You are on page 1of 13

Page 1

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 8

Proses fisiologis pergerakan gigi ortodonti (Physiologic process of orthodontic tooth movement)
Adilah1, Mieke Sylvia M.A.R2 dan Thalca Hamid2 1Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Gigi 2Staf Pengajar Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga Surabaya- Indonesia

ABSTRACT The first experimental investigation of orthodontic tooth movement was published by Sandstedt in 1904-1905 followed by Oppenheim in 1911 and other investigators. It seems appropriate to review the physiologicprocess in orthodontic tooth movement. Orthodontic tooth movement dependens on resorption and deposition of the socket bone. Pressure and tension of varying magnitudes on the periodontal ligament initiate tooth movement through histologic bone resorption and bone deposition. Initial compression of periodontal ligament is compensated by internal alveolar bone resorption on pressure side while the stretch of periodontal ligament on the tension side is balanced by bone deposition. This process called as bone remodeling. Bone remodeling is regulated by cells of the osteoblast lineage and involves a complex network of cell-cell and cell-matrix interactions involving systemic hormones, cytokines, growth factors, many of which are sequestrated within the bone matrix, as well as the mechanical environment of the cell. Key words: orthodontic tooth movement, remodeling, pressure and tension, resoption and deposition Korespondensi (correspondence): Adilah. Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl. Mayjen Prof Dr. Moestopo 47, Surabaya, Indonesia. Email: bronze_musk@yahoo.com

PENDAHULUAN Di bidang kedokteran gigi perawatan susunan gigi geligi yang tidak beraturan dapat dilakukan dengan menggunakan piranti ortodonti lepasan dan piranti ortodonti cekat. Dengan pemberian gaya dan tekanan, gigi dapat bergerak. Pergerakan gigi secara ortodonti berdasarkan suatu prinsip bahwa bila tekanan diberikan cukup lama pada gigi maka akan terjadi remodeling pada struktur periodontal termasuk tulang alveolar dan ligamen periodontal.1 Jika tekanan diaplikasikan pada mahkota gigi, tekanan akan diteruskan melalui akar gigi ke ligamen periodontal dan tulang alveolar. Menurut arah tekanan, akan terbentuk daerah tekanan dan tegangan pada struktur pendukung gigi. Agar bisa digerakan, harus terjadi resorpsi tulang sebagai respon terhadap stress, dan agar gigi permanen melekat erat juga harus terjadi deposisi tulang untuk mempertahankan keutuhan dari mekanisme perlekatan. Akibatnya, soket dari gigi harus bergerak, sejalan dengan

pergerakan dari gigi melalui tulang alveolar.2 Saat ini sudah 100 tahun lamanya sejak 3 bagian dari artikel mengenai teori pergerakan gigi dipublikasikan. Sudah sepantasnya dilakukan telaah mengenai mekanisme yang terjadi pada jaringan, selular dan molekuler selama pergerakan gigi ortodonti. Ligamen Periodontal dan Tulang Sel-sel ligamen periodontal berperan dalam proses resorpsi dan formasi sementum dan tulang yang terjadi dalam pergerakan gigi secara fisiologis untuk menyesuaikan terhadap beban oklusal serta memperbaiki kerusakan. Ligamen periodontal selalu mengalami remodeling, yaitu sel tua dan serat yang rusak akan turun dan diganti oleh yang baru sedangkan aktivitas mitotic dapat dilihat pada fibroblas dan sel endothelial. Bentukan fibroblas dari serat kolagen, dan sisa sel mesencymal berkembang menjadi osteoblas dan sementoblas.3 Tulang secara kontinyu dirusak dan dibentuk kembali.4-6. Jaringan tulang terdiri dari 4 sel, yaitu Osteoprogenitor, Osteoblas, Osteosit dan Osteoklas.2 Osteoprogenitor dapat mengalami mitosis dan berkembang menjadi osteoblas. Sel osteoprogenitor akan menjadi lebih aktif pada saat pembentukan, perbaikan atau fraktur tulang.4,7 Ada dua jenis sel osteoprogenitor yaitu: Preosteoblas yang kemudian menghasilkan osteoblas dan preosteoklas yang menghasilkan osteoklas.8

