebagaimana ditegaskan oleh konstitusi. Dengan demikian, APBN 2013 belum sesuai dengan amanat konstitusi dan belum berpihak pada rakyat. C. KESIMPULAN Postur APBN 2013 masih jauh dari kata ideal, berkeadilan dan kerakyatan. Hal ini berbanding terbalik dengan prinsip-prinsip penyusunan APBN. Di samping itu penyusunan APBN 2013 juga tidak melihat dari kesalahan tahun sebelumnya yang memicu tindakan korupsi akibat ketidakidealan penyusunan belanja Negara. Berbagai kontroversi dan pendapat yang muncul tersebut seharusnya menjadi evaluasi bagi pemerintah agar kedepannya penyusunan APBN selanjutnya lebih tepat sasaran.

D. DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia, Undang-Undang No. 19 Tahun 2012 tentang APBN 2013 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2011 tentang APBN 2012 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Republik Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Kebendaharaan Negara Rosdini, dini, Akuntansi Pendapatan dan Belanja bagi Pemerintah Daerah, juli 2008 Noviani.ana, APBN 2013: Belanja Negara Naik Lagi, Diunggah 22 Januari 2013 Berdikari Online,RAPBN 2013 Belum Pro Rakyat, Diunggah 22 Januari 2013 Kompas.com, APBN 2013 Tidak Adil, Diunggah 22 Januari 2013 Kompas.com, FAHRI: APBN 2013 masih buka peluang korupsi. Diunggah 22 Januari 2013 Solopos.com, KEMENKEU: Belanja Infrastruktur APBN 2013 capai rekor, Diunggah 22 Januari 2013

You might also like