You are on page 1of 13

Menentukan Pusat Resistensi Gigi Anterior Rahang Atas yang Diberi Kekuatan Retraksi dalam Mekanika Sliding Abstrak

Tujuan : Untuk menentukan lokasi pusat resistensi dan hubungan antara ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm (panjang power-arm) dan pergerakan gigi anterior (derajat rotasi) selama retraksi mekanik sliding. Bahan dan Metode : Tiga subjek manusia dengan protrusi rahang atas dipilih untuk penelitian ini. Pergeseran awal dari insisivus sentralis kanan rahang atas di bawah mekanika sliding dengan berbagai ketinggian kekuatan retraksi diukur secara in vivo menggunakan dua poin alat sensor magnetik pergeseran tiga dimensi. Dengan menghitung sudut rotasi dari pergeseran yang diukur, lokasi pusat resistensi ditentukan. Hasil : Hasil ini mengusulkan bahwa ketinggian retraksi yang berbeda dapat mempengaruhi arah pergerakan gigi anterior. Semakin tinggi kekuatan retraksi yang diaplikasikan, semakin rendah derajat rotasi (tipping lingual-mahkota) yang akan terjadi. Rotasi gigi berada dalam arah yang berlawanan (dari lingual-mahkota ke labial-mahkota) bila ketinggian kekuatan dinaikkan di atas level pusat resistensi. Kesimpulan : Lokasi pusat resistensi dari insisivus sentralis rahang atas adalah sekitar 0.77 dari panjang akar dari apeks. Selama retraksi gigi anterior dengan mekanika sliding, tipping lingual-mahkota yang terkontrol, pergerakan translasi bodily, dan pergerakan labial-mahkota yang terkontrol dapat dicapai dengan melekatkan panjang power-arm yang lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari level pusat resistensi, secara berturut-turut. Panjang power-arm dapat menjadi faktor klinis paling mudah dimodifikasi dalam menentukan arah pergerakan gigi anterior selama retraksi dengan mekanika sliding. Kata Kunci : Pusat resistensi, Mekanika sliding, Sensor magnetik, Retraksi gigi anterior/penutupan ruang, Power-arm/sliding hook, Implan PENDAHULUAN Sejak piranti Andrews straight wire diperkenalkan secara komersial, banyak resep dan teknik braket baru telah dikembangkan dan dimodifikasi sebagai perkembangan mekanika perawatan. Perkembangan ini bergerak ke arah satu tujuan akhir, untuk menciptakan sistem kekuatan yang dapat bekerja secara efisien dan mempersingkat periode perawatan orthodontik. Pada waktu yang sama, mekanika

perawatan untuk penutupan ruang telah banyak berubah dari penutupan mekanik loop ke mekanika sliding, yang berperan untuk mengurangi waktu di tempat praktek bagi orthodontis, meningkatkan kenyamanan pasien, dan mencegah aplikasi kekuatan berlebih. Dengan penutupan mekanik loop, kekuatan loop yang telah diaktivasi hanya akan bekerja pada level braket, sedangkan dengan mekanika sliding, kekuatan retraksi dapat dipindahkan ke level yang tinggi pada power-arm untuk menggerakkan gigi dalam arah yang telah diprogram sebelumnya (misalnya tipping lingual-mahkota yang terkontrol, pergerakan translasi bodily, dan pergerakan labial-mahkota yang terkontrol). Karenanya, mekanika sliding memiliki potensi untuk menyederhanakan sistem kekuatan untuk pergerakan gigi karena tingkat horizontal dari kekuatan retraksi dapat dengan bebas disesuaikan dengan menyolder berbagai panjang powerarm ke archwire. Akan tetapi, kondisi biomekanis untuk mencapai kontrol gigi anterior yang akurat selama penutupan ruang dalam mekanika sliding masih belum diketahui. Penuntun sistem kekuatan, besar kekuatan, dan vektor kekuatan yang harus digunakan dalam mekanika sliding belum ditetapkan. Sebagai contoh, panjang power-arm yang optimal (sliding hook) yang harus diaplikasikan dalam kaitan dengan ketinggian level kekuatan retraksi masih belum jelas, dan klinisi ragu-ragu untuk mengabaikan langkah penting ini selama retraksi mekanika sliding. Selama tiga dekade terakhir, banyak penelitian analitik dan eksperimental yang harus dilakukan untuk menentukan tiga pusat resistensi dan pusat rotasi gigi. Hasil
2

