You are on page 1of 21

BAB V Pengembangan Metode dan Komunikasi Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Fenomena Sosial Tidak seorangpun

di antara kita yang tidak merasa prihatin menyaksikan situasi di mana berbagai perkelahian terjadi. Penyababnya bermacam-macam, namun dapat dipastikan bahwa penyebab utama dari semuanya adalah kurang atau tidak adanya kemampuan setiap pelaku untuk menahan emosi. Dalam kehidupan sehari-hari kita berhadapan dengan manusia yang memiliki berbagai perangai. Di antara kawan dekat saja ada yang bersifat lemah lembut dan menyenangkan, namun di antaranya ada yang lekas berang tetapi cepat kembali baik, ada juga yang berperangai keras tetapi baik hati. Mengapa kita dapat cocok dengan mereka dan mau menganggapnya sebagai teman dekat atau bahkan sebagai sahabat? Ya, karena kita tahu bagaimana melayani mereka. Kita sudah hafal dengan perilaku dan kebiasaan mereka. Kunci dari persahabatan adalah adanya tanggangrasa, dan yang paling penting lagi adalah adanya kesediaan untuk menahan diri. Beberapa contoh sifat baik seperti itu sudah dihafal dalam P4 yang jumlahnya ada 36 butir, tetapi sayangnya adalah hanya dihafal dan jarang diamalkan, meskipun salah satu dari P4 adalah singkatan dari pengamalan. Salah satu kemampuan penting individu agar dapat bergaul secara social adalah intimasi (Suwarjo, 2002). Intimasi merupakan kemampuan individu untuk membangun hubungan dengan orang lain yang berisikan keterbukaan dan saling berbagi (sharing), saling percaya (mutual trust), serta kebebasan dan keterbukaan diri sendiri untuk mengalami peleburan (fusion) secar interpersonal tanpa takut kehilangan diri sendiri. Secara teoritis, seorang individu dapat mengembangkan intimasi apabila sebelumnya dia sendiri telah mampu mencapai identitas diri secara mantap.

75

Selain intimasi, fenomena lain ada peleburan diri adalah apa yang disebut solidaritas. Berikut adalah sebuah ungkapan yang menyejukkan hati: Ketika aku sakit kau menjenguk, ketika aku dipenjara kau melewatku, ketika aku lapar engkau memberiku makan, dan ketika aku dalam kesusahan kau menghiburku. Dalam ungkapan tersebut tergambar betapa dua diri telah luluh menjadi satu, semua bukan demi aku tetapi demi kau. ( S.Wisni Septiarti; 2004). Dikatakan oleh penulis, meskipun kini tampaknya nilai-nilai kemanusiaan mulai luntur, tetapi toh masih tersisa sisi-sisi kehidupan manusia yang menunjukkan sifat-sifat baik. Inilah yang perlu kita pikirkan untuk dilestarikan dan dikembangkan. Upaya yang paling tepat adalah melalui pendidikan, baik formal maupun non formal, di perguruan tinggi upaya tersebut dilaksanakan secara incidental atau sistematis. Beberapa contoh diatas gambaran tentang situasi kehidupan social yang bersifat positif. Pada dasarnya memang manusia adalah makhluk social, selalu mencari teman dan tidak menyukai kesendirian. Namun mengapa kadang-kadang dapat terjadi konflik, dan saat ini sering muncul kesendiriannya?. Apakah karena generasi yang lahir belakangan berbeda dengan yang dahulu, atau karena ditumbuhkan dan dibentuk oleh pengaruh lingkungan? Barangkali jawaban pertanyaan kedualah yang tepat. Generasi yang lahir belakangan tidak berbeda dengan generasi yang terdahulu, akan tetapi karena lingkungannya manusia dapat tumbuh berbeda. Selama ini kita tidak sepenuhnya mengikuti teori Locke bahwa pendidikan dan lingkungan sangat berpengaruh oleh apa yang dibawa sejak lahir. Perkembangan manusia adalah hasil perpaduan antara bakat yang dibawa sejak lahir dan lingkungannya PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN Untuk membicarakan pengembangan kepribadiaan,terlebih dahulu kita harus memahami kepribadian itu karena itulah yang menjadi Objek yang harus digarap. Tentang definisi, barangkali tidak terlalu diperlukan dalam forum ini, tetapi cukup pengertian dan gejalanya serta faktor-faktor penentu yang dapat diatur untuk mengembangkannya. Istilah mengembangka kepribadian sebetulnya merupakan istilah yang lebih tepat jika dikenakan pada peserta didik yang kepribadiannya baru dalam taraf awal. Bagi peserta didik dewasa, penggunaan istilah tersebut bisa diartikan negatif apabila dikenakan pada pribadi yang sudah terlanjur berkembang