Literature Review
Page 2

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 9


Osteoblas merupakan sel yang membentuk tulang, mensekresi kolagen dan komponen organik lainnya untuk membentuk jaringan tulang. Bertanggung jawab untuk sintesa komponen organik dari matriks tulang.9 Osteoblas juga memiliki reseptor permukaan terhadap berbagai hormon, vitamin dan sitokin yang dapat mempengaruhi aktivitasnya. Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa yang berasal dari osteoblas, berfungsi mempertahankan kandungan protein dan mineral di matriks serta mempertahankan hidroksiapatit di

tulang sekitarnya dan juga berperan aktif dalam proses keseimbangan tulang setelah terjadi proses pengrusakan tulang.9,10. Osteoklas berupa sel multinukleus yang kaya akan lisosom yang mengandung tartrateresistant acid phosphatase (TRAP). Sel ini hanya dapat meresopsi matriks tulang yang mengandung mineral. Osteoklas melekat pada tulang melalui reseptor membran yang tergolong integrin, yaitu protein membran pada membran plasma sel. Proses ini dirangsang oleh selsel prekursor osteoblas dan hormon paratiroid serta dihambat oleh kalsitonin.7 Remodeling tulang sebagian besar adalah proses lokal yang berlangsung pada daerah kecil oleh populasi sel yang disebut unit remodeling tulang. Mula-mula osteoklas menyerap tulang, lalu osteoblas meletakkan tulang baru di daerah yang sama. Dalam proses remodeling tulang, dibutuhkan sejumlah mineral seperti kalsium, fosfor, hidroxiapatit yang harus ada dalam makanan. Juga sejumlah vitamin seperti vitamin D, C, A dan B12 yang berperan penting dalam proses remodeling tulang. Selain itu sejumlah hormon juga ikut berperan seperti hormon pertumbuhan, esterogen, testosteron, paratiroid dan kalsitonin.4 Selain hormon, homeostasis tulang juga dipengaruhi oleh sitokin dan faktorfaktor pertumbuhan tulang. Pergerakan Gigi Ortodonti Kekuatan yang diberikan pada gigi akan menyebabkan terbentuknya daerah tekanan dan tegangan pada struktur pendukung gigi. Agar bisa digerakan, harus terjadi resorpsi tulang sebagai respon terhadap stress, dan agar gigi permanen melekat erat juga harus terjadi deposisi tulang untuk mempertahankan keutuhan dari mekanisme perlekatan. Akibatnya, soket dari gigi harus bergerak, sejalan dengan pergerakan dari gigi melalui tulang alveolar.2 Durasi kekuatan yang dipergunakan untuk menggerakkan gigi dapat di bagi menjadi 3 macam, yaitu continous, interrupted dan intermittent. Kunci untuk menggerakkan gigi secara ortodonti adalah dengan memberikan kekuatan dengan persentasi yang telah diperkirakan selama beberapa saat setiap harinya. Dibutuhkan durasi dari tekanan untuk menghasilkan second messenger untuk menstimulasi deferensiasi selular.11 Potensi atau efek nyata suatu gaya terhadap gigi adalah perpindahan

(displacement) atau deformasi. Pada pergerakan ortodonti diklasifikasikan berdasar pusat rotasinya.12 Pada dasarnya terdapat 3 bentuk perpindahan yang terjadi, yaitu translasi, rotasi dan tipping. Teori pergerakan gigi Ada dua elemen kontrol yaitu keadaan listrik secara biologis dan aliran darah yang diterangkan dalam teori utama pergerakan gigi ortodonti. Teori bioelektrik menghubungkan gerakan pada perubahan metabolisme tulang yang dikontrol oleh sinyal listrik yang dihasilkan oleh perubahan tulang alveolar. Sedangkan teori tekanan dan tegangan menghubungkan gerakan gigi pada perubahan seluler akibat produksi senyawa kimia yang disebabkan perubahan aliran darah pada ligamen periodontal. Tekanan atau tegangan pada ligamen periodontal akan mempengaruhi aliran darah.11 Signal elektrik yang merangsang pergerakan gigi dinamakan piezoelektrik. Bila suatu gaya dikenakan pada tulang yang dapat menyebabkan pelengkungan (bending) tulang, maka sinyal piezoelektrik dapat terlihat.11 Sinyal piezoelektrik dapat mengubah tekanan yang mengenai tulang menjadi signal-signal elektrik.13 Bila matriks jaringan tulang mengalami distorsi karena pemberian tekanan, polaritas negatif dan positif akan terjadi pada permukaan tulang. Aliran negatif akan mengaktifkan osteoblas sedangkan osteoklas akan memberikan respon pada aliran positif. Tekanan akan menghasilkan aliran negatif sedang tegangan akan menimbulkan aliran positif. Deposisi dan resorpsi tulang akan terjadi sesuai dengan jenis listrik yang terjadi dan hasil akhir adalah perubahan (remodeling) tulang untuk mengantisipasi gaya mekanis yang dibebankan pada tulang.14 Teori tekanan (pressure-tension theory) dapat menerangkan hal-hal yang terjadi yang berhubungan dengan pergerakan gigi. Aliran darah akan berkurang bila ligamen periodontal mendapat tekanan dan akan bertambah atau tetap saja kalau ligamen periodontal mendapat tegangan. Perubahan pada aliran darah akan mengubah keadaan kimia darah. Level oksigen akan berkurang pada daerah tekanan dan akan bertambah pada daerah tegangan. Proporsi relatif metabolit yang lain juga akan berubah dan perubahan kimia ini akan menyebabkan perubahan seluler yang akan menyebabkan gigi berpindah dari tempatnya.11 Perubahan kimia yang terjadi, bekerja secara langsung ataupun bekerja dengan menstimulasi agen