yang diperoleh dari analisis ini juga sangat subjektif dan tidak konsisten. Ini utamanya terjadi karena kebanyakan penelitian tidak dapat memperkirakan kondisi intraoral dan anatomi yang sebenarnya. Sebagai tambahan lagi, untuk pengetahuan kita, tidak ada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan untuk mengukur pergerakan awal gigi anterior selama penutupan ruang dalam mekanika sliding secara in vivo. Sebuah sistem baru, dua poin alat sensor magnetik pergerakan tiga dimensi, yang dikembangkan oleh Yoshida dan tim penelitiannyadi Universitas Nagasaki di Jepang, digunakan untuk menutupi kekurangan ini dan untuk mengukur pergerakan gigi secara in vivo dalam lima derajat kebebasan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan lokasi pusat resistensi dari insisivus sentralis rahang atas yang diberi tingkat kekuatan retraksi dengan berbagai ketinggian pada subjek manusia, untuk menentukan hubungan antara ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm (panjang power-arm) dan pergerakan gigi anterior (derajat rotasi) selama retraksi dengan mekanika sliding, dan untuk membahas aplikasi klinis terhadap retraksi gigi anterior yang efisien dengan sistem kekuatan mekanika sliding. BAHAN DAN METODE Subjek terdiri dari satu orang pasien pria dewasa dan dua orang pasien wanita dewasa yang secara acak dipilih dan didiagnosis mengalami protrusi rahang atas. Subjek diberikan informed consent, dan petunjuk penelitian diperiksa dan disetujui oleh otoritas terkait. Kriteria pemilihan pasien tersebut adalah sebagai berikut :

Didiagnosis sebagai maloklusi Angle Klas II divisi 1; Kondisi periodontal dalam keadaan baik dan normal Menjalani perawatan orthodontik dengan ekstraksi premolar pertama dan penanganan crowding anterior (bila ada); dan

Gigi target adalah insisivus sentralis kanan rahang atas, tidak ada resorpsi akar (yang diketahui melalui dengan radiografi periapikal). Alat sensor magnetis yang digunakan di sini telah dijelaskan sebelumnya, dan

oleh karenanya hanya akan diringkas dalam makalah ini. Bagian utama dari sistem ini tersusun dari dua magnet dan 16 sensor magnetik untuk mengukur pergerakan dalam lima derajat kebebasan. Diagram skematis dari sistem ditunjukkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram sistematik dari dua poin sistem alat sensor magnetik tiga dimensi untuk mengukur pergerakan awal gigi secara in vivo.

