You are on page 1of 19

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini, permasalahan yang terjadi di sekitar kita, baik itu dalam konteks kenegaraan maupun dalam konteks kemasyarakatan, menjadi semakin kompleks. Masalah dalam satu bidang pasti akan berdampak pada bidang lainnya. Apabila kita tidak mengetahui bagaimana implikasi dari tindakan yang kita ambil terhadap bidang lainnya, maka akan terjadi kekacauan dalam keberlangsungannya. Oleh karena itu, makalah ini disusun agar kita memahami bagaimana hubungan dan pengaruh dari bidang hukum dan politik terhadap bidang ekonomi, agar kita tahu dampak ekonomi seperti apa yang akan muncul dalam tindakan hukum dan politik.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan hukum ? 2. Apa saja unsur-unsur dari hukum ? 3. Bagaimana hubungan hukum dengan ekonomi ? 4. Apakah yang dimaksud dengan politik ? 5. Bagaimana hubungan politik dengan ekonomi?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum 2. Untuk mengetahui unsur-unsur hukum 3. Untuk mengetahui hubungan hukum dan ekonomi 4. Untuk mengetahui pengertian politik 5. Untuk mengetahui hubungan politik dan ekonomi

I.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca 2. Dapat dijadikan referensi untuk proses penulisan selanjutnya 3. Dapat memenuhi tugas yang diberikan dosen/pengajar
1

Bab II Pembahasan
II.1 Pengertian Hukum
Menurut Prof. Mr. L.J. van Apeldoorn dalam bukunya yang berjudul Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht (Pengantar Ilmu Hukum), bahwa tidak mungkin memberikan suatu defenisi tentang apakah yang disebut hukum itu. Jikalau kita menanyakan apakah yang dinamakan hukum, maka kita akan menjumpai tidak adanya persesuaian pendapat. Adapun sebabnya mengapa hukum itu sulit diberikan defenisi yang tepat, ialah karena hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak, sehingga tidak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum itu di dalam satu defenisi. Akan tetapi, walaupun tidak mungkin diadakan suatu batasan yang lengkap tentang apakah hukum itu, namun Drs. E. Utrecth, SH. telah mencoba membuat suatu batasan, yang maksudnya sabagai pegangan bagi orang yang sedang mempelajari ilmu hukum. Utrecht memberikan batasan hukum sebagai berikut: Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-peritah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

II.2 Unsur-Unsur Hukum


Apa yang dimaksud dengan hukum di sini tidak hanya berupa serangkaian kaidah, tetapi juga lembaga, proses, serta sikap masyarakat terhadap hukum. Dengan demikian, tulisan ini melihat hukum sebagai suatu sistem dan sekaligus sebagai "an operating unit" yang mengisyaratkan adanya gerak dinamik dari hukum, dalam arti mengandung pula aspek-aspek yang berkaitan dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat,

Pandangan ini sejalan dengan pandangan yang dikemukakan Friedman yang menyatakan bahwa dalam setiap sistem hukum memiliki tiga unsur utama: 1. Substansi hukum (legal substance), terdiri dari seperangkat kaidah hukum yang menyangkut kaidah hukum tertulis (written law), yang lazim disebut peraturan

perundang-undangun, dan kaidah hukum yang tidak tertulis (unwritten law). Apabila hukum dilihat dari aspek substansi, dapat dikemukakan bahwa hukum yang kini berlaku di Indonesia beraneka ragam, yang dapat dibedakan ke dalam: a. Kaidah hukum adat, yaitu hukum yang sumbernya adalah peraturan-peraturan
hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Suatu aspek yang belum dimanfaatkan secara

maksimal dari kaidah hukum adat adalah mengenai cara-cara penyelesaian sengketa berdasarkan musyawarah. Cara penyelesaian ini sangat membantu dalam menyelesaikan sengketa, terutama di bidang perdagangan dan bisnis. Sifat kekeluargaan akan mengembalikan suasana keseimbangan di antara

pihak yang bersengketa untuk terus mempertahankan dan melanjutkan hubungan bisnis di antara mereka. Hal ini sesuai dengan asas keseimbangan yang dikenal dalam masyarakat adat. Selain itu, juga menghemat waktu dan biaya yang sangat penting bagi dunia usaha, dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan, yang dikenal sangat tidak sederhana, tidak murah dan tidak pula cepat. b. Kaidah peraturan perundang-undangan, memiliki beberapa ciri antara lain: - Pertama, peraturan perundang-undangan merupakan produk hukum yang diciptakan secara sadar dan sengaja untuk mengatur kehidupan sosial. Oleh karena itu, untuk mendukung perkembangan ekonomi, dapat dibentuk berbagai peraturan perundang-undangan sesuai yang dibutuhkan. - Kedua, peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang lebih nyata karena kaidahnya mudah diidentifikasi dan mudah ditemukan kembali, serta tidak bersifat diskriminatif karena kaidahnya bersifat umum. Kaidah peraturan perundang-undangan memiliki beberapa kelemahan bawaan, beberapa di antaranya yang dapat disebut: Pertama, peraturan perundang-undangan sesuai dengan sifatnya yang tertulis, tidak mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan

masyarakat yang selalu berkembang. Sebagai konsekuensinya tidak seluruh bidang ekonomi mempunyai pijakan hukum yang kukuh karena peraturan perundang-undangan yang ada sudah ketinggalan zaman.

