You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sejauh ini adalah

termasuk gangguan berhubungan dengan zat yang paling sering dijumpai. Biaya langsung dan tidak langsung bagi masyarakat Amerika Serikat untuk gangguan yang berhubungan dengan alkohol (alkohol-related disorder) diperkirakan lebih dari 150 milyar dolar, kira-kira 600 dolar perkapita.1 Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering disebut sebagai alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak mempunyai definisi yang persis,maka istilah ini tidak digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) atau pada sistem diagnostik lain yang dikenal secara resmi.1 Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernah menggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam hidupnya. Dan kira-kira 51% dari semua orang dewasa di Amerika Serikat merupakan pengguna alkohol saat ini.1 Kira-kira 5% dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit karena alkoholik mengalami DTs. Episode DTs biasanya mulai pada usia 30-40an setelah minum berat selama 5-15 tahun. Delirium putus alkohol merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas yang bermakna. Pasien delirium sangat berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain karena prilaku yang tidak dapat diperkirakan. Pasien mungkin akan menyerang atau bunuh diri. Delirium tremens yang tidak diobati, dapat meningkatkan mortalitas sekitar 20%, biasanya bersamaan dengan penyakit medis lainnya seperti pneumonia, penyakit ginjal,insufisiensi hati atau gagal jantung.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Alkohol Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih gugus alkohol. Gangguan terkait alkohol adalah 2.2 Efek Fisiologi Dari Alkohol Istilah "alkohol" ditunjukkan pada sebagian besar molekul organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom karbon jenuh. Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum, seringkali disebut alkohol minuman, etil alkohol digunakan dalam minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-OH.1 Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung alcohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida,fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1 Absorpsi Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkoholdiminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1

2.1. Definisi

Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan suatu faktor selama mana alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).1 Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mucus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.1 Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol di distribusikan keseluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1 Metabolisme Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 1034mg/dl per jamnya.1 Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alcohol dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi alkohol menjadi asetil aldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase di inhibisi oleh disulfiram (An-tabuse), yang sering digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol

akan menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1 Efek pada Otak Biokimiawi Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik, suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas saluran alkohol yang berhubungan dengan reseptor asetilkolin nikotinik, serotonin (5-hydroxy tryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi ( Voltage-Gated Calcium Channel ) yang akan di inhibisi.1 Efek prilaku Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi depresan yang sangat mirip dengan Barbiturat dan Benzodiazepin. Pada konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di Otak yang

mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat terjadi kematian.1 Efek fisiologis lain Hati Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1 Sistem Gastrointestinal Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya Esofagitis, Gastritis, Aklorhidria, dan Ulkus lambung. Perkembangan menjadi Varises Esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan alkohol yang berat. Pecahnya Varises Esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang juga dapat terjadi gangguan pada Usus, Pankreatitis, Insufisiensi Pankreas, dan Kanker Pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yangdikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1 Sistem tubuh lain Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya tekanan darah, disregulasi Lipoprotein dan Trigliserida serta meningkatkan terjadinya Infark Miokardium dan penyakit Serebrovaskular. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung, hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian mendadak pada orang yang terintoksikasi.1

2.3 Gangguan-Gangguan DSM-IV menuliskan gangguan berhubungan dengan alkohol dan menyebutkan kriteria diagnostik untuk intoksikasi alkohol dan putus alkohol.1 Gangguan berhubungan alkohol Gangguan penggunaan alcohol Ketergantungan alcohol Penyalahgunaan alcohol Gangguan akibat alcohol Intoksikasi alkohol Putus alkohol Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi Delirium intoksikasi alkohol Delirium putus alkohol Demensia menetap akibat alkohol Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan waham Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan psikotik akibat alkohol, dengan halusinasi Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan mood akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Dengan onset selama putus Gangguan kecemasan akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi

Dengan onset selama putus Disfungsi seksual akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Gangguan tidur akibat alkohol Sebutkan jika: Dengan onset selama intoksikasi Gangguan berhubungan alkohol yang tidak ditentukan Tabel didasarkan dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4. Hak cipta American Psyciatric Association, Washington 1994.3 3. Putus Alkohol ICD 10 mendefiniskan putus alkohol adalah sebuah kumpulan dari beberapa gejala kelompok variabel dan beberapa kejadian yang absolut atau relatif dari zat psikoaktif setelah penggunaan lama dari zat tersebut. Onset dan masa putus alkohol adalah dibatasi waktu dan berhubungan dengan tipe zat psikoaktif dan dosis sedang digunakan langsung sebelum penghentian atau pengurangan dari penggunaan. 3.2 Gambaran Klinis Putus Alkohol Sindrom putus alkohol dapat terjadi dengan gejala ringan sampai berat, dengan onset putus alkohol biasanya terjadi 6-24 jam setelah konsumsi terakhir. While unsupported alcohol withdrawal is generally completed within three days, polydrug use and other factors may significantly prolong symptoms. Gejala akut ringan sampai berat dari putus alkohol pada umumnya yaitu: Agitasi Ansietas demam

3.1 Definisi

Insomnia Nausea Mimpi buruk Restlessness Berkeringat Takikardi Tremor Vomit (Ntais et al., 2005) Gejala serius yang berhubungan dengan putus alkohol yaitu: Delirium Tremens(DTs) gejala DTs biasanya terjadi antara dua hari dan 5 hari setelah cessation of drinking gejala termasuk disorientasi, ansietas, dan agitasi, tremor, paranoia, halusinasi dan peningkatan tekanan darah. Merupakan komplikasi serius dari putus alkohol yang berpotensi mengancam hidup dan memerlukan perhatian medis (Shand et al., 2003a) Gambaran klinis putus alkohol Alkohol Onset Dalam 24 jam dan sampai 48 jam (tergantung pada tingkat alkohol dalam darah (BAL); beberapa jam setelah konsumsi terakhir dan tingkat adaptasi. Durasi 37 hari (sampai 14 alkohol berat). Gambaran klinis Ansietas, agitasi, berkeringat, tremor, abdominal, diare, insomnia, peningkatan tekanan darah, nadi dan suhu, sakit kepala, kejang, gangguan persepsi, disorientasi, halusinasi, delirium tremens, aritmia dan Ensefalopati Wernicke.

hari pada putus nausea, muntah, kram

Kejang putus alkohol Kejang yang berhubungan dengan putus alkohol adalah kejang stereotipik, menyeluruh, dan tonik klonik. Pasien sering kali mengalami lebih dari satu kejang dalam 3-6 jam setelah kejang pertama. Status epileptikus relatif jarang pada pasien putus alkohol, terjadi pada kurang dari 3% dari seluruh pasien. Walaupun medikasi antikonvulsan tidak diperlukan dalam penatalaksanaan kejang putus alkohol, penyebab kejang masih sulit untuk ditentukan jika pasien pertama kali diperiksa diruang gawat darurat; jadi banyak pasien dengan kejang putus alkohol mendapatkan terapi antikonvulsan, yang selanjutnya dihentikan jika penyebab kejang telah diketahui. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat menyebabkan Hipoglikemia, Hiponatremia, dan Hipomagnesemia yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya kejang.1 Delirium DSM-IV memiliki kriteria diagnostik untuk delirium intoksikasi alkohol dalam kategori delirium intoksikasi zat dan kriteria diagnostik untuk delirium putus alkohol dalam kategori delirium putus zat. Pasien dengan gejala putus alkohol harus dikenali dengan cermat untuk mencegah perkembangan ke delirium putus alkohol yang merupakan sindrom putus alkohol yang paling berat, disebut juga delirium tremens (DTs).1 Ciri penting dari sindroma delirium adalah terjadi dalam 1 minggu setelah seseorang menghentikan minum alkohol. Disamping itu terdapat ciri-ciri berupa : 1) Hiperaktifitas otonomik, seperti takikardia, diaforesis, demam, kecemasan, insomnia, dan Hipertensi. 2) Distorsi perseptual, yang paling sering adalah halusinasi visual atau taktil. 3) Fluktuasi tingkat aktivitas psikomotor, rentangnya dari hipereksitabilitas sampai letargi.1 3.3 Diagnosis

