You are on page 1of 5

FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN PADA VERTEBRATA (IKAN, KATAK, TOKEK, AYAM, MENCIT DAN SALIVA MANUSIA) Lela Juwita

Sari (3415080205), Riski Sulistyani (3415080207), Eka Puspita Sari (3415080209) dan Lia Indrianita (3415083256)1
1

Mahasiswa Pendidikan Biologi Reguler 2008 (kelompok 1) ABSTRAK

Sistem pencernaan manusia secara fiiologis akan mengkaji segala hal yang berhubungan dengan proses dan keterkaitannya dengan struktur organ serta kelenjar pencernaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerja berbagai enzim pencernaan pada 5 kelas vertebrata dan uji kandungan senyawa kimia pada setiap kelenjar pencernaan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2010 di Lab.Fisiologi FMIPA UNJ diperoleh hasil pada uji musin diperoleh warna ungu dengan reagen biuret hal ini berarti musin mengandung protein, uji ion CNS - bereaksi positif menghasilkan warna oranye (Fe(CNS)3) hal tersebut membuktikan bahwa saliva mengandung ion CNS- . hidrolisis amilum membuktikan bahwa lamanya pengocokan dan lamanya saliva berada di udara terbuka mempengaruhi kerja enzim, pada uji lipase membuktikan bahwa warna merah dan emulsi yang dihasilkan dari setiap gerusan duodenum, pancreas, empedu , dan lambung serta cairan saliva bahwa enzim lipase memiliki fungsi memecah ester menjadi lemak, sehingga muncul emulsi, NaOH yang dicampurkan menjadi katalis homogeny yang membuktikan bahwa enzim lipase bekerja pada keadaan basa dengan kisaran yakni 8. Percobaan hidrolisis lemak membuktikan bahwa cairan empedu + minyak kelapa menghasilkan emulsi, emulsi adalah bukti bahwa empedu memiliki kandungan senyawa untuk memecah lemak/menghidrolisis lemak. Key words : Sistem pencernaan, enzim, uji senyawa. A. PENDAHULUAN adalah saliva manusia, biuret, fehling A dan B fenol merah, FeCl3 , lugol, amilum, NaOH, minyak kelapa, es batu, air ledeng, air panas, serta gerusan pancreas, duodenum, lambung dan empedu ikan, katak, mencit, tokek dan ayam. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen atau percobaan secara langsung. Percobaan tersebut dilakukan dalam 6 kegiatan uji sebagai berikut :

Sistem pencernaan hewan pada umumnya meliputi rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pancreas, hati, empedu, duodenum, kolon , rectum dan anus / kloaka. Makanan masuk melalui rongga mulut dan dicerna oleh pencernaan mekanik dan kimiawi oleh gigi dan enzim enzim yang berperan dari kelenjar saliva yang menghancurkan makromolekul menjadi lebih halus (bolus), bolus memasuki esophagus lalu menuju lambung. Lambung adalah lokasi paling efektif dalam pencernaan kimiawi tingkat tinggi sebab disinilah banyak enzim juga cairan kimiawi yang akan mengubah makanan / bolus tadi menjadi lebih halus kecuali lemak yang masih belum dapat diuraikan. Makanan akan berubah menjadi kim yang bersifat asam sebab makanan telah bercampur dengan HCl dan cairan gastrin. Kelenjar pencernaan menghasilkan secret baik hormone maupun enzim yang berfungsi dalam proses pemecahan makanan tersebut. Keberadaan musin yang merupakan cairan saliva yang berasal dari kelenjar saliva memiliki peran menghancurkan makanan sehingga musin mengandung senyawa kimia yang bisa diketahui dengan adanya uji musin. Kesehatan rongga mulut ternyata dipengaruhi oleh keberadaan saliva, karena saliva dapat menghasilkan ion CNS- . kerja penghancuran amilum oleh enzim dapat dilbuktikan dengan uji hidrolisis amilum, bagaimana perubahan waktu mempengaruhi kerja enzim tersebut. Lemak yang belum terurai secara baik akan melalui proses penghancuran di usus halus dengan bantuan enzim lipase dan cairan empedu. Uji ini akan membuktikan keberadaan enzim lipase dan bagaimana lemak dapat dihirolisis oleh cairan empedu. B. METODOLOGI PENELITIAN