Sementara itu untuk mengubah atau membentuk peraturan perundangundangan tidak selalu cepat dilakukan, karena harus mengikuti prosedur tertentu. Kedua, sebagai konsekuensi dari hal yang pertama, banyak kegiatan di bidang ekonomi diatur oleh pihak pemerintah melalui aturan kebijakan. Ketiga, peraturan perundang-undangan seringkali memberikan

kewenangan pengaturan kepada pemerintah melalui delegated legislation. Aturan pendelegasian yang seringkali ditentukan secara serampangan, juga mempunyai potensi konflik dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. c. Kaidah hukum yurisprudensi, merupakan aturan hukum yang

dikembangkan oleh pengadilan. Kelemahan dari kaidah yurisprudensi yaitu karena sistem kita tidak menganut asas preseden, maka bisa terjadi untuk perkara yang sama melahirkan putusan yang tidak sama jika diperiksa dan diadili oleh hakim dan pengadilan yang berbeda. Hal ini dapat menimhulkan kerisauan bagi kalangan pengusaha.

2. Struktur hukum (legal structure), berkaitan dengan hal penerapan dan penegakan hukum dan berkaitan dengan kelembagaan hukum termasuk masalah yurisdiksi dan prosedur, serta mengenai sumber daya manusia bidang hukum. Dilihat dan aspek ini, perkembangan ekonomi selama ini juga didorong oleh ketersediaan aspek ini. Meskipun kita harus mengakui, bahwa di bidang penerapan dan penegakan hukum masih banyak ditemui hambatan, baik yang menyangkut kelembagaan, prosedur maupun sumber daya manusia. Karena itu, berkaitan dengan kelembagaan, dewasa ini telah dibentuk pengadilan niaga untuk menyelesaikan masalah kepailitan dan bidang bisnis lainnya serta pemberian jaminan kemandirian kekuasaan kehakiman yang dilakukan melalui perubahan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

3. Budaya hukum (legal culture). Kesadaran hukum masyarakat merupakan salah satu pencerminan budaya hukum (legal culture) masyarakat. Budaya hukum

dapat diibaratkan sebagai "a working machine" dari sistem hukum atau merupakan "the element of social attitude and value". Sulit mengharapkan terlalu banyak terhadap hukum, manakala banyak anggota masyarakat yang tidak mempunyai sikap menghargai hukum, apalagi apabila hal tersebut dilakukan oleh penguasa melalui pendekatan yang serba kekuasaan. Sebagaimana yang lazim terjadi dalam praktik pada masa-masa yang lalu.

II.3 Hubungan Hukum dan Ekonomi


Pada dasarnya setiap kegiatan atau aktivitas manusia perlu diatur oleh suatu instrumen yang disebut sebagai hukum. Hukum disini direduksi pengertiannya menjadi perundang-undangan yang dibuat dan dilaksanakan oleh negara. Lembaga hukum adalah salah satu di antara lembaga/pranata-pranata sosial, seperti juga halnya keluarga, agama, ekonomi, perang atau lainnya. Hukum bagaimanapun sangat dibutuhkan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat di dalam segala aspeknya, baik dalam kehidupan sosial, politik, budaya, pendidikan, dan yang tak kalah penting adalah fungsinya atau peranannya dalam mengatur kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi inilah justru hukum sangat diperlukan karena sumbersumber ekonomi yang terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain pihak, sehingga konflik antara sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut akan sering terjadi. Berdasarkan pengalaman sejarah, peranan hukum tersebut haruslah terukur sehingga tidak mematikan inisiatif dan daya kreasi manusia yang menjadi daya dorong utama dalam pembangunan ekonomi Tuntutan agar hukum mampu berinteraksi serta mengakomodir kebutuhan dan perkembangan ekonomi dengan prinsip efisiensinya merupakan fenomena yang harus segera ditindaklanjuti apabila tidak ingin terjadi kepincangan antara laju gerak ekonomi yang dinamis dengan mandeknya perangkat hukum. Di samping itu ahli hukum juga diminta peranannya dalam konsep pembangunan, yaitu untuk menempatkan hukum sebagai lembaga (agent) modernisasi dan bahwa hukum dibuat untuk membangun masyarakat (social engineering).

Bukan hanya hukum yang harus tunduk pada tuntutan-tuntutan ekonomi sehingga segala asas hukum harus minggir demi pencapaian tujuan di bidang ekonomi, tetapi sebaliknya juga, bahwa untuk mendapat tujuan pembangunan ekonomi, maka langkahlangkah di bidang ekonomi itu sendiri memerlukan kepastian hukum dan jalur (channel) hukum sehingga terjalin sinergi antara bidang hukum dan ekonomi. Sinergi itu sendiri diharapkan akan memperkuat pembangunan ekonomi secara sistematik maupun pembangunan Sistem Hukum Nasional , sehingga pada gilirannya baik Sistem Ekonomi Nasional maupun Sistem Hukum Nasional akan semakin mantap dalam perspektif Pembangunan yang Berkelanjutan. Tentu saja sistem ekonomi pun harus juga mendukung pembangunan sistem hukum secara positif, agar sistem hukum itu dapat lebih lagi mendukung pembangunan sistem ekonomi nasional secara positif, dan seterusnya. Tidak seperti masa lalu ketika pembangunan hukum diabaikan, dilanggar bahkan diinjak-injak oleh pelaku ekonomi maupun DPR dan Penguasa, tetapi berteriak-teriak menuntut adanya perlindungan hukum dan kepastian hukum begitu krisis moneter mengancam kelangsungan kehidupan dan pembangunan ekonomi, yang notabene disebabkan oleh sikap arogan para ahli dan pelaku ekonomi sendiri, seakan-akan hukum hanya merupakan penghambat

