You are on page 1of 12

1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH



Oleh : Edi (127003006)
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2013


1. Pendahuluan
Kecamatan Puncak Sorik Marapi merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan Puncak Sorik Marapi diapit oleh 4 kecamatan
yaitu Kecamatan Panyabungan Selatan (sebelah utara), Kecamatan Tambangan (sebelah
selatan dan timur), Kecamatan Lembah Sorik Marapi (sebelah utara) dan Batang Natal
(sebelah barat dan selatan).
Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada didataran tinggi dengan Desa Huta Baringin
Julu merupakan desa tertinggi . Kecamatan Puncak Sorik Marapi terdiri dari 11 desa, dan
semua desa merupakan desa siaga. Luas wilayah Kecamatan Puncak Sorik Marapi 5554
Ha atau dengan kata lain hanya mencakup 0,83 persen dari luas wilayah Kabupaten
Mandailing Natal. Di Kecamatan Puncak sorik Marapi desa yang memiliki wilayah yang
terluas adalah Desa Huta Namale dengan luas 1065.00 Ha (19,20%) dan yang terkecil
yaitu desa Huta Baringin Julu sebesar 139.00 Ha (2,50 persen).
Melihat masih besarnya potensi Kecamatan Puncak Sorik Marapi baik dari sisi luas
lahan/potensi lahan yang masih belum digunakan secara optimal, maka dilakukan
analisis potensi lahan dengan menggunakan Model Grafitasi Hansen. Model ini yang
dikembangkan oleh W.G. Hansen dalam perencanaan wilayah. Model Hansen digunakan
untuk memprediksi lokasi pemukiman penduduk berdasarkan daya tarik masing-masing
lokasi. Model ini diasumsikan bahwa tersedia lapangan kerja, tingkat aksesibilitas dan
adanya lahan perumahan yang kosong.
Menurut Lee, model ini tidak persis sama dengan metode gravitasi karena tidak
didasarkan atas saling berinteraksi antar sub wilayah (zona), melainkan tiap subwilayah
destination dianggap memiliki daya tarik tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari
keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Artinya origin tidak diperinci
per subwilayah hanya destination yang diperinci per subwilayah. Hansen mula-mula
2

menggabungkan jumlah lapangan kerja dan kemudian mencapai lokasi sebagai
accessibility index (indeks aksesibilitas). Selain indeks aksessibilitas, adanya lahan
kosong dan tersedianya fasilitas lain adalah merupakan unsure daya tarik lain yang harus
diperhatikan.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, pengertian lahan kosong adalah
untuk pemukiman penduduk. Lahan kosong yang tidak sesuai untuk pemukiman
penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan ini, misalnya lahan dengan kemiringan
diatas 39
0
, daerah rawa-rawa, daerah yang sering terkena banjir, sawah irigasi teknis,
badan jalan, drainase dan lahan yang sudah diperuntukkan untuk tujuan lain, misalnya
perkantoran, kompleks militer, kawasan industry, lapangan olahraga dan pariwisata.
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, yaitu Puncak Sorik Marapi Dalam
Angka Tahun 2012.
2. Model Hansen Untuk Memprediksi Lokasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Puncak
Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara
Kecamatan Puncak Sorik Marapi terdiri atas 11 Desa. Kondisi Kecamatan Puncak Sorik Marapi
Tahun 2011 adalah sebagai berikut (Tabel. 1.:




3

Uraian (
Kondisi 2011)
Nama Desa
Jumlah
Rata-
Rata
Huta
Tinggi
(A)
Huta
Namale
(B)
Huta
Baringi
n (C)
Sibanggo
r Julu (D)
Sibanggo
r Jae (E)
Purba Julu
(F)
Sibanggor
Tonga (G)
Huta
Lombang
(H)
Huta
Baru (I)
Handel
(J)
Huta
Baringin
Julu (K)
Luas Wilayah 491 1,065 497 500 186 501 747 884 315 228 139 5,554 505
Luas Lahan Kosong
(ha)
147 320 149 150 56 150 224 265 94 69 42 766 191
Jumlah Penduduk 1,243 973 458 1,240 1,086 363 618 762 267 380 638 8,028 730
Proyeksi Lapangan
Kerja s.d tahun 2015
186 146 69 186 163 54 93 114 40 57 96 1,204 109
Jumlah Bangku
Sekolah
209 163 77 208 182 61 104 128 45 64 107 1,349 164
Jumlah Tenaga Medis 4 4 3 3 4 2 2 3 3 2 4 34 3
Jarak Tempuh
(Menit)
Huta Tinggi (A) 2 7 10 19 19 22 13 7 6 7 13

