You are on page 1of 9

Detection of fever in children emergency care: comparisons of tactile and rectal temperatures in Nigerian children A. Analisa Jurnal 1.

Abstrack Latar Belakang: Thermometer klinis adalah metode yang digunakan untuk pengukuran suhu taktil pada demam saat berada dirumah namun pengukuran suhu taktil biasanya merupakan dasar untuk perhatian medis yang diperlukan terutama apabila biaya dan tingkat buta huruf menghalangi penggunaan termometer. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan keefektifan pengukuransuhu taktil demam oleh perawat dan dokter dibandingkan dengan thermometer dubur dan juga penanganan perawatan yang dilakukan saat anak sakit. Tenaga kesehatan (dokter dan perawat ) menggunakan palmar dan dorsal tangan untuk menilai suhu taktil demam pada anak. Pengukuran suhu rektal juga diukur dan dibaca secara mandiri oleh perawat dan dokter. Perbandingan dilakukan antara penilaian taktil dan pembacaan termometer dengan hasil pengukuran demam diatas 38,0 C. Temuan: Persepsi perawat terhadap demam memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (PPV) dan nilai prediksi negatif (NPV) sebesar 95%, 23%, 66% dan 73% masing-masing dibandingkan dengan 93%, 26%, 67 % dan 69% masing-masing untuk petugas keperawatan. Terlepas dari kelompok yang diteliti, 77,1% dari 336 penilai berpendapat bahwa permukaan dorsal tangan lebih sensitif dalam penilaian taktil suhu dan situs yang sering digunakan untuk penilaian demam adalah kepala (35,6%) dan leher (33,3%). Perabaan penilaian suhu berlebihan terdeteksi demam pada 24% dari kasus di antara tiga kelompok penilai. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian taktil suhu lebih dapat memperkirakan kelaziman demam, tidak mendeteksi beberapa kasus dan kebutuhan untuk tujuan pengukuran suhu ditekankan dalam perawatan darurat pediatrik.

Page 1 of 9

2. Latar Belakang Demam adalah penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak Nigeria, dengan parasitemia bakteremia dan malaria dilaporkan masingmasing 38,2% dan 46,1% bayi demam. Kekhawatiran orang tua terhadap demam mungkin nyata atau bayangan. Penilaian dan pemantauan suhu sangat penting untuk pengambilan keputusan di rumah dan rumah sakit. Penentuan demam mungkin subjektif khususnya di negara berkembang mengandalkan pada persepsi taktil karena tingkat buta huruf yang relatif rendah dan biaya ekonomi. Namun, penilaian taktil memiliki

kecenderungan untuk melebih-lebihkan atau meremehkan suhu inti. Dalam penelitian terbaru di antara 126 ibu-anak pasangan di klinik rawat jalan anak di Nigeria, 79 orang dari 82 anak-anak yang benar-benar demam yang diidentifikasi dengan benar sementara 25 dari 44 yang non-demam dilaporkan mengalami demam oleh ibu memberikan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 96,3% dan 43,2%, Secara tradisional, thermometer rektal adalah standar untuk penilaian suhu inti dan telah terbukti berkorelasi dengan baik dengan esofagus dan termometer timpani pada anak-anak. Sebuah penentuan akurat dari tidak adanya demam meyakinkan kedua orang tua dan penyedia layanan kesehatan yang berusaha untuk mengurangi kekhawatiran demam dan konsultasi medis. Penelitian ini didorong oleh fakta yang ada bahwa ibu dan pengasuh menggunakan tangan mereka untuk mendekteksi demam pada anak, terutama di negara berkembang. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk menentukan keefektifan atau persepsi demam pada anakanak yang diamati oleh perawat, dokter dan petugas keperawatan dan korelasinya menggunakan suhu rektal. Tidak akan ada perbedaan dalam sensitivitas telapak dan punggung tangan bila digunakan untuk memeriksa demam.