pembangunan ekonomi saja. Hukum mempunyai peranan dalam perkembangan ekonomi, dengan menyediakan infrastruktur hukum yang memungkinkan bagi berfungsinya sistem ekonomi. infrastruktur hukum ini, tidak hanya berupa seperangkat kaidah, tetapi meliputi pula lembaga dan proses yang mewujudkan berlakunya kaidah tersebut dalam kenyataan.

II.3.1 Sejarah Awal Perkembangan Hukum Ekonomi


Sudah lama orang mengetahui adanya hubungan yang erat antara hukum dan ekonomi, akan tetapi barulah sekitar tahun 1930-an orang mulai menggunakan kacamata hukum ekonomi atau Droit conomique, yang pada waktu itu baru mencakup peraturan administrasi negara yang membatasi kaidah-kaidah hukum perdata dan / atau hukum dagang. Pembatasan ini berpangkal pada konsepsi negara kesejahteraan (mendekati liberal) yang mewajibkan negara secara aktif menyelenggarakan kepentingan umum,

dan tidak hanya menyerahkan kepada warga negara sendiri saja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan saja. Presiden Amerika Serikat saat itu, Thomas Jefferson, mengungkapkan bahwa That government which give governs least, governs best. Namun, ungkapan tersebut tidak lagi bisa diteruskan setelah terjadinya malaise atau resesi ekonomi yang melanda seluruh dunia tahun 1930-an. Maka bertindaklah Prancis melalui kaidah administrasi negaranya untuk mengusahakan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, yang mana sebelumnya mereka menggunakan dasar filsafat liberal. Dalam akhir tahun 1940-an (pasca PD II), Eropa dihadapkan pada keharusan membangun kembali perekonomiannya yang telah hancur total oleh peperangan. Namun, sumber dana untuk itu sangat terbatas, dan terutama diperoleh dari International Bank of Reconstruction and Development (IBRD) berdasarkan Marshall plan. Oleh karena itu terpaksalah negara-negara Eropa mengadakan pembangunan berencana dibawah pengawasan IBRD. Tentu saja pembangunan tersebut memerlukan peraturan-peraturan hukum yang akan mengarahkan kegiatan anggota masyarakatnya supaya melakukan halhal yang mendukung rencana pembangunan ekonomi itu. Bertambahnya kaidah-kaidah hukum di segala bidang yang mengarahkam anggota masyarakat itulah yang akhirnya mengubah ciri hukum ekonomi dari yang membatasi hukum perdata dan hukum dagang (Droit conomique) menjadi lebih luas (Droit de l conomie) seperti hukum tata negara, hukum pidana, hukum internasional, hukum pajak, dan hukum administrasi negara. Di Indonesia, kaidah-kaidah yang membatasi hukum perdata dan hukum dagang maupun kaidah yang mengarahkan masyarakat sesuai dengan kehendak dan tujuan pemerintah, ternyata sudah ada dalam hukum adat jauh sebelum negara-negara Eropa melakukannya. Seperti dalam hukum adat serta Agrarische Wetgeving dan Agrarische Besluit tahun 1870 yang melarang para petani menanami sawah atau ladangnya dengan tanaman yang dikehendakinya sendiri, tetapi diadakan untuk mensukseskan Cultuur Stelsel, yaitu penanaman tanaman keras, guna diekspor ke luar negeri. Pada tahun 1875 diadakan Vrevreemdingsverbod atau larangan pengasingan tanah adat kepada orang yang tidak tubduk pada hukum adat supaya rakyat Indonesia jangan sampai kehilangan tanah (adatnya). Demikian pula pasal 163 Indische Staatsregeling

dapat dipandang sebagai kaidah-kaidah droit de l conomie karena pasal-pasal itulah yang menjadi landasan hukum dari struktur ekonomi Indonesia. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan dapat dicatat juga kaidah-kaidah droit conomique dan droit de l conomie di Indonesia, seperti larangan penimbunan barang yang diancam dengan hukuman pidana subversi, pembatasan pemilikan tanah oleh Undang-undang Pokok Agraria (1960), pasal 33 UUD 1945, Bimas, KUD, Kep.Pres. 14A, dan lain sebagainya.

