You are on page 1of 5

Mandala of Health.

Volume 5, Nomor 2, Mei 2011

Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

EFEKTIVITAS KOMBINASI EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia) DAN SELENIUM SULFIDA TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN KOLONI Pityrosporum ovale
Aristi Intan Soraya1, IDSAP Peramiarti1, R. Busono Boenjamin1
1

Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman Email: aristiintan@yahoo.com

ABSTRACT
Mycosis has not been elucidated completely in the world. Dandruff or seborrhoeic dermatitis is a mycosis that has world prevalence of 50%. Dandruff is caused by Pityrosporum ovale, a fungi species. Recently, dandruff therapy includes the using of anti-dandruff agent and traditional herbs. Selenium sulphide is an active ingredients of shampoo which effective as anti-Pityrosporum agent. Effectiveness of noni (Morinda citrifolia) flesh to inhibit P. ovale colony has been reported. The aim of this study was to know the effectivity of noni extract and selenium sulphide combination to inhibit growth of P. ovale colonys growth in vitro. This research was using Rancang Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial with two factors, noni flesh extract and selenium sulphide. The sample was taken from scalp skin scrapping of dandruff or seborrhoeic dermatitis patient. This research was done by giving combination of five levels of noni extract concentration (0%, 0,5%, 1%, 1,5%, and 2%) with five levels of selenium sulphide, repeated two times. Agar dilution was used to measure antifungal activity. The data was analysed with Analisis Sidik Ragam. This research showed that the decrease amount of P. ovale colony wasnt consistent with the increase concentration of noni flesh extract and selenium sulphide. Proportionally, noni flesh extract and selenium sulphide was effective to inhibite the growth of P. ovale colony. The effective concentration for this combination is 1,5% noni flesh extract plus 1% selenium sulphide and 2% noni flesh extract plus 0,75% selenium sulphide. Key words: Morinda citrifolia, noni, selenium sulphide, Pityrosporum ovale, dandruff, and seborrhoeic dermatitis

PENDAHULUAN Indonesia yang merupakan negara tropis dengan kelembaban dan suhu yang tinggi masih belum sepenuhnya berhasil membasmi penyakit infeksi jamur (mikosis) . Menurut tempat serangannya, mikosis dapat digolongkan kutaneus sistemik, dan menjadi golongan
2 1

gatal. Ketombe menyerang 50% populasi dunia4. sebasea, Gangguan jamur ini disebabkan Malassezia dan oleh dan beberapa faktor, yakni aktivitas kelenjar genus
5,6

kepekaan individual . Terapi P. ovale di ketombe kulit dermatitis mengurangi seboroik bertujuan untuk menurunkan jumlah kepala, morbiditas dan menghindari komplikasi. Pengobatan ketombe dapat dilakukan dengan penggunaan mekanisme satu contoh sampo kerja agen yang memiliki pengatur adalah keratolitik, antimikrobial

mikosis satu

atau

superfisial, oportunistik .

subkutaneus, Salah

golongan jamur yang menyebabkan mikosis superfisial adalah Malassezia furfur. Salah satu spesiesnya adalah Pityrosporum ovale (P. ovale) yang menyebabkan penyakit ketombe atau dermatitis seboroik . Ketombe dan dermatitis seboroik adalah kondisi kulit abnormal yang umum terjadi dan ditandai oleh pengelupasan dan
3

keratinisasi dan agen antimikrobial. Salah selenium sulfida7. Pengobatan tradisional yang dapat menghambat pertumbuhan jamur P. ovale antara lain mengkudu, aruda, jeruk

276

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011

Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

nipis, kunyit, seledri, jahe, dan campuran rosemary, akar wangi, jinten hitam, cendana, banyak, jeruk lemon, dan kayu putih8,9,10,11,12. Selenium sulfida telah digunakan sejak tahun 1960 sebagai bahan aktif pada sampo anti ketombe dan pengobatan topikal untuk gangguan kulit seperti folikulitis dan tinea versikolor. Senyawa sulfida pada sampo akan bersifat antifungi dan selenium akan menghambat proliferasi sel kulit kepala13,14. Efek samping pemakaian selenium sulfida adalah kulit kepala menjadi berminyak atau malah kering, kerontokan rambut dan merusak warna rambut8,15. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah (quasi penelitian experiment) eksperimental semu

