You are on page 1of 47

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan homeostasis. Kebutuhan cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
1

tubuh

untuk

mempertahankan

keseimbangan

cairan

ini

dinamakan

pada

yang

lainnya.

airan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan

yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. B. Tujuan Tujuan umum : Siswa dapat mengerti dan memahami kebutuhan dasar cairan dan elektrolit . Tujuan khusus : 1.Siswa mengerti tentang kebutuhan cairan dan elektrolit. 2.Siswa dapat membedakan macam macam cairan dan elektrolit. 3.Siswa mengetahui fungsi cairan dan elektrolit. 4.Siswa mengerti hubungan antara cairan dan elektrolit.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2

A. CAIRAN 1. Pengertian Cairan Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh merupakan istilah secara umum untuk semua cairan yang normal yang terdapat dalam tubuh. Cairan tubuh tersebut antara lain termasuk air ludah, liur Lambung, liur pencernaan lain dan cairan-cairan dalam rongga sendi, air mata, cairan hidung, keringat dan kemih. Cairan tubuh melembabkan dan memberi makan berbagai bagian tubuh. Terdapat perbedaan yang secara alami berupa bentuk dan lokasi berbagai jenis cairan tubuh. Cairan jernih dan encer dikenal sebagai JIN, sedangkan cairan pekat dan keruh disebut YE.

Jin didistribusikan pada permukaan otot, dan berfungsi menghangatkan dan memberi makan otot, serta melembabkan kulit. Ye disimpan dalam sendi dan ruang-ruang terbuka lain dan berfungsi membasahi sendi, menguatkan otak dan sumsum, serta memberi makan berbagai ruang terbuka. Karena keduanya merupakan cairan normal tubuh dan berasal dari sumber yang sama

yaitu Qi sari makanan, keduanya dapat diubah dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya. Umumnya keduanya disebut sebagai Jinye (cairan tubuh).1 (ARDYAN PRADANA) 2. Fungsi cairan tubuh 1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel 2. Mengeluarkan buangan-buangan sel 3. Membantu dalam metabolisme sel 4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit 5. Membantu memelihara suhu tubuh 6. Membantu pencernaan 7. Mempemudah eliminasi

8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah merah, sel darah putih) 3. Cairan tubuh dibagi menjadi tiga kelompok besar Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas. 2( Guyton & Hall, 1997) Cairan tubuh dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu : Cairan intraseluler (CIS) = 40% dari BB total Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular. Cairan ekstraseluler (CES) = 20% dari BB total Cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kirakira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).Cairan ekstraseluler (CES) dibagi menjadi : a. Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa. b. Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah plasma. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting ; sel darah putih (SDP, atau leukosit) ; dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup : - pengiriman nutrien (misalnya : glokusa dan oksigen) ke jaringan - transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru - pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
4

- transpor hormon ke tempat aksinya - sirkulasi panas tubuh. Cairan transseluler (CTS) Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
3

(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1917450-cairan-dan-

elektrolit) 4. Pengaturan keseimbangan volume cairan tubuh Terbagi atas : 1) Rasa Dahaga Mekanisme rasa dahaga : * Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat menrangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus * Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga. 2) Anti Diuretik Hormon ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koli gentes, dengan demikian dapat menghemat air. 3) Aldosteron Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensi renian dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia 4) Prostaglandin Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi
5

dalam merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium dan efek ginjal pada ADH. 5) Glukokortikoid Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan cairan tubuh 1) Membran Setiap kompartemen cairan dipisahkan oleh membran permeabel selektif yang memungkinkan gerakan air dan beberapa zat terlarut. Permeabilitas membran yang selektif membantu untuk mempertahankan komposisi unik dari setiap kompartemen sementara memungkinkan gerakan nutrien dari plasma ke sel-sel dan gerakan produk sisa keluar dari sel dan akhirnya ke dalam palsma. Membran semipermeabel tubuh meliputi : a. membran sel : memisahkan CIS dan CIT dan terdiri atas lipid dan protein b. membran kapiler : memisahkan CIV dari CIT c. membran epitelial : memisahkan CIT dan CIV dari CTS. Contoh : epitelium mukosa dari lambung dan usus, membran sinovial dan tubulus ginjal. 2) Proses transpor Selain selektivitas membran, gerakan air dan zat terlarut ditentukan juga oleh beberapa proses transpor cairan tubuh, seperti yang telah dibahas diatas. 3) Konsentrasi cairan tubuh a. Osmolalitas Adalah jumlah keseluruhan partikel-partikel yang larut didalam larutan. Istilah osmolality sering digunakan untuk memberikan / menggambarkan kepekatan suatu larutan. Perubahan dalam osmolalitas ekstraseluler dapat mengakibatkan perubahan pada volume cairan ekstraseluler dan intraseluler : Penurunan Osmolalitas CES > Gerakan air dari CES ke CIS Peningkatan Osmolalitas CES > Gerakan air dari CIS ke CES
6

