You are on page 1of 3

Diabetes Mellitus

(Definisi, Klasifikasi, Epidemiologi, Etiologi, Faktor Risiko)


oleh Evan Regar, 0906508024 Definisi Diabetes Mellitus, atau sering disingkat DM, adalah penyakit yang asal katanya berasal dari bahasa Yunani, yakni diabetes yang berarti melewati, serta mellitus yang berarti madu atau manis. Pada abad pertama, Aretaeus dari Kapadokia mendeskripsikan penyakit ini sebagai suatu penyakit yang dikarakteristikkan dengan rasa haus berlebihan, serta urin yang banyak serta manis seperti madu1 (masih konsisten dengan gejala DM saat ini, yakni poliuria, glukosuria, dan polidipsia). Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein, serta lemak yang ditandai dengan gangguan ketersediaan serta kebutuhan terhadap insulin, yang memiliki manifestasi khas berupa hiperglikemia. 2 Menurut American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2010, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang tejradi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.3 Klasifikasi dan Etiologi Klasifikasi yang dianut oleh American Diabetes Association pada tahun 2007 membagi DM menjadi 4 tipe, dengan tipe ketiga memiliki banyak subtipe lagi. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:1,2 Tipe Satu Subtipe Etiologi Intoleransi Glukosa Destruksi sel beta pankreas secara Diperantarai imun autoimun Destruksi sel beta pankreas oleh sebab yang Idiopatik tidak diketahui Mencakup yang didominasi resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif sampai yang didominasi oleh defek fungsi sekresi sel beta pankreas disertai dengan resistensi insulin Mutasi ini menyebabkan kegagalan fungsi Defek genetik dari regulasi insulin akibat kegagalan fungsi fungsi sel beta pankreas akibat mutasi glukokinase - HNF4 (MODY1), (MODY = maturity Glukokinase (MODY2), HNF-1

onset of diabetes of the young)

Defek fungsi insulin secara genetik

Penyakit fungsi eksokrin pankreas

Endokrinopati

Diinduksi obat atau zat kimia

Infeksi Diperantarai imunitas yang tidak lazim

Dua

Lainnya

Sindroma genetik lain

(MODY3), IPF-1 (MODY4), HNF-1 (MODY5), NeuroD1 (MODY6), DNA Mitokondria (bukan MODY) Resistensi insulin tipe A, Leprechausinme, sindroma Rabson-Mendenhall, sindroma lipodistrofi (akibat mutasi reseptor insulin) Pankreatitis, pankreatektomi, neoplasia, fibrosis sistik, hemokromatosis, penyakit fibrokalsifikasi pankreas, mutasi lipase ester karboksil (akibat kehilangan atau kerusakan yang mengenai sel beta pankreas, setidaknya proses yang merusak lebnih dari 2/3 pankreas) Akromegali, sindroma Cushing, glukagonoma, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma, aldosteronoma (akibat efek diabetogenik yang ditampilkan oleh kelebihan hormonhormon yang biasanya kontraregulasi insulin) Vacor (suatu rodentisida), pentamidin (antimikrobial), asam nikotinat, glukokortikoid, tiroid, diazoksid (pemblok kanal K+, antihipertensi), agonis betaadrenergik, tiazid, fenitoin, -interferon, inhibitor protease, klozapin (antipsikotik), nitrosamin (akibat efek toksik, mengakibatkan resistensi insulin, defek sekresi insulin, serta menghasilkan antibodi terhadap pulau langerhans) Rubella kongenital, CMV, Coxsackie Sindroma stiff-person (gangguan CNS kaku dan kejang, memiliki titer autoantiobdi yang tinggi), antibodi terhadap reseptor anti-insulin Sindroma Down, Klinfelter, Turner, Wolfram (neurodegeneratif saat anak-anak, disertai diabetes insipidus), ataksia

Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)