Page 3

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 10


aktif yang lain sehingga terjadi deferensiasi dan aktifitas seluler. Pergerakan gigi dapat dibagi dalam tiga tahapan: (1) perubahan aliran darah akibat tekanan pada ligamen periodontal, (2) pembentukan dan pelepasan dari senyawa kimia, (3) aktivasi selsel.15 Penelitian mengenai pergerakan gigi ortodonti Sandstedt,14,16 mungkin merupakan orang pertama yang meneliti fenomena pergerakan gigi melalui pemeriksaan histologis terhadap struktur pendukung. Dengan menggunakan peralatan ortodonsi pada anjing, Sandstedt menemukan hal-hal berikut ini: Di bawah tekanan ringan terus-menerus, tulang akan teresorpsi pada daerah tekanan dari soket gigi yang baru akan ditambahkan sisi tegangan. Tidak tejadi resorpsi pada permukaan gigi; di bawah tekanan kuat yang terus-menerus, jaringan periodontal akan tertekan berlebihan di sisi tekanan dan tidak terjadi resorpsi tulang dari dinding dalam soket gigi. Oppenheim 17 bereksperimen dengan peralatan ortodonti yang dipasangnya pada baboon, dan kemudian pada anjing. Beliau berkesimpulan sebagai respon terhadap tekanan yang mengenai gigi, tulang alveolar baik pada sisi tekanan maupun tegangan adalah tulang yang pertama kali berubah menjadi jaringan osteoid transisional, yang didepositkan pada arah tekanan, tegak lurus terhadap permukaan akar. Schwarz 14 melakukan eksperimen pribadi, dengan memberikan tekanan pada gigi-gigi anjing dan menyimpulkan adanya empat efek biologis dari berbagai tekanan yang mengenai gigi: Tekanan yang sangat ringan, berdurasi sangat pendek, tidak mengakibatkan reaksi pada periodontal;tekanan ringan terus-menerus, menimbulkan tekanan pada ligamen periodontal yang lebih ringan daripada tekanan di kapiler darah, menyebabkan terjadinya resorpsi dari tulang alveolar pada regio tekanan, tetapi tidak terjadi resorpsi pada gigi; tekanan yang cukup kuat, yang menekan kapiler darah di regio tekanan, menyebarkan terjadinya iskemia pada ligamen periodontal. Jaringan nekrotik yang terjadi akan teresorpsi, dan resorpsi gigi bisa saja terjadi;

