Professional Documents
Culture Documents
1.1 LATAR BELAKANG Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak digunakan. Dibandingkan dengan lain seperti distilasi, kristalisasi, pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih sederhana, penggunaan waktu yang singkat terutama mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan jika dengan metode lain tidak dilakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangan sedikit atau campurannya kompleks (Yazid, 2006). Bunga kertas (Bougenvillea spectabilis) adalah tanaman rambat yang berduri dan dapat tumbuh merambat dari satu meter sampai dua meter. Ujung durinya berwarna hitam akan tinggal di bawah kulit karbon yang tertusuk durinya. Bougenvil merupakan tanaman yang memerlukan pemangkasan teratur untuk mempertahankan bentuk yang cantik. Bougenvil dapat muncul dalam warna merah, pink, orange, putih, biru, ungu dan kuning (Dewantara, 2011). Antosianin menghasilkan kisaran warna dari berwarna merah sampai biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah, meskipun ada juga terdapat pada daun serta bagian lain tanaman. Senyawa antosianin yang memegang peranan penting dalam bahan pangan, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, reonidin, petunidin dan malvidin (Agro, 2010). Hal inilah yang mendasari untuk melakukan percobaan pemisahan zat warna dari bunga kertas. Hal itu dilakukan untuk membuktikan pada bunga kertas mengandung pigmen warna merah (pelargonidin). Adapun metode yang digunakan adalah ekstraksi dan kromatografi kertas. Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak (Rohman, 2009).
1.2
TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari pemisahan zat warna dari suatu bahan dengan cara kromatografi kertas.
1.3
MANFAAT PERCOBAAN Manfaat dilakukannya percobaan ini adalah dapat mengetahui zat warna dan dapat mengetahui cara pemisahan zat warna suatu bahan dengan cara kromatografi kertas.
1.4
PERUMUSAN MASALAH Dalam percobaan ini akan mengidentifikasi zat warna dari daun pandan serta menganalisanya dengan metode kromatografi kertas.
1.5
RUANG LINGKUP Praktikum Kimia Organik dengan judul Isolasi Zat Warna dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan keadaan ruangan tekanan udara 760 mmHg dan suhu 30 oC. Adapun sampel variabel yang digunakan adalah: Sampel Pelarut Kertas Saring : Bunga kertas : 1. Aseton 2. Asam asetat : 1. Whatman no. 40 2. Whatman no. 41
3. Kromatografi penukar ion Kromatografi yang dapat memisahkan senyawa dengan afinitas ion yang berbeda dengan resin penukar ion. 4. Kromatografi permeansi atau filtrasi Kromatografi berdasarkan perbedaan bobot molekul. Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi dibedakan menjadi : 1. Kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak pada permukaan datar), meliputi : a. Kromatografi kertas b. Kromatografi lapis tipis 2. Kromatografi kolom (kromatografi dengan fase tertahan pada sebuah kolom), meliputi : a. Kromotagrofi manual b. High performance liquid chromatography c. Kromatografi gas (Prakoso, 2010) 2.2 KROMATOGRAFI KERTAS Kromatografi kertas termasuk dalam kromatografi planar, di mana pemishannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai (Rusmana, 2011). Kromatografi kertas baik jika diperbandingkan dengan KLT pada lapisan tipis serbuk selulosa. KKT tidak memerlukan pelat pendukung dan kertas dapat dengan mudah diperoleh dalam bentuk murni sebagai kertas saring. Lapisan selulosa harus dicetak atau dibeli khusus. Panjang serabut pada kertas lebih panjang, daripada serabut selulosa yang lazim, menyebabkan lebih banyak terjadi difusi kesamping dan bercak lebih besar. Akhirnya, lapisan selulosa lebih rapat dan pelarut cenderung mengalir melaluinya lebih cepat dan menghasilkan pemisahan lebih tajam (Gritter, 1991). 4