b. Tonisitas Adalah istilah lain untuk osmolalitas efektif. Molekul kecil seperti urea dengan mudah melewati semua membran dengan cepat berekuilibrium diantara kompartemen dan hanya memberikan sedikit efek pada gerakan air. Molekul ini disebut osmol takefektif. Sebaliknya natrium, glukosa dan manitol adalah contoh dari osmol efektif, molekul ini tidak melewati membran sel dengan cepat dan akan mempengaruhi gerakan air. Dengan demikian osmolalitas efektif tidak hanya tergantung pada jumlah zat terlarut tetapi juga pada permeabilitas membran terhadap zat terlarut ini.

Larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektifnya dengan cairan tubuh (kira-kira 280-300 mOsm/kg). Contohnya adalah normal salin-larutan natrium klorida (NaCl) 0,9%

Larutan hipotonik adalah larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektif lebih kecil dari cairan tubuh. Contoh larutan (NaCl) 0,45%

Larutan hipertonik adalah larutan yang mempunyai osmolalitas sama efektif lebih besar dari cairan tubuh. Contoh larutannya adalah (NaCl) 3%

B. SECARA SKEMATIS JENIS DAN JUMLAH CAIRAN TUBUH 1. Jenis dan jumlah cairan tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

2. Nilai rata-rata cairan ekstraseluler (CES) dan cairan intraseluler (CIS) pada dewasa normal terhadap berat badan

(1.1 Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.)

3. Prosentase total cairan tubuh dibadingkan berat badan


8

Tabel Prosentase total cairan tubuh dibadingkan berat badan

1.2 Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

Kandungan elektrolit cairan tubuh

Intake dan output rata-rata harian dari unsure tubuh yang utama

Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss (IWL) Bila ingin mengetahui Insensible Loss (IWL) maka kita dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut : DEWASA = 15 cc/kg BB/hari ANAK = (30 usia (th)) cc/kg BB/hari Jika ada kenaikan suhu : IWL = 200 (suhu badan sekarang 36.8C)
6

(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

4. Keseimbangan intake dan output cairan dalam tubuh Intake cairan Adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbs. Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
10

sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini : No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam). 1. 3 hari 3,0 250-300 2 . 1 tahun 9,5 1150-1300 3. 2 tahun 11,8 1350-1500 4. 6 tahun 20,0 1800-2000 5. 10 tahun 28,7 2000-2500 6. 14 tahun 45,0 2200-2700 7. 18 tahun 54,0 2200-2700 Output cairan Adalah proses kehilangan caiaran tubuh output cairan melalui empat rute (proses) yaitu : a.Urine : Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. b. IWL (Insesible Water Loss) : IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat. c. Keringat : Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
11

berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit. d.Feses : Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). 5. Kompoisi cairan tubuh Komposisi cairan pada tubuh dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50% BB. Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15% dan plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll.sebesar 20%. Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. 1. Zat zat yang terdapat dalam cairan Cairan tubuh terdiri dari dua komponen zat, yaitu : 1). Air (larutan pelarut) Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya. 2). Solut (larutan terlarut) Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-elektrolit. a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi : ion positif (kation)

12

Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam. ion negatife (anion)

Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4). Perhitungan anion dan kation diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter mol/L) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama, nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma. b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin. Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca protein dan asam organik.
2 +

, magnesium Mg2+,

13

Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh disebutkan sebagai berikut :

( Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518)

2. Perhitungan pemenuhan kebutuhan cairan dalam tubuh Kebutuhan cairan akan meningkat jika suhu tubuh meningkat. Kurangnya masukan dan kehilangan cairan sebelym pasien mendapatkan perawatan karena muntah, diare, perdarahan dan lain-lainkeseluruhan kenutuhan ini harus dihitung berdasarkan deficit, rumus menghitung deficit adalah, dibawah ini : Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) air tubuh sekarang Air tubuh yang dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal) Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg) Derajat dehidrasi dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Dehidrasi ringan 2. Dehidrasi sedang : Kehilangan cairan tubuh 5% dengan tanda-tanda klinis, bibir kering, mata sedikit cekung. :Kehilangan cairan tubuh 10 % dengan tanda-tanda klinis, penurunan turgor kulit, mata cekung lebih jelas. 3. Dehidrasi berat : Kehilangan cairan tubuh 20% dengan tanda-tanda klinis pre syok, denyut nadi kecil dan
14

cepat, mata cekung.