Page 2 of 9

3. Metode a. Studi desain dan sampling Dari total 203 anak berusia 6-59 bulan di Bangsal Darurat anakanak dari University College Hospital Nigeria antara Maret dan Mei 2007 hanya 182 anak yang diberikan persetujuan oleh pengasuhnya. b. Pengumpulan data prosedur Demam dinilai pada semua pasien dengan penilaian taktil menggunakan dokter.Setiap palmaris penilai dan permukaan dorsal tangan mereka oleh secara

mencatat

temuan-temuan

independen dalam lembaran terpisah. Semua penilai meletakkan tangan mereka pada pasien selama 4 sampai 6 detik. Demikian pula, suhu rektal yang diambil dengan termometer rectal merkuri kaca kira-kira empat menit dan dibawa keluar untuk dibaca. Termometer dengan lembut dimasukkan sekitar 2,5 cm ke dalam rektum setelah melumasi ujung termometer. Pantat ditahan bersama untuk menjaga termometer dari jatuh. Termometer yang sama diberikan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan pengukuran secara mandiri kemudian mencatat dan meminimalkan kesalahan. Dari 112 perawat, 112 dokter dan 112 petugas keperawatan dievaluasi mana yang lebih baik dalam penilaian taktil demam dan dicatat temuan demam. c. Penanganan data Data yang dikumpulkan untuk setiap pasien dicatat nomor studinya pada formulir penelitian. Analisis data menggunakan SPSS 11.0 for Windows (SPSS Inc, Chicago, AS) untuk menghitung sensitivitas, spesifisitas, prediksi nilai positif (PPV), prediksi nilai negatif (NPV) dan tingkat kesepakatan menggunakan Kappa statistik. Perbandingan dilakukan antara penilaian taktil dan pembacaan termometer menggunakan temperatur demam pada 38,0 C. Cross-tabulasi yang dibuat untuk menentukan hubungan antara penilaian taktil dan pembacaan suhu rektal (<38,0 C dibandingkan 38,0 C) dalam tiga

Page 3 of 9

kelompok. Variabel kategori dibandingkan dengan Chi-kuadrat sementara paired t-test digunakan untuk membandingkan con-tinuous variabel. P-nilai dianggap signifikan untuk semua hipotesis diuji jika <0,05. 4. Hasil Usia rata-rata pasien sebagai partisipan dalam penelitian ini adalah 15,0 bulan. Terdapat perbedaan yang signifikan suhu partisipan yang tercatat oleh penyedia layanan kesehatan dengan korelasi lation (r = 0,783, p = 0,00) dengan standard deviasi 38,3 (0,8) C oleh dokter dan 38,2 (0,9) C oleh perawat ( paired t = 0,320, p = 0,749). Pravelansi suhu yang diukur menggunakan thermometer rectal diperoleh suhu sebesar 38 C) dalam presentase 61,5%. Demam yang diukur hanya menggunakan sentuhan diperoleh jumlah 157 dalam presentase 86,3% pasien oleh perawat dan 156 dalam presentase 85,7% pasien oleh dokter. Kemudian dilaporkan deteksi demam dengan sentuhan oleh perawat dan dokter masing- masing sebesar 149 pasien dalam presentase (81,9%) dan terdapat perbedaan demam ppada 18 pasien (9,9 %). Pengasuh dan perawat melaporkan kembali demam yang dideteksi dengan sentuhan pada 151 pasien dalam presentase (83,0%) dan pasien yang berbeda adalah 15 pasien dengan presentase 8,2 %. Kemudia perbandingan persepsi taktil dengan thermometry dan demam suhu rectal> 38 derajat celcius terdeteksi oleh dokter sebesar 94,6 % dan oleh perawat sebesar 93,8 % dan pengasuh sebesar 93,0 %. Perawat, dokter dan pengasuh berpendapat bahwa bagian sisi tangan lebih sesuai digunakan untuk mendeteksi panas tubuh seseorang dengan penilaian taktil secara keseluruhan 259 (77,1%) dari 336 penilai berpendapat bahwa permukaan dorsal tangan lebih tepat dalam mendeteksi demam seseorang. Meskipun mayoritas >70% penilai menganggap bahwa permukaan dorsal lebih sensitive untuk mendeteksi demam dibandingkan dengan tangan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dari peningkatan sensitivitas.

Page 4 of 9

Bagian anatomi dari tubuh menurut pendapat pengasuh, perawat dan dokter bagian yang sering digunakan untuk mendeteksi demamdengan sentuhan adalah kepala oleh 120 orang dalam presentase 35,6 %, leher sebesar 112 dalam presentase 33,3%, dada 35 dalam presentase 10,3 % dan didaerah perut adalah 69 dalam presentase 20,7%. Kemudian secara berlanjut perawat dan dokter mempunyai perbedaan pendapat tentang bagian tubuh yang digunakan untuk mendeteksi demam dengan sentuhan. Perawat berpendapat bagian tubuh kepala yang lebih invansif sebesar 50/120 dalam presentase 44,6 % dan dokter berpendapat bahwa leher yang lebih invasive dari 46/112 dan diperoleh presentase 41,1%. 5. Diskusi Demam pada anak-anak yang dideteksi oleh pengasuh dan penyedia pelayanan kesehatan harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan klinis dan dan laboratorium karena hal ini terkait dengan potensial serius dari infeksi parasit, virus dan bakteri. Antusias para ibu dalam penelitian ini menurun 10% karena

