You are on page 1of 88

Laporan Petrologi

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Bumi mulai terbentuk empat setengah milyar tahun yang lalu. Mula mula merupakan gumpalan batu cair yang pijar. Lambat laun permukaannya mendingin dan terbentuklah suatu lapisan tipis yang agak keras, yang disebut kerak bumi. Inilah yang menjadi permukaan bumi sekarang, Tetapi di bawah kerak bumi tetap terdapat batuan pijar yang sekali kali dapat menerobos ke permukaan bumi membentuk gunung api dan menyelimuti daerah sekelilingnya dengan lahar. Gempa bumi pun merupakan petunjuk bahwa kegiatan di bawah kerak bumi masih tetap ada. Letusan gunung api dan gempa menyebabkan perubahan yang tiba tiba dan hebat pada permukaan bumi. Kegiatan alam lain biasanya mengakibatkan perubahan yang lebih lambat. Ilmu yang mempelajari perkembangan dan perubahan kerak bumi disebut geologi. Salah satu ilmu yang mempelajari ilmu tersebut adalah Petrologi. Petrologi itu sendiri merupakan salah satu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencangkup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan dan hubungan dengan proses proses dan sejarah geologinya. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang penyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral mineral yang telah menghablur. Tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi batuan.
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

Batuan sebagai agregat mineral mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat dikelompokan dalam empat jenis batuan, yaitu : I. Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. II. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal, baik beku, sedimen, dan metamorf, akan mengalami pelapukan, material hasil pelapukan selanjutnya tererosi, kemudian tertransport dan diendapkan kembali. Material yang akan diendapkan dari proses ini akan mengalami litifikasi, yaitu mengeras menjadi batuan yang disebut batuan sedimen. III. Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi bahan bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan - bahan jatuh, kemudian mengalami litifikasi baik belum mengalami transportasi, maupun yang telah mengalami transportasi (reworking) oleh air atau es. IV. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa pada batuan yang telah ada sebelumnya, sehingga mengalami perubahan komposisi mineral, struktur, tekstur, batuan, tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa berubah fase ( tanpa pernah mencapai fase cair).

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

I.2. Maksud dan Tujuan I.2.1. Maksud Melatih mahasiawa dalam memahami tentang ciri - ciri berbagai macam batuan menurut warna, struktur, tekstur, komposisi dan nama nama batuannya tersebut. Untuk melatih dalam menganalisa persoalan - persoalan petrologi dengan melihat bentuk rill dilapangan. Untuk mahasiswa, / mahasiwi terampil dan mahir dalam melakukan pendiskripsian terhadap batuan yang di jumpai dilapangan. I.2.2. Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui semua jenis - jenis batuan yang ada ( batuan beku, sedimen, dan metamorf) yang di jumpai di lapangan. dapat mengenali ciri ciri batuan beserta penamannya secara jelas dan terperinci yang telah dideskripsi secara mata telanjang atau megaskopis, sehingga mahasiswa dapat mengetahui komposisi kimianya nama batuannya secara baik dan benar.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

BAB II STRUKTUR BAGIAN DALAM BUMI


Banyak ahli astronomi dan geologi berpendapat bahwa bumi dan planet lainnya terbentuk dari proses aglomerasi massa jagad raya yang telah mendingin (planetisimal) atau proses pendinginan dan kondensasi gas panas matahari (nebular). Dalam teori nebular ini dianggap bahwa selama perkembangannya, gas panas akan mengalami radiasi dan kehilangan partikel tenaga sehingga lama lama mendingin, terkondensasi hingga akhirnya memadat. Gaya tarik bumi terjadi diferensiasi antara hasil kondensasi dengan gas pada saat proses pendinginan berlangsung, sehingga akhirnya akan terbentuk magma primer yang diselubungi selaput gas, yang sangat berbeda dengan atmosfer sekarang yang disebut pneumatosfer. (Rittmann, 1962). Selanjutnya, proses pendinginan akan semakin mempercepat proses kristalisasi di permukaan bumi.

Gambar 2.1. Susunan penyusun bumi

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

Tabel 1. jenis batuan penyusun kerak bumi (Pirson & Knopf, 1957)

Batuan Granit Andesite Diorit Gabro Peridotit Dunit Batupasir Batugamping Marmer Gneis

Berat jenis (gram / cm3) 2,5 - 2,7 1,6 - 2,6 2,8 - 2,9 3 2,6 - 2,8 3,2 - 3,3 2,2 - 2,8 2,5 - 2,7 2,7 2,6 - 3,1

Berat jenis berbagai batuan penyusun kerak bumi berkisar antara 1,6 sampai 3,3 (Tabel1). Sementara itu, berat jenis rata rata bumi 5,52. Guna mendapatkan berat jenis bumi menjadi 5,52 hingga berat jenis bagian dalam bumi haruslah diperlukan 12. Gas yang terbentuk waktu proses pendinginan sebagian menjadi uap. Gas-gas pada permukaan akhirnya menjadi lapisan atmosfer. Gaya graitasi bumi mencegah gas tersebut tidak keluar dari permukaan bumi. Sekitar 1.000 juta tahun yang lalu, permukaan bumi berupa satu daratan yang sangat luas dikelilingi oleh samudra. Daratan tersebut kemudian terpecah menjadi beberapa daratan akibat adanya pergeseran lempeng permukaan bumi. Para ahli setuju bahwa bumi terbentuk pada 4.6 milyard tahun yang lalu, diameter ekuator bumi 12.756 km diameter di polar 12.714 km. Bj = 5,5 gr/cm2.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

Tabel 2 : batuan penyusun lapisan kerak bumi pada kala holosen

SUBSTRATUM Granitic Basaltic Peridotit 2.7 3.5 3.5

SIMA (AMORF) 0 15 km SIAL 15 40 km SIAL 40 60 km SIMA (kristal)

Bumi terdiri dari tiga bagian yang berbeda yaitu kerak bumi, mantel, inti luar dan inti dalam. Selain itu secara fisik, bumi juga bisa di bagi menjadi lapisan Litosfer dan Astenosfer. Lapisan Litosfer merupakan lapisan teratas yang meliputi kerak bumi dan bagian atas dari mantel bumi. Litosfer merupakan bagian padat, solid tetapi mudah patah. Litosfer bergerak terapung di atas lapisan Astenosfer. Struktur Penyusun Bumi Secara umum bumi terdiri dari beberapa bagian lapisan yang berbeda yaitu : 1. Kerak Kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 30 - 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan asam. Dengan berat jenis 2,7.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

Gambar 2.2. Kerak bumi

Kerak bumi terdiri dari lempeng benua dan lempeng samudra. Lempeng benua berupa lapisan tipis tersusun dari batuan granitik dan merupakan lapisan pembentuk benua. Lempeng Samudra berupa lapisan tipis tersususn dari batuan basaltik dan merupakan lapisan pembentuk dasar samudra. 2. Mantel Selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Dengan berat jenis 3,4 - 4 Tabal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC. Mantel merupakan lapisan yang berbeda di bawah kerak bumi dengan kedalaman kira-kira (40 2891) km, mempunyai temperatur sangat tinggi samapai 3.800C.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

Gambar 2.3. Bagian bagian mantel bumi

3. Inti Bumi Inti bumi (core), yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 5200 km. Dengan berat jenis 9,6. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC. Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni bagian padat (lithosfer) yang terdiri dari tanah dan batuan; bagian cair (hidrosfer) yang terdiri dari berbagai bentuk ekosistem perairan
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

seperti laut, danau dan sungai; bagian udara (atmosfer) yang menyelimuti seluruh permukaan bumi serta bagian yang ditempati oleh berbagai jenis organisme (biosfer).

Gambar 2.4. Inti bumi

ATMOSFER Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta perputaran bumi. Perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya masa udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam atmosfer yang dapat menimbulkan arus angin. Fungsi atmosfer antara lain : I. Mengurangi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi pada siang hari dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari. II. III. Mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan bumi Menyediakan okisgen dan karbon dioksida.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Laporan Petrologi

IV.

Sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke bumi. Peran atmosfer dalam mengurangi radiasi matahari sangat penting.