3. Terapi cairan Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama (misal karena pembedahan saluran cerna), perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah terus-menerus, dll. Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa. Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-zat lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih, tinja, keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama seperti pada tabel di bawah ini. Masukan (ml per 24 jam) Keluaran (ml per 24 jam) Minum 800 -1700 Urine 600 1600 Makan Oksidasi Jumlah 500 -1000 200- 300 1500-3000 Faeces IWL Jumlah 50 200 850 1200 1500 3000

Indikasi pemberian terapi cairan , antara lain: Kehilangan cairan tubuh akut Kehilangan darah Anoreksia Kelainan saluran cerna

4. Teknik pemberian cairan Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah
15

pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis. Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior. C. ELEKTROLIT 1. Pengertian elektrolit Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh berfariasi pada satu bagian denagan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ioan pada tiatiap bagian berbeda, hokum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negative harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. 2. Pembagian cairan elektrolit Cairan elektrolit dibagi menjadi dua yaitu : a. Elektrolit Elektrolit merupakan unsur/senyawa yang jika berada dalam larutan menghasilkan partikel- partikel yang bermuatan listrik (ion). Elektrolit tubuh mencakup natriun (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca+), Magnesium (Mg+), Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4-), Sulfat (SO4-). b. Non elektrolit Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,seperti protein, glukosa,oksigen, karbondioksida, urea dan asam-asam organik. 3. Muatan yang terdapat dalam cairan elektrolit Dalam cairan elektrolit terdapat dua muatan yaitu : a. Elektrolit yang bermuatan positif
16

elektrolit yang bermuatan positif disebut dengan kation yang terdiri dari Na, K, Ca, dan Mg. Macam macam kation : 1. Sodium atau natrium (Na+) Kation berlebih di ruang ekstraseluler Sodium penyeimbang cairan di ruang ekstraseluler Sodium sebagai komunikasi antar nerves dan muskulus Membantu proses keseimbangan asam basa dengan menukar ion hidrogen pada ion sodium di tubulus ginjal: ion hidrogen di ekresikan Sumber : daging panggang, rempah-rempah, kue Nilai normal sodium sekitar 135 148 mEg / ltr. 2. Potassium atau Kalium (K+) Kation berlebih diruang intraseluler Menjaga keseimbangan kalium diruang intrasel Mengatur kontrasi (polarisasi dan repolarisasi) dan otot dan nerves. Sumber : pisang, alpokat, jeruk, tomat, dan kismis. Nilai standar potassium 3,5 5,5 mEg/ltr 3. Calsium ( Ca+) : Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, fluoride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya kuat dan keras. Meningkatkan fungsi saraf dan otot. Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan pengaktifan protombin dan thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan, sayuran, dll. 4. Magnesium Kation terbanyak kedua di intrasel dan sangan penting untuk aktifitas enzim , aktifitas syaraf dan otot. Nilai normal magnesium 1,5 2,5 mEg/ltr b. Elektrolit yang bermuatan negatif

17

Elektrolit yang bermuatan negatif disebut dengan anion yang terdiri dari Cl , HCO 3 , HPO4 dan SO4, elektrolit yang bermuatan negatif adalah anion. Macam macam anion : 1. Clorida (Cl-) Kadar berlebihan di ruang ekstrasel Membantu proses keseimbangan natriun Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster Sumber : garam dapur Nilai normal kKlorida 95 105 mEg / ltr 2. Bikarbonat (HCO3-) Bagian dari bikarbonat buffer sistem Bereaksi dengan asam kuat membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. 3. Fosfat (H2PO4 dan HPO4) Bagian dari fosfat buffer sistem Berfungsi untuk menjadi energi pada metabolism e sel Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang. Masuk dalam struktur genetin yaitu DNA dan RNA. 4. Fungsi elektrolit Fungsi elektrolit secara umum antara lain: Menjaga tekanan osmotik tubuh Mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (bodys fluid compartement) Menjaga pH tubuh Terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.