Hutanamale (B) 7 2 4 16 16 19 10 7 6 5 9

Huta Baringin (C) 10 4 2 16 19 22 13 10 9 8 6

Sibanggor Julu (D) 19 13 16 2 10 13 5 16 15 15 17

Sibanggor Jae (E) 19 16 19 13 2 19 7 16 18 19 20

Purba Julu (F) 22 19 22 16 4 2 10 19 21 21 23

Sibanggor Tonga (G) 13 10 13 7 7 10 2 10 12 13 15

Huta Lombang (H) 7 5 5 13 16 19 10 2 7 6 13

Huta Baru (I) 5 4 9 18 19 21 12 4 2 5 9

Handel (J) 5 6 8 18 19 22 14 6 4 2 12

Huta Baringin Julu (K) 15 10 9 18 23 25 15 16 10 10 2

Proyeksi Penduduk
Tahun 2015
8,420

4

Dengan menggunakan Model Grafitasi Hansen, dapat diprediksi jumlah penduduk
pada masing-masing desa tahun 2011. Dalam hal ini akan digunakan b=2.
Langkah pertama, hitung indeks aksessibilitas dari masing-masing daerah (desa),
yaitu daya tarik masing-masing berdasarkan tambahan lapangan kerja yang ada di daerah
tersebut dan jarak dari daerah-daerah yang dianalisis dengan dengan wilayah tersebut.

A. Aksessibilitas Indeks
Untuk menghitung Aksessibilitas Indeks digunakan rumus:
(


Accessibility Index

1. Daya Tarik Desa A (tambahan lapangan kerja 186 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 186/2
2
= 46.61
Daya tarik terhadap Desa B : = 186/7
2
= 3.81
Daya tarik terhadap Desa C : = 186/10
2
= 1.86
Daya tarik terhadap Desa D : = 186/19
2
= 0.52
Daya tarik terhadap Desa E : = 186/19
2
= 0.52
Daya tarik terhadap Desa F : = 186/22
2
= 0.39
Daya tarik terhadap Desa G : = 186/13
2
= 1.10
Daya tarik terhadap Desa H : = 186/7
2
= 3.81
Daya tarik terhadap Desa I : = 186/6
2
= 3.81
Daya tarik terhadap Desa J : = 186/7
2
= 5.18
Daya tarik terhadap Desa K : = 186/13
2
= 3.81

2. Daya Tarik Desa B (tambahan lapangan kerja 146 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 146/7
2
= 2.98
Daya tarik terhadap Desa B : = 146/2
2
= 36.49
Daya tarik terhadap Desa C : = 146/4
2
= 9.12
Daya tarik terhadap Desa D : = 146/16
2
= 0.57
Daya tarik terhadap Desa E : = 146/16
2
= 0.57
Daya tarik terhadap Desa F : = 146/19
2
= 0.40
Daya tarik terhadap Desa G : = 146/10
2
= 1.46
Daya tarik terhadap Desa H : = 146/7
2
= 2.98
Daya tarik terhadap Desa I : = 146/6
2
= 4.05
Daya tarik terhadap Desa J : = 146/5
2
= 5.84
Daya tarik terhadap Desa K : = 146/9
2
= 1.80

5

3. Daya Tarik Desa C (tambahan lapangan kerja 69 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 69/10
2
= 0.69
Daya tarik terhadap Desa B : = 69/4
2
= 4.29
Daya tarik terhadap Desa C : = 69/2
2
= 17.18
Daya tarik terhadap Desa D : = 69/16
2
= 0.27
Daya tarik terhadap Desa E : = 69/19
2
= 0.19
Daya tarik terhadap Desa F : = 69/22
2
= 0.14
Daya tarik terhadap Desa G : = 69/13
2
= 0.41
Daya tarik terhadap Desa H : = 69/10
2
= 0.69
Daya tarik terhadap Desa I : = 69/9
2
= 0.85
Daya tarik terhadap Desa J : = 69/8
2
= 1.07
Daya tarik terhadap Desa K : = 69/6
2
= 1.91