tekanan yang kuat yang meremukkan ligamen periodontal pada sisi tekanan, kemungkinan mengakibatkan kontak antara gigi-gigi dan tulang, yang menyebabkan timbulnya undermining resorption dari permukaan endosteal soket gigi. Permukaan gigi juga bisa resorpsi. Sesudah tekanan dihentikan, jaringan akan kembali ke fungsi normal, tetapi kemungkinan telah terjadi kematian pulpa dan ankilosis antara gigi dan tulang alveolar. Pada pemberian tekanan yang besar, pembuluh darah tertutup sehingga terjadi nekrosis pada daerah yang tertekan. Daerah nekrosis ini disebut hyalinized karena tidak adanya vaskularisasi. Dengan adanya hialinisasi, perbaikan tulang disebelah daerah hialinisasi ini dilakukan oleh sel-sel yang datang dari daerah sekitar jaringan yang rusak. Setelah beberapa hari elemen seluler dari daerah ligamen periodontal yang lain mulai memasuki jaringan yang rusak. Osteoklas terbentuk pada ruang sumsum tulang (bone marrow) di dekatnya dan mulai merusak tulang di belakang daerah nekrosis. Proses resorpsi ini disebut undermining resorption karena kerusakan yang disebabkan osteoklas terjadi di belakang lamina dura. Bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption terjadi keterlambatan pergerakan gigi. Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan oasteoklas pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi.15 Reitan 14 melakukan serangkaian eksperimen pada anjing dan manusia, untuk menentukan reaksi jaringan selama pergerakan gigi. Diantara hasil temuannya adalah berikut ini: Dilatasi sementara dari pembuluh-pembuluh darah di ligamen periodontal yang sering kali terjadi sesudah aplikasi tekanan pada gigi; terjadi kenaikan pada elemen seluler dari ligamen periodontal; resorpsi tulang terjadi pada sisi tekanan dan jaringan osteoid terbentuk pada sisi tegangan; pada daerah yang terkena tekanan yang berat, terjadi hialinisasi dari jaringan ligamen periodontal, dengan berkurangnya elemen seluler; dibawah tekanan yang berat terjadi undermining resorption dari tulang alveolar pada daerah sekeliling gigi. Proses seluler pergerakan gigi ortodonti Tekanan piranti ortodonti menstimulasi remodeling dari tulang alveolar yang memungkinkan terjadinya pergerakan gigi. Sebelum terjadinya remodeling tulang alveolar, terjadi perubahan dari ligamen periodontal. Beberapa signaling pathways

teraktivasi sehingga terjadi ligamen periodontal turnover, resorbsi dan deposisi tulang. Ligamen periodontal berhubungan dengan cementum melalui collagen fiber sehingga perubahan yang terjadi juga mempengaruhi cementum.15 Pada penelitian menggunakan proliferating cell nuclear antigen (PCNA), selama masa pemakaian piranti ortodonti, pada ligamen periodontal daerah tegangan terjadi penurunan proliferasi sel sedangkan pada permukaan tulang daerah tekanan terjadi peningkatan proliferasi sel multinukleus osteoklas, pada ligamen periodontal yaitu fibroblas, osteoblas, dan sel prekusor cementoblas.17 Pada ligamen periodontal terjadi peningkatan level dari MMP-2, 8, 9, 13 dan TIMPs 1-3 pada saat pergerakan gigi ortodonti. Pada daerah tegangan Page 4

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 11


menghambat degradasi matriks dengan menghambat MMP-1 sedangkan pada daerah relaksasi dari tegangan terjadi peningkatan resorpsi matrix ekstraselular.18 Pada daerah tekanan terjadi pelepasan beberapa chemo-atractans yang menggambarkan giant sel fagositik, multinukleat dan TRAP di tepi ligamen perodontal yang nekrosis.18,19 Sel ini meresorpsi ligamen periodontal yang nekrosis dan tulang alveolar dan cementum di bawahnya. Kemudian diapatkan osteoklas yang berasal dari sumsum tulang. Proses ini diikuti dengan pembentukan cementum, dentin skunder pada pulpa dan tulang pada daerah yang resorpsi.19 Secara patobiologi, proses pembentukan tulang akibat tekanan mekanik akan terjadi dua reaksi: pertama secara lokal yang meliputi reaksi bilogic electrity, blood flow microfracture yang akan menghasilkan prostaglandin, sitokin, cyclic adenosin monophospat (cAMP). Reaksi yang kedua adalah reaksi sistemik yang akan melibatkan aktivitas hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Gabungan dari kedua reaksi tersebut akan menghasilkan sel-sel osteoblas pada sisi tegangan yang berperan pada proses resorpsi.18 Pelepasan dari pro-inflamantory cytokines dan enzim lisosom menyebabkan resorpsi pada daerah tekanan. Ditemukan adanya prostaglandin, IL-1, IL6, TNF dan receptor activator of nuclear factor