Elemen utama (HW-302B, Asahi Kasei Electronics Co, Tokyo, Jepang) digunakan sebagai sensor magnetik karena alat ini cukup kecil untuk ditempatkan dalam rongga mulut dan cukup sensitif untuk mendeteksi pergerakan kecil. Dimensi dari sensor adalah 2.7 mm x 2.35 mm x 0.95 mm. Magnet neodymium (NE412, IBS Magnet Ing, Berlin, Jerman) digunakan untuk titik target karena alat ini kecil dan kuat. Magnet ini berbentuk silinder dan berdiameter 4.0 mm dengan panjang 1.2 mm. Delapan sensor disusun dalam susunan kubik sekitar magnet untuk mengukur pergerakan tiga dimensi. Dua unit sensor ditempatkan pada pusat setiap unit sensor dan dilekatkan ke insisivus sentralis rahang atas dengan batangan aluminium. Sebuah piranti dengan slot braket 0.018 inchi dengan archwire Elgiloy 0.016 x 0.022 inchi digunakan. Dua implan miniplate titanium (Orthoanchor SMAP system, Dentsply-Sankin, Tokyo, Jepang) diinsersikan pada kedua sisi regio bukal dari molar pertama rahang atas sebagai sumber penjangkaran untuk meretraksi gigi anterior. Dua power-arm disolder pada kedua sisi regio mesial kaninus dari archwire untuk menirukan reaksi massal gigi anterior dalam situasi klinis. Power-arm tegak lurus dan berada di apikal dataran oklusal. Setiap power-arm mengandung enam hook kecil dengan jarak 2 mm per hook. Oleh karena itu, hook pertama pada setiap powerarm diatur pada level 1 pada 0 mm (sesuai dengan posisi braket, atau 4.5 mm di apikal terhadap tepi insisal), diikuti dengan hook kedua pada level 2 (2 mm dari posisi braket) sampai hook keenam pada level 6 (10 mm dari posisi braket). Kekuatan retraksi horizontal sebesar 150 mg diaplikasikan secara bilateral sejajar dengan archwire. Closed-coil spring yang telah dikalibrasi sebelumnya
5

dikaitkan antara perlekatan posterior dengan enam hook (dipasang pada implan miniplate titanium) dan power-arm anterior secara bilateral pada ketinggian yang sama dari level hook dan sejajar dengan archwire (Gambar 2). Ketinggian vertikal dari hook pada perlekatan posterior sama dengan ketinggian vertikal dari hook pada power-arm anterior. Ketinggian perlekatan posterior diubah berurutan dua-dua dengan ketinggian power-arm anterior. Jarak vertikal dari closed-coil spring ke archwire diukur pada beberapa titik acuan selama penelitian untuk menjaga vektor kekuatan tetap sejajar dengan archwire untuk setiap level ketinggian aplikasi kekuatan.

Gambar 2. Pergerakan awal gigi di bawah mekanika sliding dengan berbagai tingkat kekuatan retraksi diukur dengan alat sensor magnetik. Tiga pengukuran dilakukan pada setiap subjek dan dirata-ratakan. Pergerakan gigi yang diproyeksikan pada dataran midsagital dianalisis dari pergerakan dua magnet, karena pergerakan ini secara klinis penting ketika gigi anteror diretraksi.

Dengan menghitung sudut rotasi dari pergerakan yang diukur, lokasi pusat resistensi ditentukan. Proses perhitungan ini dirinci dalam penelitian sebelumnya. HASIL Hubungan antara derajat rotasi (o) dan gigi target, melawan ketinggian kekuatan aplikasi pada power-arm (atau panjang power-arm), ditunjukkan dalam Gambar 3 (subjek A, B, dan C). Tanda positif dari derajat rotasi ( o) mengindikasikan mahkota mengalami tipping ke arah lingual, sedangkan tanda negatif (- o) mengindikasikan pergerakan mahkota kea rah labial. Gambar 3 menunjukkan derajat rotasi (o) menurun sejalan dengan peningkatan ketinggian kekuatan retraksi yang diaplikasikan. Dengan kata lain, arah rotasi gigi berubah dari tipping mahkota ke arah lingual menjadi tipping mahkota kea rah labial karena ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm ditingkatkan ke arah apeks. Pusat resistensi dianggap terletak pada level ketinggian dimana tidak ada rotasi yang terjadi.

Gambar 3. Derajat rotasi (o) terhadap ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm untuk subjek A, B, dan C.
7

Dari grafik, pusat resistensi untuk tiga subjek dapat ditentukan pada titik dimana garis grafik yang melintangi sumbu X (ketika o = 0o) antara hook 4 dan 5, sebesar 6.8 mm, 6.5 mm, dan 7.5 mm untuk subjek A, B, dan C, secara berturut-turut. Gambar 3 juga menunjukkan tiga subjek yang menghasilkan pola grafik yang hampir sama. Tabel 1 mewakili panjang gigi target, panjang akar, panjang power-arm ketika o = 0o, pusat resistensi dari apeks, dan pusat resistensi/panjang akar untuk tiga subjek. Tabel 1. Parameter anatomik dalam kaitannya dengan resistensi subjek A, B, dan Ca

PEMBAHASAN Walaupun hanya tiga subjek yang diteliti karena kesulitan dalam susunan penelitian dan lama penelitian, hasil dari tiga subjek ini konsisten. Koefisien variasi dari nilai sembilan pengukuran adalah kurang dari 4.7 persen. Oleh karena itu, reprodusibilitas dari pengukuran pergerakan gigi dianggap dapat diterima dan terpercaya.