4. Daya Tarik Desa D (tambahan lapangan kerja 186 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 186/19
2
= 0.52
Daya tarik terhadap Desa B : = 186/13
2
= 1.10
Daya tarik terhadap Desa C : = 186/16
2
= 0.73
Daya tarik terhadap Desa D : = 186/2
2
= 46.50
Daya tarik terhadap Desa E : = 186/10
2
= 1.86
Daya tarik terhadap Desa F : = 186/13
2
= 1.10
Daya tarik terhadap Desa G : = 186/5
2
= 7.44
Daya tarik terhadap Desa H : = 186/16
2
= 0.73
Daya tarik terhadap Desa I : = 186/15
2
= 0.83
Daya tarik terhadap Desa J : = 186/15
2
= 0.83
Daya tarik terhadap Desa K : = 186/17
2
= 0.64

5. Daya Tarik Desa E (tambahan lapangan kerja 163 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 163/19
2
= 0.45
Daya tarik terhadap Desa B : = 163/16
2
= 0.64
Daya tarik terhadap Desa C : = 163/19
2
= 0.45
Daya tarik terhadap Desa D : = 163/13
2
= 0.96
Daya tarik terhadap Desa E : = 163/2
2
= 40.73
Daya tarik terhadap Desa F : = 163/19
2
= 0.45
Daya tarik terhadap Desa G : = 163/17
2
= 3.32
Daya tarik terhadap Desa H : = 163/16
2
= 0.64
Daya tarik terhadap Desa I : = 163/18
2
= 0.50
Daya tarik terhadap Desa J : = 163/19
2
= 0.45
Daya tarik terhadap Desa K : = 163/20
2
= 0.41

6. Daya Tarik Desa F (tambahan lapangan kerja 54 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 54/22
2
= 0.11
Daya tarik terhadap Desa B : = 54/19
2
= 0.15
6

Daya tarik terhadap Desa C : = 54/22
2
= 0.11
Daya tarik terhadap Desa D : = 54/16
2
= 0.21
Daya tarik terhadap Desa E : = 54/4
2
= 3.40
Daya tarik terhadap Desa F : = 54/2
2
= 13.61
Daya tarik terhadap Desa G : = 54/10
2
= 0.54
Daya tarik terhadap Desa H : = 54/19
2
= 0.15
Daya tarik terhadap Desa I : = 54/21
2
= 0.12
Daya tarik terhadap Desa J : = 54/21
2
= 0.12
Daya tarik terhadap Desa K : = 54/23
2
= 0.10

7. Daya Tarik Desa G (tambahan lapangan kerja 93 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 93/13
2
= 0.55
Daya tarik terhadap Desa B : = 93/10
2
= 0.93
Daya tarik terhadap Desa C : = 93/13
2
= 0.55
Daya tarik terhadap Desa D : = 93/7
2
= 1.89
Daya tarik terhadap Desa E : = 93/7
2
= 1.89
Daya tarik terhadap Desa F : = 93/10
2
= 0.93
Daya tarik terhadap Desa G : = 93/2
2
= 23.18
Daya tarik terhadap Desa H : = 93/10
2
= 0.93
Daya tarik terhadap Desa I : = 93/12
2
= 0.64
Daya tarik terhadap Desa J : = 93/13
2
= 0.55
Daya tarik terhadap Desa K : = 93/15
2
= 0.41

8. Daya Tarik Desa H (tambahan lapangan kerja 144 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 144/7
2
= 2.33
Daya tarik terhadap Desa B : = 144/5
2
= 4.57
Daya tarik terhadap Desa C : = 144/5
2
= 4.57
Daya tarik terhadap Desa D : = 144/13
2
= 0.68
Daya tarik terhadap Desa E : = 144/16
2
= 0.45
Daya tarik terhadap Desa F : = 144/19
2
= 0.32
Daya tarik terhadap Desa G : = 144/10
2
= 1.14
Daya tarik terhadap Desa H : = 144/2
2
= 28.58
Daya tarik terhadap Desa I : = 144/7
2
= 2.33
Daya tarik terhadap Desa J : = 144/6
2
= 3.18
Daya tarik terhadap Desa K : = 144/13
2
= 0.68

9. Daya Tarik Desa I (tambahan lapangan kerja 40 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 40/5
2
= 1.60
Daya tarik terhadap Desa B : = 40/4
2
= 2.50
Daya tarik terhadap Desa C : = 40/9
2
= 0.49
Daya tarik terhadap Desa D : = 40/18
2
= 0.12
Daya tarik terhadap Desa E : = 40/19
2
= 0.11
Daya tarik terhadap Desa F : = 40/21
2
= 0.09
7

Daya tarik terhadap Desa G : = 40/12
2
= 0.28
Daya tarik terhadap Desa H : = 40/4
2
= 2.50
Daya tarik terhadap Desa I : = 40/2
2
= 10.01
Daya tarik terhadap Desa J : = 40/5
2
= 1.60
Daya tarik terhadap Desa K : = 40/9
2
= 0.49