Faktor retardasi (Rf), merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang telah ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak). Rf = Jarak yang ditempuh komponen Jarak yang ditempuh pelarut Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampung lintang tidak tetap sepanjang lintasan zat terlarut (Yazid, 2005). 2.3 BUNGA KERTAS (BOUGENVILLEA SPECTABILIS) Bunga kertas adalah tanaman rambat yang berduri dan dapat tumbuh merambat dari satu meter sampai dua meter. Bougenvil dapat muncul dalam warna merah, pink, orange, putih, biru, ungu dan kuning (Dewantara, 2011). Antosianin menghasilkan kisaran warna dari berwarna merah sampai biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah, meskipun ada juga terdapat pada bunga dan buah, meskipun ada juga terdapat pada daun serta bagian lain tanaman. Senyawa antosianin yang memegang peranan penting dalam bahan, yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, reonidin, dan malvin (Agro, 2010). Pelargonidin 3-glukosida adalah pewarna alami yang ditemukan di dalam strawberry dan buah-buahan lain dan bunga-bunga. Pelargonidin 3-glukosida dihasilkan dari sumber alami (proses ekstraksi). Rumus kimianya adalah C21H21O10Cl. Berat molekulnya adalah 468,8 g/mol. Termasuk ke dalam antosianin, yang merupakan senyawa kimia yang termasuk ke dalam flavonoid. Pelargonidin 3-glukosida sangat larut dalam air dan mudah terdegradasi (Polyphenols Laboratories AS, 1998). 2.4 PELARUT Aseton juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetil formaldehida, dan -ketopropana adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan 5
pelarut yang tidak berwarna penting. Aseton digunakan untuk membuat plastic, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya (Sartika, 2012). Asam asetat adalah senyawa kimia dengan rumus molekul CH 3COOH. Berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam, dan berasa asam. Bahan kimia ini memiliki titik didih sekitar 117,9 oC pada tekanan 1 atm dan pada konsentrasi tinggi akan menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam (Sinuraya, 2010).
5 Berasa asam (Raharja, 2011 dan Tanty, 2012) 2.2 Aseton (CH3COCH3)
Fungsi : Sebagai pelarut pada uji kromatografi Tabel 3.2 sifat fisika dan sifat kimia butanol No 1 2 3 4 Sifat fisika Memiliki fase cair Tidak berwarna Mudah terbakar Titik lebur -95,4oC
o
Sifat kimia Larut dalam air, etanol, dietileter Dapat melarutkan berbagai plastic Dapat melarutkan serat sintesis Direaksi dengan fenol menghasilkan bisfenol Berperan penting dalam oksidasi
5 Titik didih 56,2 C (Sartika, 2012 dan Tanty, 2012) 3. Etanol (CH3CH2OH)
Fungsi : Sebagai pelarut atau pengekstrak Tabel 3.3 sifat fisika dan sifat kimia etanol 7
No 1 2 3 4
Sifat fisika Titik beku -114,1 oC Titik didih normal 78,32 oC Konduktivitas termal 0,170 w/mk Titik nyala 13 oC
Sifat kimia Termasuk kelompok hidroksil Bereaksi dengan sodium hipoklorida untuk menghasilkan kloroform Sebagai pelarut berbagai bahan kimia Stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya Obat psikoaktif