5. Komposisi elektrolit
18

Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut:


Natrium Kalium Klorida Bikarbonat Arteri Bikarbonat Vena Kalsium Maknesium Fosfat

: :

135 145 m Eq/L 3,5 5,3 m Eq/L

: 100 106 m Eq/L : 22 26 m Eq/L

: 24 30 m Eq/L : 4 5 m Eq/L : 1,5 2,5 m Eq/L : 2,5 4,5 mg/100ml

1. Kekurangan elektrolit Terbagi atas beberapa : a. Hiponatremia Kadar natrium dalam darah dapat disebabkan oleh kurangnya diet makanan yang mengandung natrium, sedang menjalankan terapi dengan obat diuretik (mengeluarkan air kencing dan elektrolit), terapi ini biasanya diberikan dokter kepada penderita hipertensi dan jantung, terutama yang disertai bengkak akibat tertimbunnya cairan. Muntah-muntah yang lama dan hebat juga dapat menurunkan kadar natrium darah, diare apabila akut memang dapat menyebabkan hipernatremia tapi apabila berlangsung lama dapat mengakibatkan hiponatremia, kondisi darah yang terlalu asam (asidosis) baik karena gangguan ginjal maupun kondisi lain misalnya diabetes juga dapat menjadi penyebab hiponatremia.

b. Hipokalemia

19

Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Ini dapat terjadi dengan sangat cepat, ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan, penurunan bising usus, serta kadar kalium plasma menurun hingga kurang dari 3,5 m Eq/L. c. Hipokalsemia Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 m Eq/L, serta kesemutan pada jari dan sekitar mulut. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal. d. Hipomagnesia Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, bisorientasi dan konfulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 m Eq/L.

2. Kelebihan Elektrolit

a. Hipernatremia Merupakan suatu keadaan dimana keadaan natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk, dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan kemerahan, konfulsi serta suhu badan naik. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garam yang sedikit. b. Hiperkalemia

20

Merupakan sua`tu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi akibat luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang berlebihan melalui intra vena. Ditandai dengan adanya mual h`iper aktifitas sistem pencernaan aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit, diare, adanya kecemasan dan iritabillitas (peka rangsang). c. Hiperkalsemia Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 m Eq/L.

d. Hipermagnesia Merupakan kondisi kelebihan kadar maknesium dalam darah. Ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 m Eq/L. 3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan elektrolit Kebutuhan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor: 1. Usia perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan elektrolit. 2. Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan. 3. Diet, apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan

makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan elekrolit dari interstisial ke interseluler. 4. Stres dapat mempengaruhi kebutuhan elektrolit melalui proses peningkatan produksi

ADH yang dapat meningkatklan metabolism sehingga mengakibatkan retensi natrium.

21

5.

Sakit, pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak sehingga untuk

memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidak seimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidak seimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan elektrolit. 9. Terapi elektrolit Terdiri dari beberapa, yaitu : 1. Natrium a. Hiponatremia Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L) Hiponatremia dibedakan menjadi: 1) Hiponatremia artifaktual, palsu Laboratorium melaporkan ralat yang disebabkan oleh:

Hiperglikemi Koreksi nilai natrium (setiap peningkatan glukosa darah sebesar 100 mg/dl mengurangi natrium sebesar 1,7 mEq/L)

Hiperlipidemi Osmolalitas serum yang diukur akan normal atau lebih besar daripada osmolalitas yang dihitung (Osm = [2 x Na] + [Glukosa/18] + [BUN/2,8])

2) Hiponatremia dilutional, hipervolemia dengan ekspansi air tubuh total Merupakan hiponatremia yang disebabkan oleh gangguan ekskresi air, tampak sebagai edema; misalnya pada CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik. 3) Hiponatremia hipovolemik
22

Adalah deplesi natrium melebihi deplesi air; misalnya pada gagal ginjal, hipotiroid dan penyakit Addison. 4) Hiponatremia euvolemik Adalah deplesi natrium dan air dalam jumlah sebanding. Hal ini terjadi pada kehilangan air dan natrium melalui saluran cerna (pada muntah, sedot nasogastrik, diare), kehilangan ke rongga ketiga (pada luka bakar, pembedahan), keringat berlebihan, penyakit ginjal dan adrenal (pada DM tak terkendali, hipoal dosteron, penyakit addison, fase pemulihan dari penyakit ginjal).

Gambaran Klinis

Gambaran klinis hiponatremia tergantung keparahan dan cepatnya timbul pertama kali. Gejala lebih mencolok pada hiponatremia yang cepat berkembang. Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.

Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.

Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).

Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.