II.3.2 Hukum Ekonomi atau Hukum dan Ekonomi


Lalu lintas ekonomi akhir-akhir ini semakin ramai dan rumit sehingga sering membawa persoalan-persoalan baru yang menuntut pemecahan-pemecahan baru, seperti dalam sengketa internasional melalui arbitrase, pengaturan tarif bersama, bebas cukai pada kerja sama regional, atau keterikatan yang sama dalam ketentuan paten internasional. Pada tingkat domestik juga mengalami hal yang sama. Banyak peristiwa ekonomi dan pranata ekonomi yang dulu tidak kita jumpai sekarang hadir di tengah kita, atau ada lembaga baru yang berupa perkembangan evolusi berpuluh tahun seperti yang terjadi pada kontrak bagi hasil perminyakan kita. Semua itu tidak diatur dalam ketentuan-ketentuan hukum kita sehingga tidak bisa menyelesaikan persoalan-persolaan sekarang. Ketertinggalan hukum dalam lalu lintas ekonomi yang semakin kompleks ini sebagian besar karena sifat hukum yang konservatif. Hukum itu sering sekali berubah kalau nilai-nilai sudah berubah. Namun, peraturan lalu lintas ekonomi tersebut terdapat di Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), sehingga kita akan menyebutnya sebagai hukum dagang saja. Padahal kita membutuhkan lebih dari sekedar hukum dagang untuk menyikapi persoalan ekonomi yang muncul. Apalagi KUHD yang ada sudah ketinggalan zaman kerena KUHD yang dipakai sejak 1848 itu adalah KUHD Belanda yang diciptakan tahun 1838. Jadi wajar saja jika KUHD tidak mampu menjawab persoalan mutakhir ekonomi. Konsekuensi logis dari semua ini adalah mutlaknya perubahan dilakukan agar KUHD tersebut bisa mengatur juga lalu lintas ekonomi yang sekarang terjadi. Perubahan

yang dilakukan hanyalah perubahan partial dengan memperhatikan kepentingan umum, dan harus memberikan kemudahan bagi pengusaha kecil. Pembangunan hukum dengan pembangunan ekonomi sering dipisahkan, padahal pertumbuhan hukum dan pertumbuhan ekonomi itu saling berhubungan. Kadangkala pengaruh hukum terasa kuat, tetapi lebih sering pengaruh ekonomi yang lebih menentukan.1 Atau sering pula hukum dan ekonomi itu bertarung dulu sebelum ketahuan siapa yang akan keluar sebagai pemenang.2 Menurut Posner, sering terbukti suatu sistem hukum itu mendukung efisiensi ekonomi. Pendapat ini agak meragukan sebab sering kita mendengar keluhan bahwa cukup banyak ketentuan hukum yang ditafsirkan menghambat kemajuan ekonomi.3 Kalau kita sepakat bahwa lalu lintas ekonomi yang semakin luas dan rumit ini membutuhkan suatu rangkaian ketentuan hukum yang mengaturnya, tidak akan cukup jika hanya dengan melakukan perubahan Hukum Dagang pada KUHD karena akan memakan waktu yang lama. Lebih baik jika diciptakan satu cabang hukum yang baru. Ada beberapa ahli menamakan hukum yang baru itu sebagai Hukum Ekonomi, ada juga yang menyebutkan Hukum dan Ekonomi Istilah Hukum Ekonomi cenderung menekankan soal dalil-dalil ekonomi yang berhubungan dengan hukum penawaran dan permintaan. Sedangkan istilah Hukum dan Ekonomi agaknya lebih menarik dan lebih luas jangkauannya. Dengan menempatkan kata penghubung dan antara hukum dengan ekonomi sebetulnya kita membuka banyak kemungkinan perluasan di masa datang.

Dilahirkannya UUPMA No.1 th 1967 karena pembangunan ekonomi membutuhkan peraturan yang mengatur masuknya modal asing ke Indonesia 2 Kepres 14/1979 yang ditujukan untuk membantu pengusaha lemah mengalami kemacetan karena realitas pembangunan ekonomi yang cenderung tidak mau membantu pengusaha lemah 3 Pasal 54 lama KUHD yang membatasi hak suara modal asing

II.4 Pengertian Politik


Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)

politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

politik

merupakan

kegiatan

yang

diarahkan

untuk

mendapatkan

dan

mempertahankan kekuasaan di masyarakat

politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

II.5 Hubungan Politik dan Ekonomi


Elemen lingkungan politik yang relevan adalah peranan pemerintah dalam perekonomian , ideologi ekonomi dan politik, hubungan internasional, dan hubungan antara pemerintah dan bisnis pada umumnya. Lingkungan politik telah diakui sebagai faktor penting dalam banyak keputusan bisnis internasional. Studi menunjukkan bahwa nasionalisme dan perundangan dengan pemerintah dianggap sebagai masalah pokok bagi manajemen internasional. Selanjutnya, Hendrick dan Struggles memperkirakan bahwa lebih dari 60% perusahaan Amerika Serikat yang melakukan bisnis di luar negeri mengalami kerugian akibat politik dalam periode 1975 sampai 1980 Dewasa ini semua pemerintah memainkan peranan penting dalam perekonomian negara. Pada dasarnya peranan itu terdiri dari dua jenis yaitu sebagai pemeran serta

10

sebagai pengatur (regulator). Sebagian besar pemerintah memainkan kedua peranan itu dengan kadar yang berbeda-beda. Di negara industri barat peran serta pemerintah dalam perekonomian tidak begitu menonjol walaupun cukup penting. a. Pemeran serta Ada beberapa alasan mengapa peran serta pemerintah dalam kegiatan ekonomi perlu diperhatikan oleh pemasar internasional. Pertama, pemilikan pemerintah mungkin menutup kemungkinan operasi perusahaan di beberapa pasar, seperti di India. Alasan lainnya adalah bahwa pemilikan pemerintah dapat berarti satu-satunya pelanggan perusahaan di suatu negara adalah pemerintah negara itu (monopoli power). b. Pengatur (Regulator) Pemasar memahami perananan pemerintah sebagai pengatur lingkungan ekonomi. Pemerintah merencanakan dan mengarahkan, mengenakan pajak dan mengatur perekonomian. Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal

mempengaruhi penggunaan peralatan penetapan harga dan peralatan kredit oleh pemasar.