Apabila tidak ada lapisan atmosfer, suhu permukaan bumi bila 100% radiasi matahari diterima oleh permukaan bumi akan sangat tinggi dan dikhawatirkan tidak ada organisme yang mampu bertaham hidup, termasuk manusia. Berdasarkan perbedaan suhu vertikal, atmosfer bumi dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu : A. Troposfer Lapisan ini merupakan lapisan yang paling bawah, berada antara permukaan bumi sampai pada ketinggian 8 km pada posisi kutub dan 18 19 km pada daerah ekuator. Pada lapisan ini suhu udara akan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Setiap kenaikan 100 meter

temperaturnya turun turun 0,5 oC. Troposfer terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu : 1. Lapisan Udara Dasar 2. Lapisan Udara Bawah 3. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar) 4. Lapisan Udara Tropopouse B. Stratosfer Merupakan bagian atmosfer yang berada di atas lapisan troposfer sampai pada ketinggian 50 60 km, atau lebih tepatnya lapisan ini terletak di antara lapisan troposfer dan ionosfer. Pada lapisan stratosfer, suhu akan semakin meningkat dengan meningkatnya ketinggian. Suhu pada bagian
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

10

Laporan Petrologi

atas stratosfer hampir sama dengan suhu pada permukaan bumi. Dengan demikian, profil suhu pada lapisan stratosfer ini merupakan kebalikan dari lapisan troposfer. C. Mesosfer Mesosfer terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50 70 km. Suhu di lapisan ini akan menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian. Suhunya mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan mencapai -72 oC di ketinggian 75 km. Suhu terendah terukur pada ketinggian antara 80 100 km yang merupakan batas dengan lapisan atmosfer berikutnya, yakni lapisan mesosfer. Daerah transisi antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah - 110o C . D. Lapisan Termosfer Berada di atas mesopouse dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Pada lapisan ini, gas-gas akan terionisasi, oleh karenanya lapisan ini sering juda disebut lapisan ionosfer. Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan lagi, yaitu 1. Lapisan Udara E 2. Lapisan udara F 3. Lapisan udara atom E. Ekosfer Atau Atmosfer Luar Merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

11

Laporan Petrologi

jelas. Garis imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause

Gambar 2.5. Struktur Penyusun Bumi

Tinajauan Umum Teori Tektonik Lempeng A. Tektonik Lempeng Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

12

Laporan Petrologi

waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Gambar 2.6. Teori tektonik lempeng

B. Prinsip Tektonik Lempeng Prinsip kunci tektonik lempeng adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang berbeda-beda. Lempeng ini bergerak

menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.Lempenglempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

13

Laporan Petrologi

pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua yaitu kerak benua yang sering disebut "SIAL", gabungan dari silikon dan aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km. Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas. Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

14

Laporan Petrologi

C. Kekuatan Penggerak Lempeng Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup

diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

15

Laporan Petrologi

Gambar 2.7. Zona subdaction

D. Lempeng Utama Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu : Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua. Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua. Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu) - Lempeng benua. Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua. Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut Lempeng benua. Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua. Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

16

Laporan Petrologi

Gambar 2.8. Pergerakan lempeng di dunia

E. Jenis Batas Lempeng Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah : 1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). 2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain.. 3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain.
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

17

Laporan Petrologi

BAB III BATUAN BEKU


III.1. Struktur, Tekstur, Komposisi Mineral Batuan Beku Batuan beku adalah penyusun bumi terbesar, terjadi karena

pembekuan/pendinginan magma jauh di bawah permukaan bumi, dekat permukaan atau di permukan bumi. Batuan beku yang terbentuk jauh dari permukaan bumi disebut batuan beku plutonik, yang dekat dengan permukaan bumi disebut batuan beku hypabisal, seang batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi disebut batuan beku volkanik. Seri reaksi bowen merupakan suatu skema yang menunjukkan urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian. Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalan dua golongan besar yaitu : Golongan mineral hitam atau mafic mineral. Golongan mineral putih atau felsik mineral. Pembagian yang didasarkan pada genetik atau tempat terjadinya batuan beku dapat dibagi atas : a. Batuan ekstrusif, terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik didarat maupun dibawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat, ada yang bersifat encer atau bersifat kental dan panas, bisa disebut lava. b. Batuan intrusif sangat berbeda dengan batuan ekstrusif. Tiga prinsip tipe bentuk intrusif batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

18

Laporan Petrologi

Bentuk tidak beraturan pada umumnya diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas dipermukaan (batholite dan stock). Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda yang mempunyai bentuk diskordan dan disebut korok/dyke, dan yang berbentuk konkordan diantaranya sill dan lakolit. Tipe ketiga dari intrusif relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari group ini adalah intrusif silinder atau pipa. A. Batuan Intrusi Batuan beku dalam, batuan beku intrusive,batuan beku plutonik. Batuan ini tarjadi dari pendinginan yang sangat lambat (jutaan tahun), sehinngga memungkingkan tumbuh kristal kristal besar dan bentuknya sempurnah. A. batuan beku dalam yang bentuknya memotong struktur batuan yang disebut diskordan a. Batolit Bentuk tidak beratura,memotong lapisan yang di

terobosnya.kebanyakan merupakan kumpulan sejumlah tubuh tubuh intrusi yang komposisinya agak berbeda. b. Stock Stock hamper sama dengan batolit, tetapi ukuran dimensinya tidak lebih 10 km.stok merupakan penyerta dari suatu tubuh batolit atau merupakan bagian atas batolit.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

19

Laporan Petrologi

c. Korok/ dyke Korok/ dykedisebut juga gang, merupakan salah satu batuan intrusi yang di bandingkan dengan batolit, berdimensi kecil bentuknya tabular sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar,memotong perlapisan batuan yang di terobosnya. d. Jenjang vulkanik/ volcanic neck Jenjang vulkanik/ volcanic neck adalah pipa guung api di bawah,yang mengalirkan magma ke kepundang. Kemudian setelah batuan yang menutupi di seketarnya tererosi, maka batuan yang terbentuk + silindri menonjol dari topografi di sekitarnya. B. Batuan beku dalam yang bentuknya sejajar dengan struktur batuan disebut konkordan a. Sill Sill adalah intrusi batuan yang sejajar dengan perlapisan batuan yang di terobosnya.berbentuk tabular pipih dengan sisinya sejajar. b. Lakolit Lakolit merupakan intrusi yang sejajar dengan perlapisan batuan yang di terobosnya. c. Lapolit Lapolit hamper sama dengan lakolit hanya bagian atas dan bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

20

Laporan Petrologi

Gambar 3.9. Granit, Diorit, dan Gabro

B. Batuan Ekstrusi Batuan beku luar, batuan beku ekstrusif, batuan vulkanis. Batuan beku luar adalah magma yang mencapai permukaan bumi, ke luar melalui rekahan atau lubang kepundang gunung api sebagai erupsi. Batuan beku luar membeku dengan cepat, sehingga memperlihatkan butiran butiran yang kasar (croase grains). Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut ERUPSI linier atau FISSURE ERUPTION yang keluar melalui lubang kepundang gunung api disebut erupsi central. C. Cara Pemerian Batuan Beku Diskripsi batuan beku meliputi : 1. Tekstur 2. Struktur 3. Komposisi III.I.1. Struktur Batuan Beku Struktur terlihat jelas di lapanga, sedangkan yang dilihat di laboraturium adalah :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

21

Laporan Petrologi

a. Masif : tidak berlobang atau ada struktur aliran. b. Vasikuler : berlubang oleh pelepasan gas, lubang teratur. c. Skoria : berlubang besar tidak teratur. d. Amigdaloidal : lbang gas terisi mineral. e. Xenolitis : batuan beku diinklusi pecahan batuan lain. f. Pilow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi umumnya antara 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut. g. Joint, struktur yang diandai oleh kekar-kekar yang tersusun secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar joint. h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri. III.I.2. Tekstur Batuan Beku Dapat ditunjukkan oleh derajat kristalisasi, granularitas, fabric dan hubungan Kristal. Tekstur dalan batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan antar massa mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi. Dimana keduanya sangat tergantung pada temperatur, komposisi kandungan gas, viskositas magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran btir (grain size) atau granularitas dan kemas (fabric) atau hubungan antar unsur-unsur tersebut (W.T. Huang, 1962; Williams, 1982).
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

22

Laporan Petrologi

Dalam kaitan dengan tekstur batuan, Rosenbusch mengemukakan hukumnya : a. Jika suatu mineral dilingkupi mineral lain, maka mineral yang melingkupi muda. b. Mineral yang terbentuk lebih awal biasanya berbentuk euhedral atau paling tidak mendekati euhedral dibanding yang terbentuk kemudian. c. Jika kristal besar dan kecil bersama-sama dalam satu batuan kristal besar adalah yang berbentuk lebih dulu. a. Derajat Kristalisasi Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan massa gelas yang membentuk massa merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Tingkat kristalisasi batuan batuan beku dapat di bagi menjadi 3 macam : 1) Holokristalin : Batuan yang terdiri dari masa Kristal seluruhnya. 2) Hipokristalin : Batuan yang terdiri dari Kristal dan gelas. 3) Holohialin : Batuan yang terdiri dari masa gelas seluruhnya.

b. Granularitas (Grain size) a. Equigranular : ukuran kristal seragam, dibedakan menjadi :

Fanerik granular; jika mineralnya dapat dibedakan dengan mata telanjang.


Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

23

Laporan Petrologi

Gambar 3.10. Tekstur Fanerik

Afanitik; jika mineralnya tidak dapat dibedakan ( ukurannya halus)

Gambar 3.11. Tekstur Afanitik

b. Inequigranular

: ukuran kristal tidak seragam, dibedakan menjadi :

Faneroporfiritik; mineral yang besar ( fenokris ) dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil yang masih dapat dibedakan oleh mata telanjang.
`

Gambar 3.12. Tekstur Faneroporfiritik

Porfiroafanitik; sama seperti pada faneroporfiritik, namun mineral yang mengelilingi sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan. c. Bentuk Kristal (Fabric) terbagi 3 macam 1) Euhedral : Batas Kristal-kristalnya terlihat jelas 2) Subhedral : Batas Kristal sebagian tidak tampak.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

24

Laporan Petrologi

3) Anhedral : Batas kristalnya tidak tampak. d. Hubungan Kristal (Relasi) 1) Ekuigranular : Ukuran kristalnya relative sama besar, yang termasuk dalam ekuigranular: a) Panidiomorphic granular : bila mineralnya euhedral. b) Hipidiomorphic granular : bila mineralnya subhedral. c) Allotriomorphic granular : bila mineralnya anhedral. 2) Inekuigranular: ukuran mineralnya tidak sama besar, yang termasuk inekuigranular : a) Porfiritik : Fenokris dalam masa dasar/matrik Kristal-kristal kecil. b) Vitroferik (Vitrophyric) : Fenokris masa dasar/matrik gelas. c) Poilikitik : Fenokris diinklusi oleh mineral lain yang lebih kecil. d) Glomeroporphyritic : Fenokris mengumpul.
e) Faneroporfiritik ; bila cristal mineral yang besar

Gambar 3.13. Tekstur faneroporfiritik

f) Pirfirioafanitik ; bila fenokris di kelilingi oleh masa dasar yang afanitik.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

25

Laporan Petrologi

Gambar 3.14. Tekstur porfiroafanitik

III.I.3. Komposisi Mineral Batuan Beku a. Berdasarkan terbentuknya terdiri dari : 1) Mineral utama (Essential mineral) : mineral penentu penemaan batuan. 2) Mineral sekunder (Secondary mineral) : mineral yang terbentuk ari mineral primer yang mengalami proses pelapukan, hidroternal tau metamorfisme. Contoh : kalsit, serpentin, klorit, serosit atau kaolin. 3) Mineral tambahan (Accessorys mineral) : mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma (kehadiran mineral ini 5%). b. Berdasarkan terang-gelap warna dibagi menjadi asam dan basa. 1) Mineral asam (Felsic): Kaya akan silica dan alumina, warna cerah, mineral cerah: kuarsa feldspar (ortoklas), feldspar (plagioklas), atau muscovite (mika putih). 2) Mineral basa (Mafic): Kaya akan besi, magnesium, dan kalsium, warna gelap. Contoh: Biotit (mika hitam), piroksin (augit), amphibol (hornblende) atau olivine. Perkecualian : dunit (batuan beku basa ; warna terang) dan obsidian (batuan beku asam ; warna gelap). c. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Kandungan Silica

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

26

Laporan Petrologi

Table 3. Klasifikasi batuan beku kandungan silica

No. 1. 2. 3. 4.

Jenis batu beku Asam (acid) Intermediate Basa (basic) Ultrabasa

Kandungan silika > 66% 52 - 66% 45 52% < 45%

Minerak-mineral yang menyusun batuan beku menurut Bowen tersusun dalam urutan kristalisasi yang terkenal dengan nama Seri Reaksi Bowen.

DISCONTINUOUS SERIES 12000C Olivin

CONTINUOUS SERIES Anorthit Bitownit

Piroksin Amphibole

Labradorit Andesin Oligoklas

9000C

Biotit

Albite

Potash Feldspar Muskovit

6000C

Kuarsa
Gambar 3.15. Skema Seri Reaksi Bowen.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

27

Laporan Petrologi

Kelompok batuan berdasarkan mineralnya : Ciri-ciri Mineral Seri Bowen: Olivin (Hijau transparan, hijau tua, berbentuk butiran); Piroksin (Hijau tua-hitam, dimensi besar, agak buram, berbentuk prismatik pendek/panjang); Hornblende (Hitam, dimensi kecil, agak terang, prismatik, menyudut, berbuir kecil, jaraknya renggang); Biotit (Hitam, mengkilap, terang, berlembar, mudah dicongkel); Muskovit (Putih, mengkilap, terang, berlembar, mudah dicongkel); K.Felspar (Kemerahan-putih, keruh); Kuara (Transparan-being, bentuk tak beraturan, berbutir). Menurut Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral yaitu : A. Mineral Utama Berdasarkan warna dan densitas dikelompokkan menjadi dua yaitu Mineral felsic (mineral berwarna terangdengan densitas rata-rata 2,52,7) yaitu: o Kwarsa (SiO2) o Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) AlSi3O3. seri feldspar alkali terdiri dari sanidine, orthoklas, anorthoklas, adularia, dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albite, olgoklas, andesite, labradorite, bitonit dan anortit. o Kelompok feldspatoit (Na, K Alumina silica), terdiri dari nefelin, sodalit, leusit. Mineral mafic (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata-rata 3,0-3,6) yaitu :
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

28

Laporan Petrologi

o Kelompk olivine, terdiri dari Fayalite dan Forsterite. o Kelompok piroksen, terdiri dari Enstatite, Hiperstein, augit, Pigeonit, Diopsit. o Kelompok mika, terdiri dari biotite, Muskovite, plogopit. o Kelompok amphibole, terdiri dari Anthofilit, Cumingtonit,

Hornblende, Rieberkit, Tremolit Aktinolit, Glaucofan, dll. B. Mineral Sekunder Mineral sekunder terdiri dari : Kelompok kalsite (kalsit, dolomite, magnesite, siderite). Kelompok klorit (proklor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok plagioklas. Kelompok kaolin (kaolin, Hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku. C. Mineral Tambahan Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah seadikit. Apabila hadir dalam jumlah cukup banyak tetap tidak mempengaruhi penamaan batuan, tetepi hal ini bisa mempunyai nilai ekonomis. Termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematit, Kromit, Spena, Muskovit, Rutile, Magnetit, Apatit, dan lain-lain.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

29

Laporan Petrologi

III.2. Klasifikasi Batuan Beku Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kadangkadang satu batuan pada klasifiksai yang lain penamaannya berlainan pula. Dengan demikian seseorang Petrologi harus benar-benar mengerti akan dasar penamaan yang diberikan pada suatu batuan beku. a. Klasifikasi berdasarkan kimiawi. Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J Huges, 1962), dan dibagi dalam empat golongan, yaitu: Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih dari 66% SiO2. Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit. Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan tersebut mengandung 52%-66% SiO2. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit. Batuan beku basa, bila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2. Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit. b. Klasifikasi berdasarkan mineralogi Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafic dan mineral felsic. S. J. Shand , 1943, membagi empat macam batuan, yaitu: Leucrocatic Rock, batuan beku mengandung 30% mineral mafic. Mesocratic Rock, batuan beku tersebut mengandung 30%-60% mineral mafic.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

30

Laporan Petrologi

Melanocratic Rock, mengandung 60%-90% mineral mafic. Hipermelanuc Rock, mengandung lebih dari 90 % mineral mafic. Sedangkan S. J. Elis, 1948, membagi kedalam empat golongan tekstur

pula, yaitu: a. b. c. d. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

c. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur Dan Komposisi Mineral. Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi dua ; yaitu batuan beku Volkanik dan batuan beku Plutonik. Batuan beku Volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan bumi. Menurut Williams, 1983, batuan beku yang berukuran kristal kurang dari 1mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama pada matriksnya. Batuan beku yang mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm dikelompokkan dalam batuan beku Plutonik, lebih-lebih bila berukuran kurang dari 5 mm. Batuan Volkanik Batuan Volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris dan warna. Fenokris kuarsa dan Feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam dan sedikit biotit umum hadir dalam komposisi asam, seperti dalam Rhyolit dan Dasit. Jika fenokris kuarsa dan feldspar alkali bersama plagioklas asam yang melimpah melebihi jumlah feldspar alkali,
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

31

Laporan Petrologi

batuan tersebut adalah dasit. Sebaliknya jika yang melimpah adalah feldspar alkali dibandingkan dengan plagioklas asam maka batuan tersebut cenderung rhyolit. Warna dalam berbagai hal tidak terlalu berarti. Banyak Dasit dan Rhyolit yang berwarna abu-abu kehijauan atau bahkan agak gelap. Oleh karena itu warna baru bermanfaat jika tidak didapat satu pun fenokris dalam batuan volkanik tersebut. Batuan Plutonik Setidaknya ada dua peneliti batuan yang telah menyusun klasifikasi dan tata nama batuan plutonik, yaitu: Strckeilsen, 1974 dan Williams, 1954/1983, Williams membagi batuan Plutonik berdasarkan pada indeks warna (jumlah mineral mafic dalam batuan). Indeks warna lebih kurang 10% (batuan felsic) diwakili oleh batuan garnodiorit, adamelit, dan granit. Granit mempunyai kandungan feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih dominan. Adamelit merupakan nama batuan felsik yang mempunyai feldspar alkali sebanyak plagioklasnya. Batuan ultra mafic diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70%. Dapat saja disusun oleh >90% olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan olivin dan piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika Batuan ultra mafic tersebut disusun oleh > 90% piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika > 90% berupa hornblende disebut dengan hornblendit.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

32

Laporan Petrologi

III.3. Deskripsi Batuan Beku

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

33

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan beku intermediet : Abu-abu : Abu-abu kecoklatan : Masif : - Derajat kristalisasi : Hipokristalin - Granularitas - B. Butir - Kemas : Fanerik : Euhedral : Equigranular

Komposisi Batuan

: Plagioklas, Biotit, Sanidin

Petrogenesa batuan: Terbentuk dari magma yang mengalami pendinginan di dekat permukaan bumi Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Diorite
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

34

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan beku intermediet : Abu-abu : Abu-abu kecoklatan : Masif : - Derajat kristalisasi1: Holokristalin - Granularitas - B. Butir - Kemas : Fanerik kasar : Euhedral : Equigranular

Komposisi Batuan

: Plagioklas, Biotit, kuarsa

Petrogenesa batuan: Terbentuk dari magma yang mengalami pendinginan di dekat permukaan bumi dan terbentuk melalui proses plutonik Nama Batuan : Granit

Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A

Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

35

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan beku intermediet : Abu-abu : Abu-abu kecoklatan : Skoria : - Derajat kristalisasi : Hipokristalin - Granularitas - B. Butir - Kemas : Fanerik : Euhedral : Equigranular

Komposisi Batuan

: Plagioklas, Biotit, Sanidin

Petrogenesa batuan: Terbentuk dari magma yang mengalami pendinginan di dekat permukaan bumi. Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Granodiorite
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

36

Laporan Petrologi

BAB IV BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagenesa dari mineral batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.

