You are on page 1of 3

EZKA AMALIA 09/283366/SP/23675

RESPONSE PAPER 1
We all want to succeed in our intercultural interactions, and we each have a number of measures by which we determine our success.. Reaching our goals and obtaining success requires embracing a strategyfor successful, substantive, and relationship-oriented

negotiations across culture.1

Ketika seorang mahasiswi dari kota Y mencari tempat kos di kota X yang secara adat, tradisi, budaya berbeda dari tempat asalnya, suka tidak suka mahasiswi tersebut harus mengetahui terlebih dahulu budaya yang ada di kota X, misalnya bagaimana cara berkomunikasi yang sopan, bahasa yang digunakan; dan kemudian memilih strategi yang cocok ketika mencari kos dengan memerhatikan kebutuhan dan kepentingannya sendiri. Apakah harus yang satu tempat dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama, atau tempat yang memiliki anak-anak kos dengan beragam budaya, atau yang paling penting adalah mendapatkan kos? Berapa biaya perbulan atau pertahun? Apa peraturanperaturan di kos tersebut? Dengan menentukan kebutuhan dan kepentingannya, si mahasiswi tersebut baru bisa memilih strategi apa yang akan ia pakai untuk mendapatkan kos, meskipun ia tidak boleh hanya terpaku pada satu strategi saja, karena tentunya pemilik kos juga memiliki pilihan-pilihan yang akan mempengaruhi pilihan mahasiswi tadi. Cerita tersebut sedikit menggambarkan apa yang ditulis oleh Christopher W. Moore dan Peter J. Woodrow dalam bukunya Handbook of Global and Multicultural Negotiation, khususnya chapter 3 yaitu Strategies for Global Intercultural Interactions. Secara keseluruhan, Moore dan Woodrow menegaskan bahwa ketika melakukan interaksi interkultural, terutama dalam bernegosiasi, kita membutuhkan strategi pendekatan untuk memastikan tujuan dan kepentingan kita tercapai. Strategi pendekatan tersebut
1

C. W. Moore and P. J. Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, Josey-Bass, San Francisco, 2010, p. 62-63.

bergantung pada kepentingan yang ingin kita capai. Oleh karena itu, sangat disarankan oleh Moore dan Woodrow untuk mengenali kepentingan kita, apakah substantif, prosedural, atau psikologis. Kepentingan-kepentingan tersebut harus dibedakan agar kita mampu memilih dan mengembangkan strategi yang ingin kita gunakan dalam bernegosiasi. Dengan mengacu kepada kemampuan atau kemauan kita dan mitra kita untuk beradaptasi dengan budaya lain, Moore dan Woodrow mengidentifikasi lima strategi dasar dalam bernegosiasi yaitu adhering, avoiding-contending, adapting, adopting, dan advancing2. Menurut saya, apa yang dikemukakan oleh Moore dan Woodrow ada benarnya. Hal ini dikarenakan, ketika kita berkomunikasi, berinteraksi, maupun bernegosiasi dengan orang yang memiliki budaya berbeda dengan kita, kita tidak bisa bicara, bertindak seenak kita sendiri, apalagi orang tersebut baru kita kenal atau kita berselisih dengan orang tersebut dan menginginkan adanya perbaikan hubungan. Ketika kita bersikap seenak kita sendiri dalam interaksi interkultural, kita mungkin akan menyebabkan terjadinya kesalahpahaman dan konflik yang tidak terelakkan3. Apalagi ketika kita ingin kepentingan psikologis ataupun prosedural tercapai, karena kedua kepentingan tersebut erat kaitannya dengan perbedaan budaya dan efek yang ditimbulkan oleh perbedaan tersebut kepada pihak-pihak yang bernegosiasi.4 Selain itu, menurut saya, strategi-strategi yang dikemukakan oleh Moore dan Woodrow sangat aplikatif, bahkan pada kehidupan sehari-hari. Misalnya saja ketika kita berseteru dengan teman atau pacar terkait film apa yang akan ditonton atau ingin makan dimana. Sadar atau tidak, kita pasti punya strategi untuk menyelesaikan perseteruan kita ketika kita dan teman atau pacar punya keinginan dan kepentingan masing-masing terkait mengapa memilih film A atau B dan makan di tempat C atau D. Strategi yang kita gunakan untuk menegosiasikan film yang akan ditonton atau tempat makan yang akan dituju pasti bergantung pada pengetahuan kita tentang karakter atau sifat teman dan pacar
2 3

Moore and Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, p. 64.

D. Matsumoto, S. H. Yoo, and J. A. LeRoux, Emotion in Intercultural Communication, dalam H. <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Emotion%2Band%2BIntercultural %2BCommunication&source=web&cd=1&ved=0CB4QFjAA&url=http%3A%2F %2Fwww.davidmatsumoto.info%2FBooks%2Fchapter3.pdf&ei=TYCETrTQK6TiAeMpJCeDw&usg=AFQjCNGJu2fi8LbISHpPaf_4xZsVvPB1gA&sig2=Jolgg4m1VPxERjignmW1rg>, 27 September 2011.
4

Moore and Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, p.63.

kita, dan tentunya bergantung pada pilihan strategi yang mereka pakai. Sehingga, menurut saya, sebisa mungkin ketika akan bernegosiasi sebaiknya bersikap fleksibel, karena dengan bersikap fleksibel kita dapat mengganti strategi kita seiring jalannya negosiasi, walaupun tidak menutup kemungkinan kita bersikap tidak fleksibel ketika bernegosiasi. Pada akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Moore dan Woodrow, We have choices when we interact with people from different cultures ..5, dan kita benar-benar harus memilih dengan kesadaran kita melalui informasi-informasi yang telah kita dapatkan terkait mitra kita untuk memberikan respon terhadap situasi lintas budaya yang berpotensi menjadi situasi yang sulit6. Pilihan-pilihan tersebut bisa kita miliki dan kemudian kita kembangkan ketika kita sudah tahu pasti apa kebutuhan dan kepentingan yang menjadi prioritas kita dan tentunya juga mengetahui budaya dimana kita tinggal dan apakah karakater atau gaya personal kita cocok dengan budaya kita sendiri tersebut7. Daftar Pustaka Matsumoto, David, Seung Hee Yoo and Jeffery A. Le Roux. Emotion in Intercultural Communication (online). Diunduh dari <http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=Emotion%2Band%2BIntercultural %2BCommunication&source=web&cd=1&ved=0CB4QFjAA&url=http%3A%2F %2Fwww.davidmatsumoto.info%2FBooks%2Fchapter3.pdf&ei=TYCETrTQK6TiAeMpJCeDw&usg=AFQjCNGJu2fi8LbISHpPaf_4xZsVvPB1gA&sig2=Jolgg4 m1VPxERjignmW1rg> pada 27 September 2011. Moore, Christopher W. and Peter J. Woodrow. 2010. Handbook of Global and Multicultural Negotiation. San Francisco: Josey-Bass.

5 6 7

Moore and Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, p. 75 Moore and Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, p. 75. Moore and Woodrow, Handbook of Global and Multicultural Negotiation, p. 73.

You might also like