“SIAPAKAH AKU ?” Lalu Tuhan datang dan mesra memelukku. DIA menuntunku mengenali diri, apa adanya,, dalam cara pandang baru: tentang aku, suka-duka, dunia dan apa saja. Bersama Tuhan aku menemu cara yang bernar berguru dari pengalaman dan orang .Bersama Tuhan aku membangun rencana & semangat untuk melangkah lebih pasti ke masa depan. Tuhanlah penguasa masa kini.kemarin dan esok Marilah berserah dalam kuasaNya (Bosco, 1985)
Aku tak tahu apa atau siapa yang bertanya,
aku juga tak tahu kapan pertanyaan itu diajukan, Tapi aku yakin pernah menjawab “Ya” kepada si penanya Sejak itu aku mendapati hidupku sangat berarti, karena itu punya tujuan Dan aku tahu apa artinya” jangan menoleh ke belakang” (Dag Hammersjold, mantan sekjen PBB, 1985) Pertanyaan dasar: siapakah aku? Ada ungkapan dalam bahwa yunani γνοτι σεαυτον (baca: gnoti seauton), atau dalam bahasa inggris be yourself, artinya jadilah diri sendiri. Tapi masalahnya cukup sulit bagi kebanyakan orang untuk menjadi diri sendiri, sama sulitnya untuk mengenali diri sendiri. Tidak mudah menjawab pertanyaan: siapakah aku? (who am I?) Untuk menjawab “Siapakah Aku?” diperlukan tidak hanya waktu dan usaha, melainkan juga keberanian khusus dan kejujuran dalam merenungkan dan mengolah pengalaman hidup dari masing-masing “aku”. Pendek kata, orang harus siap untuk berhadapan dengan dirinya sendiri. Jika tidak, kemungkinan besar “aku” makin tidak bisa mengenali “siapakah aku”. Pengenalan seseorang terhadap “aku”nya berkaitan dengan kedalaman usaha pengenalannya terhadap diri sendiri: bagaimana kepribadian, karakter dan kecenderunganku? Mengapa sikap, tingkah laku dan reaksiku kok bisa begini dan tidak begitu? Bisakah aku mengenali diriku yang real sendiri dalam situasi konkret, yaitu bagaimana “aku” ketika berhadapan dengan berbagai peristiwa dan tantangan hidup. Dengan demikian, sekurang-kurangnya aku akan memahami peristiwa hidupku secara proporsional (sesuai dengan porsi, keadaan, nalar dan pertimbangan yang diperlukan; singkatnya pemahaman seperti apa yang seharusnya), jangan sampai pengenalanku terhadap diri sendiri bisa menjadi bias dan keliru. Oleh karena itu setiap “aku” tanpa bisa ditawar selalu membutuhkan waktu merenung. Waktu yang sengaja diluangkan untuk mengolah batin, menata diri, dan membangun rencana-rencana untuk kehidupan selanjutnya. Sekarang ini kita meluangkan waktu, perhatian, dan usaha khusus untuk pengolahan batin itu. Bagaimana aku bisa mengenali siapakah aku? Aku adalah seorang yang memiliki kepribadian. Kepribadian mencakup karakter dan sifat, sikap dasar dan prinsip hidup, juga kecenderungan- kecenderungan reaktif. Kepribadianku disadari atau tidak adalah hasil bangunan dari peristiwa-peristiwa hidupku, dibangun oleh orang-orang sekelilingku (keluarga, teman, guru, idola, dsb), pengalaman hidup dan tanggapanku atas semua itu. Pengalaman hidup ada yang membuatku senang dan ada yang membuatku sedih, bahkan kesan itu kubawa sampai sekarang ini. Selain ingatan akan masa depan, masa laluku itulah yang menjelaskan mengapa aku tiba-tiba merasa bersemangat atau juga tiba-tiba merasa loyo tanpa daya.
Happiness Is Free - and It's Easier Than You Think (Keys To The Ultimate Freedom Books 1 To 5 Complete) (PDFDrive) - 2-171 (1) - 1666881583061-Bahasa Indonesia - 1666881651675-Bahasa Indonesia