Dari hasil yang dijelaskan, tiga penemuan signifikan klinis dapat diperoleh. Yang pertama berkaitan dengan penentuan lokasi pusat resistensi pada model in vivo tiga dimensi, menggunakan alat sensor magnetik, yang mempertimbangkan parameter anatomi sebenarnya yang terlibat per individu. Gambar 3 menunjukkan bahwa pada pengaplikasian kekuatan pada hook 5, derajat rotasi (o) diperhatikan bergerak ke arah bagian o negatif, dimana mahkota mengalami rotasi dalam arah sebaliknya (dari tipping mahkota ke arah lingual menjadi tipping mahkota kea rah labial). Skenario ini merupakan kesepakatan yang relatif baik dengan hasil yang diperoleh dari analisis teoritis oleh Burstone serta Burstone dan Prypuniewicz. Mereka menunjukkan bahwa pusat rotasi bergerak ke apikal dari pusat akar karena ketinggian aplikasi kekuatan ditingkatkan ke arah apeks. Ketika ketinggian aplikasi kekuatan meningkat di atas level pusat resistensi, pusat rotasi adalah di korona mahkota gigi; oleh karena itu, arah pergerakan gigi diubah dari tipping mahkota ke arah lingual menjadi tipping mahkota kea rah labial pada level ini. Burstone dan Prypuniewicz melaporkan bahwa pusat resistensi terletak pada 0.67 dari panjang akar dari apeks pada model tiga dimensi, dengan geometri akar berbentuk parabola. Dengan menggunakan analisis teoritis model dua dimensi, Nikolai menunjukkan bahwa lokasi pusat resistensi adalah 0.45 dari panjang akar dari apeks. Sementara itu, dengan menggunakan model elemen terbatas, Tanne dkk menentukan bahwa lokasi pusat resistensi untuk insisivus sentralis rahang atas adalah 0.76 dari panjang akar dari apeks.

Penemuan kedua berkaitan dengan bagaimana ketinggian kekuatan retraksi yang berbeda pada power-arm (panjang power-arm) dapat mempengaruhi derajat dan rangkaian pergerakan gigi anterior selama retraksi dengan mekanika sliding. Umumnya, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3, derajat rotasi ( o) dari gigi target bervariasi menurut ketinggian kekuatan retraksi yang berbeda pada power-arm. Dengan kata lain, o dapat dimodifikasi, walaupun hal ini sangat sensitif terhadap perubahan kecil dari panjang power-arm itu sendiri. Ini juga menegaskan bahwa dengan satu panjang power-arm yang disamarkan selama retraksi mekanika sliding, kadangkala derajat dan rangkaian pergerakan dari gigi anterior dapat menjadi berlawanan dari yang seharusnya diharapkan. Sebagai akibatnya, klinisi perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengoreksi pergerakan gigi yang tidak diinginkan, yang akan memperlama periode perawatan. Penemuan ketiga adalah bahwa ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm (panjang power-arm) adalah yang utama, walaupun merupakan faktor yang paling mudah dimodifikasi, dan ini dapat mempengaruhi derajat dan rangkaian pergerakan dari gigi anterior selama retraksi mekanika sliding. Walaupun demikian, bila grafik ini dianalisis dari subjek ke subjek (misalnya subjek A pada Gambar 3), jelas bahwa di bawah beban dan kondisi anatomi yang sama, derajat rotasi (o) sangat dipengaruhi oleh panjang power-arm itu sendiri. Semakin tinggi tingkat kekuatan retraksi yang diaplikasikan, semakin rendah derajat rotasinya (o). Karenanya, panjang power-arm dapat dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi dalam menentukan derajat dan rangkaian pergerakan gigi
10