Tatalaksana hiponatremia

Atasi penyakit dasar Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
23

Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan

hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis

Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien

asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L, digunakan rumus: Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter) TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)

Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml) Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretik Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.

b. Hipernatremia Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L) Menyebabkan terjadi hipernatremia :

Terjadi jika kehilangan cairan hipotonik tidak diganti secara adekuat. Jika kehilangan cairan tidak melalui ginjal (kehilangan melalui saluran cerna, keringat

atau hiperventilasi), osmolalitas urin akan lebih besar daripada serum, dan Na urin akan < 20 mEq/L.

Osmolalitas urin kurang dari atau sama dengan serum menyiratkan kehilangan melalui

ginjal (misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik).

Hipernatremia dapat terjadi dengan hiperalimentasi atau pemberian cairan hipertonik lain.
24

Tanda dan Gejala Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia. Manifestasi tambahan biasa terjadi sekunder terhadap kelainan dasar dan status volume (takikardi dan hipotensi ortostatik dengan deplesi volume; edema bila ada kelebihan cairan). Tatalaksana hipernatremia

Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai

hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.

Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan

dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.

Defisit air tubuh ditaksir sebagaiberikut: Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) air tubuh skrg Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal) Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)

Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit

dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral. 2. Kalium Kalium total tubuh berjumlah kira-kira 50 mEq/kgBB, 98% terdapat di dalam sel. Penurunan kadar serum sebanyak 1 mEq K+ berbanding dengan 10% sampai 20% defisit kalium total tubuh. a. Hipokalemia Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L) Etiolognya, yaitu :
25

Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, Diuretik Asupan K+ yang tidak cukup dari diet Ekskresi berlebihan melalui ginjal Maldistribusi K+ Hiperaldosteron

diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)


Gambaran klinis Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST. Hipokalemia juga menyebabkan peningkatan kepekaan sel jantung terhadap digitalis dan bisa mengakibatkan toksisitas pada kadar terapi. Tatalaksana hipokalemia

Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.

Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.

Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
o

Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan

dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
o

Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis

maksimum dewasa.
26

b. Hiperkalemia Definisi: kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L) Etiologinya, yaitu :

Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE. Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.

Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.

Insufisiensi adrenal Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama

Hipoaldosteron.

Gambaran klinis Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden. Tatalaksana hiperkalemia

27

Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung

Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan

Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit

Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit).

D. CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1.Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase, yaitu : a.Fase I Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal. b.Fase II Cairan insterstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel. c.Fase III Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kepiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel mampu memfilter tidaksemua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode ini perpindahan dri cairan dan elektrolit tubuh dengan cara : Diffusi
28

Filtrasi Osmosis Aktiv transport

Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler darah dan sel, yaitu: Permebelitas membran kapiler dan sel Konsenterasi Potensial listrik Perbedaan tekanan.

Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Diffusi air terjadi pada daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi.8 (PRO-HEALTH) 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah : 1) Jenis kelamin Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh. 2) Sel-sel lemak Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh 3) Temperatur lingkungan Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
29

4) Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. 5) Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari. 6) Diet Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema. 7) Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. 8) Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh , Misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. - Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh - Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
30

9) Tindakan Medis Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit t tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain. 10) Pengobatan Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. 11) Pembedahan Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan. 3.Konsep dasar cairan dan elektolit Pengeluaran cairan terjadi melalui organ organ seperti: a. Ginjal
Merupakan

pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk

di saring setiap hari.


Produksi

urin untuk semua usia 1ml/ kg/ jam. dewasa produksi urin sekitar 1,5 lt/ hari.

Pada orang Jumlah

urine yang di produksi oleh ginjal di pengaruhi oleh ADH dan aldosteron.

b. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh syaraf simpatis yang merangsang aktifitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat di hasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.

Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15 20 ml/ 24 jam.

c. Paru paru
31

Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/ hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari

sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/ 24 jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius. * Keterangan IWL : (Insensible Water Loss) Kandungan elektrolit cairan tubuh

Tujuan Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit -Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit -Infus pengobatan dan pemberian nutrisis 4. Alat dan bahan prosedur kebutuhan cairan dan elektrolit Perincian alat tersebut, sebagai berikut : 1. Standart infus 2. Set Infus (Infus Set) 3. Cairan infus sesuai dengan program medik 4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai (Abbocath)
32

5. Pengalas 6. Torniket 7. Kapas Alkohol 8. Plester 9. Gunting 10. Kasa steril 11. Betadine 12. Sarung tangan Prosedur kerja pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit 1.Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan 2.Cuci tangan 3.Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses slang ke botol infus 4.Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar 5.Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan 6.Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10 - 20 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkuler (bila sadar) 7. Gunakan sarung tangan steril 8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan posisi jarum (abbocath) mengarah keatas