76

kurang baik. Mungkin lebih tepat apabila kita menggunakan saja istilah pendidikan kepribadian, sejalan dengan konsep life long education. Pengertian kepribadian dapat digambarkan dari akar katanya, yaitu pribadi. Dalam pembicaraan sehari-hari, ada orang yang dengan mudah memberikan label pribadinya tidak baik pada orang yang berperilaku kurang mengikuti norma. Sebaliknya jika ada yang berperilaku baik dalam satu sisi kehidupan, sudah dikatakan pribadinya baik. Bahasa yang lebih sederhana untuk menyebut pribadi adalah watak. Orang dengan watak baik disebut memiliki kepribadian baik. Teori yang sudah lama kita kenal tentang manusia, menunjukkan aspek-aspek yang menggambarkan keutuhannya, yaitu (1) aspek fisik, (2) aspek mental akademik, (3) aspek sosial, (4) aspek etika, (5) aspek estetika, (6) aspek religi. Dalam hal ini kepribadian menunjuk pada satu aspek saja yaitu etika. Teori lain tentang kepriadian menunjuk pada multi facet yang terbagi menjadi dua rumpun atau kelompok, yaitu facet internal dan facet eksternal. Facet interneal ditujukkan oleh sifat-sifat pribadi baik, antara lain: sabar, tekun, teliti, tanggung jawab, percaya diri, tegar, rajin, ulet; sedangkan facet eksternalditunjukkan oleh perilaku seseorang terhadap lingkungan, meliputi lingkungan manusia dan non manusia, antara lain: peduli, tenggang rasa, toleran, murah hati, solider, berang, dan lain-lain. Istilah mampu menahan diri yang menjadi inti dari sumber keributan sehingga mengacau lingkungan, merupakan gabungan dari facet internal maupun facet eksternal, karena menahan diri tidak hanya menunda perilaku terhadap lingkungan, tetapi juga terhadap diri sendiri, misalnya menahan keinginan untuk hidup boros dan konsumtif, juga menahan diri untuk menuruti keinginan untuk bermalas-malasan.

PENDIDIKAN SEBAGAI PENCERAH Muchtar Buchori (1992) mengatakan bahwa pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam transformasi nilai bagi warga negara, yang nota bene menentukan kualitas bangsa. Dunia masa depan yang dipicu dengan globalisasi adalah dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) canggih. Pendidikan adalah sumber dari perolehan IPTEK tersebut. Dengan kata lain, jiak indonesia melalaikan pendidikan niali kepribadian, secara pasti kelak akan menyaksikan adanyakemungkinan penyalahgunaan kepintaran IPTEK untuk hal-hal yang justru merusak bangsanya sendiri. Oleh karena itu aktualisasi peran pendidikan perlu digarap dan diprogran secara benar.
77

Menurut pendapat winarno Surakhmad (2004), untuk mengetahui kuatnya lembaga pendidikan berperan sebagi institusi mendidik, dapat diajukan bebrapa persyaratan sebagai berikut:

Kalau program pendidikan yang diselenggaran merupakan proses normatif (bukan sekedar proses teknis) yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan rasa kagum manusia terhadap keagungan khaliqnya;

Kalau lembaga tersebut merupakan pengembangan nilai yang berkaitan dengan perkembangan potensi manusia sebagai insan yang mandiri lahir dan batin;

Kalau program pendidikan yang diberikan memberikan kekuatan yang memerdekakan manusia, yang memperkuat moral dan akhlaknya, serta memperkuat daya nalarnya;

Kalau program pendidikan yang diberikan mampu memberdayakan manusia dalam rangka kehidupan jasmani dan ukhrawi;

Kalau singkatnya program pendidikan yang diberikan merupakan proses normatif yang memanusiakan manusia.