10. Daya Tarik Desa J (tambahan lapangan kerja 57 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 57/5
2
= 2.28
Daya tarik terhadap Desa B : = 57/6
2
= 1.58
Daya tarik terhadap Desa C : = 57/8
2
= 0.89
Daya tarik terhadap Desa D : = 57/18
2
= 0.18
Daya tarik terhadap Desa E : = 57/19
2
= 0.16
Daya tarik terhadap Desa F : = 57/22
2
= 0.12
Daya tarik terhadap Desa G : = 57/14
2
= 0.29
Daya tarik terhadap Desa H : = 57/6
2
= 1.58
Daya tarik terhadap Desa I : = 57/4
2
= 3.56
Daya tarik terhadap Desa J : = 57/2
2
= 14.25
Daya tarik terhadap Desa K : = 57/12
2
= 0.40

11. Daya Tarik Desa K (tambahan lapangan kerja 96 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 96/15
2
= 0.43
Daya tarik terhadap Desa B : = 96/10
2
= 0.96
Daya tarik terhadap Desa C : = 96/9
2
= 1.18
Daya tarik terhadap Desa D : = 96/18
2
= 0.30
Daya tarik terhadap Desa E : = 96/23
2
= 0.18
Daya tarik terhadap Desa F : = 96/25
2
= 0.15
Daya tarik terhadap Desa G : = 96/15
2
= 0.43
Daya tarik terhadap Desa H : = 96/16
2
= 0.37
Daya tarik terhadap Desa I : = 96/10
2
= 0.96
Daya tarik terhadap Desa J : = 96/10
2
= 0.96
Daya tarik terhadap Desa K : = 96/2
2
= 23.93







8

Rekapitulasi Aksessibilitas Indeks adalah sebagai berikut dalam tabel berikut ini:
Terhadap Desa
Daya Tarik Desa
Huta
Tinggi
(A)
Huta
Namale
(B)
Huta
Baringin
(C)
Sibangg
or Julu
(D)
Sibanggo
r Jae (E)
Purba
Julu
(F)
Sibanggo
r Tonga
(G)
Huta
Lomban
g (H)
Huta
Baru
(I)
Hande
l (J)
Huta
Baringin
Julu (K)
Huta Tinggi (A) 46.61 2.98 0.69 0.52 0.45 0.11 0.55 2.33 1.60 2.28 0.43
Hutanamale (B) 3.81 36.49 4.29 1.10 0.64 0.15 0.93 4.57 2.50 1.58 0.96
Huta Baringin (C) 1.86 9.12 17.18 0.73 0.45 0.11 0.55 4.57 0.49 0.89 1.18
Sibanggor Julu (D) 0.52 0.57 0.27 46.50 0.96 0.21 1.89 0.68 0.12 0.18 0.30
Sibanggor Jae (E) 0.52 0.57 0.19 1.86 40.73 3.40 1.89 0.45 0.11 0.16 0.18
Purba Julu (F) 0.39 0.40 0.14 1.10 0.45 13.61 0.93 0.32 0.09 0.12 0.15
Sibanggor Tonga (G) 1.10 1.46 0.41 7.44 3.32 0.54 23.18 1.14 0.28 0.29 0.43
Huta Lombang (H) 3.81 2.98 0.69 0.73 0.64 0.15 0.93 28.58 2.50 1.58 0.37
Huta Baru (I) 3.81 4.05 0.85 0.83 0.50 0.12 0.64 2.33 10.01 3.56 0.96
Handel (J) 5.18 5.84 1.07 0.83 0.45 0.12 0.55 3.18 1.60 14.25 0.96
Huta Baringin Julu (K) 3.81 1.80 1.91 0.64 0.41 0.10 0.41 0.68 0.49 0.40 23.93
Jumlah 71.40 66.26 27.68 62.27 49.00 18.65 32.44 48.82 19.82 25.29 29.83

Kemudian daya tarik masing-masing daerah (desa) tersebut dihubungkan dengan
lahan kosong (cocok untuk pemukiman) di daerah (desa) masing-masing seperti tabel
berikut ini :
Tabel 3. Potensi Pengembangan Absolut
Desa
Indeks
Aksesibilitas (A
i
)
Indeks Lahan
Tertimbang (H
i
)
D
i
=A
i
x H
i