Pengaruh di Indonesia

Politik

terhadap

Perkembangan

Perekonomian

Kancah dunia politik di Indonesia sangat berpengaruh besar terhadap kemajuan ekonomi bangsa ini. Seperti kita ketahui dengan adanya campur tangan antara dunia politik di pemerintahan akan menghasilkan suatu perjanjian atau kerjasama dengan dunia internasional. Sebenarnya dengan adanya dunia politik di Indonesia bisa berdampak positif maupun negatif untuk negara ini, sebut saja organisasi PBB, dengan bergabungnya Indonesia menjadi anggota PBB bisa berdampak positif dan bepengaruh sekali terhadap ekonomi bangsa ini karena dengan bantuan pinjaman uang dari bank internasional yang bernaung di badan PBB bisa membantu sedikit demi sedikit dampak ekonomi Indonesia, tidak hanya itu Indonesia juga bisa mengenal dunia Internasional.

11

Tidak hanya ikut dalam organisasi PBB indonesia juga ikut serta dalam organisasi G20, dengan ikutnya Indonesia dalam organisasi tersebut sangat berdampak positif sekali karena negara kita bisa menarik simpati para investor-investor asing untuk menanamkan saham mereka di Indonesia. Indonesia pun juga aktif dalam berbagai Hal di dalam kerajasama organisasi lainya, sebut saja AFTA (Asean Free Trade Arena) yang artinya kawasan bebas Asia yang terdiri dari 10 negara asia termasuk Indonesia. Memang AFTA sangat berpengaruh sekali terhadap ekonomi rakyat Indonesia tetapi AFTA juga berdampak buruk untuk negeri ini karena dengan adanya AFTA tersebut produk-produk indonesia kalah saing dengan negara-negara lain seperti yang di gemborgemborkan pada awal tahun 2010 ini. Mungkin kita semua tahu bahwa China ikut bergabung dengan organisasi AFTA. Dampak bergabungnya China ke dalam organisasi tersebut sangatlah meresahkan pengusaha-pengusaha lokal, karena produk-produk china memiliki kualitas yang sama dengan produk-produk dalam negeri tapi harga yang mereka tawarkan jauh lebih murah dari pada produk dalam negeri. Itulah yang sangat meresahkan bagi pengusahapengusaha indonesia terutama usaha kecil dan menengah yang masih sangat tergantung dengan kerja pemerintahan. Indonesia tidak bisa mengelak lagi karena hal itu menjadi pengaruh terburuk dalam persaingan produk-produk dalam negeri, tapi ada beberapa cara untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan cara rakyat indonesia lebih suka atau mencinta produk-produk Indonesia dibanding produk luar negeri dan produk-produk Indonesia harus lebih mementingkan kualitas agar tidak terjepak oleh harga yang murah tapi kualitasnya rendah. Jadi intinya memperbaiki kualitas agar mejadi produk-produk yang disukai oleh rakyat Indonesia serta mencari jalan alternatif lain untuk membuat produk yang sama tetapi mamakai bahan yang mudah didapat dan lebih murah. Hal itu juga menjadi dampak positif dari peranan dunia politik Indonesia, akan tetapi kita patut bersyukur dengan adanya kerjasama-kerjasama tersebut akan meningkatkan hubungan antar negara menjadi lebih baik lagi, meskipun akan berdampak negatif untuk bangsa Indonesia.

12

Pengaruh Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indonesia Era Orde Baru Pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah mencanangkan pembangunan ekonomi dan industri. Pada waktu itu posisi pengusaha dalam negeri masih dalam keadaan yang tidak kuat untuk berdiri sendiri.. Akibatnya, pemerintah (negara) menjadi dominan dalam perekonomian. Pengusaha menggantungkan diri kepada pemerintah. Hal ini menimbulkan konsekuensi yaitu pemerintah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi atau dengan kata lain pemerintah menjadi sumber penggerak investasi dan pengalokasian kekayaan nasional. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyediakan proyek, kontrak, konsesi pengeboran minyak dan eksploitasi hutan, serta lisensi agen tunggal, melainkan juga kredit besar dan subsidi. Pemerintah juga menunjang dengan kebijakan proteksi serta pemberian hak monopoli impor dan pasar. Pada masa tersebut, pemerintah cenderung menghasilkan dua lapisan ekonomipolitik utama, yaitu birokrat-politik yang melibatkan lingkup keluarganya dalam bisnis, serta pengusaha yang dapat berkembang berkat dukungan khusus dari pemerintah (mulai berkembangnya KKN). Kedua lapisan ini mendominasi perekonomian dan politik. Dalam perkembangan sistem ekonomi tersebut, pemerintah sebagai sumber penggerak investasi dan pengalokasian kekayaan nasional hanyalah bersifat jangka pendek. Kemampuan pemerintah menyediakan segalanya dibatasi oleh gerak sistem ekonomi. Indonesia menjadi rawan akan krisis. Pola bisnis tersebut memerlukan sebuah rezim politik yang mampu mengendalikan reaksi kaum buruh dan gerakan demokratisasi. Untuk keperluan ini rakyat berhasil dijauhkan dari partisipasi politik. Pembangunan ekonomi dijaga dengan kekuatan militer yang kuat sehingga terlihat stabil. Pertumbuhan partai politik dan pengekpresian politik dilarang dalam upaya menciptakan kestabilan untuk pertumbuhan ekonomi. Rakyat seakan dibungkam untuk menuntut hak-haknya atas nama pembangunan ekonomi. Pada masa Orde baru, bentuk partisipasi rakyat diatur agar hanya terlibat pada pemilihan umum anggota DPR dan DPRD. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya kaitan politik dan birokratik dalam pola bisnis. Pemerintah sudah sejak awal jadi mesin pertumbuhan ekonomi, yang menyebabkan para birokrat-politik terlibat bisnis yang bersifat jangka pendek. Pola ini tidak mendorong tumbuhnya kepercayaan dunia usaha untuk jangka panjang..