Kata Winarno Surakhmad selanjtnya adalah bahwa kenyataan yang ada selama ini lembaga pendidikan belum tampak menghasilkan lulusan

Seperti yang dikemukakan oleh buchori. Kelemalian lembaga pendidikan dapat disaksikan melalui gejala-gejala yang tampak sebagai dampaknya, baik dampak jangka waktu dekat maupun jangka panjang. Gejala-gejala dimaksud antara lain sebagai berikut. Kesejahteraan Umum yang semakin tidak terjamin melahirkan ketimpangan social dan memperbesar jurang antara yang kaya dengan yang miskin; Proses kecerdasan kehidupan bangsa seringkali justru terkesan berdampak pendangkalan, kedaerahan kalau bukan pembodohan Ketertiban berbangsa menjadi semakin merisaukan, dari sudut pandang spiritual, moral, sosial dan hukum Penerapan prinsip-prinsip demokrasi tidak jelas kedudukannya, dan masih didominasi oleh kekuasaan, kepandangan, dan foedalisme

78

Penerapan prinsip desentralisasi mulai mengarah pada desintegrasi nasional, dan tidak membuahkan pembaruan tata kehidupan Penerapan otonomi mulai bersifat isonasionalistik yang memperkuat sentimen kedaerahan, berekses perpecahan, mengancam desintegrasi keindonesiaan Penerapan prinsip keadilan masih dikalahkan masih dikalahkan oleh proses ketidakadilan, hukum rimba. Penerapan prinsip hak azazi belum menyentuh segenap lapisan masyarakat dan kurang berpihak lapisan bawah. Pendidikan yang diharapkan menjadi potensi strategis untuk meningkatkan kesejahteraan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk memperdayakan bangsa ini agar mampu berkontribusi untuk kepentingan umat manusia didiunia, kini terkontaminasi oleh berbagai pengaruh negatif, secara intern maupun eksteren. Akibatnya opendidikan telah berkembang sebagai sumber masalah, bukan sebagai potensi pemecahan masalah tingkat imenifisiensi semakinmelumpuhkan sektor pendidikan telah menjadikan pendidikan lebih banyak sebagai beban daripada sebagai aset yang jelas dan tidak terbantahkan adalah bahwa jurang semakin menguak antara yang muncul sebagai kenyataan dengan kondisi yang dicita-citakan. PERAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM PENDIDIKAN KEPRIBADIAN Pendidikan tinggi memiliki peran sentral dalam membangun kemajuan hari depan bangsa dan negara, karena dalam lingkungan tersebut terkumpul pakar dengan berbagai kemampuan mated maupun strategi penyampaiannya. Produk (lulusan)pendidikan tinggi diharapkan tidak hanya memiliki keahlian yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga sekaligus memiliki kepribadian yang luhur, sehingga dapat melaksanakan hidupnya dalam kesatuan organis, harmonis, dinanus, dalam pertemuan dan pergaulan dengan ssesama dan dunia, sekaligus dalam hubungannya dengan Tuhan. Yang jelas adalah bahwa produk pendidikan harus dapat tergambar sebagai mata uang bersisi dua, satu sisi berisi kemampuan akademik, dan sisi yang lain terwujudnya pribadi unggul. Dalam hal ini Dwi Siswoyo (2003) sebagai penyambung lidah Notonegoro mengemukakan pesan pentingnya tentang sifat dwi tunggal pendidikan nasioanal, yaitu
79

pengembangankepribadian dan kemampuankeahlian dalam kesatuan harmonis, organis, sehingga mendukungberhasilnya upaya mewujudkan upaya meweujudkan manusia seutuhnya. Ronald Barnett (1992) menyatakan the twinned assertion that higher educationis essentially a process a student development Pendapat inilah yang memperkuat pendapat Dwi Siswoyo tentang adanya protective belt dan auxiliary belt dalam program kegiatan di pendidikan tinggi. Secara diagramis pengembangan diri mahasiswa di pendidikan tinggi dapat terlihat pada bagan berikut. Disalin dari Rouald Beruett, 1992, Improving Higher Educatioii,p.86 Agar pendidikan tinggi dapat melakukan peran sebagaimana diharapkan tersebut, oleh pemerintah telah diturunkan aturan penyampaian materi kuliah yang terhimpun dalam elemen kompetensi Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian(MPK). Mata kuliah mata kuliah yang tercantum didalamnya digambarkan sebagai mata kuliah yang sarat akan nilai nilai kemanusiaan. Sebagai catatan kasus, sebetulnya mata kuliah lain juga memiliki peran dan pesan untuk menyampaikan nilai nilai kepribadian, namun mungkin pemikiran yang ada dibalik itu, ada sejenis konsentrasi pemikiran dan penugasan. Setiap gerak dalam perkuliahan, mata kuliah apapun, seharusnya menyampaikan juga pesan afektif, karena meskipun dalam proporsi kecil, pasti ada pesan afektifnya. Sebuah mata kuliah mungkin sarat dengan muatan kognitif, mata kuliah lain sarat dengan muatan afektif, sedang mata kuliah lain lagi sarat dengan psikomotor. MPK adalah kelompok mata kuliah yang dipandang sarat dengan nilai- nilai afektif. Menurut teori pengembangan kurikulum, implementasi course content dapat disampaikan melalui dua cara, yaitu (1) secara incidental, dan (2) secara sistematis. Penyampaian materi secara incidental dilakukan dengan upaya mengkaitkan materi tertentu pada materi kuliah lain, mungkin sebagai penyampaian contoh, aplikasi, atau dilantunkan sebagai iringan berupa nuansa dalam perkuliahan. Penyampaian secara sistematis dilakukan apabila sejak awal sampai akhir, mata kuliah tersebut sudah dirancang dengan baik dan bertujuan, agar misinya tercapai sesuai harapan. Pengelompokkan mata kuliah dalam elemen kompetensi MPK dimaksudkan agar tujuan mata kuliah dapat tercapai dengan baik, bukan hanya dilaksanakan sambil lalu. Dengan konsentrasi ini dikhawatirkan mata kuliah lain menjadi acuh untuk ikut serta membina kepribadian karena merasa bahwa sudah ada yang berwajib.
80

