You are on page 1of 2

Kelahiran bayi prematur merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat.

Hal ini menjadi masalah penting di bagian obstetri khususnya di bidang perinatalogi, karena baik di negara berkembang maupun negara maju penyebab morbiditas dan mortalitas bayiterbanyak adalah bayi yang lahir prematur. Secara global kira-kira 16% per tahun (lebih dari 200 juta) terjadi kelahiran prematur di dunia. Di Indonesia angka kejadian kelahiran prematur berkisar antara 10-20% (Nuada et al., 2004). Penyebab kelahiran prematur belum dapat diidentifikasi dengan pasti karena penyebabnya multifaktorial, namun beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelahiran prematur telah teridentifikasi. Kelahiran prematur dapat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, pemakaian obat-obatan, faktor tingkah laku, nutrisi dan keadaan patologis pada masa kehamilan (Dasanayake, 1998; Hill, 1998; Slots dan Kamma, 2001). Dari keseluruhan penyebab kelahiran prematur, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa infeksi merupakan penyebab utama yaitu 40% dari seluruh penyebab kelahiran prematur (McGregor et al., 2001; Romero et al., 2003; Khaskeli et al., 2006). Infeksi pada ibu hamil merupakan keadaan patologis yang mendapat perhatian lebih serius (Suwiyoga, 2004). Infeksi oleh berbagai mikroorganisme merupakan penyebab utama terjadinya kelahiran prematur selain faktor-faktor yang lain. Hal ini disebabkan karena infeksi merupakan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil (Nuada et al., 2004; Fitria, 2006). Infeksi bakteri di dalam uterus (infeksi intrauterin) dapat terjadi antara jaringan ibu dan membran janin yaitu pada membran janin, plasenta, cairan amnion, atau di dalam tali pusar janin (Goldenberg et al., 2000). Infeksi intrauterin dapat terjadi akibat perpindahan organisme patogen secara hematogen maupun berasal dari saluran genitourin (Cunningham et al., 1997). Jalur infeksi naik (ascending infection) dan infeksi melalui jalur hematogen (transplacental infection) merupakan jalur primer terjadinya infeksi intrauterin (Romero et al., 2003). Di bidang kedokteran gigi, adanya infeksi bakteri pada jaringan periodontal dengan kondisi rongga mulut yang buruk pada ibu hamil dapat mempermudah proses patogenik dari bakteri dan produknya. Proses ini terjadi melalui jalur hematogen yang selanjutnya akan mempengaruhi janin. Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan keseimbangan flora normal rongga mulut dan perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut (Herawati dan Hendrawati, 2001). Selama kehamilan, terjadi perubahan pH saliva, pH cairan gingival dan aktivitas hormon

perempuan hamil dalam cairan gingiva yang akan mempengaruhi perkembangan plak dengan dominasi bakteri anaerob ( Carranza, 1996). Menurut Davenport et al. (1998), pada beberapa penelitian ditemukan bahwa 50% perempuan hamil mengalami peradangan gingiva serta pembesaran gingiva. Bertambahnya kerentanan terhadap gingivitis selama kehamilan dimulai pada bulan kedua kehamilan, memuncak pada bulan kedelapan dan secara bertahap berkurang pada bulan kesembilan hingga setelah persalinan. Penyakit gingivitis lanjut dapat berkembang menjadi periodontitis yang akan mengakibatkan gigi goyang dan kemudian lepas dari soketnya (Fedi, 2004). Penyakit periodontal berpotensi menyebabkan bakterimia terutama pada ibu hamil yang mempunyai banyak plak dan peradangan pada jaringan periodontalnya. Penyakit periodontal memudahkan proses patogenitas bakteri dan produknya dalam mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin melalui peredaran darah (hematogen) (Zubardiah dan Dewi, 2003). Pada beberapa kasus persalinan prematur berkaitan dengan infeksi membran korioamnion yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri anaerob patogen dan produk inflamasinya (Cunningham et al.,1997). Bakteri atau mikroba yang paling sering diisolasi dari cairan amnion pada wanita yang mengalami persalinan prematur adalah Ureaplasma urealiticum, Fusobacterium spp. danMicoplasma hominis (Romero et al., 2003). Mekanisme patogenik sebagai respon terhadap penjalaran infeksi bakteri dan produknya adalah berupa produk prostaglandin dan sitokin (Hill, 1998). Menurut Fard (1998) dalam Nuada et al. (2004), kelahiran prematur akibat infeksi terjadi karena adanya endotoksin yang merangsang produksi prostaglandin sehingga menyebabkan terjadinya kontraksimiometrium dan juga adanya respon infeksi yang mengakibatkan kerusakan struktur uterus dan pembuluh darah plasenta. Prostaglandin yang diproduksi pada stadium kehamilan akan menimbulkan kontraksi-kontraksi otot uterus dan aborsi atau kelahiran janin (Cunningham et al.,1997). Produksi prostajglandin yang berlebih sebelum puncak kehamilan akan menyebabkan kelahiran prematur.

You might also like