Uji Musin : 0,5 ml filtrate saliva + 0,5 ml biuret. Amati perubahan warna! Uji ion CNS- : 0,5 ml filtrate + 0,5 ml FeCl3. Amati perubahan warna! Hidrolisis Amilum : 5 tetes amilum + 5 tetes filtrate dimasukkan kedalam 6 tabung reaksi.

Tabung 1, 2 dan 3 setelah waktu yang ditetapkan ditetesi sebanyak 5 tetes fehling A dan B. Tabung 1 setelah 1 menit, tabung 2 5 menit, tabung 3 10 menit. Amati warna yang terbentuk. Tabung A, B dan C setelah waktu yang ditentukan ditetesi 1 tetes lugol. Tabung A 1 menit, tabung B 5 menit dan tabung C 10 menit. Amati perubahan warna yang terjadi. Uji Lipase Sediakan 5 tabung reaksi, isi 5 tabung tersebut dengan gerusan pancreas (tabung 1), duodenum (2), lambung (3)dan empedu (4) serta saliva manusia (5). Masing masing diberi lebel angka.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin, 11 oktober 2010 bertempat di laboratorium fisiologi FMIPA UNJ. Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, testplate, pipet tetes, gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, alu lumpang. Bahan yang digunakan

Empedu Lambung Kemudian tambahkan 5 tetes minyak kelapa + 5 tetes NaOH + 5 tetes Fenol merah kedalam setiap tabung reaksi. Perhatikan warna yang terbentuk kemudian ada tidaknya emulsi. Lakukan seterusnya untuk ke-5 hewan yang ada. Hidrolisis Lemak Sediakan 2 buah tabung reaksi , kedua tabung diisi dengan cairan empedu (ikan, katak, tokek, ayam dan mencit), tabung 1 + minyak kelapa, tabung 2 + aquadest. Perhatikan apa yang terjadi (ada tidaknya emulsi) C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan yang diperoleh : Percobaan ke1 2 6 Warna ungu Warna orange Cairan empedu + minyak kelapa = ada emulsi Cairan empedu + air = tidak ada emulsi Hasil percobaan ke 3 Tabung reaksi ke1 Waktu (menit) 1 Hasil (warna) Atas = biru muda Bawah = biru tua 2 5 Atas = putih Bawah = biru tua (warna blao) 3 10 Atas = biru tua Bawah = endapan putih A B C 1 5 10 Kuning Hitam Hitam pekat kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mencit Hasil Tokek Pankreas Ayam Duodenum Empedu Lambung Pankreas Katak Duodenum Empedu Lambung Pankreas Duodenum Empedu Lambung Pankreas Duodenum Empedu Lambung

hitam merah tua Merah fanta merah tua Hitam merah tua merah marun merah marun merah marun merah marun merah tua merah tua ungu tua ungu pekat ungu tua merah keunguan merah keunguan kuning

merah tua ungu merah muda merah muda bening kehitaman merah muda

Ada emulsi

ada tidak ada ada ada ada ada ada ada

percobaan saliva warna merah ungu merah terang merah tua merah tua ungu ungu emulsi merah muda tidak ada tidak diamati merah muda merah muda ada ada

tidak melakukan percobaan tidak melakukan percobaan tidak ada

Hasil percobaan ke 5 Jenis Hewan ikan Gerusan Pankreas Duodenum Hasil Warna merah tua merah tua Emulsi merah muda ungu

Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Saliva mengandung musin, yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan melindungi mukosa mulut. Musin juga menyebabkan saliva kental dan viskositasnya lebih tinggi. Dalam uji protein dengan menggunakan saliva, saliva dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4. Uji ini menunjukkan adanya senyawasenyawa yang mengandung gugus asam amino yang

berada bersama gugus asam amino yang lain. Uji ini akan memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna violet atau ungu (anonim, 2008). Berdasarkan hasil percobaan pada uji musin diperoleh hasil reaktan berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa saliva dengan biuret bereaksi secara positif. Warna ungu membuktikan bahwa saliva mengandung protein. Reaksi yang terjadi adalah : NaOH + CuSO4 -- Na2SO4 + Cu(OH)2

Dalam suasana basa Cu bereaksi dengan beberapa jenis larutan protein dan menghasilkan warna violet atau ungu. Hasil pembentukan senyawa kompleks, reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung 2 gugus CONH yang terikat pada satu atom karbon atau atom nitrogen atau terikat langsung. Senyawa yang mengandung gugus CONH diganti dengan gugus CONH2. atau gugus CH2NH2 yang juga positif dalam uji Biuret. Sehingga uji musin ini menunjukkan hasil yang positif bahwa saliva mengandung protein yang ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi ungu yang merupakan indikator bahwa di dalam saliva terdapat ikatan-ikatan polipeptida antar asam amino. Komposisi saliva terdiri dari komponenkomponen anorganik dan (bio)organik. Komponen anorganik terutama adalah elektrolit dalam bentuk ion, seperti ion tiosianat (CNS-). Saliva memegang peranan yang penting sekali dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Mulut banyak mengandung bakteri patogen yang dapat dengan mudah menghancurkan jaringan dan dapat menyebabkan karies gigi. Saliva dapat membantu mencegah hal tersebut dengan aliran saliva sendiri, menghancurkan bakteri dengan enzim proteolitik dan ion tiosianat (CNS-) yang dikandungnya. Pada percobaan kedua, yakni pengujian ion CNS(ion tiosianat) pada saliva diperoleh hasil berupa larutan berwarna orange setelah saliva ditambahkan dengan larutan FeCl3. Hal ini menunjukkan bahwa saliva positif mengandung ion tiosianat (CNS-). Berikut reaksi kimianya : FeCl3 + HCl + 3CNS(warna kuning) Fe(CNS)3 + HCl + 3Cl(warna orange)

molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1000 unit glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa (Poedjiadi, 1994). Hidrolisis oleh -amilase menyebabkan amilosa terurai menjadi maltosa dan maltotriosa dan glukosa. Amilum yang bercampur dengan saliva akan berwarna biru karena berasal dari fraksi amilosa walaupun kadar atau konsentrasinya rendah daripada amilopektin namun lebih dominan warnanya. Penggunaan Fehling A dan B untuk menentukan adanya glukosa di dalam tubuh. Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Bennedict. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Sedangkan pemberian lugol untuk membuktikan ada tidaknya karbohidrat dalam tubuh. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang terbentuk senyawa. (Anna Poedjiadi, 1994). Bila makanan yang kita tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat. Dari hasil percobaan terjadi perubahan warna pada setiap 5 menitnya. Hal ini menandakan bahwa terjadi peregangan spiral amilum dan mengakibatkan daya absorbsi amilum menghilang seiring dengan berjalannya waktu dan lamanya pengocokan. Pankreas, empedu, lambung dan duodenum adalah organ organ dan kelenjar - kelenjar pencernaan yang mengandung enzim proteolitik. Enzim-enzim ini berfungsi untuk memecah makromolekul (karbohidrat, lemak, protein) menjadi mikromolekul agar memudahkan proses penyerapan oleh usus halus. Salah satu enzim tersebut adalah enzim lipase. Enzim lipase berfungsi untuk memecah ikatan ester pada lemak dan gliserol. Oleh karena itu enzim ini ditemukan pada sejumlah organ organ pencernaan seperti diatas. untuk membuktikan adanya enzim lipase maka dilakukan percobaan dengan membuat gerusan lambung, empedu, duodenum dan pancreas pada setiap vertebrata yang ditambahkan dengan minyak kelapa dan NaOH. minyak kelapa sebagai minyak nabati (trigliserida) dan NaOH sebagai katalis homogen yang akan bergabung dengan enzim lipase dalam mengkatalisis minyak kelapa tersebut. NaOH akan bereaksi positif dengan Trigliserida dan dikatalis oleh enzim lipase menghasilkan suatu ester dan air. Reaksi tersebut disebut sebagai reaksi esterifikasi. Berikut reaksi kimianya : R-COOH + NaOH R-COONa + H2O

