Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing: dr. Yuniarti, Sp.S KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI RSUP FATMAWATI JAKARTA Muhammad Nuruddin bin Derahman NIM: 030.08.285
IDENTITAS
Nama
Jenis kelamin Umur Pekerjaan
: Tn. DS
: Laki-laki : 35 Tahun : Wiraswasta
Pendidikan
Agama Status perkawinan Suku bangsa Alamat Tanggal masuk RS
: SMA
: Islam : Menikah : Betawi : Jalan raya Jombang Tangerang : 17 Disember 2012
ANAMNESIS
Allo-anamnesis : tanggal 29 Disember 2012
Keluhan Utama Penurunan kesadaran 2 jam SMRS : Keluhan Tambahan : Tidak ada
Pasien dibawa ke IGD RSUP Fatmawati dengan riwayat penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS. Awalnya pasien Riwayat sedang duduk di kereta api yang sedang Penyakit berjalan perlahan, tiba-tiba ada seseorang Sekarang : yang mendorong pasien sehingga pasien terjatuh dengan posisi kepala yang membentur semen. Pasien langsung pingsan, mual dan muntah tidak ada. Setelah dibawa ke IGD pasien sempat sadar sebentar dan kemudian pasien mengalami penurunan kesadaran.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum Kesadaran : Tampak sakit berat : Apatis, GCS: E2M3VAfasia
Sikap
Koperasi
: Berbaring
: Tidak kooperatif
Keadaan Gizi : Cukup Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg Nadi Suhu Pernafasan : 100 x/mnt : 37,1 0C : 20x/mnt
KEADAAN LOKAL
Trauma Stigmata
Pulsasi A.Carotis Perdarahan Perifer Columna Vertebralis Kulit
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak ada alopesia, Mata :konjungtiva anemis -/-, ptosis +/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat anisokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.
Telinga : Normotia +/+, perdarahan -/Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/-
Mulut
Tenggorok
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula line sinistra. Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 midklavikula line dekstra, batas kiri jantung di 1 ICS 5 midklavikula line sinistra, pinggang jantung PEMERIKSAAN di ICS 3 linea para sternalis sinistra. JANTUNG Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)
: pergerakkan dada simetris pada statis dan : sulit dinilai : perkusi di seluruh lapang paru sonor : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-.
: Tidak buncit : supel,nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba : timpani : bising Usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas Bawah
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsang Selaput Otak Kaku kuduk Laseque Kerniq Brudzinsky I Brudzinsky II :::-/::-
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsang Selaput Otak Kaku kuduk Laseque Kerniq Brudzinsky I Brudzinsky II :::-/::-
SARAF-SARAF KRANIALIS
N.I (olfaktorius)
N.II (optikus)
:normosmia + / +
Acies visus : sulit dinilai
Exopthalmus
Nystagmus
Pupil
Bentuk
Reflek cahaya langsung : +/+ Reflek cahaya tidak langsung : +/+ Reflek akomodasi Reflek konvergensi : +/+ : +/+
: sulit dinilai
N.V (Trigeminus)
N.VII (Fasialis)
Motorik orbitofrontalis : sulit dinilai Motorik orbikularis Pengecapan lidah Vestibular : Koklearis : Motorik Sensorik Mengangkat bahu Menoleh : sulit dinilai : sulit dinilai Vertigo Nistagmus Tuli Konduktif Tuli Perseptif : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai
N.XII (Hypoglossus)
SISTEM MOTORIK
Ekstremitas atas proksimal distal : kesan lateralisasi (-)
GERAKAN INVOLUNTER
Tremor
:-/-
GERAKAN INVOLUNTER
Tremor
:-/-
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Rangsang Selaput Otak Kaku kuduk Laseque Kerniq Brudzinsky I Brudzinsky II :::-/::-
Sistem Sensorik :
Ataxia Tes Romberg
Propioseptif Eksteroseptif
Disdiadokokinesia
FUNGSI LUHUR
FUNGSI OTONOM
Refleks Fisiologis
Kornea Biceps Triceps Radius :+/+ : +2 / +2 : +2 / +2 : +2 / +2
Refleks Patologis
Hoffman Tromer /Babinsky Chaddok :-/:-/:-
Dinding perut
Otot perut Lutut Tumit Kremaster
:+/+
:+/+ : +2 / +2 : +2 / +2 : (tidak dilakukan)
Gordon
Schaefer Klonus lutut Klonus tumit
:-/:-/:-/:-/-
: sulit dinilai
:: sulit dinilai
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb: 15,9 g/dl Na : 40 mmol/l SGPT : 39 u/l Leukosit : 25,3 ribu/Ul Cl : 103 mmol/l SGOT : 59 u/l Ht: 48 % K :3,17 mmol/l ureum : 24 mg/dl Trombosit : 333ribu/ul
Eritrosit
: 5,24
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Foto thoraks :
Cor : dalam batas normal Pulmo: corakan bronkovaskuler kasar
Ct Scan :
Perdarahan subarachnoid minimal di cysterna interpedunculus sisi kiri Kontusio dengan edema serebri temporo parietal kanan Hematosinus maksilaris kanan dan ethmoid kanan Fraktur dinding anterior maksila kanan Fraktur os nasalis disertai edema jaringan lunak regio tersebut Emfisema periorbital kanan disertai edema jaringan lunak sekit
RESUME
Pasien, laki-laki, 35 tahun dibawa ke IGD RSUP Fatmawati dengan riwayat penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS. Awalnya pasien sedang duduk di kereta api yang sedang berjalan perlahan, tiba-tiba ada seseorang yang mendorong pasien sehingga pasien terjatuh dengan posisi kepala yang membentur semen. Pasien langsung pingsan, mual dan muntah tidak ada. Setelah dibawa ke IGD pasien sempat sadar sebentar dan kemudian pasien mengalami penurunan kesadaran.