media Nutrient Broth (NB), olive oil, KOH 10%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dengan menggunakan dua faktor yaitu faktor ekstrak mengkudu dan selenium sulfida dengan masing-masing lima taraf konsentrasi. Konsentrasi faktor I (ekstrak buah mengkudu) adalah 0%, 0,5%, 1,0%, 1,5%, dan 2,0%, kelimanya dikode dengan M1, M2, M3, M4, dan M5. Konsentrasi faktor II (selenium sulfida) adalah 0%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, dan 1%, dikode dengan S1, S2, S3, S4, dan S5. Jumlah ulangan ditentukan dengan rumus (t 1) (r 1) 15 dan didapatkan dua kali ulangan. Pengukuran pertumbuhan koloni P. ovale dilakukan dengan menghitung jumlah koloni P. ovale menggunakan colony counter. Penghitungan penghambatan jumlah koloni dilakukan dengan metode Total Plate Count dan membandingkan selisih jumlah koloni pada perlakuan 0% (sebagai kontrol) dan jumlah koloni perlakuan lain yang dicobakan.

dengan pre-test and post-test with control group design. Sampel penelitian ini adalah kerokan kepala relawan yang menderita ketombe atau dermatitis seboroik. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian heater, adalah mikroskop, autoklaf, lemari es, inkubator, timbangan, magnetic stirrer with pembakar tabung bunsen, reaksi, termometer, erlenmeyer,

Analisis analisis menduga RAL

data Pola

dilakukan Faktorial kedua

dengan untuk uji.

interaksi

faktor

Analisis mencakup perhitungan jumlah kuadrat utama dan penggunaan tabel sidik ragam untuk mengetahui tingkat kebermaknaan16. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara proporsi, dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa ekstrak mengkudu dan

cawan petri, gelas obyek, cover glass, mikropipet, blue tip dan yellow tip, drugal sky, jarum ose, jarum inokulasi, kertas label, alumunium foil, tissue, kertas pembungkus, dan colony counter. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, ekstrak buah mengkudu, sampo selenium sulfida 1,8%, akuades, media Saboraud Dextrose Agar (SDA),

277

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011

Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

selenium

sulfida jamur

mampu P. koloni

menghambat ovale dengan yang sejalan Namun

diakibatkan oleh karena tidak dilakukannya metode dengan fraksinasi maksimal. pada penelitian ini, ini sehingga zat aktifnya tidak didapatkan Ketidakefektifan sejalan dengan penelitian Suryaningrum dan Subakir (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara mengkudu 2%

pertumbuhan

penurunan jumlah dengan signifikan. konsentrasi

dengan meningkatnya konsentrasi sampai tertentu. penurunan jumlah koloni ini ditemukan tidak

Tabel 1. Rerata penghambatan koloni P. ovale (%) pada perlakuan dengan konsentrasi buah mengkudu dan konsentrasi selenium sulfida Konsentrasi mengkudu ( % ) 0 0,5 1,0 1,5 2,0 Rerata 0 0 Konsentrasi selenium sulfide ( % ) 0,25 0,5 0,75 1,0 90,31 85,43 86,12 89,37 95,76 97,81 99,54 100 96,68 88,37 98,66 100 95,38 93,57 96,49 99,50 99,96 100 96,42 98,61 99,85 100 100 97,57 Rerata 70,25 88,04 98,11 99,03 98,01

60,94 94,72 95,65 94,68 69,20

Untuk

mengetahui

tingkat
dengan ketokonazol 2% dalam menghambat pertumbuhan sama spesies Malassezia furfur, dimana ketokonazol dan mengkudu samakurang efektif menghambat pertumbuhan koloni jamur tersebut.
Tabel 2. Daftar Sidik Ragam Jumlah Koloni P. ovale SK DB F Hitung F Tabel 0,05 0,01 2,76 4,18 2,76 4,18 2,06 2,51

kebermaknaan, dilakukan analisis sidik ragam yang menunjukkan bahwa selenium


sulfida tidak berpengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan koloni P. ovale. Selenium sulfida memang telah digunakan secara luas sebagai agen antiketombe selama lebih dari lima puluh tahun dan kini semakin jarang diteliti efektifitasnya. Penelitian Sheth tahun 1983 menunjukkan bahwa dari 8 orang yang diteliti menggunakan sampo dengan selenium sulfida, hanya 4 orang yang mengalami perbaikan klinis yang bermakna. Selanjutnya, hasil analisis sidik ragam (tabel 2) menunjukkan tidak bahwa ekstrak buah mengkudu berpengaruh signifikan