Gambar 4.15. Proses sedimentasi yang tertransport

Secara umum batuan sedimen dapat dibedakan menjadi dua golongan besar berdasarkan cara pengendapannya, yaitu : A. Batuan Sedimen Klastik Klastik berasal dari kata klastos yang berarti broken sehingga klastik disebut juga detritus yang berarti akumulasi partikel yang berasal dari pecahan batuan lain dan sisa rangka dari organisme ( Flint & Skinner, 1997 ). Batuan sedimen klastik yaitu batuan asal yang telah mengalami transportasi dan
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

37

Laporan Petrologi

kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Setelah pengendapan berlangsung, mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah suatu sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras. B. Batuan Sedimen Non Klastik Batuan sedimen non klastik terbentuk karena proses pengendapan secara kimiawi dari larutan maupun hasil aktivitas organik dan umumnya tersusu oleh authigenic minerals. Authigenic minerals adalah mineral yang terbentuk pada lingkungan sedimentasi. Misal : Gypsum, Anhydrite, Kalsit, Halit. IV.1. Struktur, Tekstur, Komposisi Mineral Batuan Sedimen IV.I.1. Struktur, Tekstur, Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik A. Struktur Sedimen Klastik Struktur pada batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara kelompok kelompok sedimenter dari pada hubungan antar butir yang mengontrol dan menentukan tekstur. Struktur batuan sedimen paling baik dipelajari di lapangan. Berdasarkan asalnya, struktur sedimen dapat dibagi menjadi : A. Struktur Sedimen Primer Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme pengendapannya, antara lain : perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dll. B. Struktur Sedimen Sekunder
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

38

Laporan Petrologi

Terbentuk setelah proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukkan keadaan lingkungan pengendapannya, misal : cetak suling, cetak beban, dll. C. Struktur Sedimen Organik Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing, dan binatang lainnya, misal : kerangka, laminasi pertumbuhan, dll. Struktur batuan sedimen yang penting adalah perlapisan. Struktur ini umum terdapat pada batuan sedimen klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor, antara lain : a. Adanya perbedaan warna mineral. b. Adanya perbedaan ukuran butir. c. Adanya perbedaan komposisi mineral. d. Adanya perbedaan macam batuan. e. Adanya perbedaan struktur sedimen. f. Adanya perbedaan perubahan kekompakan. Macam macam perlapisan, antara lain : a. Masif; bila tidak menunjukkan kedalaman atau ketebalan lebih dari 120 cm. b. Perlapisan sejajar; bila menunjukkan perlapisan yang sejajar. c. Laminasi; perlapisan sejajar memiliki ketebalan kurang dari 1 cm. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

39

Laporan Petrologi

d. Perlapisan pilihan; bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah vertikal. e. Perlapisan silang siur; perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas maupun di bawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi. Terbentuk sebagai akibat intensitas arus yang berubah ubah. Macam macam bidang perlapisan yang penting, antara lain : a. Gelembur gelombang; terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin. b. Rekah kerut; rekahan pada permukaan perlapisan akibat penguapan. c. Cetak suling; cetakan akibat penggerusan media pada batuan dasar. d. Cetak beban; cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih halus. e. Bekas jejak organisme, bekas rayapan, rangka, maupun tempat berhenti binatang. Pembagian lapisan menurut ketebalannya ( Mc. Kee & Weir, 1953 ), adalah:
Tabel 4. Ketebalan lapisan Batuan sedimen

Nama Lapisan Sedimen Lapisan sangat tebal Lapisan tebal Lapisan tipis Lapisan sangat tipis Laminasi Laminasi tipis

Ketebalan ( cm ) > 120 60 120 5 60 15 0,2 1 < 0,2

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

40

Laporan Petrologi

B. Tekstur Sedimen Klastik Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen yang bertekstur klastik, antara lain : 1. Ukuran Butir Klasifikasi ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth (1922), yaitu :
Tabel 5. Skala Wentworth

Nama Butir Bongkah ( boulder ) Brangkal ( couble ) Kerakal ( pebble ) Kerikil ( gravel) Pasir sangat kasar ( very coarse ) Pasir kasar ( coarse ) Pasir menengah ( medium ) Pasir halus ( fine ) Pasir sangat halus ( very fine ) Lanau Lempung

Besar Butir ( mm ) > 256 64 256 4 64 24 12 0,5 1 0,25 0,5 0,125 0,25 0.06 0,125 0,004 0,06 < 0,004

2. Pemilahan ( Sorting ) Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusunan batuan endapan atau sedimen. Dalam pemilahan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

41

Laporan Petrologi

a. Sortasi baik ( well sorted ), bila besar butir merata atau sama besar. b. Sortasi buruk ( poorly sorted ), bila besar butir tidak merata. 3. Kebundaran ( Roundness ) Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi. Macam macam kebundaran : a. Membundar sempurna ( well rounded ) b. Membundar ( rounded ) c. Agak membundar ( subrounded ) d. Agak menyudut ( subangular ) e. Menyudut ( angular )

Gambar 4.16. Bentuk Butir

4. Kemas ( Fabric ) Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada batuan sedimen. Batuan sedimen yang memiliki kemas terbuka berarti mempunyai banyak ruang atau rongga antar butirnya, sedangkan yang
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

42

Laporan Petrologi

memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang atau rongga antar butirnya. C. Komposisi Sedimen Klastik Komposisi pada batuan sedimen klastik bisa dibedakan menjadi : 1. Fragmen Yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa mineral, pecahan batuan, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik / massa dasar

Yaitu butiran yang lebih kecil dari fragmen, terendapkan bersama sama dengan fragmen, terdapat di sela sela fragmen sebagai massa dasar. Seperti fragmen, matrik dapat berupa mineral, pecahan batuan maupun fosil. 3. Semen Yaitu material yang sangat halus ( hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop ) diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat berbentuk amorf maupun kristalin. Semen umumnya terdiri dari : 1. Semen karbonat ( kalsit, dolomit ) 2. Semen silika ( calsedon, kuarsit ) 3. Semen oksida ( limonit, hematit, dan siderit ) Pada sedimen berbutir halus ( lanau atau lempung ) tidak terdapat semen, karena tidak adanya rongga atau ruang antar butir.
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

43

Laporan Petrologi

Fragmen

Matrik

Semen

Gambar 4.17. Komposisi Mineral

D. Contoh Batuan Sedimen Klastik

Gambar 4.18. Mudstones (Sedimen Klastik)

Gambar 4.19. Conglomerates (Sedimen Klastik)

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

44

Laporan Petrologi

Gambar 4.20. Breksi (Sedimen Klastik)

IV.I.1. Struktur, Tekstur, Komposisi Mineral Batuan Sedimen Non Klastik A. Struktur Sedimen Non Klastik Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktivitas organisme, antara lain : a. Fossliferous; struktur yang menunjukkan adanya fosil. b. Oolitik; struktur dimana fragmen klastik diselubingi oleh mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm. c. Pisolitik; sama dengan oolitik, tetapi ukuran diameternya lebih dari 2mm. d. Konkresi; sama dengan oolitik, tetapi tidak konsentris. e. Cone in cone; struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per kerucut. f. Bioherm; tersusun oleh organisme murni yang insitu. g. Biostorm; seperti bioherm, tetapi bersifat klastik. h. Septaria; sejenis konkresi, tetapi memiliki komposisi lempungan. i. Goode; berupa rongga rongga yang terisi oleh kristal kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. j. Stylolit; kenampakan bergerigi pada batu gamping sebagai hasil pelarutan.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

45

Laporan Petrologi

B. Tekstur Sedimen Non Klastik Ciri khas dari tekstur non klastik adalah adanya kristal kristal saling menjari, tidak ada ruang antar butir, dan kristal penyusun biasanya terdiri dari satu macam mineral ( monomineralik ). Beberapa tekstur non klastik yang penting adalah : A. Kristalin Terdiri dari kristal kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan skala Wenthworth dengan modifikasi sbb : B. Amorf Terdiri dari mineral yang membentuk kristal kristal atau metamorf. C. Komposisi Sedimen Non Klastik Komposisi mineral pada batuan sedimen non klastik biasanya sederhana terdiri dari saru atau dua mineral, sebagai contoh : Batu gamping : Kalsit, Dolomit. Chert Gypsum Anhidrit : Calsedon. : Mineral Gypsum. : Mineral Anhidrit.