Huta Tinggi (A) 71.40 147 10,516.93
Hutanamale (B) 66.26 320 21,171.53
Huta Baringin (C) 27.68 149 4,127.06
Sibanggor Julu (D) 62.27 150 9,330.82
Sibanggor Jae (E) 49.00 56 2,740.14
Purba Julu (F) 18.65 150 2,803.00
Sibanggor Tonga (G) 32.44 224 7,272.65
Huta Lombang (H) 48.82 265 12,947.29
Huta Baru (I) 19.82 94 1,871.28
Handel (J) 25.29 69 1,732.58
Huta Baringin Julu (K) 29.83 42 1,248.09

9

Selanjutnya dihitung potensi pengembangan relatif, yaitu potensi pengembangan
masing-masing wilayah (desa) yang dinyatakan dalam proporsi (probabilitas) sebagai
berikut:
Tabel. 4. Potensi Pengembangan Relatif/Probabilitas
Desa D
i
= A
i
H
i

D
i
:D
i
(Probabilitas
Pengembangan)
Huta Tinggi (A) 10,516.93 0.1388
Huta Namale (B) 21,171.53 0.2795
Huta Baringin (C) 4,127.06 0.0545
Sibanggor Julu (D) 9,330.82 0.1232
Sibanggor Jae (E) 2,740.14 0.0362
Purba Julu (F) 2,803.00 0.0370
Sibanggor Tonga (G) 7,272.65 0.0960
Huta Lombang (H) 12,947.29 0.1709
Huta Baru (I) 1,871.28 0.0247
Handel (J) 1,732.58 0.0229
Huta Baringin Julu (K) 1,248.09 0.0165
Jumlah (D
i
) 75,761.36 1.0000

Pertambahan penduduk selama lima tahun tersebut adalah 8.420 8.028 = 392 jiwa.
Tambahan penduduk di masing-masing desa adalah total tambahan penduduk untuk
semua wilayah dikali dengan probabilitas pengembangan untuk wilayah tersebut. Atas
dasar tersebut maka tambahan penduduk untuk 5 tahun ke depan untuk masing-masing
desa adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Pertambahan Penduduk Selama 5 Tahun (2011-2015)
Desa Di
Huta Tinggi (A) 54
Huta Namale (B) 110
Huta Baringin (C) 21
Sibanggor Julu (D) 48
Sibanggor Jae (E) 14
Purba Julu (F) 15
Sibanggor Tonga (G) 38
Huta Lombang (H) 67
Huta Baru (I) 10
Handel (J) 9
Huta Baringin Julu (K) 6
Jumlah 392

10

Tambahan factor lain dalam analisis ini adalah jumlah bangku sekolah dan tenaga
medis, maka H
i
diganti dengan indeks lahan kosong tetimbang atau H
i
tertimbang.
Meskipun harga lahan sangat mempengaruhi minat orang dalam memilih lokasi, tetapi
tidak disertakan dalam indeks lahan tertibang karena harga lahan berkaitan dengan
jumlah lahan kosong yang tersedia dan tidak teraksessibilitas.
Untuk menghitung Indeks Bangku Sekolah (IBS) dan Indeks Tenaga Medis (ITM)
digunakan rumus:

Banyaknya bangku sekolah disetiap daerah desa
rata rata bangku sekolah



Banyaknya tenaga medis disetiap daerah desa
rata rata tenaga medis


Tabel 5. Menghitung H
i
Tertimbang
Desa
Luas Lahan
Kosong
Indeks Bangku
Sekolah
Indeks Tenaga
Medis
Indeks Lahan
Tertimbang (H
i
)
(a) (b) (c) (d) (e)=(b)x(c)x(d)
Huta Tinggi (A) 147 1.27 1.29 242.15
Hutanamale (B) 320 0.99 1.29 411.15
Huta Baringin (C) 149 0.47 0.97 67.74
Sibanggor Julu (D) 150 1.27 0.97 184.32
Sibanggor Jae (E) 56 1.11 1.29 80.32
Purba Julu (F) 150 0.37 0.65 36.08
Sibanggor Tonga (G) 224 0.63 0.65 91.62
Huta Lombang (H) 265 0.78 0.97 200.46
Huta Baru (I) 94 0.27 0.97 25.01
Handel (J) 69 0.39 0.65 17.22
Huta Baringin Julu (K) 42 0.65 1.29 35.30
Jumlah 1,666 8.20 11 1,391