Freidreich, korea Huntington, sindroma Laurence-Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindroma Prader-Willi Intoleransi glukosa yang terjadi pertama kali pada orang tersebut saat hamil, diakibatkan kombinasi antara resistensi insulin dengan defek sekresi insulin

semakin menekankan peranan lingkungan, disamping genetik, dalam menentukan perjalanan DM. Di Indonesia sendiri diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penyandang diabetes yang belum terdiagnosis. Selain itu, dari seluruh yang terdiagnosis, hanya 2/3 saja yang menjalani pengobatan, baik farmakologis maupun non-farmakologis. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta (2000) hingga 21,3 juta (2030). Penelitian yang dilakukan pada dekade 80-an dan dibandingkan dengan sekarang juga cukup mengejutkan. Sebagai contoh di Jakarta (daerah urban), prevalensi DM merangkak naik dari 1,7% (1982) menjadi 5,7% (1993), dan meroket hingga 12,8% (2001). Pada tahun 2003, dari 133 juta penduduk Indonesia berusia 20 tahun, didapatkan data prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban, dengan 7,2% pada daerah rural, sekali lagi menegaskan betapa pentingnya faktor lingkungan pada DM khususnya tipe 2. Melihat data-data yang sedemikian membelalakkan mata, peranan dokter umum menjadi sangat penting sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer.3 Sementara itu untuk data secara kasar, dari seluruh penderita diabetes di seluruh dunia, hanya sekitar 5-10% yang didiagnosis sebagai DM tipe 1. 90-95% didiagnosis sebagai tipe 2, dan hanya 1-5% terdiagnosis sebagai DM tipe lain. Di AS sendiri didiagnosis 10.000 kasus baru setiap tahun dengan jumlah penderita mencapai 1 juta orang. Sebagai salah satu gangguan metabolik yang cukup sering pada anak-anak, DM tipe 1 dapat ditemukan dalam 15 anak setiap 100.000 anak berusia kurang dari 18 tahun.5 Faktor Risiko Faktor risiko bagi DM tipe 1 antara lain: Riwayat keluarga dan genetika. Letak geografis. Insidens DM tipe 1 secara menarik meningkat semakin menjaui ekuator, sehingga daerah Skandinavia memiliki insidens yang cukup tinggi, sektiar 2-3 kali lebih tinggi daripada orang di Amerika Serikat dan Venezuela6 Pajanan virus, seperti EBV, Coxsackie, Mumps, dan CMV yang mampu memicu destruksi melalui aktivasi autoimunitas, atau virus mungkin langsung merusak pulau Langerhans

Setelah adanya klasifikasi terbaru ini, istilah insulin-dependent diabetes mellitus dan non-insulin-dependent diabetes mellitus menjadi tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan oleh istilah ini seolah-olah mengklasifikasikan DM berdasarkan penatalaksanaan farmakologis, bukan melihat etiologinya. Selain itu, secara konvensi penggunaan angka Arab (1,2,) telah digunakan untuk menggantikan penggunaan angka Romawi (I, II, ...). Epidemiologi Di banyak penelitian epidemiologi tentang DM menunjukkan adanya kecenderungan untuk terjadi peningkatan insidensi dan prevalensi DM, terutama DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia.3 Penderita DM diperkirakan meningkat dari 30 juta orang (1985) menjadi 177 juta orang (2000). Melalui tren dan pengolahan statistik, diperkirakan lebih dari 360 juta orang akan menderita DM di tahun 2030.2 Kenaikan yang drastis ini terutama disumbang oleh DM tipe 2, meskipun prevalensi DM tipe 1 juga cenderung meningkat. Terdapat variasi geografis yang cukup nyata dalam hal insidens DM tipe 1 dan tipe 2. Sebagia contoh, daerah Skandinavia (mencakup Denmark, Finlandia, Swedia, Norwegia) memiliki insidens tertinggi untuk DM tipe 1 (35/100 000 per tahun di Finlandia). Hal ini diduga oleh tingginya frekuensi alel HLA yang berisiko DM di antara etnis ini.Demikian juga DM di Amerika Serikat berbeda untuk golongan ras di sana, dengan ras Amerika asli (Indian dan Alaska) yang mencapai 15,1%, Afroamerika (13,3%), disusul orang Amerika Latin (9,5%), dan relatif rendah di orang kulit putih keturunan Spanyol (Hispanic), dan terendah di orang kulit putih. Perkembangan suatu negara juga menentukan bagaimana prevalens dan insidens DM (terutama tipe 2) di negara tersebut. Sebagai contoh, negara-negara yang ekonomominya sangat menonjol seperti Singapura dan China menampilkan kenaikan insidensi DM dibandingkan dengan 10 tahun lalu. 4 Hal ini

