You are on page 1of 17

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA

Sebuah Tinjauan yang Terlupakan

Merangakai benang kusut seakan sebuah ungkapan bagaimana kita mengapresiasi kemampuan lembaga judikatif, ekskutif dan legislatif dalam upaya membangun bangsa ini lebih baik lagi Merangkai benang kusut juga dapat diartikan bahwa peran tiga pilar dalam pembangunan bangsa : pemerintah, pengusaha, dan rakyat saling curiga atas setiap kinerja serta tugas ketiga pilar selaku pembawa perubahan yang tak kunjung selesai

Judikatif
Hukum belum menjadi panglima dinegara ini Aparat penegak hukum belum sejahtera?( tapi pengacara kondang,Polisi banyak yang kaya raya) sehingga produk RUU yang dihasilkan mereka cenderung masih menguntungkan mereka Aparat penegak hukum masih mempermainkan UU yang berlaku Arogansi menganggap paling benar dan yang lain serba salah

Ekskutif
Perannya dalam menyusun RUU juga masih memikirkan kemungkinan apakah dia bisa bermain didalam UU yang dihasilkan Kurangnya mental pekerja didalam batin ekskutif Kurangnya kesejahteraan? ( sebagian gemuk pada posisi meja basah ) sehingga masih mengulur dan memanfaatkan situasi yang ada Bawahan yang menggantikan posisinya dikemudian hari banyak belajar dari pimpinan sebelumnya bagaimana bertindak dan berbuat.

Legislatif

Produk UU yang diolah dari RUU belum maksimal di hasilkan tergantung wani piro Mental masih rendah Dasar Pendidikan reguler anggota Legislatif banyak yang kuliah sore Arogansi Modal dasar naik menjadi legislatif bisa dari tukang pukul , tukang pikul , tukang bakul , dan tukang cangkul. Kualitas suara/ mulut lebih besar dibanding kualitas otak

Hari ini seharusnya saya mengikuti undangan DPRD untuk rapat tentang limbah medis, yang katanya dengan satu syarat harus pemilik klinik yang harus datang tidak boleh diwakilkan. Siang itu saya diSMS anggota DPRD komisi c menyatakan anggota/adik kandung yang saya utus sebagai mewakili saya disuruh pulang dari gedung DPRD. SMS tersebut tidak serta merta saya balas karena sedang mengemudi mobil. Selang beberapa menit kemudian mungkin merasa tidak ada jawaban dari saya, anggota DPRD komisi C tersebut menelepon perihal ketidakhadiran dan sekaligus meminta bantuan ongkos mereka yang akan mengadakan studi banding ke Prov.Bali. Tetapi saya menolak memberi uang yang diminta dengan dalih suasana opersaional Klinik lagi sepi. SMS dari anggota DPRD komisi C kembali bergulir dengan tulisan jadi bapak tidak bisa bantu kita maksunya apa ya?

Pada tahun 1995 saya masih pegawai honorer yang kebetulan mengadakan kerjasama dengan PT Askes .pada suatu kunjungan kerja ke PT Askes saya dibawa oleh Dirut PT Askes ke sebuah Rumah sakit Milik pemerintah dan bertemu dengan direktur RSU tersebut, didalam ruangn dirut RSU Pemerintah tersebut sedang duduk seorang yang diperkelnalkan oleh dirut kepada saya sebagai ketua salah satu parpol dan merupakan wakil ketua merangkap anggota DPRD. Suasana cair dan akrab antar dirut Pt Askes, dirut RSU dan Wakil ketua DPRD sejurus kemudian sambil berdiri wakil ketua DPRD berpamitan dengan kami dan sambil bersalaman dengan dirut pt Askes menyatakan tentang rencana pertemuan antar mereka disalah satu rumah makan favorit di kota itu. Sepeninggal Wakil ketua DPRD tersebut tinggallah dirut PT Askes.Dirut RSU dan saya , Dirut RSU nyeletuk kepada dirut PT Askes Dirut RSU :bagimana bapak menghadapi para anggota DPRD yang terhormat tsb? Dirut Askes : biasa saja buk ,tentu ibu tahu kami tidak pernah ada bukti pemberian uang keluar yang tidak secara tertulis jadi ya pandai pandailah buk untuk mengalokasikannya karena mereka minta dan tak mungkin tak diberi dan mana ada kuitansi

Dirut RSu : hahaha ya memang gitulah pak terpaksalah uang kantong sendiri yang dikeluarkan Dirut Askes : kalau tidak diberi dia cari kesalahan kalau diberi memang aman tetapi kan dari kantong sendiri buk Dirut RSu : kadang saya mau melawan tetapi kan sendirian mana bisa dilawan sendirian jadi tusuk sate lah pak Dirut Askes ; hahah sepanjang masih bias diatasi ya diatasi kalau tidak ya sudah mundur Dirut RSu ; ya tadi ini ada apa kunjungan ini Dirut Askes : ini ada teman kepingin jumpa dengan para spesialis yang disini boleh kan buk Dirut RSu ; boleh tapi jangan lupa bagi bagi rezeki ya Saya : insya Allah bu Dirut RSU, Dirut Askes ,dan saya pun keluar ruangan dan menuju ruang pertemuan dokter memicarakan tentang kunjungan dokter spesialis ke klinik yang saya pimpin dengan hasil yang memuaskan , oh DPRD tak tahu malu.

Pemerintah
Rendahnya mental pekerja UU belum tegas memberi reward dan punishment Tempat tugas sering permintaan Good governance hanya isapan jempol Sering menjadi ATM bagi DPR/DPRD/,LSM,Judicatif? Korupsi dilakukan karena ada permintaan?

Pengusaha
Masih memikirkan keuntungan besar Nasib karyawan belum terpikirkan Sering menjadi pemborong pengadaan barang dan jasa pemerintah serta rajin memberi upeti kepada pejabat yang bobrok mentalnya

Rakyat
Masih menjadi objek penderita Pendidikan minim Kesehatan minim Ekonomi minim Keamanan minim

Hal diatas rakyat Diam tidak tahu mau berbuat apa/ seperti api dalam sekam Melahirkan rakyat yang malas, jahat,dan nekat

Keamanan areal usaha diutamakan tanpa memperhatiakn kenayaman areal pemukiman rakyat yang berbatasan dengannya Pengusaha perkebunan besar membangun paret diluar dari jalur yang semestinya mengakibatkan 1. Banjir 2. Longsor 3. Tumpukan atau gundukan sampah

Aparat pemerintah desa seakan lupa kinerjanya memperhatikan kenyamanan warga Kinerja aparatur pemerintah seperti Dokter spesialis penyakit dalam periksa ini periksa itu baru kasih obat bukan seperti spesialis bedah bedah dulu cari penyakitnya dan atasi

Negara seperti menegakkan benang kusut Benang kusut mau dibuat jadi kain hasilnya tidak maksimal

You might also like