menurut para ibu eksperimen ini hanya membuang-buang waktu, hal ini diakibatkan karena para ibu memiliki beban emosi dari kebutuhan perawatan penyakit yang sangat mendesak. Temuan yang didapatkan dari data ini tidak mungkin diubah secara signifikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sekitar 3 dari 5 anak yang terdapat di unit gawat darurat anak-anak selama periode demam, menggunakan metode termometric dubur sementara 4 dari 5 anak dilaporkan memiliki demam dengan menggunakan penilaian taktil oleh dokter, perawat dan pengasuh. Dalam penelitian ini mengevaluasi antara penilaian pengukuran taktil yang merupakan dasar pengukuran yang

duganakan oleh perawat rumah sakit dengan metode termometry dubur. Berdasarkan penilaian suhu taktil oleh petugas perawatan dan pengasuh, mereka menyetujui tidak adanya perbedaan penilaian menggunakan termometer dubur dan taktil. Ketepatan penggunaan metode penilaian

Page 5 of 9

taktil dari pengasuh, perawat atau dokter dinilai menggunakan skala yang disusulkan oleh Altman. Meskipun perbedaannya tidak begitu signifikan secara statistik, disini pengasuh mempunyai lebih sedikit kemungkinan benar

dibandingkan dokter dan perawat dalam menggunakan metode taktil. Data kami menunjukkan bahwa perawat melaporkan adanya demam pada 94,6% anak dengan menggunakan metode taktil tetapi setelah dilakukan pengukuran suhu rektal terdapat 5,4% dari 94,6% anak yang mengalami demam lebih dari 38oC. Namun demikian, prediksi positif dan negatif menunjukkan bahwa pengasuh melaporkan prediksi demam dengan benar tetapi pada saat yang sama pengasuh juga dapat melaporkan demam pada sejumlah anak yang tidak mengalami demam. Temuan ini berbeda dari 2 laporan sebelumnya oleh Whybrew et al dan Einterz dan Bates yang menunjukkan sensitivitas tinggi namun nilai prediktif positifnya rendah. Penilaian taktil sensitivitas pengasuh (95%) dalam penelitian ini adalah sama dengan nilai yang dilaporkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Nigeria Utara di mana 79 ibu diidentifikasi dengan benar (sensitivitasny dari 96,3%) dari 126 anak-anak yang benar-benar demam. Namun nilai prediktif positif (ibu yang mendeteksi demam dengan palpasi ketika anak-anaknya benar-benar demam) 76,0% dan nilai prediktif negatif (yang ibunya mendeteksi demam dengan menggunakan palpasi tetapi anaknya tidak benar-benar demam) 86,4% dalam studi yang sama nilai perawat secara berturut-turut yaitu 66% dan 73%. Perbedaan dalam metodologi membuat perbandingan dengan hasil yang sulit. Wammanda dan onazi mendefinisikan bahwa demam yang diukur dengan suhu aksila dari 37,2oC atau lebih, sementara termometer rektal baru bisa tercatat setelah 4 menit penyisipan. Disini kami tidak mengetahui ada atau tidaknya penelitian sebelumnya yang mengevaluasi durasi yang tepat untuk mengukur suhu. Sehingga dalam penelitian ini semua penilai meletakkan tangan mereka pada pasien sela 4-6 detik.

Page 6 of 9

Persepsi taktil didasarkan pada titik-titik dingin dan sensitif-sensitif panas diskrit di kulit dengan serabut aferen melalui A dan C serat. Penilaian ini mendukung kegunaan penilaian taktil dalam mengukur suhu seperti dalam studi lainnya. Riwayat demam harus dilaporkan oleh pengasuh dengan signifikan untuk evaluasi lebih lanjut. Kami tidak

mengetahui studi yang digubakan untuk membandingkan penilaian taktil dari dokter, perawat dan pengasuh. Data ini meunjukan penilaiaan

sensitive taktil pada demam yang dilakukan oleh pengasuh lebih tinggi dibandingkan oleh dokter dan perawat tetapi mereka memiliki