5 Cairan tidak berwarna (Kirk, 1998 dan Sartika, 2012) 4. Kloroform (CHCl3) Fungsi : Sebagai pelarut sampel
Tabel 3.4 sifat fisika dan sifat kimia kloroform No 1 2 3 4 Sifat fisika Berwujud cair Titik didih 61,2 oC Indeks bias 1,487 Berbau menyengat Sifat kimia Senyawa organic Anestetik Pelarut senyawa organic Dapat dibuat melalui reaksi subsitusi elektrofilik Mengandung gugus metilkloro (CCl3)
5. Larutan jenuh Natrium Klorida (NaCl) Fungsi : Sebagai penghilang emulsi Tabel 3.5 sifat fisika dan sifat kimia larutan jenuh Natrium Klorida No 1 2 Sifat fisika Berfasa solid Berwarna putih 8 Sifat kimia Properti dispersi dilihat kelarutan dalam air Mudah larut dalam air dingin dan panas
3 4 5
Larut dalam gliserol dan ammonia Sangat sedikit larut dalam alcohol Tidak larut dalam asam klorida
(Azam, 2012) 6. Natrium Sulfat (Na2SO4) Fungsi : Sebagai pengikat air Tabel 3.6 sifat fisika dan sifat kimia Natrium Sulfat No 1 2 3 4 5 Sifat fisika Titik lebur 884 oC Spesifik grafiti 2,664 Spesifik panas 0,845 J/(gK)a Formasi panas -1385 kj/mol2 Berfasa padat Sifat kimia Membentuk kristal rombik, monokromik Na2SO4 yang baik terbuat dari garam Glauber Reaktifitas relatif rendah pada suhu ruangan Pada suhu tinggu sangat reaktif Mengandung tiga mineral yang terevaporasi
(Kirk, 1998)
7. Aquades (H2O) Fungsi : Sebagai pencuci Tabel 3.8 sifat fisika dan sifat kimia Aquades No 1 2 3 4 Sifat fisika Terdapat di alam dalam wujud padat, cair dan gas Massa molekul 18,01528 g/mol Densitas : 917 kg/m Titik leleh : 0 oC 9
3
Sifat kimia Dapat bercampur dengan semua cairan Dielektrolisis menjadi hydrogen dan oksigen Berdiosiasi menjadi H3O+ dan OHDapat menyerap sinar UV
5 Titik didih : 100 oC (Susanti, 2010) 1.2 PERALATAN PERCOBAAN 1. Labu destilasi
Fungsi : Sebagai tempat terjadinya proses ekstraksi 2. Refluks kondensor Fungsi : Mencegah menguapnya zat volatil yaitu zat yang mudah menguap 3. Corong pemisah Fungsi : Memisahkan zat warna dari pelarut 4. Penangas air Fungsi : Untuk memanaskan sampel 5. Beaker glass Fungsi : Tempat menampung larutan 6. Erlenmeyer Fungsi : Sebagai penampung ekstrak dan wadah untuk mencampur 7. Kertas saring Fungsi : Untuk menyaring dan memindahkan larutan sebagai metodologi kromatografi 8. Kaki tiga Fungsi : Sebagai tempat menyangga rangkain atau meletakkan rangkaian pada saat pemanasan 9. Statif Fungsi : Sebagai batang penyangga rangkain 10. Klem Fungsi : Sebagai alat penjepit atau yang menghubungkan alat satu dan alat lainnya pada rangkaian 11. Bunsen Fungsi : Sebagai alat pembakaran atau pemanas 12. Gelas ukur Fungsi : Untuk mengukur volume larutan 13. Timbangan
10
Mulai A Sampel direbus dan dihaluskan Residu ditambahkan 50 ml larutan kloroform Ditimbang sebanyak 25 gr
Dipanaskan selama 5 menit lalu disaring dan residu dicuci
dengan air sebanyak 2 x 50 ml Dimasukkan kedalam labu destilasi Apakah terbentuk Ditambahkan 25 ml etanol 95 % emulsi ? Ekstrak yang didapat dimasukkan kedalam erlenmeyer Dipanaskan selama 5 menit Ditambah 1 gram Natrium Disaring residu Sulfat Dikeringkan residunya dan kemudian dihaluskan A Dilakukan kromatografi kertas Ditamba h Natrium Klorida
Ditotolkan filtrat pada kertas pada 3 titik Kertas saring dimasukkan kedalam pelarut Apakah terbentuk ya Dihitung nilai Rf pada emulsi ? praktek
Ekstrak yang didapat dimasukkan tidak kedalam erlenmeyer Apakah ada pelarut 11lain ? Ditambah 1 gram Natrium Sulfat Dikeringkan residunya dan B kemudian dihaluskan Selesai