IV.2. Klasifikasi Batuan Sedimen Secara umum klasifikasi batuan karbonat didasrakan pada dua hal yaitu kenampakan fisik (klasifikasi deskritip) dan pada asal usul (klasifikasi genetik). Beberapa klasifikasi yang dapat digunakan antara lain.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

46

Laporan Petrologi

Klasifikasi Folk (1959) Folk pengendapan mengklasifikasikan dan perbandingan batuan fraksi karbonat komponen berdasarkan penyusunnya, tekstur, yaitu

butiran/allochem, mikrit, dan sparit (ortochem). Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, mikrit, dan sparit serta jenis allochem yang dominant, maka Folk membagi batugamping menjadi 4 Famili.Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi baik dan terbentuk pada high energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau konglomerat lempungan dan terbentuk pada low energy zone dan batu gamping tipe III analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi yang tenag (lagoon).

Gambar 4.21. Penggambaran skematik komponen penyusun

o Intaclast; suatu endapan yang berupa gel Lumpur karbonat , belum memadat, semi plastis, lalu ada erosi yang membentuk tubuh (discret body)
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

47

Laporan Petrologi

o Pellet; suatu butiran yang strukturnya microcristalinne (warnanya gelap),kalau mengandung kotoran binatang maka disebut (facial pellet). o Oolit; suatu butiran yang intinya dilapisi oleh unsur karbonat, intinya berfosil dan apabila disayat maka mempunyai bentuk konsentris. o Fossil; termasuk kedalam allochemical, karena mengalami

transportasi, misalnya Globigerina yang hidup secara plankton. Penggambaran skematik komponen penyusun batuan karbonat yang menjadi dasar klasifikasi batuan karbonat menurut Folk (1959). Klasifikasi Dunham (1962) Dunham membuat klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan, meliputi ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam klasifikasiin antara lain: Derajat perubahan tekstur pengendapan Komponen asli terikat dan tidak terikat selama proses deposisi Tingkat kelimpahan antara butiran (grain) dengan Lumpur karbonat. Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham membuat klasifisikasi : o Boundstone : hubungan antar komponen tertutup yang

berhubungan dengan rapat (oolite). o Grainstone Lumpur.


Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

: hubungan antara komponen-komponen tanpa

48

Laporan Petrologi

o Packstone betolit. o Mudstone

: ada lumpur, tetapi yang banyak adalah komponen

: Lumpur wackstone

Tabel 6. Klasifikasi Struktur Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

Inorganic Structures Mechanical (primer)


A. Bedding Geometry 1. Laminations 2. Wavy bedding B. Bedding internal structures 1. Cross bedding 2. Ripple bedding 3. Graded bedding 4. Growth bedding

Chemical (secondary)
A. Solution structures 1. Stylolites 2. Corrosion zones

Organic Structures
A. Petrifactions B. Bedding (weedia and other stromatolites)

3. Vugs oolicasts and so on B. Accretionary structures 1. Nodules 2. Concretions

C. Miscellaneous 1. Borings 2. Tracks and

C. Bedding plane markings (on sole) 1. Scour or current mark (flutes) 2. Tool marks (grooves, and so on)

3.

Crystal

aggregate 3.

trails Cast molds 4. Fecal pellets and co and

(spherulites and rosettes) 4. Veinlets 5. Color banding

C. Composite structure D. Bedding plane markings (on 1. Geodes surface) 2. Septaria 1. Wave and swash marks 2. Pits and prints (rain, so on) 3. Cone in cone 3. Parting lineation E. Deformed bedding 1. Load and founder structures 2. Synsedimentary folds an d breccias 3. Sandtsne dikes and sills

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

49

Laporan Petrologi

IV.3. Deskripsi Batuan Sedimen

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

50

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan sedimen klastik : Abu-abu kecoklatan : Coklat kekuningan : Masif : - Ukuran butir - Sortasi - B. Butir - Kemas : Krakal ( 4 64 ) : Buruk : Membulat tanggung : Terbuka : Rijang : Pasir Semen : Silika

Komposisi Batuan

: Fragmen Matrik

Petrogenesa batuan

: Batuan in terbentuk dari hasil rombakan batuan lain yang telah tertranfortasi.

Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Konglomerat
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

51

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan Klastik : Abu-abu : Abu-abu kecoklatan : Laminasi : - Ukuran butir - Sortasi - B. Butir - Kemas : Pasir Halus : Baik : Membulat : Tertutup : : Pasir Semen : Silika

Komposisi Batuan

: Fragmen Matrik

Petrogenesa batuan

: Terbentuk dari rombakan batuan lain yag telah mengalami tranportasi

Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Batu pasir
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

52

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan Komposisi Batuan

: Batuan sedimen non klastik : Kemerahan : kuning kecoklatan : Masif : Amorf : Plagioklas, Biotit, Sanidin

Petrogenesa batuan

: Terbentuk dari batuan yang telah mengalami tranfortasi jauh dari batuan asal.

Nama Batuan

: Rijang

Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A

Nama Asisten : Paraf Asisten :

BAB V
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

53

Laporan Petrologi

BAB V BATUAN PIROKLASTIK


V.1. Struktur, Tekstur, Dan Batuan Piroklastik, Komposisi Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahan - bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan - bahan jatuh kemudian mengalami litifikasi baik sebelum tertransport maupun rewarking oleh air atau es. (W.T. Huang, 1962). V.I.1. Struktur Batuan Piroklastik Seperti halnya struktur batuan beku, maka pada batuan piroklastik juga dijumpai struktur seperti skoria, vesikuler serta amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur - struktur graded bedding / berlapis sebagai mana terdapat dalam sedimen juga umum didapatkan dalam batuan piroklastik.

Gambar 5.22. Skoria


Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

54

Laporan Petrologi

V.I.2. Tekstur Batuan Piroklastik Variasi batuan, pembundaran dan pemilahan batuan piroklastik mirip dengan batuan sedimen klastik pada ummnya. Hanya unsur-unsur tersebut tergantung tenaga letusan, penguapan tegangan permukaan dan pengaruh

seretan. Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk butiran yang runcing tajam, terutama dikenal sebagai glasshard atau gelas runcing tajan serta adanya batu apung (pumica).

Gambar 5.23. Pumis

V.1.3. Komposisi Mineral Batuan Piroklastik Fisher, 1984 dan Williams, 1982 mengelompokkan material-material penyusun batuan-batuan piroklastik sebagai berikut : a. Kelompok Juvenil (Essential) Bila material penyusun dikeluarkan langsung dari magma, terdiri dari padatan, atau partikel tertekan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal . b. Kelompok Cognate (Accessory) Bila material penyusun dari material hamburan yang berasal dari letusan sebelumnya, dan tubuh vulkanik yang lebih tua dari dinding kawah.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

55

Laporan Petrologi

c. Kelompok Accidental (bahan asing) Bila material penyusunnya merupakan bahan hamburan yang berasal dari batuan non gunung api atau batuan dasar berupa batuan beku, sedimen atau metamorf, sehingga mempunyai komposisi yang seragam. 1. Mineral - mineral Sialis Mineral-mineral sialis terdiri dari : a. Kwarsa yang hanya ditemukan pada batuan gunung api yang kaya kandungan silica atau bersifat asam. b. Feldspar, baik K-feldspar, Na-feldspar maupun Ca-feldspar. c. Feldspatoid merupakan kelompok mineral yang terdiri jika kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang akan kandungan silika. 2. Mineral-mineral Ferromagnesia Mineral-mineral ferromagnesia merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg silikat dan kadang-kadang disusul dengan Casilikat. Mineral-mineral tersebut hadir berupa kelompok mineral : a. Piroksen, merupakan mineral penting dalam batuan gunung api. b. Olivine, mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika. 3. Mineral Tambahan Mineral tambahan merupakan mineral - mineral yang sering hadir : a. Hornblende c. Boitite b. Magnetite d. Limenit

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

56

Laporan Petrologi

V.I.4. Klasifikasi Batuan Piroklastik Beragam klasifikasi piroklalstika telah diusulkan oleh para ahli, yang masing - masing mempunyai dasar klasifikasi sendiri - sendiri. Namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastika, dari yang paling halus hingga sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom. a. Klasifikasi Menurut H. William, F.J. Tunner & C.M. Gilbert (1954)
Tabel 7. Klasifikasi piroklastika menurut H. William, F.J. Tunner & C.M. Gilbert (1954)

SIZE (mm)

UNCONSOLIDATED CONSOLIDATED Bomb Angglomerates Volcanic breccias Tuff breccias Lapilli Tuff Cindery lapilli tuffs Coarse tuffs tuffs

>32

Block Block and ash

4 - 32 -4 < 1/4

Lapilli Cinder (vesiculer) Coarse ash Ash or volcanic dust

b. Klasifikasi Menurut Wentworth (1955)


Tabel 8. Klasifikasi batuan piroklastika menurut Wentworth (1955a & 1955b)

WENTWORTH (1955a) CLASSIFICATON SIZE (mm) >256 32 - 356 4 - 32 1-4 <1 NAMES OF MASS IR AGREGATE Volcanic breccias Agglomerates Lapilli tuffs Coarse tuffs Fine tuffs WENTWORTH (1955b) CLASSIFICATON SIZE (mm) FRAGMEN AGREGATES

