You are on page 1of 7

RETENSI ENERGI PADA IKAN

Oleh: Nama : Arfian Hananta Ferghany NIM : B1J009035 Rombongan: 1 Kelompok : 4 Asisten : Prasetyo Ardiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel: Data pengamatan Retensi Energi Kelompok 1, 3, 5 2, 4, 6 B. basah awal 1,5 gram 1,8 gram : 0,162 gr : 0,4 gr : 3925, 9715 kal/gr : 4608, 3184 kal/gr B. basah akhir 3,7 gram 2,24 gram Nilai RE 113,87 % 37,25 %

Berat kering ikan awal Berat kering ikan akhir Energi bom pakan Energi bom ikan Perhitungan :

E ikan awal = BB kering 1 x nilai E ikan awal E ikan akhir = BB kering 2 x nilai E ikan akhir E pakan yang dikonsumsi = pakan yang dikonsumsi x nilai E pakan RE = E ikan akhir - E ikan awal E pakan yang dikonsumsi x 100 %

E ikan awal = E bom ikan x BKI awal = 4608,318 kal/gr x 0,162 gr = 746,547 kal E ikan akhir = E bom ikan x BKI akhir = 4608,318 kal/gr x 0,4 gr = 1843,318 kal E pakan yang dikonsumsi = E bom pakan x pakan yang dikonsumsi = 3925,9715 kal/gr x 0,750 gr = 2944,47 kal RE = E ikan akhir - E ikan awal E pakan yang dikonsumsi = 1843,318 746,547 2944,47 = 37,25 % x 100 % x 100 %

B. Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil retensi energi dari ikan sebesar 37,25 %. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan yang telah mati (dioven) mempunyai energi pakan yang tersimpan lebih kecil daripada energi pakan yang tersimpan sewaktu ikan masih hidup. Menurut Elliot dan Elliot (1997), proporsi energi yang dialokasikan pada berbagai komponen anggaran energi berubah dengan ukuran tubuh ikan. Ikan yang diberi pakan dengan komposisi berbeda menunjukkan retensi energi yang berbeda pula. Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangan budidaya ikan air tawar, air payau atau air laut. Jumlah makanan yang dimakan ikan hanya 10% saja digunakan untuk pertumbuhan sedangkan yang lainnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Energi yang diperoleh dari pakan, sebagian digunakan untuk aktivitas metabolisme dan sebagian lagi hilang dalam bentuk feses dan sampah metabolik yang disekresi. Retensi energi adalah suatu perhitungan mengenai pemanfaatan energi yang diperoleh dari pakan dalam tubuh hewan. Selain pengertian diatas retensi energi juga merupakan suatu besarnya energi pakan yang dikonsumsi ikan yang dapat disimpan dalam tubuh. Jadi masukan yang didapatkan dari pakan setelah melalui proses metabolisme diperhitungkan pemanfaatannya dalam bentuk energi (Yuwono, 2001). Retensi energi menunjukkan besarnya kontribusi energi pakan yang dikonsumsi terhadap pertambahan energi tubuh ikan. Retensi energi dirumuskan sebagai hasil bagi antara selisih total energi tubuh akhir dan total energi tubuh awal dengan total energi yang dimakan ikan dikalikan seratus persen. Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan

hidupnya dan apabila ada kelebihan, akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Djajasewaka, 1990). Jumlah pakan yang diberikan pada ikan hendaknya 5-10% dari berat total dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-3 kali sehari. Namun jumlah tersebut, dapat berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungan, semakin rendah suhu maka jumlah makanan yang dikonsumsi semakin sedikit (Mujiman, 1985). Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangan budidaya ikan air tawar, air payau atau air laut. Gizi utama dalam pakan ikan adalah protein, lemak, dan karbohidrat. Protein, lemak dan karbohidrat dalam pakan apabila dikonsumsi ikan setelah mengalami proses digesti dan absorpsi akan digunakan sebagai sumber untuk aktivitas voluntary, mengganti jaringan tubuh yang rusak, reproduksi dan pertumbuhan. Salah satu zat makanan yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi guna mencapai pertumbuhan yang optimal adalah protein karena protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan dan dalam menentukan kebutuhan nutrisi (Halves, 1987). Ikan nila dapat dikatakan sudah memiliki retensi energi yang cukup ideal. Menurut Catdown (1981), tingginya kadar protein pakan mengakibatkan energi yang diperoleh dari pakan dan sumber lainnya tidak mampu menunjang kebutuhan, karena energi ikan banyak dipakai untuk deaminasi protein sehingga pertumbuhan ikan terhambat dan apabila kadar protein terlalu rendah maka energi yang diperoleh dari protein mungkin hanya cukup untuk aktivitas. Menurut Handayani (2000) komposisi pakan yang sesuai untuk ikan nila yaitu: tepung ikan 25%, tepung kedelai 50%, dedak halus 17%, kanji 6%, vitamin dan mineral 2%. Gizi utama dalam ikan yang pertama adalah protein, lemak dan karbohidrat (Lagler et al., 1997). Menurut Arrie (1999), bahwa kebutuhan minimum protein pakan pada ikan nila sebesar 25%. Halver (1980), menyatakan bahwa energi pakan digunakan untuk metabolisme dan aktivitas, baru kelebihan energi yang

digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Lagler et al. (1997), menyatakan bahwa ikan membutuhkan protein 20-60% sebagai komponen penting pemeliharaan dalam tubuh, pengganti alat tubuh yang rusak, serta proses anabolik, sedangkan karbohidrat dan lemak digunakan sebagai sumber energi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Besarnya nilai retensi energi pada ikan lele dengan bobot awal 1,8 gram yang diberi pakan dengan total energi 2944,47 kal adalah sebesar 37,25 %. 2. Kandungan pakan yang dibutuhkan oleh ikan agar dapat tumbuh dengan baik adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

DAFTAR REFERENSI Arrie, U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya, Jakarta. Catdown, I. G. 1981. Eartwoon A New Source of Protein. W. B. Sounders Co., London. Djajasewaka, H. 1990. Pakan Ikan. CV. Yasaguna, Jakarta. Elliot, W. H and Elliot, D. C. 1997 Biochemistry and Molecular Biology. Oxford University Press, New York. Halves, Z. E. 1987. Protein and Amino Acid In Fish Feed Technology. UN Development Progame, Feed and Agriculture Organ of The UN, rose: p324-350.

Halves, J. A. 1980. Fish Nutrition. Academy Press, New York. Handayani, A. D. 2000. Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Nila Gift yang Diberi Pakan Buatan Dengan Proporsi Berbeda Bahan Hewani dan Nabati. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto. Lagler, K., F. J. Bardach., R. R. Miller dan D. R. W. Passino. 1997. Ichtyology. John Wiley and Sons Inc., New York. Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Bogor. Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

You might also like