kappa B ligand (RANKL) pada ligamen periodontal saat pergerakan gigi.28 Pada penelitian lain ditemukan naiknya jumlah enzim lisosom, acid phosphatase, TRAP dan cathepsin B pada daerah kompresi yang mungkin berperan pada proses degradasi jaringan dengan meningkatkan jumlah makrofag dan dendrit-like cell .17,18 PEMBAHASAN Agar gigi bisa digerakan, harus terjadi resorpsi tulang sebagai respon terhadap stress, dan agar gigi permanen melekat erat maka juga harus terjadi deposisi tulang untuk mempertahankan keutuhan dari mekanisme perlekatan. Pada daerah yang mengalami tekanan akan terjadi resorbsi dan pada daerah yang mengalami tegangan akan mengalami deposisi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandstedt yang menyatakan bahwa di bawah tekanan ringan terus-menerus, tulang akan teresorpsi pada daerah tekanan dan akan ditambahkan pembentukan tulang pada sisi tegangan, spikula tulang yang baru terbentuk akan mengikuti arah regangan serabut ligamen periodontal. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oppenheim yang secara histologis sama dengan penelitian Standstedt.14 Peneliti lain, Schwarz19, menyimpulkan bahwa pergerakan gigi yang paling menguntungkan diperoleh melalui tekanan yang tidak lebih besar dari tekanan darah kapiler. Tekanan semacam itu tidak bisa menyebabkan kolapsnya kapiler-kapiler yang ada pada ligamen periodontal. Apabila tekanan yang diberikan terlalu besar, akan terjadi kolapsnya pembuluh kapiler, sehingga jaringan periodontal tidak mendapatkan nutrisi dan terbentuk daerah hyalinized. Perbaikan tulang dilakukan oleh elemen seluler dari daerah ligamen periodontal yang lain. Osteoklas akan merusak tulang dibelakang daerah yang rusak dan terjadi undermining resoption.2,14,15 Beberapa kesimpulan dari para peneliti ini telah dibuktikan oleh peneliti-peneliti lain, dimana tekanan yang mengenai gigi akan menyebabkan terjadinya reaksi di dalam ligamen periodontal yang langsung menyebabkan terjadinya resorpsi dan deposisi tulang pada dinding soket gigi, dan terjadinya pergerakan gigi.2 Teori bioelektrik yang menghubungkan gerakan pada perubahan metabolisme tulang dikontrol oleh sinyal listrik yang dihasilkan oleh perubahan tulang alveolar. Resopsi dan deposisi pada tulang akan terjadi sesuai jenis aliran listrik yang terjadi dan hasil akhir adalah remodeling. Dibutuhkan tekanan yang

terus menerus untuk menghasilkan sinyal listrik namun pada pemakaian gaya ortodonti yang berkepanjangan tidak terjadi sinyal yang konstan. Sinyal singkat hanya terlihat pada waktu pemberian dan penghilangan tekanan, selama tekanan dipertahankan tidak terjadi perubahan. Ini menyebabkan teori bioelektrik kurang dapat menjelaskan mengenai proses pergerakan gigi ortodonti. Teori tekanan dan tegangan menghubungkan gerakan gigi pada perubahan seluler akibat produksi senyawa kimia yang disebabkan perubahan aliran darah pada ligamen periodontal. Kedua teori ini tidak berlawanan tetapi juga tidak saling mendukung. Dapat dikatakan bahwa kedua mekanisme ini memainkan peranan dalam kontrol biologis pergerakan gigi. Namun teori tekanan dan tegangan, lebih cocok dan lebih sering digunakan dalam menjelaskan proses pergerakan gigi ortodonti.11 Distribusi gaya pada ligamen periodontal sangat penting karena respon periodontal juga ditentukan oleh gaya tiap area yang mengenai gigi. Pergerakan tipping ligamen periodontal akan mengalami tekanan dekat apeks gigi pada sisi tekanan diberikan dan juga pada puncak alveolar pada sisi yang berlawanan. Pergerakan bodily, tekanan didistribusikan ke seluruh ligamen periodontal. Gaya yang dibuthkan pada pergerakan bodily 2 kali lebih besar di banding pada pergerakan tipping. Pergerakan intrusi menyebabkan Page 5