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

57

Laporan Petrologi

> 34 4 - 32 1-4 <1

Bomb Lapilli Sand Deton

Agglomerate & volcanic breccia tuff

C. Klasifikasi batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)


Tabel 9. Klasifikasi ukuran butir batu piroklastik

Ukuran

Piroklas

Endapan piroklastik Tefra (tak terkonsolidasi) Batuanpiroklastik (terkonsolidasi) Aglomerat, piroklastik breksi

> 64 mm

Bom, blok

Lapisan bom / blok Tefra bom atau blok Lapisan lapili atau Tefra lapili Abu kasar Abu/debu halus

2 mm

64

lapili

Batulapili (lapillistone) Tuf kasar tuf halus

1/16 2 mm < 1/16 mm

Abu/debu kasar Abu/debu halus

V.I.5. Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik 1. Endapan piroklastik jatuhan (pyoklastic fall) Adalah onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan ini umumnya akan berlapis baik dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun. Endapan ini meliputi agglomerate, breksi piroklastik, tuff, lapilli.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

58

Laporan Petrologi

2. Endapan piroklastik aliran (pyroklstic flow) Adalah material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan disuatu tempat. Hal ini meliputi hot avalance, lava collapse avalance, hot ash avalance. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500 - 650C, dan temperatur cenderung menurun selama pengalirannya. Yang termasuk batuan akibat lithifikasi endapan piroklastik aliran, adalah: 1. Ignimbrite (ignimbrite) Adalah batuan yang disusun dari endapan material oleh aliran abu. 2. Breksi aliran piroklastik (pyroklastic flow breccia) Adalah breksi yang dominan yang disusun oleh fragmen-fragmen yang runcing serta ditransportasi oleh glowing avalanches (akibat hawa panas). 3. Vitrik tuff Adalah batuan yang dihasilkan oleh endapan piroklastik aliran, terdiri dari fragmen abu dan lapilli, telah mengalami lithifikasi dan belum terluaskan, 4. Weled tuff Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang telah terlithifikasi dan merupakan bagian dari ignimbrite. 3. Endapan piroklastik surge Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

59

Laporan Petrologi

turbulent diatas permukaan. Umumnya mempunyai pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik.

(a) Gambar 5.24. (a). Jenis endapan piroklastik

(b)

Gambar 5.25. (b). Produk erupsi gunungapi (Aliran lava, Tepra, Piroklastik, Lahar, Gas)

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

60

Laporan Petrologi

IV.2. Deskripsi Batuan Piroklastik

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

61

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan piroklastik : Abu-abu : Coklat : Masif : - Derajat kristalisasi : Menyudut - Granularitas - Kemas - Relasi : Lapilus : Terbukal : Terpilah buruk :: Lapilus Semen : silika

Komposisi Batuan

: Fragmen Matriks

Petrogenesa batuan

: Terbentuk dari hasil letusan gunung api yang telah mengalami sedimentasi.

Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Batu lapili
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

62

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan

: Batuan piroklastik : Abu-abu keputihan : kuning keCoklatan : Masif : - Derajat kristalisasi : debu kasar - Granularitas - Kemas - Relasi : Lapilus : Tertutup : baik :: debu kasar Semen : silika

Komposisi Batuan

: Fragmen Matriks

Petrogenesa batuan

: Terbentuk dari hasil letusan gunung api yang telah mengalami sedimentasi terdapat di pusat vulkanuk.

Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Tuff kasar
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

63

Laporan Petrologi

BAB VI BATUAN METAMORF


VI.1. Struktur, Tekstur, Komposisi Mineral Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineral dan struktur oleh proses metamorisma yang terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru pengaruh temperatur T (200-650C) dan tekanan (P) yang tinggi. Proses Metamorfisme, meliputi : 1. Proses - proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga kristoblastik. 2. Proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan kimiawinya teap tak ada perubahan komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan kimia. Tahap - tahap proses metamorfisme : 1. Reklristalisasi Proses penyusunan kembali kristal - kristal dimana elemen - elemen kimia yang sudah ada sebelumnya sudah ada. 2. Reorentasi Proses pengorientasian kembali dari susunan kristal - kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada 3. Pembekuan mineral - mineral baru

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

64

Laporan Petrologi

Proses ini terjadi denga penyusunan kembali elemen - elemen kimiawi yang sebelumnya telah ada. a. Dalam metamorfosa yang berubah adalah : Tekstur dan Asosiasi mineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan fase padat (tanpa melalui fase cair) b. Teksturnya selalu merefleksikan sejarah pembentukannya c. Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal : 1) Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah ke P & T tinggi 2) Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T tinggi ke P & T rendah. Kondisi fisik mengontrol metamorfosa / mempengaruhi reakristalisasi dan tekstur. 1) Tekanan : - Tekanan hidrostatik - Tekanan searah (stress) Disini dikenal 2 kelompok mineral, yaitu : a) Stress mineral : yaitu mineral - mineral yang ahan terhadap tekanan. Contoh : staurolit, kinit. b) Anti stress mineral : yaitu mineral - mineral yang jarang dijumpai pada batuan yang mengalami stress. Contoh : olivin, andalusit. 2) Temperatur : pada umumnya perubahan temperatur jauh legih efektif dari pada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan mineralogi. Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfose bertemperatur rendah. Ada dua hal yang dapat mempercepat reksi itu, yaitu :
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

65

Laporan Petrologi

a. Adanya larutan - larutan kimia yang berjalan antar ruang butiran. b. Deformasi batuan, diman abatuan pecah - pecah menjadi fragmen - fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antar larutan kimia dengan fragmen fragmen. 3) Fluid 4) Komposisi Tipe-tipe Metamorfosa Tipe metamorfosa berdasarkan kejadiannya dan sejarah pembentukannya banyak dibahas oleh para ahli sehingga banyak pula macam-macam nama metamorfosa tetapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi : 1. Tipe metamorfosa lokal Disebut lokal karena penyebaran metamorfosa ini sangat terbatas sekali (beberapa meter beberapa puluh meter). Tipe metamorfosa ini meliputi : a. Metamorfose Termal / Kontak Metamorfosa kontak disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada batuan tertentu. Zona metamorfosa kontak yang efeknya terutama terlihat pada batuan sekitarnya. Ditemukan pada tepi-tepi batuan beku inrusi, seperti Batholit. Contoh : mineral Hornfels Terjadi pada zona kontak dengan tubuh magma. Suhu 300- 800 C. Tekanan 1000 - 3000 atm b. Metamorfose Dinamik / Kinematik / Kataklastik
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

66

Laporan Petrologi

Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misal pada daerah sesar besar dan lipatan. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana batuan ini mengalami proses secara mekanin yang disebabkan oleh faktor penekanan (kompresional) baik tegak maupun mendatar. 2. Metamorfose Regional Terjadi pada daerah luas pada pegunungan lipatan akibat proses orogenesa. Suhu dan tekanan berjalan bersama. Terjadi di kerak bumi. Contoh : Sekis 30.000 - 40.000 Pt P 2000 - 13.000 bars T 200C - 800C

Tipe metamorfosa ini meliputi : a. Metamorfosa regional/Dinamo thermal Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi. b. Metamorfosa Beban/Burial Batuan metamorf ini terbentuk oleh proses pembebanan suatu massa sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau dikenal dengan sebutan cekungan geosinklin. Proses kejadiannya hampir tidak berkaitan sama sekali dengan aktivitas orogenesa maupun intrusi tetapi lebih merupakan suatu yang bersifat regional atau lebih dikenal dengan proses epirogenesa.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

67

Laporan Petrologi

c. Metamorfisme Dasar Samudra Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penekanan dasar samudra, metamorfosa ini dipengaruh leh T yang besar, dimana material - material penyusunnya biasanya berkomposisi basa hinga ultra basa. Batuan penyusun lantai samudra merupakan material baru yang dimulai pembekuannya di Punggungan Tengah Samudra. Pembentukan ofiolit selama proses pemekaran lantai samudra disertai dengan perputaran fluida panas. Perubahan hidrotermal terjadi pada kerak tersebut. Perubahan meniralogi tersebut dikenal juga metamorfisme hidrotermal (Coomb, 1961). VI.I.1. Struktur Batuan Metamorfik Struktur batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar yaitu : Struktur Foliasi Yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini meliputi : a. Struktur Slatycleavage Peralihan dari sedimen yang berubah ke metamorf, merupakan derajat rendah dari lempung, mineral-mineralnya berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali, dengan memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dimana terdapat daun-daun mika halus. Contoh : slate (batusabak).

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

68

Laporan Petrologi

Gambar 6.25. Slate

b. Struktur Filitik Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Gambar 6.26. Phyllite

c. Struktur Skistosa Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (Biotite, Muskovitr, Feldspar) lebih dominan dibanding mineral butiran. Struktur ini biasanya dihasilkan oleh proses metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingankepingan yang jelas dari mineral-mineral pipih seperti mika, talk, klorit dari mineral-mineral yang bersifat serabut.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

69

Laporan Petrologi

Gambar 6.27. Schist

d. Struktur Gnestosa Struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granular lebih banyak dari mineral-mineral pipih, mempunyai sifat banded dan mewakili metamorfosa regional derajat tinggi. Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan pada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mafik mineral.