Warna orange yang terbentuk setelah saliva ditambahkan dengan FeCl3 adalah indikator bahwa ion CNS- berikatan dengan Fe. Maka dapat disimpulkan bahwa saliva positif mengandung ion tiosianat (CNS). Enzim amilase merupakan salah satu jenis enzim yang berperan atau berfungsi menghidrolisis atau memecah molekul-molekul pati menjadi molekul-molekul lain yang lebih sederhana seperti dekstrin, maltosa, dan glukosa. amilase ditemukan pada bakteri dan getahgetah cairan yang dihasilkan oleh manusia ( saliva, darah, urine ). -amilase adalah enzim utama dalam pencernaan karbohidrat. Mekanisme kerja dari enzim amilase adalah dengan cara memecah ikatan -1,4 glikosidik rantai glukan pati dari sebelah dalam (Wong, 1995 dalam Nursalim, 2005). Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4- glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga

Lipase
Ester keberadaan ester dibuktikan dengan adanya emulsi karena lemak telah hancur oleh adanya lipase. Hasil gerusan pada 4 organ vertebrata tersebut positif menghasilkan emulsi, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh organ pencernaan tersebut menghasilkan ester, dan ester tersebut berasal dari katalisis enzim lipase, sehingga ke-4 organ tersebut positif mengandung enzim lipase. Sedangkan hasil pada duodenum tokek yang tidak menunjukkan emulsi kemungkinan besar adalah kesalahan teknis saat melakukan percobaan, karena dari 4 kelas, seluruh duodenumnya menghailkan emulsi. Hal ini

diperkuat dengan teori bahwa enzim lipase dihasilkan pada kelenjar seperti kelenjar saliva, pancreas, hati dan organ seperti lambung dan duodenum. (junqueira, 2002). Enzim lipase adalah enzim yang dipengaruhi oleh aktivitas suhu dan pH. pH enzim lipase aktif adalah pada kisaran 6 9 dan optimum adalah pada angka 8 (Neni hasnunidah dan Sumardi, 2009). Fenol merah adalah cairan indicator untuk mengukur pH, semakin asam maka warna yang ditunjukkan adalah kuning sedangkan semakin merah (dari batas netral) maka semakin basa. Pada hasil percobaan diperolah bahwa organ pencernaan ke-5 kelas berwarna merah kecuali pada empedu ayam, empedu ikan, empedu tokek, lambung tokek, pancreas mencit dan lambung mencit. Gerusan organ dan kelenjar tersebut bersifat basa karena berwarna merah. Warna ungu yang dihasilkan pada empedu dan lambung tokek serta pancreas mencit membuktikan bahwa kandungan kandungan lipase berjumlah sedikit, pada empedu didominasi oleh adanya garam empedu, pada pancreas disebabkan karena banyaknya sel yang menghasilkan berbagai enzim tidak hanya lipase, sedangkan pada lambung hal ini disebabkan sel sel lambung lebih potensial menghasilkan enzim yang hidup pada pH asam, hal ini juga terbukti pada lambung mencit yang berwarna kuning, kuning menandakan bahwa lambungnya bersifat asam. Pada percobaan saliva dari setiap kelompok, diperoleh warna yang berbeda beda. Seharusnya reaksi yang dihasilkan adalah warna merah, sebab minyak kelapa dan NaOH akan dikatalis oleh enzim lipase dan bersifat basa, hasil warna ungu menunjukkan bahwa kandungan protein pada saliva cenderung lebih banyak daripada lipase dan dari sebuah teori diperoleh bahwa lipase pada lingual belum bekerja secara aktif. (Rusdi dkk, 2010). Pada percobaan pengaruh empedu pada lemak telah didapatkan hasil bahwa 1 ml larutan empedu yang diberi 1 ml minyak kelapa setelah di kocok dan didiamkan selama 5 menit terdapat emulsi, sedangkan pada 1 ml larutan empedu yang diberi 1 ml air setelah di kocok dan didiamkan selama 5 menit tidak terdapat emulsi, hal ini disebabkan karena, cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting dalam proses emulsifikasi lemak. Selain itu, empedu terdiri atas tiga komponen : kolesterol, garam empedu dan lesitin. Ketiga senyawa ini merupakan senyawa amfipatik (lipid amfipatik/polar), yaitu senyawa yang mempunyai bagian hidrofobik yang berinteraksi dengan lemak dan bagian hidrofilik yang berinteraksi dengan air. Karena itu, senyawa tersebut sering ditemukan di pertemuan antara lemak dan air. Emulsi adalah lipid nonpolar (dalam bentuk partikel besar) yang terdapat dalam medium aquous. Bentuk emulsi ini akan distabilkan oleh lipid amfipatik seperti lesitin. Jadi di sini lesitin berfungsi sebagai emulgator. Emulsi yang dihasilkan adalah bentuk dari penghancuran lemak oleh empedu dan proses ini disebut emulsifikasi. D. KESIMPULAN