Asupan vitamin D yang rendah, omega-3, serta meminum banyak nitrat Dilahirkan oleh ibu saat usianya <25 tahun, memiliki riwayat preeklampsia Lahir dengan riwayat jaundice dan mengalami infeksi saluran napas

Faktor risiko bagi DM tipe 2 terbagi menjadi dua, yakni dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: 3,7 Ras dan etnik Riwayat keluarga dengan penderita diabetes Usia. Risiko akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Oleh karena itu bagi semua orang dengan usia di atas 45 tahun sangat dianjurkan untuk secara rutin melakukan pemeriksaan gula darah Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir besar (>4000 gram), atau pernah menderita DM gestasional Riwayat dilahirkan dengan BB rendah (umumnya <2500 gram)

Secara jelas, sindroma metabolik merupakan suatu konstelasi faktor risiko pada pasien-pasien dengan riwayat resistensi insulin. Sindroam ini sangat terkait dengan munculnya DM di kemudian hari, serta komplikasi lanjut seperti penyakit sistem kardiovaskular. Gejala yang dapat menjadi prediktor antara lain obestias abdominal (sentral), dislipidemia, tekanan darah tinggi, serta adanya kelainan dalam tes toleransi glukosa oral (TTGO).

(Courtesy: midvm.blogspot.com) Referensi 1. Guven S, Kuenzi JA, Matfin G. Diabetes mellitus and the metabolic syndrome. In: Porth CM. Essentials of pathophysiology. Concepts of altered health states. Philadelphia: Lippincott Williams & Wlikins; 2003 Powers AC. Diabetes mellitus. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons principles of internal medicine. 17th edition. New York: McGraw Hill; 2008 Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia. Tahun 2011. Jakarta: Perhimpunan Endokrinologi Indonesia; 2011 Suyono S. Diabetes melitus di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009 Romesh K. Type 2 diabetes mellitus. [Internet]. 2011 [updated 2011 September 14; cited 2011 October 6]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/117739-overview Mayo Clinic. Type 1 diabetes. [Internet]. 2011 [updated 2011 May 24; cited 2011 October 6]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/type-1-diabetes/ Gardner DG, Shoback D. Greenspans basic & clinical endocrinology. Eighth edition. New York: McGraw Hill; 2007

Sementara itu faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain: Berat badan berlebihan (IMT di atas 23 kg/m ) Rendahnya aktivitas fisik harian Tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg) Dislipidemia (dengan HDL <35 mg/dl atau trigliserdia >250 mg/dl) Diet yang tidak sehat, yakni diet dengan terlalu tinggi karbohidrat (khususnya karbohidrat sederhana), tinggi lemak, serta rendah serat.
2

2.

3. 4.

Faktor risiko lain yang berkaitan dengan DM tipe 2 adalah: Wanita dengan penyakit ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome atau PCOS) Penderita sindroma metabolik yang jelas memiliki toleransi glukosa terganggu(TGT / impaired glucose tolerance/IGT), atau memiliki glukosa darah puasa yang tinggi Penderita dengan riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, penyakit jantung koroner, serta penyakit arteri perifer.

5.

6. 7.

You might also like