kekhususan terendah diantara 3 kelompok. Telah ada berbagai laporan kontrofersi mengenai keandalan penilaian suhu mengunakan taktil, sedangkan penelitian melaporkan bahwa penilaiaan demam bisa diandalkan oleh petugas kesehatan, ada beberapa orang yang tidak setuju terhadap laporan demam dari pengasuh. Meskipun area tubuh yang digunakan untuk mendeteksi demam tidak dijelaskan pada penelitian ini, diamati bahwa bagian yang mudah dinilai adalah bagian terbuka dari tubuh. Singhi dan sood melaporkan bahwa palpasi lebih dari satu bagian anatomi tubuh memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 92%. Penelitian ini tidak membuat perbandingan antra pengunaan satu atau lebih bagian tubuh. Dalam studi sebelumnya, kepala dan leher adalah situ anatomi yang paling umum digunakan dalam penilainaan suhu taktil. Meskipun diketahui bahwa reseptor untuk deteksi panas dan suhu lebih terkonsentrasi pada permukaan ujung jari, permukaan dorsal tangan itu diputuskan oleh beberapa asesor kami tidak lebih tepat dibandingkan permukaan palmar untuk penilaiaan suhu taktil. Tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak mengetahui alasan dengan jelas kenapa digunakan permukaan dorsal untuk pengukuran suhu taktil, sebuah penjelasan yang mungkin adalah ketebalan yang meningkat yang tampak dari kulit ari dibandingkan dengan daerah dorsal dari tangan yang bisa menyebabkan bahwa itu tidak akan sensitive seperti pada permukaan dorsal tangan.

Page 7 of 9

6. Kesimpulan Penelitian ini menunjukan bahwa penilaiaan suhu taktil dapat secara signifikan selama memperkirakan prefalensi demam, tapi tidak menutup kemungkinan prediksi dengan mengunakan taktil mengalami kesalahan. Oleh karena itu disarankan bahwa dokter dan perawat tidak boleh mengabaikan presepsi pengasuh mengenai demam yang dialami oleh anak. Selanjutnya bagian yang paling sering digunakan dalam penelian taktil adalah kepala dan leher. B. Analisa Kelompok Dari Penelitian ini menunjukan bahwa penilaiaan suhu taktil merupakan awal tindakan yang secara signifikan dapat memperkirakan seseorang anak mengalami demam, tapi tidak menutup kemungkinan prediksi dengan mengunakan taktil mengalami kesalahan karena sensitifitas seseorang itu berbeda. Namun penelitian yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa pengukuran suhu taktil merupakan salah satu pengukuran suhu yang tepat karena sentuhan dengan bibir (dapat punggung tangan) pada dahi bayi dapat mendeteksi adanya kenaikan suhu tubuh dengan tepat (90% benar), dan pengukuran suhu tubuh merupakan hal yang sulit pada bayi dan anak kecil. Oleh karena itu untuk menindaklanjuti serta untuk mengetahui suhu tubuh secara kuantitatif dianjurkan untuk mengunakan pengukuran suhu rektal. Dari penelitian ini juga dibuktikan bahwa penilaian suhu dengan mengunakan taktil antara perawat, dokter, dan pengasuh prefalensi kebenarannya lebih tinggi pengasuh 95%. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengasuh biasa setiap hari berada bersama dengan anak tersebut sehingga pengasuh mengetahui bagaimana keadaan anak pada konsdisi yang sehat dan tidak sehat salah satunya mengenai peningkatan suhu tubuh anak. Oleh karena itu disarankan bahwa dokter dan perawat tidak boleh mengabaikan presepsi pengasuh mengenai demam yang dialami oleh anak. Selanjutnya bagian yang paling sering digunakan dalam penelian taktil adalah kepala dan leher. Mendukung pernyataan mengenai alasan kenapa

Page 8 of 9

pengukuran suhu taktil lebih seringdilakukan pada area kepala dan leher karena berdasarkan penelitian dirumah sakit Pamekasan yang dilakukan pada tanggal 23 28 Agustus 2004, bahwasanya dari 35 orang perawat, 51% perawat menjawab selama ini memberikan kompres pada daerah ketiak/leher sebagai daerah vena besar dan 49% perawat memberikan didaerah dahi/kepala dengan alasan daerah reseptor hypothalamus. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa alasan yang mendasari dilakukannya pengukuran taktil di area kepala dan leher karena di kepala itu dekat dengan reseptor hipotalamus dan di leher itu terdapat vena vena besar sehingga proses penghantaran panasnya dapat dirasakan di daerah-daerah ini.

Page 9 of 9

You might also like