Keberadaan Pendidikan Pengembangan Kepribadian ditetapkan melalui SK Dirjen Dikti No. 232 Th 2000 dan Sk Dirjen Dikti No. 38 Th 2002. Kelompok mata kuliah yang lain adalah keilmuan dan ketrampilan (MKK), keahlian berkarya (MQ), perilaku berkarya (MBP) dan kehidupan bermasyarakat (MBB). Sayang sekali bahwa dalam kedua SK tersebut tidak disertai rambu rambu mata kuliah apa saja yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok MPK tersebut. Bahwa UNDIP menetapka Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, ilmu sosial dan budaya dasar, dan Ilmu Kealaman Dasar adalah hasil keputusan UNDIP sendiri. Pada waktu penyusunan kurikulum 2002, beberapa prodi di UNY kebingungan menentukan mata kuliah yang pas masuk kelompok MPK itu karena sebetulnya mata kuliah mata kuliah lain juga memiliki andil dalam mengembangkan kepribadian. Salah satu contoh kebingungan adalah apakah kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat itu bukan mengembangkan kepribadian? Dalam hal ini kita bisa membuat analogi dengan taksonomi Bloom yang membuat klasifikasi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Jika ada orang memasalahkan mengapa jiwa manusia dikotak kotak seperti itu, jawabannya dari Bloom tentu penjelasan bahwa klasifikasi tersebut hanya untuk memudahkan kita untuk mempelajari, dan bukan sebenarnya jiwa terkotak kotak seperti itu. Dalam kurikulum di Australia sekitar tahun 1994 sudah dikenal bukan hanya tiga ranah tetapi empat ranah yaitu: cognitive, affective, psychomotor dan action. Untuk setiap topik pembelajaran, guru harus berpikir bagaimana penguasaan materi tersebut sampai pada tindakan. Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang semula disebut kurikulum 2004 sebetulnya senada. Baik tiga ranah maupun empat ranah, sebetulnya bukan seperti itulah keadaan diri pribadi manusia. Pribadi manusia tidak dapat dikotak kotakkan, tetapi integral menyatu. Kalau kita menghendaki hasil belajar yang baik, keempat ranah tersebut dipisah, tetapi dengan afektif yang selalu menempel menyertai ranah yang lain. Gabungannya menjadi sebagai berikut: Kognitif +afektif - mempelajari teori pengetahuan disertai minat tinggi dan kemauan yang keras. Psikomotor +afektif tanggung melakukan prektek secara hati hati dan tekun, tanggung jawab. Tindakan + afektif tidak lekas menyerah - berusaha dengan cermat, tekun, tahan uji,
81