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 12


tekanan pada seluruh jaringan pendukung dan menyebabkan resopsi tulang pada bagian apeks. Gaya yang diberikan harus sangat kecil. Pada pergerakan ekstrusi terjadi daerah tegangan pada seluruh jaringan pendukung tanpa diikuti adanya daerah tekanan. Pergerakan rotasi akan terbentuk daerah tekanan pada seluruh ligamen periodontal. Pada pergerakan ekstrusi dan rotasi gaya yang dibutuhkan besarnya sama dengan yang deberikan pada pergerakan tipping.11,14 Pada ligamen periodontal saat pergerakan gigi ditemukan prostaglandin, IL-1, IL-6, TNF dan

receptor activator of nuclear factor kappa B ligand (RANKL).18 RANKL berperan dalam pembentukan osteoklas. IL-1 di produksi oleh makrofag dan fibroblas, berfungsi untuk menginduksi prostaglandin E2 (PGE2) dan IL-6 dan juga berperan dalam aktivitas osteoklas. IL- 1 berperan dalam menstimulasi pembentukan RANKL sehingga meningkatkan pembentukan osteoklas. TNF diproduksi oleh makrofag, berfungsi untuk meginduksi IL-1, IL-6. TNF berperan dalam proses resorpsi tulang. Penemuan sitokin-sitokin ini dalam ligamen periodontal menunjukkan proses resorpsi dan deposisi melibatkan reaksi sistemik dan lokal secara bersamaan dan saling mendukung. Hormon hormon yang terlibat memiliki peranan penting yang berhubungan dengan pembentukan sitokin sitokin yang juga termasuk dalam reaksi lokal.16 Untuk mendapatkan perubahan pada ligamen periodontal dibutuhkan durasi kekuatan yang continous. Kekuatan yang contionus lebih baik digunakan karena akan terus membentuk second messenger sehingga signaling pathways teraktivasi. Terdapat peningkatan proliferasi sel pada ligamen periodontal yang mengalami tegangan, sel tersebut adalah fibroblas, osteoblas, dan sel prekusor cementoblas.17 Pada daerah tegangan terdapat hambatan degradasi matriks dengan cara menghambat MMP-1. MMP-1 berfungsi dalam proses degradasi matriks ekstraselular pada ligamen periodontal. Dengan dihambatnya pembentukan MMP-1 proses resorbsi terhambat dan terjadi deposisi tulang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti ini jelas menunjukkan bahwa pada daerah tegangan terjadi proses deposisi tulang dengan ditemukannya beberapa sel inhibitor resorbsi tulang dan sel stimulator pembentukan tulang.18 Pada daerah tekanan terjadi pelepasan tartrateresistant acid phosphatase (TRAP) dan naiknya jumlah enzim lisosom dan cathepsin B yang berperan pada proses degradasi jaringan dengan meningkatkan jumlah makrofag dan dendrit-like cell.19 Osteoklas merupakan sel yang kaya akan lisosom yang mengandung TRAP dan hanya dapat meresopsi matriks tulang yang mengandung mineral. Penemuan ini menunjukkan pada daerah tekanan terdapat peningkatan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang.16,18 Dari pembahasan tersebut dapat terlihat bahwa terjadi perubahan elemen seluler dan ekspresi gen

pada ligamen periodontal saat pergerakan gigi ortodonti. Perubahan yang terjadi berbeda pada daerah tegangan dan daerah tekanan oleh karena remodeling dari kolagen dan tulang diatur berdasarkan gaya mekanik yang mengenainya. Pada sisi yang mengalami tekanan ditemukan elemenelemen seluler yang berfungsi sebagai stimulator aktivitas osteoklas dan inhibitor aktivitas osteoblas. Pada sisi yang mengalami tegangan ditemukan hal sebaliknya, yaitu ditemukan elemen seluler yang berfungsi sebagai stimulator osteoblas. Proses ini menyebabkan pada daerah tegangan mengalami deposisi dan pada sisi tekanan mengalami resorpsi. Proses remodeling tulang pada pergerakan gigi ortodonti melibatkan reaksi sistemik. Reaksi sitemik berperan dalam meregulasi kadar mineral dalam tulang serta aktivitas osteoblas dan osteoklas. Reaksi sistemik tersebut berupa aktivitas hormon paratiroid, vitamin D, kalsitonin dan esterogen. Hormon paratiroid akan mengaktifkan adenil siklase yang akhirnya menghasilkan c-AMP. Paratiroid juga menstimulasi pembentukan RANKL yang meningkatkan pembentukan osteoklas. Kalsitonin bertindak sebagai antagonis fisiologis terhadap hormon paratiroid yang berfungsi untuk menghambat resorbsi tulang.4 Esterogen mengatur pembentukan transforming growth factor (TGF-) yang dapat mengakibatkan turunnya pembentukan osteoklas. Level esterogen di dalam tubuh berpengaruh terhadap proses remodeling, khususnya pada wanita. Perawatan ortodonsi pada wanita yang mengalami peningkatan kadar esterogen, akan berjalan lambat, sedangkan pada wanita yang mengalami defesiensi esterogen, proses pergerakan gigi akan lebih cepat. Defesiensi esterogen menyebabkan resorpsi berlebihan, sehingga gigi lebih cepat berpindah, namun proses remodeling yang terjadi tidak seimbang sehingga gigi akan menjadi goyang. Ketidakseimbangan hormon hormon yang berperan dalam metabolisme tulang akan berdampak pada proses pergerakan gigi ortodonti, sehingga dalam melakukan perawatan ortodonti, keadaan sistemik seperti hiper/hipoparatiroid, menopouse, ibu hamil, juga harus dipertimbangkan.20 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing penulisan skripsi ini yaitu, Prof.