fehling A B dan Lugol menghasilkan warna berbeda beda, enzim dipengaruhi oleh perubahan waktu. Uji lipase membkutikan pada 5 kelas hewan dan saliva manusia mengandung enzim lipase yang digunakan untuk memecah ikatan ester pada lemak dan gliserol, dan pada hidrolisis lemak dibuktikan bahwa empedu menghasilkan garam garam empedu yang bereaksi dengan lemak (minyak kelapa) sehingga terjadi proses emulsifikasi ditandai dengan munculnya emulsi.

E.
1.

PERTANYAAN : Jelaskan proses pembentukan HCl di lambung!

Sekresi HCl oleh sel parietal di lambung. H + disekresikan ke dalam lumen kanalikulus untuk ditukar dengan K+ oleh H+- K+ - ATPase. HCO3ditukar dengan Cl- dalam cairan interstisium oleh suatu antiport, dan Na+ - K+ - ATPase menjaga Na+ intrasel tetap rendah.

2.

Jelaskan peran hormon yang terlibat pada sistem pencernaan! Hormon Kelompok Gastrin : Gastrin Merangsang sekresi asam lambung dan pepsin dan merangsang pertumbuhan mukosa lambung, usus halus serta usus besar (efek tropik) Menyebabkan kontraksi kandung kemih dan sekresi liur di pankreas, menguatkan kerja sekretin dalam menghasilkan sekresi liur pankreas alkali, menghambat pengosongan lambung, menimbulkan efek tropik pada pankreas, meningkatkan sekresi enterokinase dan dapat meningkatkan gerakan usus halus dan kolon Fungsi

Kolesistokininpankreozimin (CCK)

Kelompok sekretin : Sekretin Meningkatkan sekresi bikarbonat oleh sel-sel duktus pankreas dan saluran empedu sehingga menyebabkan sekresi liur pankreas

Uji musin menghasilkan warna ungu membuktikan bahwa musin mengandung protein, uji ion CNSmenghasilkan warna oranye membuktikan bahwa ion CNS- bereaksi dengan FeCl3 membentuk Fe(Cl)3 , pada hidrolisis amilum menghasilkan bahwa pada setiap perbedaan waktu saliva yang ditambahkan

yang cair dan alkalis, menguatkan kerja CCK dalam membentuk sekresi enzim-enzim pencernaan pankreas, menurunkan sekresi asam lambung dan dapat menyebabkan kontrkasi sfingter pilorus GIP VIP Merangsang sekresi insulin Merangsang sekresi elektrolit usus dan juga air, relaksasi otot polos usus, inhibisi sekresi asam lambung

maksimal sehingga akan mengganggu proses pencernaan makanan. DAFTAR PUSTAKA

Doddy A. Darmajana, Wawan Agustina dan Wartika. 2008. Pengaruh konsentrasi enzim amilase terhadap sifat fisik dan organoleptik filtrat bubur buah pisang (bahan pembuatan tepung pisang instan). Lampung : UNILA
Endi NH. 2008. Petunjuk Praktikum Universitas Trunojoyo. Biokimia.