33

10.Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abbocath / sorflo). Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abbocath / sorflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tususkan ke dalam vena 11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan / dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus di hubungkan / disambungkan dengan slang infus 12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang di berikan 13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril 14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum infus yang digunakan 15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 16. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infus.8 (Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia) 5. Jumlah Kehilangan air dan elektrolit bahan metabolik dalam keadaan normal maupun sakit

6.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah : Volume Osmolalitas Komposisi

34

Ketidak seimbangan volume terutama mempengaruhi cairn ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relative sama. Sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF). Ketidak seimbangan osmotic terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relative tidak seimbang. Gangguan osmotic umumnya berkaitan dengan hipotremia dan hipermatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini. Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional. a. Ketidak seimbangan volume Kekurangan volume cairan ekstraseluler (ECF) Kekurangan volume ECF atau hipovelemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relative mengakibatkan hipernatremia. cairan isotonik adalah cairan yang konsntrasi/ kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contoh : larutan NaCl 0,9 %, larutan ringer lactate (RL). cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya : larutan dextrose 5% dalam NaCl normal, dextrose 5% dalam RL , dextrose 5% dalam NaCl 45%. cairan hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekaannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan glukosa 2,5%, NaCl 0,45%, NaCl 0,33%. Kelebihan volume ECF : Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira-kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isototonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke
35

kompartement cairan interstitial sehingga menyebabkan edema. Edema adalah penumpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata. b. Ketidak seimbangan osmolalitas dan perubhan komposisional Ketidak seimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat telarut dalam cairancairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotic dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Perubahan komposisional di bawah ini : Hipoklemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L. Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,4 mEq/L. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medic yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal. 9(Sylvia Andreson Price) 7. Cara pemenuhan kebutuhan air dan elektrolit a. Konsumsi cairan Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) adalah 30-40 ml/kgBB/hari pada orang dewasa. Untuk menentukan kebutuhan cairan pada anak-anak dapat digunakan pedoman sbb: 4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama 2 ml/kgBB/jam tambahkan untuk berat badan 10 kg kedua 1 ml/kgBB/jam tambahkan untuk sisa berat badan selanjutnya Contoh Pasien dengan berat badan 23 kg, maka kebutuhan cairan basalnya adalah:
36

(4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 3) = 63 ml/jam b. Transfusi Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan, dan lama perdarahan. Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh pada respon yang diberikan.Pada orang dewasa sehat, perdarahan 10% jumlah volume darah tidak menyebabkan perubahan tanda-tanda fisiknya. Frekuensi nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer dan tekanan vena sentral tidak berubah. Reseptor dalam jantung akan mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan pusat vasomotor menstimulasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya menyebabkan vasokonstriksi. Penurunan tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan perpindahan cairan ke dalam ruang interstitial berkurang. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan retensi air dan ion Na+. Hal ini menyebabkan volume darah kembali normal dalam 12 jam. Kadar protein plasma cepat menjadi normal dalam waktu 2 minggu, kemudan akan terjadi hemopoesis ekstra yang menghasilkan eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan sebanyak 30%. Pada perdarahan yang terjadi di bawah 50% atau hematokrit masih di atas 20%, darah yang hilang masih dapat diganti dengan cairan koloid atau kombinasi koloid dengan kristaloid yang komposisinya sama dengan darah yaitu Ringer Laktat. Namun bila kehilangan darah > 50%, biasanya diperlukan transfusi. Untuk mengganti darah yang hilang dapat digunakan rumus dasar transfusi darah, yaitu:
V = (Hb target Hb inisial) x 80% x BB)

Kadar Hb donor 1) Transfusi sel darah merah a. Indikasi transfusi sel darah merah

Kehilangan darah yang akut

37

Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hlang, maka darah lengkap harus diberikan; jika kurang dari separuh, maka konsentrat sel darah merah atau plasma expander yang diberikan.

Transfusi darah prabedah Anema defisiensi besi Penderita defisiensi besi tidak dapat ditransfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang gagal berespon terhadap pengobatan pada dosis terapeutik penuh besi per oral.

Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun Gagal ginjal Anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharusnya diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.

Gagal sumsum tulang Penderita gagal sumsum tulang karena leukimia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan bukan saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain.

Penderita yang tergantung trasnfusi Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal.