Dengan komposisi seperti ini maka ranah afektif tidak terlepas dari ranah lain selalu mengiringi kinerja setiap ranah. Gejala yang Banyak terlihat dari siswa SD sampai mahasiswa, semangat belajar sangat jarang tampak serius, mereka kurang konsentrasi perhatian, lekas tergoda lingkungan, lekas bosan. Sangat memperhatikan bahwa keseriusan mereka hanya tampak ketika menghadapi ujian, atau waktu menyerahkan tugas sudah dekat. Oleh karena itu sebetulnya ketika ada program peningkatan kepribadian, bukan hanya tertuju pada persoalan kebangsaan, tetapi juga persoalan yang terkait dengan pengembangan pribadi. Jika pribadi baik, di harapkan perasaan kebangsaan juga meningkat . biasanya orang yang berwatak baik, hatinya juga baik untuk berbagai dimensi. Dengan demikian elemen kelompok mata kuliah MPK sebaiknya bukan hanya tertuju pada seorang pribadi sebagai warganegara saja, tetapi sebagai mahasiswa berkepribadian baik. Ronald Bernett (1992) mengidentifikasi suatu latar belakang nilai umum pendidikan tinggi sepanjang garis lini : (1) pengejaran kebenaran dan pengetahuan objektif; (2) riset; (3) pendidikan umum; (4) otononu konstitusional; (5) kebebasan akademik; (6) sebuah forum yang netral dan terbuka untuk debat; (7) rasionalitas; (8) Pengembangan Kemampuan kemampuan kritis mahasiswa; (9) memelihara budaya intelektual masyarakat. Oleh Winarno Surakhmad (2005) ditegaskan bahwa sebuah lembaga pendidikan tinggi layak disebut perguruan tinggi karena mendewasakan pribadi mahasiswanya sebagai manusia dan warganegara. Pendidikan tinggi yang hanya menyiapkan mahasiswanya mencari pekerjaan, tidak layak disebut pendidikan tinggi karena tidak pernah sempat memperhatikan nilai nilai yang menentukan bobot seseorang manusia dan seorang warganegara. Seperti di utarakan dalam awal tulisan ini tentang fenomena social yang marak akhir-akhir ini, impelementasi mata kuliah MPK perlu ditata dengan baik, bukan sekedar mahasiswa yang ditata, tetapi juga pengampu mata kuliah yang akan berperan sebagai pengampu.

82

PENGEMBANGAN METODE DAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN Yang perlu kita ingat dan sadari bersama adalah bahwa mahasiswa bukanlah anak kecil sebagaimana siswa SD, SMP, atau SMA. Mereka adalah individu yang sudah berada dalam tataran dewasa, sehingga pembelajaran yang di peruntukkan bagi mereka juga harus berbeda dengan siswa SMA ke bawah. Prinsip umum yang harus di pegang oleh seorang pendidik di tingkat apapun, medidik dapat di ibaratkan seorang petani. Apabila petani harus mampu mengenal sifat lahan, mutu benih, waktu yang tepat kapan saat menabur benih, menyiangi rumput dan memanen, maka hal yang tidak boleh di lupakan adalah bagaimana cara melakukan semua itu, demikian pula seorang pendidik juga perlu mengenal unsur unsure pendidikan, serta mampu melaksanakan dengan benar. Mahasiswa yang sudah menginjak dewasa mempunyai sifat sifat khusus antara lain tidak suka digurui, tetapi juga tetap mempunya sifat sifat yang secara umum dimiliki manusia, seperti : memiliki harga diri yang perlu di junjungm senang bercanda sertabergembira, ingin dipuji, mempunya rasa capai sehingga perlu istirahat, ingin berteman, tidak mau kegagalan, dan lain lain sifat sebagaimana tertera dalam teori Abraham Maslow dengan lima (atau enam) kebutuhan manusia. Bertitiktolak dari hal hal itu, agar hasil pendidikannya dapat optimal dan proses pendidikannya menyenangkan, dosen juga perlu memahami ilmu jiwa dan teori mendidik. Strategi, cara, atau metode yang digunakan adalag teori mendidik orang dewasa yang biasa dikenal dengan istilah andragogi. Apabila universitas sudah menentukan mata kuliah kuliah aoa saja yang termasuk dalam kelompok MPK, langkah berikutnya adalah menyusun silabi masing masing mata kuliah. Oleh depdiknas dijelaskan bahwa pendidikan tinggi adalah kelanjutan pendidikan menengah yang di selenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu. pengetahuan teknologi dan atau kesenian(kepmendiknasRINo.232/u/2000) Menurut model pengembangan silabi yang lama, untuk masing masing mata kuliah perlu dirumuskan tujuan kurikuler. Jika dikaitkan dengan teori pengembangan kurikulum yang menharuskan adanya rumusan yang jelas untuk wujud sosok lulusan yang diharapkan, masing masing mata kuliah harus sanggup menentukan secara pasti, apa atau bagian mana dari sosk
83

