You are on page 1of 2

Resume National Geographic Megacities, Jakarta

Manurut film dokumenter tersebut, Jakarta berkembang sebagai megacity memilik masalah utama yaitu: - Sistem transportasi Di Jakarta kemacetan adalah pemandangan setiap hari. Jalanan Jakarta berkapasitas 1 juta kendaraan, namun harus menampung 1,5 juta kendaraan. Ini sangat tidak efisien dan efektif baik dari segi ekonomi dan ekologi. Solusinya, membangun infrastruktur transportasi, baik sistem transportasi massal yang nyaman juga jalan dan jalan layang di Jakarta. Jakarta membangun kurang lebih 1% jalan tiap tahun, timpang dengan jumlah kendaraan yang bertambah 10%. Untuk sistem transportasi massal yang nyaman ditujukan mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan massal umum. Salah satunya yang sudah terealisasi adalah trans-Jakarta (sejak tahun 2004). Selain trans jakarta, terdapat rencana pembangunan jaringan MRT yang akan dirancang dari utaraselatan dan dari barat-timur. Dan MRT ini akan terintegrasi dengan jaringan jalan raya, jaringan kereta api, koridor busway, dan rencana monorail. Pembangunan infrastruktur transportasi ini pada pelaksanaanya memiliki kendala. Misalnya untuk trans-jakarta, ketidakdisiplinan pengguna jalan lain (motor, mobil, pejalan kaki) yang sering melintas di jalur trans jakarta hingga meyebabkan kecelakaan. Untuk pembangunan infrastrtur jalan, berkendala pada pembebasan lahan. Saya sepakat dengan solusi di atas dengan pengembangan infrastruktur berupa pembangunan sistem transportasi massal yang nyaman dan aman (busway, rencana MRT dan monorail), karena pada dasarnya masyarakat banyak menggunakan kendaraan pribadi karena transportasi umum yang tidak nyaman. Sementara untuk penambahan jalan (seperti sekarang, rencana PU untuk membangun 6 ruas jalan tol di Jakarta), bagi saya itu tidak tepat, karena itu hanya bersifat temporal, dan tidak pro lingkungan. Karena, kemacetan di Jakarta adalah imbas dari beberapa hal: populasi penduduk yang tinggi (dan masalah populasi juga berefek ke masalah lahan, banjir dan sampah), ketergantungan penduduk pada kendaraan pribadi, sistem transportasi umum yang tidak nyaman, jalur pejalan kaki yang tidak aman dan nyaman, tidak adanya jalur untuk sepeda, serta kebijakan pemerintah. Untuk itu konsep TOD (Transit Oriented Development) sangat tepat untuk Jakarta - Banjir Setiap tahun Jakarta kebanjiran dan hal itu melumpuhkan aktivitas Jakarta. Tahun 2007, banjir terbesar selama 30 tahun terakhir Jakarta mengakibatkan 60 % kota ini tertutup air, ketinggian air hingga 7 meter di beberapa wilayah, 57 orang tewas, dan sekitar 420 ribu orang meninggalkan rumahnya. Solusinya, Jakarta membangun infrastruktur untuk mengalihkan dan mengendalikan banjir, dengan sistem penanggulangan banjir. Asumsinya, banjir yang terjadi karena meluapnya 13 anak sungai yang mengalir di Jakarta, untuk itu dibangunlah 18 kanal utama dan kurang lebih 500 kanal kecil dibuat saling menyilang di kota. Artinya infrastruktur ini berusaha mengalihkan banjir dari anakanak sungai ke kanal (salah satu yang terbesar adalah banjir kanal barat) untuk di arahkan ke laut, sedangkan untuk daerah timur yang dilewati 5 anak sungai besar, air akan dialihkan ke laut lewat banjir kanal timur. Selain itu juga dibangun stasium pompa/polder (untuk membantu memompa air dan mengalihkannya ke laut), bendungan (bendungan situ gintung), dan waduk yang dibangun sebagai

bagian infrastruktur pencegahan banjir. Dan menurut film ini, solusi ini memberikan hasil, 30% banjir kota teratasi. Film ini mengklaim telah mengatasi 30% banjir pada tahun 2010, dan berencana menjadi 40% pada tahun 2011, dan tahun 2016 menjadi 75%. Menurut saya, banjir di Jakarta bukan hanya karena meluapnya sungai. Saya sepakat dengan sistem pengalihan dan pengendalian banjir dengan pembangunan infrastruktur di atas. Namun sebab lain banjir karena berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta yang berperan sebagai tempat peresapan air. Selain itu juga karena sistem drainase yang tidak bagus dan efektif di Jakarta - Sistem pengelolaan lahan Runtut dari populasi yang meledak di Jakarta, adalah ruang yang begitu padat, dan berakibat pada kesulitan pembangunan infrastruktur karena harga lahan yang tinggi untuk pembebasan lahan. Masalah lahan di Jakarta lainnya, adalah penurunan muka air tanah akibat penggunaan air tanah yang berlebihan dan terus-menerus. Dan itu berakibat 40% lahan di Jakarta berada 1-2 meter di bawah permukaan laut. Menurut film ini, masalah ini berakibat pada lahan yang mudah tergenang air (akibat rendahnya lahan, gempuran banjir bukan hanya dari sungai, tapi juga dari air laut yang menerobos masuk ke kota) Solusinya, adalah reklamasi pantai sepanjang 30 Km di pantai utara jakarta, dengan tembok laut yang menjadi benteng setinggi 3 M. Solusi ini dapat mengatasi gempuran air laut, sekaligus menambah solusi lahan pemukiman untuk Jakarta. Menurut saya, ruang yang begitu padat di Jakarta akibat populasi yang tidak diatur, juga kebijakan pemerintah yang membiarkan pembangunan di manamana. Belum lagi konsep pembangunan pemukiman yang melebar yang memakan ruang begitu banyak. Jakarta seharusnya sudah mulai menerapkan konsep compact city atau superblock untuk memaksimalkan RTH. Untuk air tanah solusinya adalah penerapan konsep 5R ( recycle, reuse, reduce, recharge dan recovery) terhadap sumber daya air, dan konsistensi pemerintah dalam mengatur kebijakan yang menghalau dampak awal dari masalah ini yaitu kebijakan urbanisasi (populasi) dan penggunaan air tanah, - Sistem pengolahan sampah Banjir juga disebabkan oleh penumpukan sampah yang membentuk endapan di sungai. Setiap hari bisa mencapai 1 ton lebih endapan sampah yang dikeruk di sungai. Sampah itu kemudian di bawa ke TPA Bantar Gebang. Masalah sampah ini juga efek domino dari populasi Jakarta yang tinggi Solusinya adalah menerapkan konsep recycle. Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk (pembusukan) ini akan menghasilkan gas metana yang dapat digunakan sebagi sumber listrik. Untuk itu dibangunlah sistem infrastruktur berupa jaringan pipa, sumur yang akan menghubungkan gas dari TPA ke pabrik pembangkit yang berhasil menghasilkan 2 megawatt listrik. Menurut saya masalah Jakarta saling berhubungan. Solusi utama adalah penanggulangan urbanisasi sepanjang tahun. Untuk masalah sampah, saya sepakat dengan solusi di atas. Selain itu, masih ada solusi yang lain, yaitu penerapan sitem reuse, untuk sampah non organik (plastik), dan system reduce penggunaan plastik, sterofoam (bahan yang tidak terurai). Juga yang paling penting mengubah pemahaman masyarakat tentang lingkungan.

You might also like