You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN CS 2 MATERNITAS ABORTUS

Oleh: Tomi Rinaldi NIM 0910723038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

ABORTUS 1. Definisi Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992). Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FKUNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram(Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius). Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari28 minggu atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).

2. Etiologi Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna Pengaruh teratogen akibat temabakau dan alcohol radiasi, virus, obat-obatan

b. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. c. Faktor maternal seperti pneumonia, keracunan dan toksoplasmosis. typus, anemia berat,

d. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. Penyebab dari segi Maternal, Penyebab secara umum: a. Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus. Parasit, misalnya malaria. b. Infeksi kronis Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. Tuberkulosis paru aktif. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll. Penyakit kronis, misalnya : - hipertensi - nephritis - diabetes - anemia berat - penyakit jantung - toxemia gravidarum - Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll. - Trauma fisik. c. Penyebab yang bersifat lokal: Fibroid, inkompetensia serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis. Retroversi kronis. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus

Penyebab dari segi Janin Kematian janin akibat kelainan bawaan. Mola hidatidosa. Penyakit misalnya inflamasi dan degenerasi. 3. Klasifikasi a. Abortus spontan

plasenta dan desidua,

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata oleh faktor alamiah.

Klinis abortus spontan dapat dibagi atas : Abortus imminens Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Abortus insipiens Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit. Abortus inkompletus Perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Abortus kompletus Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

Abortus Habitualis ( keguguran berulang ) : adalah dimana penderita mengalami keguguran 3 kali berturutturut atau lebih. Abortus infeksiosa Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis. Missed abortion Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan.

b. Abortus Provakatus ( induced abortion ) Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obatobatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi : Abortus medisinalis (Abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan indikasi medis ). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

4. Manifestasi klinis Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus Pemeriksaan ginekologi : - Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva - Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. - Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,

tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

Manifestasi klinis berdasarkan klasifikasi abortus a. Tanda dan gejala pada abortus Imminen : - Terdapat keterlambatan dating bulan - Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules - Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim - Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim - Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif

b. Tanda dan gejala pada abortus Insipien : - Perdarahan lebih banyak - Perut mules atau sakit lebih hebat - Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba

c. Tanda dan gejala abortus Inkomplit : - Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis - Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat - Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi - Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

d. Tanda dan gejala abortus Kompletus : - Uterus telah mengecil

- Perdarahan sedikit - Canalis servikalis telah tertutup

e. Tanda dan gejala Missed Abortion : - Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin - Buah dada mengecil kembali

5.

Patofisiologi

6. Komplikasi a. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.

c. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena hemoragik) dan karena infeksi berat.

perdarahan

(syok

d. Infeksi Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas. e. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

7. Pemeriksaan diagnostik - Tes Kehamilan Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus - Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup - Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

8. Penatalaksanaan medis 1) Abortus Imminens Penanganan abortus imminens meliputi :

- Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. - Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti. - Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.

2) Abortus Insipiens Penanganan Abortus Insipiens meliputi : a) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan: - Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). - Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus. b) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu : - Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisasisa hasil konsepsi. - Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. c) Pastikan untuk penanganan tetap memantau kondisi ibu setelah

3) Abortus lnkompletus Penanganan abortus inkomplit :

a) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral. b) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan : - Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. - Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu). c) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: - Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi - Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) - Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

4) Abortus Kompletus Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu

diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah. 5) Abortus Servikalis Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. 6) Missed Abortion Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Penanganan Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.

7) Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : 1) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat 2) Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang 3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas : - Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. - Riwayat kesehatan masa lalu 4) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 5) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakitpenyakit lainnya. 6) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 7) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya 8) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 9) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 10) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obatobatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 11) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik, meliputi :

Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. - Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. - Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. - Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. - Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. - Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005 : 39). Pemeriksaan laboratorium : Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan. Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan Diagnosa keperawatan 1. 2. 3. 4. 5. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab Cemas s.d kurang pengetahuan

Intervensi 1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Intervensi : a. Kaji kondisi status hemodinamika Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi b. Ukur pengeluaran harian Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif d. Evaluasi status hemodinamika Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan : Kllien dapat Intervensi : melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan e. Evaluasi aktivitas perkembangan kemampuan klien abortus

melakukan

Rasional : Menilai kondisi umum klien

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri Tujuan : Klien dapat Intervensi : beradaptasi dengan nyeri yang dialami

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi. b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri

c. Kolaborasi pemberian analgetika Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab Tujuan : Tidak terjadi Intervensi : infeksi selama perawatan perdarahan

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart d. Lakukan perawatan vulva Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan

dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

5. Cemas s.d kurang pengetahuan Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi terhadap penyakit klien dan keluarga

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama Rasional : Peningkatan nilai objektif berkontibusi menurunkan kecemasan terhadap masalah

e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

You might also like