13

Sistem politik Indonesia pada masa itu mempunyai kelemahan, salah satu diantaranya adalah sedikitnya sumber-sumber yang dapat menjadi penekan dan penyeimbang atas kekuatan pemerintah, di tingkat nasional atau daerah. Padahal, kekuatan penekan sangat diperlukan untuk melakukan kontrol, maupun sumbangansumbangan gagasan dan pemikiran untuk membentuk bangunan sosial politik yang lebih aspiratif. Pengaruh kalangan non-pemerintah, termasuk dari pengusaha dan profesional sangat terbatas dan acap diabaikan. Kecuali para pengusaha tertentu yang mempunyai koneksi langsung dengan penguasa. Ketergantungan ekonomi swasta pada pemerintah menimbulkan hubungan yang sangat tidak sehat di antara keduanya, yang jika dipandang dari sudut politik, bisnis, dan masyarakat luas sangatlah merugikan. Konsekuensi dari hubungan yang tidak sehat tampak nyata ketika Indonesia diterpa krisis ekonomi, sosial dan politik sekaligus, yang mengalami kesulitan untuk diperbaiki. Kalangan bisnis dan profesi swasta yang merupakan unsur krusial dalam pembentukan kelas menengah, selama zaman Orde Baru tidak memiliki kesempatan untuk membentuk asosiasi maupun organisasi yang mampu berfungsi sebagai sumber kritik, pengaruh, dan sumbangan ide pada perencanaan politik, ekonomi dan sosial. Unsur-unsur baru dari kalangan profesional maupun kalangan bisnis cenderung menghindarkan diri dari politik dan berkonsentrasi pada bidangnya sendiri yang sempit. Semua hal tersebut membuat sistem ekonomi Indonesia menjadi cukup rawan krisis, terutama krisis fiskal dan krisis keuangan. Terjadinya krisis rupiah dan berbagai dampaknya membuat pemerintah terpaksa harus mengeluarkan sejumlah kebijakan deregulasi di bidang ekonomi. Secara politik, kebijakan ini memacu pertumbuhan sektor swasta, termasuk swastanisasi BUMN. Hal ini menuntut pemerintah untuk melakukan pembenahan besar-besaran. Pemerintah terpaksa menerima tawaran IMF untuk menyetujui Nota Kesepakatan menuju reformasi ekonomi. Krisis ekonomi memang menimbulkan dampak politik yang lebih kuat. pemerintah semakin didesak untuk melepaskan keterlibatannya dari bisnis dan untuk lebih menjalankan fungsi sebagai perlengkapan politik supaya dapat bertugas menyehatkan sistem ekonomi. Sistem peraturan hukum yang kuat sangat dibutuhkan untuk menopang kinerja reformasi ekonomi. Kalangan dunia usaha semakin menuntut kepastian hukum. Krisis

14

rupiah yang semakin parah sampai menggerogoti sistem ekonomi, telah memperlemah posisi birokrat-politik. Banyak dari mereka yang mulai terbuka terhadap reformasi politik. Banyak telah menyatakan perlunya reformasi. Hasil kemajuan ekonomi secara internal telah menghasilkan sebagian lapisan yang menghendaki reformasi politik. Kalangan bisnis menghendaki tumbuhnya kepercayaan dunia usaha untuk jangka panjang. Semua ini hanya dapat dicapai dengan program reformasi ekonomi dan diperkuat dengan reformasi politik.