11

Tabel 6. Menghitung Pertambahan Penduduk (Ai x Hi)
Desa
Indeks
Aksesibilitas
(Ai)
Indeks
Lahan
Tertimbang
(Hi)
Ai x Hi Probabilitas
Tambahan
Penduduk
(a) (b) (c) (d) (e)d/di (f)=jlh pddk x e
Huta Tinggi (A) 71.40 242.15 17,289.12 0.22 88
Huta Namale (B) 66.26 411.15 27,244.45 0.35 138
Huta Baringin (C) 27.68 67.74 1,874.91 0.02 10
Sibanggor Julu (D) 62.27 184.32 11,476.66 0.15 58
Sibanggor Jae (E) 49.00 80.32 3,935.64 0.05 20
Purba Julu (F) 18.65 36.08 672.84 0.01 3
Sibanggor Tonga (G) 32.44 91.62 2,972.11 0.04 15
Huta Lombang (H) 48.82 200.46 9,786.06 0.13 50
Huta Baru (I) 19.82 25.01 495.59 0.01 3
Handel (J) 25.29 17.22 435.37 0.01 2
Huta Baringin Julu (K) 29.83 35.30 1,053.12 0.01 5
Jumlah 451.45 1,391.35 77,235.87 1.00 392

Pertambahan penduduk selama 5 tahun tersebut adalah 8.028 jiwa pada tahun 2011
dan menjadi 8.420 jiwa pada tahun 2015, penduduk akan menyebar ke 11 kecamatan tersebut
dengan penyebaran yang tidak merata, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
aksessibilitas yang berbeda, semakin besar indeks aksesibilitas dan indeks lahan tertimbang
maka pertambahan penduduk akan semakin besar. Berdasarkan hasil perhitungan diatas
diketahui bahwa pertambahan jumlah penduduk terbesar terjadi di desa Huta Namale sebesar
138 jiwa dan terkecil terjadi di Desa Handel sebesar 2 jiwa selama 5 tahun.
Penyebaran penduduk 5 tahun ke depan sangat dipengaruhi oleh indeks aksesibilitas
dan indeks lahan tertimbang, dimana di desa Huta Namale mempunyai indeks aksessibilitas
sebesar 66,26 dan indeks lahan tertimbang 441,15 sedangkan di desa Handel indeks
aksessibilitas sebesar 25,29 dan indeks lahan tertimbang 17,22.
Apabila dibandingkan sebaran pertambahan penduduk tabel 6 dan 7 terlihat adanya
perbedaan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan pada perhitungan pertumbuhan
penduduk pada tabel.6 menggunakan indeks aksesibilitas dan indeks lahan tertimbang,
sedangkan pada tabel.7 menggunakan tingkat pertumbuhan 1,2 persen/tahun tanpa
memperhitungkan luas lahan yang tersedia di masing-masing daerah (desa).

12

Tabel 7. Sebaran Normal Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Puncak Sorik Marapi
Desa
Jumlah Penduduk Per Tahun Pertambahan Penduduk Per Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 Total
Huta Tinggi (A) 1243 1,258 1,273 1,288 1,304 15 15 15 15 61
Hutanamale (B) 973 985 996 1,008 1,021 12 12 12 12 48
Huta Baringin (C) 458 463 469 475 480 5 6 6 6 22
Sibanggor Julu (D) 1240 1,255 1,270 1,285 1,301 15 15 15 15 61
Sibanggor Jae (E) 1086 1,099 1,112 1,126 1,139 13 13 13 14 53
Purba Julu (F) 363 367 372 376 381 4 4 4 5 18
Sibanggor Tonga (G) 618 625 633 641 648 7 8 8 8 30
Huta Lombang (H) 762 771 780 790 799 9 9 9 9 37
Huta Baru (I) 267 270 273 277 280 3 3 3 3 13
Handel (J) 380 385 389 394 399 5 5 5 5 19
Huta Baringin Julu (K) 638 646 653 661 669 8 8 8 8 31
Jumlah 8,028 8,124 8,222 8,320 8,420 96 97 99 100 392
Keterangan : Asumsi pertumbuhan penduduk 1,20 persen/tahun

3. Kesimpulan
1. Berdasarkan tabel. 2 daya tarik desa tertinggi adalah desa Huta Tinggi sebesar 46,61 dan
yang terendah adalah Huta Baru sebesar 10,01. Hal ini disebabkan karena jumlah
tambahan lapangan kerja di Desa Huta Tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan di Desa
Huta Baru. Sedangkan jarak tempuh ke ibukota kecamatan Desa Huta Tinggi lebih lama
dibandingkan Desa Huta Baru.
2.

You might also like