Ganong, Wiliam F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC:Jakarta. Hasnunidah, Neni dan Sumardi. 2009. Isolasi Bacillus sp. Penghasil lipase dari Saluran Pencernaan Ayam Kampung. Lampung : UNILA Junqueira,Carlos. Et al. 2002. Histologi Dasar Edisi ke-8. IKAPI : Penerbit Buku Kedokteran

Hormon lain : Neurotensin Menghambat gerakan gastrointestinal serta meningkatkan aliran darah ileum

Nickavar, Bahman and Nasibeh Yousefian. 2009. Inhibitorry Effect of Six Allium Species on amylase Enzyme Activity. Iranian Journal of Pharmaceutical Research (2009), 8 (1): 53-57 Nurhasanah dan Dian Herasari. 2008. Pemurnian Enzim Lipase dan Aplikasinya dalam reaksi esterifikasi. Lampung : UNILA Nursalim, M. 2005. Isolasi, Pemurnian, dan Penentuan Beberapa Sifat Amilase dihasilkan oleh Kapang R2. PS UNSOED:Purwokerto. yang MIPA

3.

Jelaskan hubungan pH di mulut, lambung, usus halus dengan kerja enzim pencernaan! Sekitar 1500 mL saliva disekresi per hari. pH saliva pada kelenjar istirahat sedikit lebih rendah dari 7 tetapi selama sekresi aktif, pH mencapai mencapai 8. Sel-sel kelenjar lambung mensekresikan sekitar 2500 mL liur lambung setiap hari. Sel mucus mensekresikan HCO3-. HCO3- terperangkap dalam sel mucus, sehingga terbentuk gradient pH dengan rentang pH 1-2 di sisi luminal sampai 6-7 di permukaan sel epitel. pH optimum di lambung adalah 1,5. Sedangkan sel-sel epitel getah pencernaan usus mensekresikan hampir murni cairan ekstra sel dan mempunyai pH netral dengan batas 6,5-7,5. Hubungan antara pH dengan dengan kerja enzim adalah sangat berpengaruh. Seperti diketahui bahwa salah satu faktor kerja enzim adalah pH. Di setiap organ pencernaan, terdapat enzim yang dapat bekerja pada pH optimum. Karena itulah tiap organ telah dirancang untuk dapat mempertahankan pH optimum saat enzim bekerja. Pada rongga mulut pH dapat bersifat asam, basa atau netral, tergantung kondisi mulut serta lingkungan, pada lambung enzim harus bekerja pada suasana asam, sehingga enzim yang berperan dilambung adalah enzim enzim yang bekerja pada suasana asam, sedangkan pada usus halus, enzim justru akan bekerja optimum pada suasana basa, sebab di usus halus terjadi proses penguraian lemak oleh cairan empedu dan enzim lipase yang keduanya bekerja pada kondisi basa. Bila kondisi asam dan basa di lambung dan usus halus ditukar, maka enzim pasti akan inaktif atau tidak bekerja secara

Mitchell, Reece. 2000. Campbell Biologi jilid 2. Jakarta : Erlangga. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta. UI-Press,

Sufiawati, irna. 2008. Korelasi Antara Kadar Iga Dengan Laju Aliran Saliva Pada Pasien HIV/AIDS. Bandung:Universitas Padjajaran. Vakhlu,Jyoti. 2005. Yeast Lipases : Enzyme Purification, Biochemical Properties and Gene Cloning. Electronic Journal of Biotechnology ISSN : 07173458. Vol 9 no.1 Yusri, M. 2000. Efek Samping Radiasi Eksterna Pada Rongga Mulut Penderita Kanker Nasofaring. Semarang:Universitas Diponegoro.

You might also like