lulusan tersebut yang menjadi tugas untuk mewujudkannya. Menurut model baru pengembangan silabi, langkah langkah yang dilalui oleh dosen pengampu mata kuliah adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan standar kompetensi ( kesatuan kemampuan ) untuk mata kuliah yang bersangkutan. Unsure unsure kompetensi yang terkait dengan pengembangan kepribadian dapat dibedakan sesuai objek objek / bagian kepribadian yang dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan. Adapun kemampuan kemampuan yang termasuk di dalamnya dapat mengacu pada sifat sifat baik dari kepribadian yang dicontohkan di atas. 2. Dari standar kompetensi tersebut dosen pengampu mata kuliah merinci menjadi kompeten kompetensi dasar yang merupakan bagian bagian dari standar kompetensi, menyangkut pengembangan perilaku positif antaralain: memiliki kepedulian tinggi terhadap diri dan lingkungan, tahan uji, tekun, bersemangat, dan lain lain. Selain itu juga kemampuan untuk mengatasi sifat sifat tidak baik, suka membuang buang atau berboros dengan waktu, meremehkan teman, sombong, acuh tak acuh dan sebagainya. 3. Merumuskan diskripsi materi, berupa topic topic pengenmbangan seperti yang akan sudah dirumuskan dalam kompetensi dasar tersebut. 4. Menentukan strategi pembelajaran untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan topic topic yang sudah ditentukan. Dalam menentukan strategi ini pengampu mata kuliah dapat mengacu pada prinsip prinsip belajar aktif yang sekarang ini banyak dikembangkan di sekolah oleh guru guru, antaralain Contextual Teaching Learning. 5. Merancang model pembelajaran. Agar perkuliahan MPK dapat menarik perhatian mahasiswa, perlu dicari pendekatan pendekatan yang berbeda dari biasanya. Metode ceramah sudah jelas harus ditinggalkan, demikian juga model penataran P4 yang mungkin dinilai oleh mahasiswa sebagai indoktrinasi.

BEBERAPA ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN 1. Sejak beberapa tahun terakhir ini tidak sedikit dari kelompok kelompok mahasiswa dalam program pengenalan kampus atau perkenalan dengan mahasiswa baru
84

mengadakan kegiatan berupa outbound dari pengakuan beberapa dosen yang pernah melaksanakan acara ini mengatakan bahwa outbound dapat dijadikan wahana untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa. Dalam sebuah buku OUTBOUND Managemen Training yang ditulis oleh Djamaluddin Ancok dijelaskan beberapa manfaat kegiatan ini antaralain: (a) melatih menyusun strategi, (b) melatih siasat (c) tim building, (d) pengembangan budaya organisasi (e) pengembangan kepemimpinan, (F) pengembangan diri. 2. Mengadakan evaluasi diri dan menyusun kontrak pengembangan diri. Melalui pendekatan ini mahasiswa diminta menulis tokoh tokoh yang mereka kagumi dan sebaliknya yang mereka nilai kurang baik dengan mendaftar sifat sifat baik maupun buruk yang dapat mereka identifikasi. Mereka diminta member nilai (Rangking ) diri mereka sendir berkenaan dengan sifat sifat tersebut. Sesudah itu mereka diminta menentukan waktu untuk mencoba mengadakan perubahan secara bertahap untuk meningkat, misalnya setiap minggu, setiap 2 minggu, atau setiap bulan. Perubahan yang terjadi pada waktu waktu tersebut dituliskan secara rinci tetapi jelas. Lebih baik dan jelas lagi apabila dirumuskan beberapa indicator yang menunjukkan perubahan sehingga dapat diketahui butir mana saja yang sudah meningkat dan mana yang belum. 3. Model baru dalam pembelajaran yang kini sedang dikemabangkan adalah model pengamatan. Mahasiswa diajak menyusun semacam instrument untuk mengadakan pengamatan terhadap perilaku orang lain. Sebagai contoh, cara orang berbicara atau bersalaman secara sopan yakni dengan melihat mata / wajah yang diajak berbicara / bersalaman.. mungkin cara moderator memimpin siding, cara anggotasidang mengajukan usul, dan lain sebagainya. Objek objek perilaku sehari hari dapat didiskusikan langsung dengan mahasiswa.