Gambar 6.28. Gneiss

Struktur Non Foliasi Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini adalah : a. Struktur Hornfelsik Dicirikan adanya butiran-butiran yang seragam terbentuk pada bagian dalam daerahkontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

70

Laporan Petrologi

merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi, tetapi batuan halus dan padat. b. Struktur Milonitik Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan oleh adanyaorientasi mineral yang berbentuk lentikuler terkadng masih menyimpan lensa batuan asalnya. c. Struktur Kataklastik Struktur ini hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang lebih kasar. d. Struktur Pilonitik Struktur ini menyerupai milonit tetapi butiran relatif lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe filitik. e. Struktur Flaser Seperti strutur kataklastik dimana struktur batuan asal yang terbentuk lensa tertanam pada massa dasar milonit. f. Struktur Augen Seperti struktur flaser hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam massa dasar yang lebih halus. g. Struktur Glanulose Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik hanya butirannya mempunyai ukuran yang tidak sama besar. h. Struktur Liniasi
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

71

Laporan Petrologi

Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang terbentuk seperti jarum (fibrous) VI.I.2. Tekstur Batuan Metamorfik 1) Tekstur Kristaloblastik a. Porfiroblastik = seperti tekstur porfiritik ada porfiroblas (mineralmineral besar) dan matriks (mineral kecil) b. Eranoblastik = mineral-mineral seragam (hornfelsik) c. Lepidoblastik = mineral sejajar terarah, biasanya mineral-mineral pipih d. Nematoblastik = mineral-mineral sejajar teratah e. Idioblastik = mineral-mineral batas baik / bagus f. Xenoblastik = mineral-mineral batas kristal tidak baik / rusak 2) Tekstur Palimpsest Tekstur ini meliputi : a. Blastoporfiritik, tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.

b. Blastopsefit, tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukurannya lebih besar dari pasir. c. Blastopsamit, sama dengan blastopsefit, hanya saja disini ukuran butirnya sama dengan pasir. d. Blastopellite, tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir lempung.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

72

Laporan Petrologi

Gambar 6.29. Tekstur Batuan Metamorf

VI.I.3. Komposisi Mineral Batuan Metamorf komposisi batuan metamorf dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : Mineral Stress Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya. Sebagai contoh : Mika Hornblende Silimanit Mineral Anti Stress Adalah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk equidimensional. Sebagai contoh : Kwarsa
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

Tremolit-Actinolit Serpentin Kyanit, dan lain-lain.

Feldspar

Garnet

73

Laporan Petrologi

Kalsit

Koordierit

Selain mineral stress dan anti stress, ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan metamorf antara lain : a. Mineral khas dari metamorfisme regional : silimanit, Andalusit, Talk dll. b. Mineral khas dari metamorfisme termal : Korundum, Grafit. c. Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidot, Chlorite
Tabel 10. Dasar Klasifikasi Batuan Metamorf

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

74

Laporan Petrologi

V.2. Deskripsi Batuan Metamorf

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

75

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan Komposisi Batuan

: Batuan Metamorf : Hijau : Coklat Kehitaman : Foliasi : Lepidoblastik : Epidot Biotit Sanidin

Petrogenesa batuan

: Terbentuk akibat suhu dan tekanan, namun lebih di dominasi oleh tekanan.

Nama Batuan

: Skis hijau

Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A

Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

76

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan Komposisi Batuan

: Batuan Metamorf : Abu-abu : Abu-abu kecoklatan : Non foliasi : Granoblastik : Kalsit

Petrogenesa batuan

Terbentuk

dari

batu

gangping

yang

telah

mengalami tekanan dan suhu namun lebih di dominasi oleh suhu. Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Diorite
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

77

Laporan Petrologi

Praktikum Petrologi Laboratorium Geologi Dinamik Institut sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Gambar Batuan Sketsa Batuan

Deskripsi Batuan Warna Segar Warna Lapuk Struktur Batuan Tekstur Batuan Komposisi Batuan Petrogenesa batuan

: Batuan Metamorf : Hijau : Hijau kehitaman : Non foliasi : Granoblastik : Plagioklas, Biotit, Sanidin : Terbentuk dari mineral serpentin akibat perubahan dasar laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah.

Nama Batuan
Nama Mahasiswa No. Mahasisw Kelompok

: Serpentinit
: SYADI FUDRA : 111.10.1011 :A Nama Asisten : Paraf Asisten :

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

78

Laporan Petrologi

BAB VII FIELD TRIP


VII.1. Waktu, Tempat, Kesampaian Daerah Waktu Hari Tanggal : Sabtu : 28 April 2012

Tempat Kecamatan : Bayat

Kabupaten/Kota : Klaten Propinsi : Jawa Tengah

Kesampaian Daerah Dari kota yogyakarta untuk menuju kec. Bayat memakan waktu kurang lebih 45 menit, dan jarak yang di tempuh sekitar 35 km. Kota kecil Bayat sendiri terletak 14 km di selatan kota Klaten, dan dapat dicapai dengan kendaraan roda maupun kendaraan beroda empat melewati jalur jalan raya Bendogantungan, Wedi, Birit ke Bayat. Dari Bayat, jalan raya ini menerus ke arah timur hingga ke Cawas, dan dari Cawas ini dapat meneruskan ke arah Pedan dan juga ke arah Semin, Wonosari di gunung Kidul.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

79

Laporan Petrologi

VII.2. Geologi Regional A. Geomorfologi Regional Perbukitan Jiwo adalah daerah perbukitan rendah yang terletak diantara kota Klaten dengan Pegunungan Selatan. Perbuktian ini yang mencuat dari daerah rendah di sekitarnya, yang merupakan kaki selatan tenggara dari Gunung Merapi. Oleh karena kota kecamatan Bayat terletak pada kaki perbukitan Jiwo ini, daerah perbuktian Jiwo juga sering dikenal dengan daerah Bayat. Kota kecil Bayat sendiri terletak 14 km di selatan kota Klaten, dan dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melewati jalur jalan raya Bendogantungan, Wedi, Birit ke Bayat. Dari Bayat, jalan raya ini menerus ke arah timur hingga ke Cawas, dan dari Cawas ini dapat meneruskan ke arah Pedan dan juga ke arah Semin, Wonosari di gunung Kidul. Daerah Perbukitn Jiwo merupakan daerah yang relatif sempit namun memiliki kondisi geologi yang kompleks. Semua jenis batuan dapat dijumpai di daerah ini pada tempat-tempat singkapan yang mudah dicapai. Salah satuan batuan yang tertua di Jawa, yang berupa kompleks batuan metamorf dan batuan Paleogen yang banyak mengandung fosl juga tersingkapdi daerah ini. Adanya kompleksitas dan pencapaian yang mudah ini menjadikan daerah perbukitan Jiwo merupakan daerah yang tepat untuk melakukan latihan geologi lapangan. B. Statigrafi Regional Batuan tertua yang tersingkap di daerah Bayat terdiri dari batuan metamorf berupa filtit, sekis, batu sabak dan marmer. Penentuan umur yang tepat untuk
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

80

Laporan Petrologi

batuan malihan hingga saat ini masih belum ada. Satu-satunya data tidak langsung untuk perkiraan umurnya adalah didasarkan fosil tunggal Orbitolina yang diketemukan oleh Bothe (1927) di dalam fragmen konglomerat yang menunjukkan umur Kapur. Dikarenakan umur batuan sedimen tertua yang menutup batuan malihan tersebut berumur awal Tersier (batu pasir batu gamping Eosen), maka umur batuan malihan tersebut disebut batuan Pre-Tertiary Rocks. Secara tidak selaras menumpang di atas batuan malihan adalah batu pasir yang tidak garnpingan sarnpai sedikit garnpingan dan batu lempung, kemudian di atasnya tertutup oleh batu gamping yang mengandung fosil nummulites yang melimpah dan bagian atasnya diakhiri oleh batu gamping Discocyc1ina, menunjukkan lingkungan laut dalarn. Keberadaan forminifera besar ini bersarna dengan foraminifera plangtonik yang sangat jarang ditemukan di dalam batu lempung gampingan, menunjukkna umur Eosen Tengah hingga Eisen Atas. Secara resmi, batuan berumur Eosen ini disebut Formasi Wungkal-Garnping. Keduanya, batuan malihan dan Formasi Wungkal-Gamping diterobos oleh batuan beku menengah bertipe dioritik. Diorit di daerah Jiwo merupakan penyusun utam Gunung Pendul, yang terletak di bagJn timur Perbukitan Jiwo. Diorit ini kemungkinan bertipe dike. Singkapan batuan beku di Watuprahu (sisi utara Gunung Pendul) secara stratigrafi di atas batuan Eosen yang miring ke arah selatan. Batuan beku ini secara stratigrafi terletak di bawah batu pasir dan batu garnping yang masih mempunyai kemiringan lapisan ke arah selatan. Penentuan umur pada dike! intrusi pendul oleh Soeria Atmadja dan kawan-kawan (1991) menghasilkan sekitar 34 juta tahun,
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