ya tidak
4.1
I III
II
I III
II
12
Gambar 4.1 Hasil Uji kromatografi kromatografi kertas No. 41 kertas No.42 2. Asam asetat
I III
II
kertas No. 41
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pelarut Kertas saring No. 41 42 41 42 Panjang pelarut 3,7 cm 5 cm 3,4 cm 2,3 cm Panjang senyawa I II III Rf praktek 0,423 0,68 0,8824 0,420 % Ralat 42 % 8% 19 % 43 %
4.2 PEMBAHASAN Faktor retardasi (Rf), merupakan parameter karakteristik kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang telah ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak). Rf = Jarak yang ditempuh komponen Jarak yang ditempuh pelarut 13
(Yazid, 2005). Dari hasil percobaan yang dilakukan nilai Rf untuk pelarut asam asetat pada kertas saring No.41 adalah 0,8823 dan No.42 adalah 0,420. Sedangkan pelarut aseton pada kertas saring No.41 adalah 0,423 dan No.42 adalah 0,68. Sementara Rf teori untuk warna merah darah pigmennya adalah pelargonidin glukosida dengan Rf = 0,71-0,74. Sedangkan merah tua pigmennya adalah antosianin dengan Rf = 0,63-0,66. Merah hati pigmennya adalah antosianin dengan Rf = 0,10-0,12 dan merah coklat pigmennya juga antosianin dengan Rf = 0,06-0,09. Merah muda pigmennya adalah sianidin dengan Rf = 0,31-0,35 dan merah ungu pigmennya adalah delpinidin dengan Rf = 0,54-0,56 sedangkan merah bata pigmennya adalah pelargonidin dengan Rf = 0,17-0,22 (Ati, et al, 2006). Sehingga dari hasil tersebut persen ralat yang diperoleh sebesar 42 % untuk kertas saring No.41 dan 8 % untuk kertas saring No.42 dengan pelarut yang digunakan adalah aseton. Sementara untuk asam asetat pada kertas saring No.41 adalah 19 % dan untuk kertas saring No.42 adalah 43 %. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemisahan zat warna sederhana dapat dilakukan dengan uji kromatografi kertas.
5.1
KESIMPULAN Dari percobaan isolasi zat warna yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan : 1. Zat warna pada bunga kertas dapat dipisahkan dengan cara kromatografi kertas, pada kertas saring Whatman no.41 diperoleh nilai Rf sebesar 0,882 untuk pelarut asam asetat dan 0,423 untuk pelarut aseton.. Untuk kertas
14
saring Whatman no.42 diperoleh nilai Rf sebersar 0,420 untuk pelarut asam asetat dan 0,68 untuk pelarut aseton. 2. Perbedaan yang diperoleh masing-masing jenis kertas saring dan pelarut disebabkan oleh perbedaan kemampuan kertas dalam menyerap dan perbedaan kemampuan dan kecepatan bergerak masing-masing pelarut. 5.2 SARAN 1. Diharapkan lebih teliti dalam menentukan jarak komponen dan pelarut untuk menentukan nilai Rf. 2. Sebaiknya jumlah sampel diperbanyak agar warna yang dihasilkan lebih pekat. 3. Sebelum melakukan percobaan sebaiknya mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh sampel. 4. Jenis kertas kromatografi atau kertas saring yang digunakan hendaknya diperbanyak untuk melihat perbandingan. 5. Prosedur yang melakukan perangkaian alat sebaiknya digambarkan dengan jelas
DAFTAR PUSTAKA
Ati, Rahayu, Notosoedarmo, Limantara. 2006. Komposisi dan Kandungan Pigmen Tumbuhan Pewarna Alami Tenun Ikat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. http://shlimantara@yahoo.com/pdf. Diakses 11 Oktober 2012. Azam,Khoirul. 2012. Sifat Fisika dan Kimia. http://khoirulazam89.blogspot.com/ 2012 /03/msds- natrium-klorida. html. Diakses 24 september 2012. 15