Mengkudu 4 -2,16tn Selenium 4 -2,21tn sulfide Interaksi 16 -1,67tn Galat 25 Total 49 Keterangan : tn =tidak nyata

Selain mengandung banyak senyawa antifungi, seperti terpenoid, scopoletin,

terhadap koloni P. ovale. Hal ini dapat

278

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011

Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

ursolic

acid,

caprylic

acid,

alkaloid,

selenium sulfida. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 2) ditemukan bahwa F hitung interaksi lebih rendah daripada F tabel. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi yang nyata secara statistik antara ekstrak mengkudu dan selenium sulfida16. Konsentrasi efektif untuk menghambat pertumbuhan koloni P. ovale dari kombinasi kedua zat ini adalah ekstrak mengkudu 1,5% dan selenium sulfida 1% serta ekstrak mengkudu 2% dan selenium sulfida 0,75%. Ketidakbermaknaan hasil ini diduga disebabkan oleh range konsentrasi selenium sulfida yang terlalu lebar. Karena itu, konsentrasi perlakuan selenium sulfida yang paling rendah (0,5%) juga langsung jumlah memberikan dampak penurunan

flavonoid, coumarin, dan anthraquinone17,18 mengkudu juga mengandung kandungan gizi, yaitu air 89,1%, protein 2,9%, lemak 0,6%, karbohidrat 2,2%, serat 3,0%, dan lain- lain . Menurut Mathivaran dan Surendiran (2007), kandungan protein mengkudu mencapai 8,0 mg/g fresh weight (gfw), gula terlarut 1,4 mg/gram, zat tepung 1,1 mg/gram, lemak 3,3% dan serat mentah 40%. Kandungankandungan ini dibutuhkan fungi untuk tumbuh. Ketidakkonsistenan penurunan jumlah koloni P. ovale dapat dijelaskan dengan teori pertumbuhan fungi) yang fungi (kurva pertumbuhan lag, fase mencakup fase
19

akselerasi, fase eksponensial, fase deselerasi, fase stasioner, dan fase kematian20. Setelah fungi dapat beradaptasi dengan adanya selenium sulfida dan senyawa antinfungi pada lingkungannya, fungi bermutasi dan dapat berkembang biak dengan memanfaatkan nutrisi yang terkandung dalam media NB / SDA dan kandungan gizi pada ekstrak buah mengkudu. Kemudian terjadi fase eksponensial dimana terjadi peningkatan pembelahan sel dengan cepat. Hal inilah yang mungkin mendasari peningkatan jumlah koloni P. ovale ketika konsentrasi selenium sulfida dan ekstrak mengkudu meningkat. Meskipun dan secara ekstrak proporsi mengkudu efektif dan dalam selenium sulfida memiliki aktivitas antifungi menghambat pertumbuhan koloni P. ovale, tidak ditemukan interaksi sinergistik yang bermakna antara ekstrak mengkudu dan

koloni yang besar. Hal ini menyebabkan hasil kesinergisan yang diharapkan bermakna tidak didapatkan. Bila range konsentrasi selenium sulfida dipersempit, diduga hasil yang didapatkan akan lebih bermakna karena terdapat penghambatan jumlah koloni secara bertahap. KESIMPULAN Kombinasi ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) dan selenium secara proporsi efektif dalam menghambat pertumbuhan koloni Pityrosporum ovale. Konsentrasi efektif kombinasi ini adalah ekstrak buah mengkudu 1,5% dengan selenium sulfida 1% serta ekstrak buah mengkudu 2% dengan selenium sulfida 0,75%.