85

KETAHANAN NASIONAL MENGHADAPI TANTANGAN MASA DEPAN

RUMUSAN TANNAS MENURUT GBHN

Tannas adalah kondisi dimanis yang merupakan integritas dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. Pada hakikatnya Tannas adalah kemampuan dan ketangguan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Untuk tetap memungkinkan berjalannya bangnas yang selalu harus menuju Ketujuan yang ingin kita capai dan agar dapat secara efektif dielakan hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar, perlu dipupuk terus menerus yang meliputi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berhasilnya Bangnas akan meningkatkan Tannas. Selanjutnya Tannas yang tangguh akan lebih mendorong lagi bangnas.

GBHN

Pembangunan nasional adalah pembangunan dari oleh, dan untuk rakyat. Disemua aspek kehidupan bangsa yang meliputi sosbud, ekonomi, politik, dan aspek hankam. Dengan senantia harus merupakan perwujutan wawasan nusantara serta memperkukuh Vletahanan Nasional, yang diselenggarakan dengan membangun bidang pembangunan diselaraskan dengan saran jangka panjang yang ingin diwujudkan.

Pembangunan nasional diselenggarakan melalui pendekatan ketahanan nasional yang mencerminkan keterpaduan antar segala aspek kehidupan bangsa dan Negara secara utuh menyeluruh.

86

Tannas adalah kondisi dinamis yang merupakan integritas dari kondisi dinamis tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara. Hakikatnya Tannas adalah kemampuan Dan Ketangguhan Suatu Bangsa untuk menjamin kelangsungan Hidupnya menuju Kejayaan bangsa dan Negara.

Berhasuilnya pembangunan Nasional Akan meningkatkan Tannas Selanjutnya Tannas Yang Tangguh Akan Lebih Mendorong Pembangunan Naional

Ketahanan Nasional: Pada Hakikatnya Adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan Negara Ketahanan Nasional Meliputi: Ketahanan Ideologi Ketahanan Ekonomi Ketahanan Politik Ketahanan Sosial Budaya Ketahanan Hankam

Ketahanan Ideologi: kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan dan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional kemampu an menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Ketahanan Politik: kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan UUD 45 yang mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehat dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri bebas dan aktif
87

88

Ketahanan Ekonomi kondisi kehidupan perekenomian bangsa yang berlandaskan demokrasi ekonomi berdasarkan pancasila yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas ekonomi yg sehat dan dinamis serta Kemampuan menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing

tinggi dan untuk mewujudkan kemakmuran yang adil dan merata. Ketahanan social budaya

kondisi kehidupan Sosial Budaya Bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan Pancasila mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan kehidupan sosbud manusia dan masyarakat Indonesia yg beriman dan bertaqwa terhadap TUHAN YME,rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju sdan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras serasi dan seimbang serta

kemampuan nasional

menangkal penetrasi budaya asing yg tidak cocok dengan kebudayaan

ketahanan pertahanan keamanan kondisi daya tangkal bangsa yg dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat mengandung kemampuan memelihara stabiitas hankam negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasilnya serta kemampunan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala bentuk ancaman

E.ketahanan Regional Globalisasi:PARADIGMA BARU *Bagi Negara-negara sedang berkembang menghadapi:

89

ketidak adilan tekanan politik dan ekonomi berbagai bentuk subversi sehingga menimbulkan rasa tidak aman rasa tidak nyaman mendorong adanya penge lompokan regional *ancaman yang dihadapi tidak lagi bersifat pisik tetapi bersifat non pisik(maya/virtual) tatkala ancaman masih dapat diidentifikasikasi secara pisik,siapa kawan dan siapa lawan dengan garis pertempuran yang jelas,maka system penangkalan yang berwujud ketahanan nasional dapat digelar namun setelah ancaman berubah menjadi non pisik maka system penangkalan dengan ketahanan nasional saja tidak cukup sebagai penawar rasa tidak aman masyarakat bangsa.oleh karena Itulah Maka Secara Geopolitik, Frontier Penangkalan Harus Mencakup Kawasan Regional Disekitar Negara, Didalam Bentuk Ketahanan Regional. Perkatan Disekitar Negara Dimaksudkan Untuk Memberi Tekanan Pada Wilayah Dengan Prosikmitas Geografis Yag Didalam Mana Terdapat Imperative Yang Kurang Lebih Homogeny. Atas Dasar Cirri Imperative Strategi Uang Hampir Serupa Itulah Maka Tersedia Faktor-Faktor Geopolitik Dan Geostrategis Yang Menopang Pembentuka Regional. Kelompok Regional Asean Merupakan Kelompok Regional Secara Geostrategis Menguasai Jalur-Jalur Laut Vital Yang Menghubungkan Samudra Hindia Dan Pasifik, Sehingga Berpotensi Untuk Menjadi Actor Dalam Memfasilitasi Kelancaran