Diagnosis putus alkohol disebut putus alkohol tanpa komplikasi di dalam DSM-III-R untuk membedakannya dengan delirium putus alkohol. Katatanpa komplikasi (uncomplicated) dikeluarkan dari DSM-IV karena putus alkohol, walaupun tanpa delirium, dapat bersifat serius dan dapat termasuk kejang dan hiperaktifitas otonomik. Keadaan yang dapat mempredisposisikan atau memperberat gejala putus alkohol adalah kelelahan, malnutrisi, penyakit fisik, dandepresi.1 Kriteria DSM-IV untuk putus alkohol memerlukan dihentikannya atau penurunan penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan lama, dan juga adanya gejala fisik atau neuropsikiatrik spesifik.1 Diagnosis DSM-IV juga memungkinkan menentukan dengan gangguan persepsi. Suatu penelitian dengan Tomografi Emisi Positron (PET; positronemission tomographic) terhadap aliran darah selama putus alkohol pada seseorang dengan ketergantungan alkohol dengan keadaan lain yang sehat, menemukan kecepatan aktivitas metabolik yang rendah secara menyeluruh. Dengan penelitian dan pengamatan selanjutnya aktivitas tersebut menurun pada daerah parietal kiri dan frontalis kanan.1 Kriteria Diagnostik untuk Putus Alkohol A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian alkohol yang telah lama danberat B. Dua (atau lebih) tanda berikut ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A: 1) Hiperaktivitas otonomik (misalnya, berkeringat atau kecepatan denyut nadi lebih dari 100). 2) Peningkatan tremor tangan. 3) Insomnia. 4) Mual dan muntah. 5) Halusinasi atau ilusi penglihatan, raba atau dengar yang sementara. 6) Agitasi psikomotor. 7) Kecemasan. 8) Kejang grand mal

C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang serius secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. Sebutkan jika: dengan gangguan persepsi 3.4 Komplikasi Komplikasi dari putus alkohol antara lain Kejang Ditandai dengan konvulsi, gangguan sensoris, hilangnya kesadaran (Merriam-Webster Inc., 2008) Halusinasi Halusinasi yang bersifat sementara (visual atau taktil), paranoia, gagguan psikologis, afek yang abnormal. Delusi visual atau auditori (McGregor, 2005; Shand et al., 2003b). Delirium Ditandai dengan agitasi, hiperaktivitas, tremor, konfusi dan disorientasi. Dapat terjadi tanpa progresifitas kearah delirium tremens (Ashton, 2005; Shand et al., 2003b) Agitasi Anger, agresif, iritabel and violent outbursts Wernicke-korsakoffs syndrome (WKS) Berupa gangguan kognitif berupa gangguan memori (i.e. anterograde amnesia), defisit dalam abstrak dan pemecahan masalah, konfusi, gangguan keseimbangan dan penglihatan, apatis and amnesia (Shand et al., 2003b) Dehidrasi

Ditandai dengan rasa haus meningkat, mulut kering, lemah or lightheadedness, urin menjadi gelap atau penurunan ekskresi urin (MedicineNet, 2008) Pengobatan In delivering alcohol withdrawal services to clients, clinicians should consider: Setting Withdrawal syndrome and potential complications Assessment Withdrawal care planning Withdrawal care Planning for post-withdrawal Special needs groups Each of these considerations is examined below. Alcohol withdrawal settings The most appropriate setting for an individual seeking alcohol withdrawal will be informed by a thorough clinical assessment. The most appropriate setting for an individual seeking alcohol withdrawal should be determined via a thorough clinical assessment. Alcohol withdrawal can occur in each of the treatment settings outlined in this document (outpatient withdrawal, community residential withdrawal, hospital inpatient withdrawal and rural withdrawal support). Many clients are able to undertake withdrawal from alcohol in community settings. Tabel: pertimbangan farmakoterapi untuk penanganan putus alkohol Penanganan Putus Alkohol Outpatient Withdrawal Pertimbangan farmakoterapi - Appropriate for clients able to undertake alcohol withdrawal in the community - Unsuitable for clients where there is a history of DTs, previous complicated withdrawal or a high level of alcohol dependence