Cahyono, Eko. 2010. Kloroform. http://eckhochems.blogspot.com/2010/04/kloro form. html. Diakses 30 september 2012. Dewanto. 2012. Fakta di Sekitar Kita. http://faktasekitarkita.blogspot.com/2012/04/ bunga bougenville.html. Diakses 10 Oktober 2012 Fan,Agro. 2010. Peranan Antosianin pada Produk Hortikultura. http:// agro inworld.blogspot.com/2010/07/peranan-antosianin-pada-produk.html. Diakses 22 september 2012 Gritter,J.Roy. 1991. Pengantar Kromatografi. ITB : Bandung Krik-Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical technology. Volume 4. John Wiley & Sonc. Inc : New York Polyphenol Laboratories AS. 1998. Pelargonidin 3-Glucoside. http://polyphenol.com/ pelargonidin-3-glucoside119-158.html. Diakses 15 Oktober 2012 Prakoso, Andika. 2010. Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis. http:// miomordo.blogspot.com/2010/06/kromatografi-kertas-kromatografi.html. Diakses 08 Oktober 2012 Raharja, Imam. 2011. Asam Asetat. http://mammura/webnode.com/.../asam-asetat. Diakses 08 Oktober 2012 Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi Analisi Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu Rusmana. 2011. KromatografiKertas. http://semangatrusamana.blogspot.com/2011/ 07/laporan-kromatografi-kertas.html. Diakses 23 September 2012 Saha. 2011. Tahap-Tahap Pewarnaan Kain Batik. http://id.shvoong.com/societyand-news/ culture/ 2157322- tahap-tahap-pewarnaan-alami-kain/. Diakses 08 Oktober 2012 Sartika, Ayu. 2012. Aseton, Etanol, dan Etilen. http://www.scribd.com/doc / 81540974/Sifat-Aseton-Etanol-Etilen. Diakses : 08 Oktober 2012 Sinuraya, Sthefani. 2000. Asam Asetat. http ://.blogspot.com /2010 / asamasetat.html. Diakses 08 Oktober 2012 Susanti, Lilis. 2010. Aquadest. http ://www.scribd.com/doc/aquadest. Diakses : 08 Oktober 2012 Tanty. 2009. Sifat-Sifat Bahan Kimia. http://id.shvoong.com/doc/exact-sciences/. Diakses : 08 Oktober 2012 Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi Offset
16
Proses Pewarnaan Alami Kain Batik Baju batik mewarnainya umum dilakukan dengan menggunakan pewarnaan kimia. Namun kini semakin popular pula proses pewarnaan yang menggunakan 17
bahan baku alam. Dengan menggunakan pewarna alami, proses pembuatan baju batik tentunya menjadi lebih ramah lingkungan. Adapun tahap-tahap perwarnaan alam tersebut meliputi proses mordant, yaitu merendam bahan ke dalam garam-garam logam seperti tawas. Tetapi sebelum itu, kain dicuci dan direndam dalam air sabun 12 jam, kemudian bilas dan keringkan. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi yaitu pengambilan pigmen zat warna alam, lalu dilanjut dengan pewarnaan dan fiksasi. Fiksasi adalah proses untuk memperkuat warna agar tidak lutur (Saha,2011). Baju atau kain batik dicuci dan direndam dalam air sabun 12 jam Tumbuhan sebagai pewarna alami
Proses ekstraksi
Mordant
pewarnaan
fiksasi
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
18
1.
Aseton
I III
II
Gambar B.1 Hasil uji kromatografi kertas saring Whatman No. 41 Panjang pelarut Panjang senyawa I Panjang senyawa II Panjang senyawa III : 3,7 cm : 0,9 cm : 1,3 cm : 2,5 cm
= 42 %
I III
II
19
= 8%
2.
Asam Asetat
I III
II
Gambar B.3 Hasil uji kromatografi kertas saring Whatman No. 41 Panjang pelarut Panjang senyawa I Panjang senyawa II Panjang senyawa III : 3,4 cm : 3,1 cm : 3 cm : 2,9 cm
20
= 19 %
Gambar B.4 Hasil uji kromatografi kertas saring Whatman No. 42 Panjang pelarut Panjang senyawa I Panjang senyawa II Panjang senyawa III : 2,3 cm : 0,9 cm : 0,8 cm : 1,2 cm
I III
II
= 43 %
21