279

Mandala of Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011

Soraya, Ekstrak Mengkudu dan Koloni P.ovale

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kedokteran FKIK Unsoed serta rekan-rekan dan pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA

1. Nasronudin. 2007. Diagnosis dan Terapi

2. 3.

4.

5.

6.

7. 8.

9.

Mikosis. Dalam: Nasronudin (Eds). Penyakit Infeksi di Indonesia: Solusi Kini dan Mendatang. Surabaya: Airlangga University Press Levinson, W. 2006. Micology. Dalam: Medical Microbiology and Immunology Edisi kesepuluh. McGraw-Hill. [e-book]. Sugita, T, Boekhout, T, Velegraki, A, Guillot, J, Haina, S, Cabaes, FJ. 2010. Epidemiology of Malassezia-Related Skin Diseases. Dalam: Boekhout, Guho, Mayser, Velegraki (Eds). Malassezia and the Skin. Springer. [e-book] Warner, RR, Schwartz, JR, Boissy, Y, Dawson Jr, TL. 2001. Dandruff has an altered stratum corneum ultrastructure that is improved with zinc pyrithione shampoo. Journal of the American Academy of Dermatology 45 (6): 1. DeAngelis, Y, Gemmer, CM, Kaczvinsky, JR, Kenneally, DC, Schwartz, JR, Dawson, TL. 2005. Three Etiologic Facets of Dandruff and Seborrheic Dermatitis: Malassezia Fungi, Sebaceous Lipids, and Individual Sensitivity. Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceedings. 10:295 297 Dawson, TL. 2007. Malassezia globosa and restricta: Breakthrough Understanding of the Etiology and Treatment of Dandruff and Seborrheic Dermatitis through Whole-Genome Analysis. Journal of Investigative Dermatology Symposium Proceedings. 12: 1519 Sanfilippo, A dan English, JC. 2006. An Overview of Medicated Shampoos Used in Dandruff Treatment. P & T. 31 (7): 396-399. Ravichandran, G, Bharadwaj, S, dan Kolhapure, SA. 2004. Evaluation of the clinical efficacy and safety of Anti-Dandruff Shampoo in the treatment of dandruff. The Antiseptic. 201(1): 5-8. Amelianingtyas, A., Peramiarti, IDSAP, dan Ernawati, D. A. 2010. Efektivitas Kadar

Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) terhadap Persentase Penghambatan Pertumbuhan Koloni Pityrosporum ovale. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 10. Silviani, A, Peramiarti, IDSAP, dan Krisnansari, D. 2010. Uji Efektivitas Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai Antifungi terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale secara In Vitro. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 11. Novitasari, C., dan Subakir. 2010. Efektivitas Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Dibandingkan dengan Ketokonazol 2% terhadap Pertumbuhan Malassezia sp. pada Ketombe. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/23181/1/Choery.pdf . Diakses tanggal 28 November 2010. 12. Aprilia, F., dan Subakir. 2010. Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc. ) 3,13% Dibandingkan Ketokonazol 2% terhadap Pertumbuhan Malassezia sp. pada Ketombe. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/23372/1/Fitrina.pdf. Diakses tanggal 28 November 2010. 13. Win, D. T. 2003. Selenium: Atomic Number 34, Mass Number 78,96. Au J. T. 7 (1): 1-7. 14. Cooper, RM dan Williams, JS. 2004. Elemental Sulphur as an Induced Antifungal Substance in Plant Defence. Journal of Experimental Botany 55 (404): 1947-1952 15. Ngan, V. 2009. Selenium sulfide. Diunduh dari http://dermnetnz.org/treatments/selenium.htm l. Diakses tanggal 22 November 2010. 16. Hanafiah, K. A. 2000. Rancangan Percobaan: Teori & Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 17. Pohan, H. G., dan N. T. Antara. 2001. Pengaruh penambahan madu dan asam sitrat terhadap karakteristik minuman fungsional dari sari buah mengkudu. Forum Komunikasi IHP. (4): 11-20. 18. Wang, M. Y., dan J. W. Brett. 2002. Morinda citrifolia (noni): A literature review and recent advances in noni research. Acta Pharmacol Sin. 23 (12): 1127-1141. 19. Jones, W. 2000. Noni Blessing Holdings. Food Quality Analysis, Oregon. 20. Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

280

You might also like