Pengaruh Politik terhadap Ekonomi dan Bisnis di Indonesia pada Era Reformasi Struktur dan pandangan rezim Orde Baru telah menjadikan kalangan bisnis dan profesional merasa lebih mudah dan aman untuk mengikuti keadaan daripada mencoba mendorongnya ke arah lain yang lebih sehat. Kecenderungan ini dengan sendirinya memperluaskan korupsi, kolusi, dan penyalahgunaan kekuasaan pada zaman Orde Baru. Pada era reformasi, gejala-gejala itu sulit dihilangkan karena telah mengakar di setiap lembaga negara, maupun di kalangan bisnis dan profesional. Masalahnya bukan hanya korupsi yang sulit diatasi, tetapi juga hilangnya orientasi terhadap kepentingan masyarakat luas dan lemahnya kemauan untuk merombak sistem politik, termasuk lembaga-lembaga negara yang amat perlu diperbaiki, struktur ekonomi, dan hubungan antara warga negara dan negara. Di dalam negeri, perubahan di bidang politik dan pemerintahan yang diwarnai dengan adanya perubahan signifikan dalam sistem politik (terjadi proses demokratisasi) membuka suatu peluang baru dan juga ancaman baru bagi dunia usaha di Indonesia. Keputusan-keputusan politik atau hukum perlu juga selalu dicermati. Perubahanperubahan kepemimpinan seringkali berakibat terjadinya perubahan dalam keputusan politik dan yang akhirnya berdampak secara langsung terhadap kondisi bisnis. Sebagai contoh. Pada saat Orde baru, perdagangan Bahan Pangan Pokok selalu dikendalikan oleh Pemerintah melalui BULOG, sehingga ada kondisi yang stabil dalam perdagangan Bahan Pangan Pokok tersebut. Tetapi, setelah reformasi peran BULOG diredefinisi sehingga tidak menjadi pemain sentral dan akhirnya seringkali berdampak terhadap terjadinya fluktuasi harga dan kelangkaan barang yang disebabkan permainan spekulan,

15

sehingga yang terkena dampak/pengaruhnya adalah rakyat miskin yang semakin menderita untuk mendapakan kebutuhan pangan mereka. Di tahun 2007 yang lalu kondisi perpolitikan nasional relatif stabil, walaupun banyak unjuk rasa diberbagai daerah terutama menyangkut kekisruhan hasil Pilkada dan di tingkat nasional menyangkut kebijakan pemerintah tentang UU PA, UU PMA, UU Pornografi dan UU Politik yang banyak menimbulkan kontroversi dari masyarakat. Dari kondisi politik yang demikian ternyata pengaruh terhadap sektor ekonomi tidak begitu signifikan. Tercatat kondisi pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 merupakan kondisi terbaik sejak krisis ekonomi 1998. Berbagai sektor ekonomi mengalami peningkatan, di sektor properti, nilai kredit properti yang dirilis Bank Indonesia (BI) per Juni 2007 sebesar Rp130,93 Trilyun naik 7-8% dibandingkan tahun sebelumnya. (1) Di tahun 2008 ini perilaku ekonomi menjadi sering kali sulit diprediksi. Bahkan oleh Pemerintah sekalipun yang memiliki ekonom-ekonom yang sangat pakar di bidangnya. Sebagai contoh yang nyata adalah dalam penyusunan APBN 2008 prediksi harga minyak 80 US $ per barel, tapi pada awal tahun perekonomian nasional dikejutkan dengan kenaikan harga minyak dunia yang menembus batas sampai 100 US $ per barel bahkan melewati 110 US $ per barel sampai akhir kuartal pertama 2008. Kenaikan ini tentunya berpengaruh terhadap asumsi APBN tahun 2008 sehingga pemerintah mau tidak mau dihadapkan pada pilihan sulit antara tetap mempertahankan subsidi BBM dengan harga yang ada atau menaikkan harga BBM untuk mengurangi defisit APBN yang terlalu berat. Selain itu dari sektor perbankan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan menurunkan BI rate menjadi 8% per Januari 2008. (2) Dengan dikeluarkan kebijakan ini memberikan peluang bagi sektor properti untuk bisa berkembang. Namun dari bidang politik kemungkinan-kemungkinan negatif bisa terjadi mengingat kondisi tahun 2008 masih rawan karena semua partai politik akan bekerja keras untuk meraih dukungan massa, gesekan-gesekan politik kemungkinan akan mudah terjadi. Tentunya kondisi serupa dihadapi oleh para pebisnis, sulit sekali untuk secara akurat memprediksi kondisi ekonomi. Hal ini antara lain juga dampak globalisasi yang menyebabkan kondisi ekonomi di suatu negara dapat berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi negara lainnya. Bahkan ketika ramalan tentang kondisi ekonomi akurat, masih belum jelas dampak ekonomi terhadap industri tertentu. Sebagai contoh nyata, seperti yang telah

16

diketahui bersama saat ini beberapa sektor industri sedang digoncang krisis akibat pengaruh krisis global yang tengah melanda dunia. Beberapa perusahaan telah berencana merumahkan bahkan memPHK karyawan-karyawannya. Dalam sektor perbankan, kalangan perbankan mengkhawatirkan gejolak ekonomi global akan menggerus kinerja perbankan di tengah situasi politik yang mulai menghangat menjelang pemilihan umum 2009. Di sisi lain, Bank Indonesia meyakini fundamental industri perbankan dalam negeri cukup kuat, sehingga bank sentral meminta sejumlah kalangan agar tetap optimistis. Direktur Bank NISP Rudy Hamdani menyatakan pihaknya mulai 'mencium' gelagat dampak dari gejolak perekonomian dunia terhadap perekonomian dalam negeri, disusul peningkatan suhu politik menjelang 2009. Akan tetapi di sisi lain, di tengah indikator ekonomi akabibat kenaikan harga bahan bakar minyak, yang berpengaruh besar dan cenderung negatif terhadap perilaku bisnis, kalangan perbankan merasa optimis dapat meningkatkan pertumbuhan kredit. Suhu politik Pemilu 2009 yang sudah mulai terasa, diharapkan dapat mendorong gairah perekonomian. Dana-dana politik dan perputaran uang untuk tujuan politik dan kampanye semakin lancar sehingga diharapakan terjadi pertumbuhan dana ekonomi pihak ketiga dan pertumbuhan bisnis yang berkaitan dengan politik, sebagai contoh bisnis percetakan dan bisnis sablon bendera dan sebagainya. Proyeksi semua sektor ekonomi pada tahun 2008 selalu dikaitkan dengan variabel politik. Hal ini disebabkan suhu politik di tahun 2008 diprediksi akan meningkat karena persiapan Pemilu 2009. Faktor politik pasti berdampak pada perekonomian, terutama pada investasi. Situasi politik menjelang pemilu dan Sidang Umum MPR, melahirkan iklim ketidakpastian bagi investor, terutama investor asing. Adapun pengaruh politik menjelang Pemilihan Presiden 2009 diyakini akan memengaruhi uang beredar. Di satu sisi, aktivitas ekonomi akan menurun seiring dengan keterlibatan pelaku ekonomi dalam pemilu. Hubungan sektor bisnis dengan politik lebih mengacu pada konteks ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan politik, apabila kondisi politik tidak menentu atau mengalami kekacauan (chaos) akan berdampak kepada perekonomian terutama menyangkut sektor industri; permintaan dan penawaran tidak seimbang dan distribusi barang akan terganggu. Apabila ini berlanjut maka akan terjadi inflasi tinggi yang ditandai dengan