anterior selama retraksi mekanika sliding. Di samping itu, panjang power-arm adalah faktor yang paling mudah dimodifikasi antara faktor-faktor yang telah disebutkan. Secara klinis, hal ini berkembang menjadi syarat yang paling penting : klinis dapat dengan mudah memodifikasi panjang power-arm untuk mencapai pergerakan gigi yang telah diprogramkan sebelumnya daripada berfokus pada faktor sulit lainnya yang tidak dapat berubah (misalnya ketinggian tulang alveolar dan sifat ligamentum periodontal). Ini tidak hanya akan menyederhanakan proses retraksi anterior tetapi juga mempersingkat periode perawatan. Aplikasi klinis dari penemuan ini berkaitan dengan perkiraan sederhana di tempat praktek tentang lokasi pusat resistensi dan ketinggian kekuatan retraksi pada power-arm dalam kaitan dengan pergerakan gigi yang telah diprogramkan sebelumnya. Hasil ini menunjukkan bahwa kunci untuk mengaplikasikan ketinggian kekuatan retraksi yang tepat dari power-arm sangat bergantung pada lokasi pusat resistensi dari insisivus sentralis rahang atas. Level kekuatan retraksi di bawah dan diatas pusat resistensi secara berturut-turut akan menghasilkan pergerakan tipping mahkota ke arah lingual yang terkontrol dan pergerakan mahkota kea rah labial yang terkontrol. Sementara itu, pergerakan translasi bodily (pergerakan ke lingual) akan terjadi ketika level kekuatan retraksi sama dengan pusat resistensi. Oleh karenanya, penting bagi klinisi untuk memperkirakan lokasi pusat resistensi secara tepat untuk mengaplikasikan panjang power-arm berikutnya dan menghasilkan pergerakan gigi yang telah diprogram sebelumnya selama retraksi dengan mekanika sliding.

11

Secara klinis, klinisi dapat memperkirakan secara kasar (di tempat praktek) lokasi pusat resistensi dari insisivus sentralis rahang atas dengan mengukur panjang akar dari tracing sefalogram lateral (sepanjang as giginya) dan mengalikan nilai ini dengan 0.77 untuk memperkirakan lokasi pusat resistensi dari apeks. Kemudian garis imajiner dapat digambarkan melewati pusat resistensi dan sejajar dengan archwire. Jarak tegak lurus antara garis imajiner dan archwire adalah panjang power-arm yang telah diperkirakan, yang seharusnya mengakibatkan pergerakan bodily gigi selama retraksi dengan mekanika sliding (Gambar 4). Demikian juga, panjang power-arm di bawah dan di atas pusat resistensi akan menghaslkan tipping lingual mahkota yang terkontrol dan pengerakan mahkota ke arah labial, secara berturut-turut.

Gambar 4. Perkiraan sederhana di tempat praktek tentang lokasi pusat resistensi dari insisivus sentralis rahang atas (dengan tracing sefalogram lateral) dan ketinggian kekuatan retraksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan gigi yang telah diprogram sebelumnya selama retraksi anterior dengan mekanika sliding. KESIMPULAN

12

Lokasi pusat resistensi dengan mekanika sliding dari insisivus sentralis rahang atas ditunjukkan sekitar 0.77 dari panjang akar dari apeks.

Selama retraksi gigi anterior dengan mekanika sliding, tipping lingual-mahkota yang terkontrol dan pergerakan labial-mahkota yang terkontrol dapat dicapai dengan melekatkan panjang power-arm yang lebih rendah atau lebih tinggi dari level pusat resistensi, secara berturut-turut. Pergerakan translasi bodily (pergerakan lingual) dapat dicapai dengan melekatkan panjang power-arm n yang berada pada level pusat resistensi yang sama.

13

You might also like