- Dosing of benzodiazepines such as diazepam should be reduced over the period of withdrawal and care should be taken not to over-sedate the client - Ideally, clients should be monitored by a health professional (e.g. outreach nurse) for the first four days of withdrawal and then every two days until the completion of withdrawal - Detailed information should be provided to both the client and any support people who may be present throughout the withdrawal process. Symptoms, onset and duration of withdrawal and side effects of benzodiazepines should be explained. Risk factors associated with outpatient withdrawal settings should be clearly outlined and contingency planning put in place. Community residential Withdrawal - Appropriate where a moderatesevere alcohol withdrawal syndrome is anticipated, as determined at the time of assessment. - These settings are increasingly recognised as having the capacity to manage complicated withdrawal. Hospital inpatient withdrawal - Appropriate where clients are likely to

experience a severe or complicated alcohol withdrawal syndrome . - Alcohol withdrawal is commonly associated with presentation to hospital accident and

emergency or psychiatric settings for cooccurring health issues. The cessation of alcohol consumption at this time may trigger the onset of withdrawal . - Staff in these settings should undertake screening and in assessment excess of for the alcohol NHMRC withdrawal, and any patient reporting alcohol consumption recommendations for safe levels of drinking should be considered at risk

Masalah klinis Obat Gemetaran dan Chlordiazepoxide agitasi ringan sampai sedang

Jalur Oral

Dosis Keterangan 25-100 mg Dosis awal dapat tiap 4-6 jam diulangi tenang; tiap 2 jam sampai pasien dosis selanjutnya harus ditentukan secara individual dan sampai tenang; ditentukan dititrasi. 5-20 2-10 tiap 6 jam. 0,5 pada 12,5 mg Berikan pasien tiap 4-6 jam

Halusinosis, Agitasi parah

Diazepam Lorazepam

Oral Oral

mg dosis selanjutnya 4- harus secara individual

Chlordiazepoxide

IV

mg/kg dan dititrasi

Diazepam Kejang putus

IV

mg/mnt. 0,15 mg/kg

pada Lorazepam Delirium tremens IV mg/mnt 0,1

2,5 mg/kg

pada2,0 mg/mn

Pedoman penanganan putus alkohol dan obat lain. Gejala Diare Pengobatan yang direkomendasikan Loperamid Kaomagma Sakit kepala Nausea dan vomit Parasetamol Metoklopramid (Maxolon) Proklorperazin (Stemetil) Agitasi atau insomnia Antidepresan trisiklik seperti: Doxepin Klomipramine Benzodiazepin dapat digunakan tapi ada resiko penggunaan salah dan eksaserbasi dari gejala depresi : Diazepam Temazepam tablet Retardasi psikomotor Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine and Paroxetine b dapat diresepkan oleh petugas medis yang dirujuk. Hyoscine (Buscopan)a Atrobela

Kram perut

sumber:
a

NSW Department of Health (2008a) Murray (2002)

Pengobatan terbaik untuk DTs adalah pencegahan. Pasien yang putus dari alkohol yang menunjukkan salah satu fenomena putus alkohol harus mendapatkan terapi Benzodiazepin, seperti Chlordiazepoxide 25-50 mg tiap 2-4 jam hingga pasien lepas dari bahaya. Tetapi jika tanda delirium terlihat, berikan Chlordiazepoxide 50-100 mg tiap 4 jam peroral atau Lorazepam intravena jika medikasi oral tidak memungkinkan.1 Pada pengobatan berikan diet tinggi kalori, tinggi karbohidrat, dan multivitamin. Pasien dengan DTs jika diikat fisiknya akan berbahaya karena pasien dapat berontak terhadap pengikatan sampai mengalami kelelahan yang berbahaya. Jika pasien tidak dapat dikendalikan maka pasien harus ditempatkan diruangan isolasi. Pasien dapat mengalami dehidrasi yang disebabkan diaphoresis dan demam, hal ini dapat dikoreksi dengan pemberian cairan oral maupun intravena. Diare, muntah dan anoreksia sering terjadi selama putus alkohol.1 2.6.7 Gangguan Psikotik Akibat Alkohol Diagnostik dan gambaran klinis Kreteria diagnostik untuk gangguan psikotik akibat alkohol (alcohol-induced psycotik disorder ) (sebagai contoh halusinasi dan waham) ditemukan didalam kategori DSM-IV tentang gangguan psikotik akibat zat (subtance-induced psycotic disorder ). DSM-IV memungkinkan lebih jauh untuk menentukan onset(selama intoksikasi atau putus alkohol) dan apakah halusinasi atau waham ditemukan. Istilah untuk halusinasi yang terjadi selama putus alkohol yangdigunakan didalam DSM-III R tetapi tidak lagi digunakan dalam DSM-IV adalah halusinasi alkohol. Halusinasi