17

kenaikan harga akibat permintaan yang menurun drastis atau bajhkan tidak adanya permintaan. Di sisi lain,pengaruh gejolak politik pada kegiatan ekonomi, tidak dapat diukur dengan eksak dan laporan angka-angka. Para pengamat hanya dapat menganalisa kualitas dampaknya.

Peluang mengatasai dampak negatif pengaruh politik terhadap bisnis Dalam suasana sekarang yang penuh ketidakpastian politik dan ekonomi, ada semacam peluang untuk mengatasi hubungan antara pemerintah dan bisnis melalui pembagian kekuasaan, strategi pembangunan menurut sektor-sektor yang sebaiknya diurus para pengusaha swasta atau negara, dan seterusnya. Selain itu, diperlukan juga semacam ideologi dan program tentang peranan bisnis, harapannya, dan tanggung jawabnya pada masyarakat, tentang hak dan kewajiban yang bersangkutan dengan penegakkan etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan dan sejenisnya. Hal ini tentu saja bukan pekerjaan yang mudah. Berbagai masalah yang sedang melilit negeri ini seperti stabilitas politik, kesulitan ekonomi, peninggalan masa lalu terhadap buruknya praktik bisnis, serta ketegangan dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan swasta sangat mempengaruhi proses tersebut. Memperbaiki pandangan umum terhadap dunia usaha sangat penting sekaligus sangat sukar, dan menghilangkan kecurigaan rakyat terhadap kalangan bisnis membutuhkan waktu. Tetapi semua harus dilakukan secara terencana dan terorganisir. Sebuah harapan terwujudnya trias etika: etika pemerintahan, etika profesi, dan etika bisnis. ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial serta berekonomi baik dapat diwujudkan. Pada akhirnya kondisi perekonomian akan bisa tumbuh apabila pemerintah tetap berperan sebagai partner yang menguntungkan bagi berkembangnya perilaku bisnis yang dipengaruhi oleh kondisi politik dalam negeri. Instrumen-intrumen investasi perlu diinovasi, birokrasi perijinan dan sektor perbankan diharapkan mampu mendukung sektor bisnis dalam menghadapai pengaruh situasi dan kondisi politik.

18

Bab III Penutup


III.1 Kesimpulan
Hukum yang merupakan himpunan peraturan-peraturan (perintah-peritah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dengan segala unsurunsur yang dikandungnya sangat dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi. Hukum mempunyai peranan dalam perkembangan ekonomi, dengan menyediakan infrastruktur hukum yang memungkinkan bagi berfungsinya sistem ekonomi, seperti mengatasi permasalahan ekonomi yang muncul setiap saat. Untuk itu diperlukan suatu hukum khusus yang mengatur ekonomi sendiri yakni sebuah hukum ekonomi. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Lingkungan politik telah diakui sebagai faktor penting dalam banyak keputusan bisnis internasional. Pemerintah memiliki peran dalam perekonomian negara baik sebagai pemeran ekonominya itu sendiri maupun sebagai pengaturnya. Dengan adanya campur tangan antara dunia politik di pemerintahan akan menghasilkan suatu perjanjian atau kerjasama dengan dunia internasional dengan dampak positif dan negatifnya.

III.1 Saran
Peranan hukum harus terukur agar tidak mematikan inisiatif dan daya kreasi manusia yang menjadi daya dorong utama dalam pembangunan ekonomi. Ahli hukum juga diminta peranannya dalam konsep pembangunan dengan menempatkan hukum sebagai lembaga (agent) modernisasi dan bahwa hukum dibuat untuk membangun masyarakat (social engineering). Sistem ekonomi pun harus mendukung pembangunan sistem hukum secara positif, agar sistem hukum itu dapat lebih lagi mendukung pembangunan sistem ekonomi nasional secara positif, dan seterusnya. Adanya suatu dampak negatif akibat bergabungnya Indonesia dengan organisasi internasional harus dijadikan suatu pembelajaran bagi kita utuk memperbaiki kekurangan yang ada agar kita bisa tampil lebih baik dikemudian harinya.

19

You might also like