Page 6

Orthodontic Dental Journal Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2010; 8-13 13


Dr. Mieke Sylvia M.A.R, drg., MS., Sp Ort. dan Thalca Hamid, drg., MHPEd., Sp Ort., PhD yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi. Terima kasih juga kepada semua yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung selama proses penulisan skripsi ini dijalankan. DAFTAR PUSTAKA 1. Bishara S. Textbook of orthodontics. Philadelphia: WB Saunders Company; 2001.p.468-72. 2. Foster TD. Buku ajar ortodonti. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 1999.p.491-99. 3. Carranza, Fermin A, Michael G Newman and Henry Takei. Clinical periodontology. 10th edition. Missouri: Elsevier; 2006. p.36-45. 4. Tortora G, Grabowski S. Principles of Anatomy and Physiology. 7th Ed. New York: Harper Collins College Publishers; 1993. 5. Yang Yi Jun. 2008. Histology of bone. Available from: http// www. Emedicine.com. Diakses pada 9 November 2008. 6. Scully C. Oxford handbook of applied dental sciences. Oxford: Oxford University Press; 2002. 7. Slomianka Lutz. 2006. Blue histology-skeletal tissues-bone. Available at: http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepa ges/bone/bone.htm. Diakses pada 30 Nopember 2008. 8. Leeson C, Roland Leeson, Thomas S, Paparo and Anthony A. Buku Ajar histology. Edisi 5. Jakarta: EGC;1996. 9. Martini FH. Fundamental of anatomy and physiology. 5th ed. London: Prentice Hall International; 2001. 10. Compston Juliet. Sex steroids and bone. Physiological reviews 2001;81(1):419-47. 11. Proffit William. Contemporary orthodontics. Ed 4. Missouri: Mosby Elsevier; 2007. p. 331-43. 12. Marcotte MR. Biomechanics in Orthodontics. Toronto: BC Decker inc;1990.p.10-14. 13. Marino AA, BD Gross. Piezoelectricity in

cementum, dentine and bone. Arch Oral Biol 1989; 34:507 14. Mulyani MDS. Biomekanik pergerakan gigi. Jakarta: Widya Medika; 1994. p. 32-46. 15. Noengki Prameswari. The response of periodontal ligament fiber and the thickness of inserting periodontal ligament collagen fibers bundles at cementum pressure sites of fixed orthodontic appliances. Dent journal 2007; 40(2):70-5. 16. Meikle, Murray C. The tissue, cellular, and molecular regulation of orthodontic tooth movement: 100 years after Carl Sandstendt. European J of Orthodontics 2006; 28:221-40. 17. Mabuchi R, Matzuka K and Shimono M. Cell proliferation and cell death in periodontal ligaments during orthodontic tooth movement. J Period Res 2002; 37:118-24. 18. Wise GE, King GJ. Mechanisms of tooth eruption and orthodontic tooth movement. J Dent Rest 2008; 87(5). 19. Sudidharma M. Biochemical movement of the tooth in orthodontic treatment. Dent journal. 2004; 37(1):12-4. 20. Sudidharma M. The effect of estrogen fluctuation on the orthodontic tooth movement. FORIL Award. Jakarta. 2008.

You might also like