yang paling sering adalah auditorik, biasanyaberupa suara-suara, tetapi suara tersebut sering kali tedak terstruktur. Suara-suarakarakteristiknya adalah memfitnah, mencela, atau mengancam. Walaupunbeberapa pasien dilaporkan bahwa suara-suara itu adalah menyenangkan dan tidak menganggu. Halusinasi biasanya berlangsung selama kurang dari 1 mingguwalaupun selama minggu tersebut gangguan test realitas adalah sering. Setelahepisode, sebagian besar pasien menyadari sifat halusinasi dari gejalanya.1 Halusinasi setelah putus alkohol dianggap merupakan gejala yang jarang,dan sindrom adalah beberapa dari delirium putus alkohol. Halusinasi dapat terjadipada semua usia, tetapi biasanya berhubungan dengan orang yang telahmelakukan penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama. Walaupunbiasanya halusinasi menghilang dalam 1 minggu, tapi pada beberapa kasus dapatmenetap. Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol harus dibedakan denganskizofren yang berhubungan dengan temporal dengan putus alkohol, tidak adanya riwayat klasik skizofrenia dan halusinasinya biasanya singkat. Halusinasi berhubungan dengan putus alkohol dibedakan dari DTs oleh karena adanyasensorium yang jernih pada pasien.1 Pengobatan Pengobatan halusinasi berhubungan dengan putus alkohol sama dengan DTs yaitu dengan benzodiazepin, nutrisi yang adekuat, dan cairan jika diperlukan.Jika regimen gagal dan pada kasus jangka panjang, antipsikotik dapat digunakan.1 2.7 PENGOBATAN 2.7.1 Psikoterapi Psikoterapi memusatkan pada alasan seseorang mengapa minum. Fokusspesifik adalah dimana pasien minum, dorongan premotivasi dibelakang minum,hasil yang diharapkan dari minum, dan cara alternatif untuk mengatasi situasitersebut. Melibatkan pasangan yang tertarik dan bekerja sama dalam terapibersama (conjoint therapy) untuk sekurangnya satu sesion adalah sangat efektif.1

2.7.2 Medikasi Disulfiram Disulfiram (antabuse) menghambat secara kompetitif enzim aldehida dehidrogenase, sehingga biasanya minuman segelaspun biasanya menyebabkan reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah. Pemberian obat tidak boleh dimulai sampai 24 jam setelah minuman terakhir pasien. Pasien harus dalamkesehatan yang baik, sangat termotivasi, dan bekerja sama. Dokter harusmemberitahukan pasien akibat meminum alkohol saat menggunakan obat danselama 2 minggu setelahnya.1

Merekan yang menggunakan alkohol sambil meminum disulfiram 250 mgsetiap harinya akan mengalami kemerahan dan perasaan panas pada wajah, sklera,anggota gerak atas dan dada. Mereka akan menjadi pucat, hipotensif dan mual juga mengalami malaise yang serius. Pasien juga akan mengalami rasa pusing,pandangan kabur, palpitasi, sesak dan mati rasa pada anggota gerak. Dengan dosislebih dari 250 mg maka dapat terjadi gangguan daya ingat dan konfusi.1 Psikotropika Obat antiansietas dan antidepresan dapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan terkait alkohol. 2.7.3 Terapi Prilaku Terapi prilaku mengajarkan seseorang dengan gangguan berhubunganalkohol untuk menurunkan kecemasan. Latihan ditekankan pada latihan relaksasi,latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk menguasai lingkungan. Sejumlah program pembiasaan prilaku (operantconditioning) membiasakan orang dengan gangguan berhubungan alkohol untuk memodifikasi prilaku minum mereka atau untuk berhenti minum. Doronganberupa hadiah keuangan, kesempatan untuk