81

Laporan Petrologi

dimana hasil ini kurang lebih sesuai dengan teori Bemmelen (1949), yang menfsirkan bahwa batuan beku tersebut adalah merupakan leher/ neck dari gunung api Oligosen. Mengenai genetik dan generasi magmatisme dari diorit di Perbukitan Jiwo masih memerlukan kajian yang lebih hati-hati. Sebelum kala Eosen tangah, daerah Jiwo mulai tererosi. Erosi tersebut disebabkan oleh pengangkatan atau penurunan muka air laut selama peri ode akhir oligosen. Proses erosi terse but telah menurunkan permukaan daratan yang ada, kemudian disusul oleh periode transgresi dan menghasilkan pengendapan batu garnping dimulai pada kala Miosen Tengah. Di daerah Perbukitan Jiwo tersebut mempunyai ciri litologi yang sarna dengan Formasi Oyo yang tersingkap lenih banyak di Pegunungan Selatan (daerah Sambipitu Nglipar dan sekitarnya). Di daerah Bayat tidak ada sedimen laut yang tersingkap di antara Formasi WungkalGampingan dan Formasi Oyo. Keadaan ini sang at berbeda dengan Pegunungan Baturagung di selatannya. Di sini ketebalan batuan volkaniklastikmarin yang dicirikan turbidit dan sedimen hasil pengendapan aliran gravitasi lainnya tersingkap dengan baik. Perbedaan-perbedaan ini kemungkinan

disebabkan oleh kompleks sistem sesar yang memisahkan daerah Perbukitan Jiwo dengan Pegunungan Baturagung yang telah aktif sejak Tersier Tengah. C. Struktur Geologi Regional Di selatan Bayat, terdapat dataran rendah yang berarah memanjang barattimur, sejajar dengan kaki Pegunungan Selatan yang berada di selatannya. Dataran Bukit ini terpotong oleh sesar dan singkapan batuan metamorf tergeser ke arah
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

82

Laporan Petrologi

timur laut di daerah Padasan, G. Semangu dan berbelok ke utara hingga daerah Jokotuo, dijumpai marmer yang merupakan kantong diantara filit.Di bagian utara dari Jiwo Barat yaitu di G. Tugu, G. Kampak dan daerah Ngembel serta bagian utara, timur dan tenggara dari Jiwo Timur, msing-masing di G. Jeto, G. Bawak, G. Temas dan di G. Lanang, tersingkap batugamping yang menumpang secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Di bagian tenggara G. Kampak dan di G. Jeto, batugamping ini menumpang di atas batuan metamorf, sedang di Temas menumpang di atas batuan beku. Batugamping ini terdiri dari dua fasies yang berbeda. Fasies yang pertama terdiri dari batugamping algae, kenampakan perlapisan tidak begitu jelas. Algae membentuk struktur onkoid dalam bentuk bola-bola berukuran 2 hingga 5 cm. Fasies seperti ini dijumpai di G.Kampak, bagian selatan G.Tugu, G. Jeto, G. Bawak dan di bagian barat G.Temas. Fasies yang kedua berupa batugamping berlapis, yang merupakan perselingan antara kalkarenit dengan kalsilutit. Fasies batugamping berlapis ini dijumpai di Ngembel, utara G. Tugu, bagian timur G. Temas dan di G. Lanang. Di beberapa tempat kalsilutitnya menebal kearah lateral dan berubah menjadi napal, seperti yang terdapat di utara G. Tugu. Fasies ini tidak menunjukkan struktur alga dan kaya akan kandungan foraminifera plangon, kemungkinan diendapkan di dangkalan karbonat yang lebih dalam ditandai dengan adanya struktur nendatan (slump structures) seperti yang terlihat di bagian timur Temas dan di G. Lanang. Di selatan G. Temas dijumpai kontak antara batuan beku dengan batugamping. Batuan bekunya sudah sangat lapuk, menunjukkan tanda-tanda retakan yang kebanyakan telah terisi oleh oksida besi (limonit) dan sebagian terisi oleh kalsit.
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

83

Laporan Petrologi

Retakan pada batuan beku tersebut tidak menerus pada batugamping. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum pengendapan batugamping, batuan bekunya telah mengalami retakan, terisi oleh hasil pelapukannya sendiri yang berupa limonit. Setelah terjadi pengendapan batugamping, sebagian dari karbonatnya mengisi celah akibat retakan tersebut membentuk urat kalsit. Belakangan setelah batugamping terangkat dan tererosi, sebagian dari urat kalsit pada batuan beku ini bersama batuan bekunya tersingkap dan mengalami pelapukan, membentuk tanah. Urat kalsit yang ada mengalami pelarutan dan pengendapan kembalidalam bentuk caliche, seperti yang banyak dijumpaidi barat G. Temas dan lereng timur dan selatan G.Pendul. Berdasarkan kandungan fosilnya, batugamping neogen di Perbukitan Jiwo ini menunjukkan umur N12 atau Miosen Berdasarkan atas umur ini maka batugamping tersebut dapat dikorelasikan dengan Formasi Wonosari untuk fasies batugamping algae , sedangkan fasies batugamping berlapis adalah sepadan dengan formasi Oya.Setelah pengendapan batugamping, di Perbukitan Jiwo tidak diketemukan lagi batuan lain yang berumur Tersier. Jaman Kuarter terwakili oleh breksi lahar, endapan pasir fluvio-vulkanik Merapi serta endapan lempung hitam dari lingkungan rawa. Breksi lahar dijumpai pada bagian utara dari perbukitan Ngembel, berupa breksi dengan fragmen andesit yang berukuran aneka ragam, mulai dari kerikil hingga bongkah. Fragmen tersebut tersebar umumnya mengapung pada matriks yang berukuran lanau sampai pasir halus, bersifat tufan. Gejala perlapisan dan fosil tida ditemukan pada breksi ini. Breksi ini diduga berasal dari aktifitas aliran lahar dari G. Merapi dari arah barat laut, yang berhenti karena membentur bukit batugamping Ngembel, dan terjadi pada kala Pleistosen.
Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

84

Laporan Petrologi

VII.3. Deskripsi lapangan

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

85

Laporan Petrologi

BAB VIII KESIMPULAN dan SARAN


VIII.1. Kesimpulan Batuan sebagai agregat mineral mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat dikelompokan dalam tiga jenis batuan, yaitu : a) Batuan beku adalah batuan yang tebentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. b) Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal, baik beku, sedimen, dan metamorf, akan mengalami pelapukan, material hasil pelapukan selanjutnya tererosi, kemudian tertransport dan diendapkan kembali. Material yang akan diendapkan dari proses ini akan mengalami litifikasi, yaitu mengeras menjadi batuan yang disebut batuan sedimen. c) Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa pada batuan yang telah ada sebelumnya, sehingga mengalami perubahan komposisi mineral, struktur, tekstur, batuan, tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa berubah fase ( tanpa pernah mencapai fase cair). d) Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses litifikasi bahan bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan - bahan jatuh, kemudian mengalami litifikasi baik belum mengalami transportasi, maupun yang telah mengalami transportasi

(reworking) oleh air atau es.


Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

86

Laporan Petrologi

VIII.2. Saran Dengan berakhirnya praktikum petrologi ini, saya mengajukan beberapa saran dengan tujuan dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan praktikum selanjutnya dimasa mendatang. Pemberian format laporan sebaiknya di awal praktikum, hal ini dikemukakan karena pemberian format terlalu dekat dengan Ujian akhir Semester sehingga dikawatirkan mengganggu proses perkuliahan yang lain. Diharapkan untuk lebih sering dilakukannya proses praktikum lapangan agar praktika lebih mengenal lapangan geologi sesungguhnya, karena teori tanpa praktikum sama dengan nol, juga diharapkan peningkatan mutu pembelajaran dengan metode yang bervariasi agar tidak bosan saat proses pembelajaran. Sebaiknya dalam kegiatan praktikum,hendaknya praktikan diberi sebuah modul pegangan,agar asisten tinggal menjelaskan saja tidak menulis ulang materi sehingga dapat mempermudah kegiatan praktikum.Tapi pada intinya praktikan merasa puas dengan penjelasan yang diberikan asisten.Semoga kedepanya bisa lebih baik lagi Menambah fasilitas laboratorium agar praktikum menjadi lancer Semoga kritik dan saran tersebut dapat menjadi masukan bagi para Asisten petrologi agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Atas perhatiannya praktikan mengucapkan terima kasih.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

87

Laporan Petrologi

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Sukendar, 1978. Diktat Geologi Dasar. Bandung : Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Asisten, team. 2003. Penuntun Praktikum Petrologi UPN Veteran Yogyakarta. Daniasworo C. Ir.,1980, Buku Petunjuk Praktikum Petrologi, Fakultas Teknologi Mineral UPN Vetran Yogyakarta. Endarto. D, 2005, Pengantar Geologi Dasar, UNS Press, Surakarta. Ehlers,Ernest G and Blatt, Harve,1982, Petrology: Igneous, Sedimentary, and Metamorphic. W. H. Freeman and Company. Suhartaono dan Sutanto, 1996, Petunjuk Pratikum Petrologi, laboratorium Petrologi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta. Katili, 1976, Pengantar Geologi Dasar, Djaya Makmoer, Djakarta Soesilo. J. dkk, 2001, Pengantar Geologi Lapangan, Yogyakarta. Soesilo. J. dkk, 2006, Petunjuk Praktikum Petrologi, Yogyakarta.

Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Institut Sains & Teknologi AKPRID Yogyakarta 2012

88

You might also like