Penderita sel bulan sabit

38

Beberapa penderita penyakit ini membutuhkan trasnfusi secara teratur, terutama setelah stoke, karena sindrom dada berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan.

Penyakit hemolitik neonatus Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.10 (Dolores F. Saxton)

b. Berbagai komponen sel darah merah Komponen Kemasan vol sel Volume yang diberikan 510 ml 510 ml Sekitar 200 ml Bervariasi Indikasi utama Kehilangan darah masif akut Tidak dapat dibuktikan Kehilangan darah menahun atau anemia Reaksi transfusi non-hemolitik dan pencegahan imunisasi HLA Bervariasi Bervariasi sebelum pencangkokan Reaksi transfusi non-hemolitik terhadap protein plasma Bervariasi bervariasi, tetapi Penderita dengan antibodi biasanya <200ml langka

darah Darah lengkap 0,35 0,45 Darah segar 0,35 0,45 Konsentrat sel 0,55 0,75 darah merah Darah yang disaring Sel darah merah yang dicuci Sel darah merah beku, dicairkan & Bervariasi

dicuci c. Kriteria transfusi dengan RBC konsentrat


Hb < 8 g% Hb 810 g%, normovolemia disertai tanda gangguan miokardial, serebral, respirasi Perdarahan hebat > 10 ml/kg pada 1 jam pertama atau 5 ml/kg pada 3 jam pertama

d. Masalah yang berkaitan dengan transfusi sel darah merah


39

Masalah mendesak

Beban sirkulasi teradi jika darah ditransfusikan terlalu cepat sehingga redistribusi cairan pengganti cepat terjadi, atau jika terjadi gangguan fungsi jantung. Tekanan vena sentral meningkat, dan pada kasus berat terjadi gagal ventrikel kiri

Kebocoran kalium ke luar sel darah merah selama penyimpanan. Hiperkalemia ini dieksaserbasikan karena penyimpanan darah terlalu lama pada suhu kamar

Transfusi masif dapat menyebabkan hipotermia, toksisitas sitrat, beban asam, dan penyusutan trombosit serta faktor koagulasi

Reaksi hemolitik dapat menyebabkan demam, takikardi, kesulitan tidur, nyeri selangkang, rigor, muntah, diare, nyeri kepala, hipotensi, sok, dan akhirnya gagal ginjal akut serta perdarahan akibat DIC

Raksi non-hemolitik dapat menyebabkan urtikaria, demam dan reaksi anafilaktik berat, walaupun jarang terjadi.

Masalah jangka menengah

Flebitis lokal dapat terjadi jika kanula plastik ditinggalkan pada tempat yang sama terlalu lama. Kadang-kadang terjadi infeksi oleh stafilokokus atau corinebacterium

Hipertensi dan/atau sindrom kejang kadang-kadang ditemukan pada penderita sel sabit dan b thalasemia mayor yang menerima transfusi teratur

Infeksi dapat ditularkan melalui transfusi

Masalah jangka panjang Beban besi. Setiap unit darah mengandung 250 mg besi yang tak dapat diekskresikan tubuh. Transfusi teratur yang sering dapat menyebabkan tertimbunnya besi dalam tubuh sehingga terjadi pigmentasi, hambatan pertumbuhan pada orang muda, sirosis hepatik, diabetes, hipoparatiroid, gagal jantung, aritmia, dan akhirnya kematian. Pengobatan dengan khelasi besi harus

40

dipertimbangkan pada penderita ini sebelum terjadi kerusakan organ yang serius.
11

(Barbara Kozier, Fundamental )

2) Transfusi Trombosit dan Granulosit Transfusi trombosit dan granulosit diperlukan bagi penderita trombositopenia yang mengancam jiwa dan netropenia yang disebabkan karena kegagalan sumsum tulang. Keadaan ini mungkin akibat langsung dari penyakit penderita, misalnya leukimia akut, anemia aplastika, atau transplantasi sumsum tulang. a.Indikasi transfusi trombosit

Gagal sumsum tulang yangdisebabkan oleh penyakit atau pengobatan Kelainan fungsi trombosit Trombositopenia akibat pengenceran Pintas kardiopulmoner Purpura trombositopenia autoimun

mielotoksik

b.Efek merugikan pada transfusi trombosit Efek merugikan pada transfusi trombosit adalah timbulnya kerefrakteran trombosit, aloimunisasi, penularan penyakit dan kadang-kadang graft versus host disease. c.Indikasi transfusi granulosit

Neutropenia persisten dan infeksi berat Jika dihitung neutrofil terus-menerus kurang dari 0,2 x 109/L dan terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan menggunakan antibotik yang tepat dalam 48-72 jam.

Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten Sepsis neonatus

41

d.Efek merugikan transfusi granulosit Efek merugikan pada transfusi granulosit adalah timbulnya aloimunisasi, penularan infeksi, infiltrasi paru dan graft versus host disease. 3) Pemberian Cairan Melalui Infus Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intra vena (Infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam vena(Pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (Vena cefalica basilica dan mediana cubitti), atau vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anakanak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien sok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu Rumus menghitungtetesan infus Tetesan /menit = Jumlah cairan yang dimasukkan Lamanya infuse (jam)x 3 Tetesan/menit (mikro anak-anak) = Jumlah cairan infuse (cc) Lamanya infuse(jam) Contoh 1 : Tn. A mendapat terapi cairan RL 1000 ML dalam 1 jam. Berapa tetes/menit cairan yang diberikan kepada Tn. A? Jawaban : Tetesan = 1000ML 1(Jam)x3
42

= 5.6 tetes/menit

Contoh 2 : Anak A mendapat terapi cairan 500cc dalam 24 jam. Berapa tetes/menit cairan tersebut diberikan pada anak A? Jawaban : Tetesan = 500 24 = 20,8

43

BAB III PENUTUP


A.KESIMPULAN 1. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan tubuh merupakan istilah secara umum untuk semua cairan yang normal yang terdapat dalam tubuh. Cairan tubuh tersebut antara lain termasuk air ludah, liur Lambung, liur pencernaan lain dan cairan-cairan dalam rongga sendi, air mata, cairan hidung, keringat dan kemih. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh berfariasi pada satu bagian denagan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ioan pada tia-tiap bagian berbeda, hokum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negative harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. 2. Cairan tubuh dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu : Cairan intraseluler (CIS) = 40% dari BB total Cairan ekstraseluler (CES) = 20% dari BB total Cairan transseluler (CTS) Cairan elektrolit dibagi menjadi dua yaitu : a.Elektrolit b.non elektrolit 3. Fungsi cairan tubuh 1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel 2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
44

3. Membantu dalam metabolisme sel 4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit 5. Membantu memelihara suhu tubuh 6. Membantu pencernaan 7. Mempemudah eliminasi 8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah merah, sel darah putih) Fungsi elektrolit secara umum antara lain: Menjaga tekanan osmotik tubuh Mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (bodys fluid compartement) Menjaga pH tubuh Terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. 4. Faktor factor yang mempengaruhi kebutuhan dasar cairan dan elektrolit 1) Jenis kelamin 2) Sel-sel lemak 3) Temperatur lingkungan 4) Umur 5) Iklim 6) Diet 7) Stress 8) Kondisi Sakit 9) Tindakan Medis 10) Pengobatan B. SARAN
45

1. Setiap individu sebaiknya mengetahui dan mengerti berapa kebutuhan cairan dan elektrolit di dalam tubuh yang harus dipenuhi, sehingga kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuhnya dapat terpenuhi. 2. Setiap individu sebaiknya mengetahui fungsi dari pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, sehingga memunculkan motifasi untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuhnya. 3. Setiap individu seharusnya dapat membedakan antara cairan dan elektrolit, sehingga mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall, 1997. Pukul 12 : 00 WIB, tanggal 4 desember 2011 Guyton ,A.C. buku ajar Fisiologi, Ed 9,EGC, 1997. Hal 375-377, Pukul 11: 00, tanggal 4 desember 2011 http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1917450-cairan-dan-elektrolit, Pukul 15 : 00, tanggal 5 desember 2011 A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC : 200 Blog Erfandi,kebutuhan dasar manusia, Pukul 16 : 00, tanggal 6 desember 2011 7 Desember 2008 oleh PRO-HEALTH, Pukul 15 : 30, tanggal 3 desember 2011 Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518 Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8. , Pukul 18 : 00, tanggal 3 desember 2011 Barbara Kozier. Fundamental Of Nursing Concept, Process and Pratice, Fifth Edition, Addison, Wsley Nursing, California, 1995. Pukul 19 : 00, tanggal 4 desember 2011 Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition Mosby, St. Louis, Missouri, 1999. Pukul 19 : 00, tanggal 4 desember 2011

46

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995. Pukul 19 : 00, tanggal 4 desember 2011

47

You might also like