tinggal dalam lingkungan rawat inapyang baik, dan jalur untuk memasuki interaksi sosial yang menyenangkan.1 2.7.4 Halfway House Pemulangan seorang pasien dari rumah sakit sering kali memiliki masalahpenempatan yang serius. Rumah dan lingkungan keluarga lainnya mungkinmenghalangi, tidak mendukung, atau terlalu tidak berstruktur. Halfway houseadalah suatu sarana pengobatan yang penting yang memberikan bantuanemosional, konseling, dan pengembalian progresif ke dalam masyarakat.1 Putus alkohol Berikut ini adalah pedoman yang menyediakan pendekatan komperehensif untuk perawatan putus alkohol. Kegunaan pedoman peresepan di bawah ini difokuskan pada putus alkohol dan akan didukung oleh tindakan klinis komperehensif. Prevalensi dari penyalahgunaan alkohol sangat diperhatikan di Australia. Kira-kira hampir 1.401.400 orang australia menggunakan alkohol setiap hari (AIHW,2007). Lebih dari 7 juta orang atau 40% dari populasi menggunakan alkohol per minggu dan kira-kira hampir 3.4% dari populasi dapat menjadi risiko tinggi untuk masalah alkohol (AIHW, 2007). Dalam pelayanan putus alkohol kepada pasien, klinisi harus memperhatikan: Pengaturan Gejala dan komplikasi putus alkohol Tindakan/langkah Perencanaan perawatan putus alkohol Perencanaan untuk post putus alkohol Kelompok berkebutuhan khusus Setiap dari perhatian diperiksa di bawah ini Pengaturan Putus alkohol: Pengaturan paling sesuai untuk individu putus alkohol seharusnya Pengaturan

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yangdibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugushidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama.Kira-kira 85% dari semua penduduk Amerika Serikat pernahmenggunakan minuman yang mengandung alkohol sekurangkurangnya satu kalidalam hidupnya.Penggunaan alkohol memiliki efek terhadap prilaku, efek terhadap otak dan efek terhadap organ tubuh lain seperti hati, gastrointestinal, muskuloskeletal,neurologis, obstetri dan kardiovaskular.Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase; 1.fase dini 2.fase krusial 3.fase kronis

Pengobatan enzimaldehida

pada

gangguan

terkait

alkohol biasanya

meliputi minuman

pengobatan segelaspun

sikoterapiMedikasi yaitu dengan disulfiram yang menghambat secara kompetitif dehidrogenase, sehingga biasanyamenyebabkan reaksi toksik karena akumulasi asetaldehida didalam darah.Pengobatan juga diberikan psikotropika yakni obat antiansietas dan antidepresandapat mengobati gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan terkait alkohol. Terapi Prilaku dan Halfway House juga dapat membantu dalam pengobatangangguan terkait alkohol. DAFTAR PUSTAKA 1.Sadock BJ.Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10 Th ed. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia. 2007 2.ABC of Mental Health by Teifion Davies and TKJ Craig : alih bahasa,Alifa Dimanti, Editor Edisi bahasa Indonesia Husny Muttaqin, Jakarta:EGC, 2009. 3.American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision, 4thedition. Division and Publication andMarketing, Washington DC: 2005. 4. Rujukan Cepat Psikiatri by Hibbert Allison, dkk: alih bahasa RiniCandika, Editor Edisi bahasa Indonesia Husny Muttaqin, Jakarta: EGC,2009 5.Joewana, Satya, MD. Gangguan Mental dan Prilaku Akibat PenggunaanZat Psikoaktif. EGC. Jakarta. 2005.

You might also like