Perdagangan Di Antara Negara, Negara Tepian Kedua Samudra Tersebut. Komponen Ketahanan Regional. Pendekatan Ketahanan Regional Adalah Analog Dengan Pendekatan Ketahanan Nasional Yaitu Pendekatan Keuletan Dan Ketangguhan. Bedanya Adalah Pada Ketahanan Nasional Berawal Dari Ubungan Integrative Antara Komponen-Komponen Yang Ada, Sedangkan Ketahanan Regional Berawal Dari Kepercayaan Dan Semangat Kolektivesme Regional/ Kebersamaan Regional. Berdasarkan Pendekatan Keuletan Da Ketangguhan Serta Berlandaskan Azas-Azas Kepercayaan Dan Kebersamaan (Kolektivitas), Maka:
90

Keuletan Satu Kelompok Regional Tergantung Pada: Rasa /Semangat Kebersamaan Tiap Anggota, Serta Didukung Oleh Mekanisme Koordinasi Yang Baik, Sedemikian Rupa Sehingga Sebagai Satu Kelompok Sagat Adaptif.

Kualitas Adaptif Memiliki Beberapa Elemen, Antara Lain: 1. Koordinasi, Mulaibari Perencanaan Sampai Dengan Pelaksanaan, Dan Monitoring. 2. Sikap Akomodatif, Dari Segenap Anggota Terhadap Kepentingan Anggota Lainnya Maupun Terhadap Kepentingan Bersama.

Ketangguhan Regional Ketangguhan Regional Adalah Kondisi Agregat Dari Kawasan, Buka Semata-Mata RataRata Dari Kondisi Tiap Negara. Komponen-Konponen Ketangguhan Regional : 1. Stabilitas Politik 2. Kekuatan Ekonomi 3. Kekuatan Militer Siaga 3,. Gatra-Gatra KETAHANAN NASIONAL (Aspek-Aspek Kehidupan Nasional)

A. Sifatnya Konsensus Aspek Alamiah : (1) GEOGRAFI (2) KEKAYAAN ALAM (3) PENDUDUK (4) IDEOLOGI B. Wujud / Implementasi Tertuang Dalam GBHN (1) Sebelum Tahun 1993 (GBHN) Aspek-Aspek Kehidupan Nasional = Bidang-Bidang Pembagunan
91

(2) Pada GBHN Tahun 1993 Aspek Kehidupan Nasional 1. Politik 2. Ekonomi 3. Sosial Budaya 4. Pertahanan Keamanan Bidang-Bidang Pembangunan (A) Bidang Politik (B) Bidang Ekonomi (C) Bid. Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan Dan Kebudayaan (D) Bidang Iptek (E) Bidang Hukum (F) Bidang Hukum (H) Bid. Politik, Aparatur Negara, Komunikasi Dan Media Masa (I) Bidang Hankam

Era Reformasi (GBHN 1999) Bidang-Bidang Pembangunan (Arah Kebijaksaan) (A) Hukum (B) Ekonomi (C) Politik (D) Agama

92

(E) Pendidikan (F) Sosial Dan Budaya (G)Pembangunan daerah (H)Sumber Daya Alam dan Lingkungan hidup (I)Pertahanan dan Keamanan Perbandingan Dengan Negara Lain (Element Of National Power) 1. Hans Morgenthau : 9 Unsur-Unsur Power a) Geografi b) Sumber Daya Alam c) Kapasitas Industri d) Kesiagaan Militer e) Penduduk f) Watak Bangsa g) Moril Bangsa h) Kualitas Diplomasi i) Kualitas Pemerintah 2. Palmer dan Perkins ; Internasional Relations a) Land b) Resources c) Population d) Technology e) Ideologi f) Morale g) Leadership 3. Parakash Chandra, Internasional Politics a) Alamiah 1) Geography 2) Resources
93

3) Population b) Social 1) Economic Development 2) Political Structure 3) National Culture and Morale c) Lain lain 1) I D E A S 2) Intelligence and Diplomacy 3) Wisdom Of Leadership

94

DAFTAR PUSTAKA

Sembiring,Kasim,SH,M,Si.2012.Pendidikan Kewarganegaraan salah satu dasar pembentukan Karakter Bangsa.Jember:Universitas Jember.

95

You might also like