Pemeriksaa n fisik:
Pemeriksaan neurologis:
Reflek fisiologis : ++ / ++
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb: 15,9 g/dl Na : 40 mmol/l SGPT : 39 u/l Leukosit : 25,3 ribu/Ul Cl : 103 mmol/l SGOT : 59 u/l Ht: 48 % K :3,17 mmol/l ureum : 24 mg/dl Trombosit : 333ribu/ul
Eritrosit
: 5,24
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Foto thoraks : Cor : dalam batas normal Pulmo : corakan bronkovaskuler kasar
Ct Scan : Perdarahan subarachnoid minimal di cysterna interpedunculus sisi kiri Kontusio dengan edema serebri temporo parietal kanan Hematosinus maksilaris kanan dan ethmoid kanan Fraktur dinding anterior maksila kanan Fraktur os nasalis disertai edema jaringan lunak regio tersebut Emfisema periorbital kanan disertai edema jaringan lunak sekitar
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis
Penurunan kesadaran, hematom palpebra bilateral, ptosis palpebra kanan, pupil anisokor
Diagnosis Etiologi
Cedera kepala berat
Diagnosis Topis
Regio hemisfera serebri bilateral,formatio retikularis
PENATALAKSANAAN
-ABC - posisi tidur, bagian kepala ditinggikan sekitar 300
- perawatan luka
- manitol 4x125cc IV - dexametason 3x5 mg PO - fenitoin 2x100 mg IV - ceftriaxon 2 x 1 gr IV - piracetam 4x3gr PO - Ranitidin 3 x 1 amp IV
RENCANA PEMERIKSAAN
PROGNOSA Ad vitam : dubia ad bonam Ad functionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalulintas.
Commoti o cerebri
Laceratio cerebri
Contusio n cerebri
Simple head injury dan Commotio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan. Sedangkan Contusio cerebri dan Laceratio cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat.Pada penderita harus diperhatikan:
Pernafasan peredaran darah umum Kesadaran sehingga tindakan resusitasi, anmnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
Perhatikan sehingga tindakan resusitasi, anmnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukan pada saat pasien tiba di Rumah Sakit.
Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan langsung pada kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak. Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, subdural dan intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja, yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus. Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan yang disebut coup atau ditempat yang berseberangan dengan benturan (contra coup)
PATOFISIOLOGI
Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian meninggal. Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah ke otak yang menurun, misalnya akibat syok. Karena itu, pada cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak terganggu sehingga oksigenisasi cukup.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system GCS, yakni metode EMV (Eyes, Verbal, Movement)
Kemampuan membuka kelopak mata (E)
Secara spontan Atas perintah Rangsangan nyeri 4 3 2
Tidak bereaksi
1
5 4 3 2 1 5 3 2
Orientasi baik Jawaban kacau Kata-kata tidak berarti Mengerang Tidak bersuara
Kemampuan menurut perintah 6 Reaksi setempat Menghindar 4 Fleksi abnormal Ekstensi Tidak bereaksi 1
2. Commotio Cerebri Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat. Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis. Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi bertahap.
3. Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung. Timbulnya lesi contusio di daerah coup , contrecoup, dan intermediatemenimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran puli kembali, si penderita biasanya menunjukkan organic brain syndrome. Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul. Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi dengan antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan perawatan 7-10 hari.
4. Laceratio Cerebri Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung. Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka. Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
Cedera Kepala Sedang (CKS) Skor GCS 9-12 Ada pingsan lebih dari 10 menit Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak.
Cedera Kepala Berat (CKB) Skor GCS <8 Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-Scan Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Lumbal Pungsi Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari saat terjadinya trauma EEG Dapat digunakan untuk mencari lesi Roentgen foto kepala Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak
DIAGNOSA
Berdasarkan:
Ada tidaknya riwayat trauma kapitis Gejala-gejala klinis : Interval lucid, peningkatan TIK, gejala laterlisasi
Pemeriksaan penunjang.
KOMPLIKASI
Jangka pendek : 1. Hematom Epidural
Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma subkutan Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus piramidalis, misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik positif. CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks LCS : jernih Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan pengikatan pembuluh darah.
2. Hematom subdural Letak : di bawah duramater Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi piamater serta arachnoid dari kortex cerebri
Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent. Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak (bagian dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang tengkorak) Isodens terlihat dari midline yang bergeser Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak (dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom akut terdiri dari trepanasidekompresi.
3. Perdarahan Intraserebral Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecilkecil saja. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Oedema serebri Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya, mungkin hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.
Jangka Panjang : 1. Gangguan neurologis Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan N. VIII, disartria, disfagia, kadang ada hemiparese 2. Sindrom pasca trauma Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, cape, konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah laku, misalnya: menjadi kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi.
TERAPI
CKR :
Perawatan selama 3-5 hari Mobilisasi bertahap Terapi simptomatik Observasi tanda vital
CKS :
Perawatan selama 7-10 hari Anti cerebral edem Anti perdarahan Simptomatik Neurotropik Operasi jika ada komplikasi
CKB :
PROGNOSA
Skor GCS penting untuk menilai tingkat kesadaran dan berat ringannya trauma kapitis.
DAFTAR PUSAKA
1. Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurology Fungsional, bagian dua. Gajah Mada University Press, 1991 2. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University Press, 2003 3. Iskandar J, Cedera Kepala, PT Dhiana Populer. Kelompok Gramedia, Jakarta, 1981 4. Sidharta P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 1981 5. http://www.mayoclinic.com/health.htm