You are on page 1of 2

SIAPAKAH AKU?

(WHO AM I?)
By: Yohanes Bosco Hariyono

Dalam keheningan, aku bertanya


“SIAPAKAH AKU ?”
Lalu Tuhan datang dan mesra memelukku.
DIA menuntunku mengenali diri, apa adanya,, dalam cara pandang baru:
tentang aku, suka-duka, dunia dan apa saja. Bersama Tuhan aku menemu cara yang
bernar berguru dari pengalaman dan orang .Bersama Tuhan aku membangun rencana &
semangat untuk melangkah lebih pasti ke masa depan.
Tuhanlah penguasa masa kini.kemarin dan esok
Marilah berserah dalam kuasaNya
(Bosco, 1985)

Aku tak tahu apa atau siapa yang bertanya,


aku juga tak tahu kapan pertanyaan itu diajukan,
Tapi aku yakin pernah menjawab “Ya” kepada si penanya
Sejak itu aku mendapati hidupku sangat berarti, karena itu punya tujuan
Dan aku tahu apa artinya” jangan menoleh ke belakang”
(Dag Hammersjold, mantan sekjen PBB, 1985)
Pertanyaan dasar: siapakah aku?
Ada ungkapan dalam bahwa yunani γνοτι σεαυτον (baca: gnoti
seauton), atau dalam bahasa inggris be yourself, artinya jadilah diri sendiri. Tapi
masalahnya cukup sulit bagi kebanyakan orang untuk menjadi diri sendiri, sama
sulitnya untuk mengenali diri sendiri. Tidak mudah menjawab pertanyaan:
siapakah aku? (who am I?)
Untuk menjawab “Siapakah Aku?” diperlukan tidak hanya waktu dan
usaha, melainkan juga keberanian khusus dan kejujuran dalam merenungkan dan
mengolah pengalaman hidup dari masing-masing “aku”. Pendek kata, orang
harus siap untuk berhadapan dengan dirinya sendiri. Jika tidak, kemungkinan
besar “aku” makin tidak bisa mengenali “siapakah aku”.
Pengenalan seseorang terhadap “aku”nya berkaitan dengan kedalaman
usaha pengenalannya terhadap diri sendiri: bagaimana kepribadian, karakter dan
kecenderunganku? Mengapa sikap, tingkah laku dan reaksiku kok bisa begini
dan tidak begitu? Bisakah aku mengenali diriku yang real sendiri dalam situasi
konkret, yaitu bagaimana “aku” ketika berhadapan dengan berbagai peristiwa
dan tantangan hidup. Dengan demikian, sekurang-kurangnya aku akan
memahami peristiwa hidupku secara proporsional (sesuai dengan porsi, keadaan,
nalar dan pertimbangan yang diperlukan; singkatnya pemahaman seperti apa
yang seharusnya), jangan sampai pengenalanku terhadap diri sendiri bisa
menjadi bias dan keliru.
Oleh karena itu setiap “aku” tanpa bisa ditawar selalu membutuhkan
waktu merenung. Waktu yang sengaja diluangkan untuk mengolah batin, menata
diri, dan membangun rencana-rencana untuk kehidupan selanjutnya. Sekarang
ini kita meluangkan waktu, perhatian, dan usaha khusus untuk pengolahan batin
itu.
Bagaimana aku bisa mengenali siapakah aku?
Aku adalah seorang yang memiliki kepribadian. Kepribadian mencakup
karakter dan sifat, sikap dasar dan prinsip hidup, juga kecenderungan-
kecenderungan reaktif. Kepribadianku disadari atau tidak adalah hasil bangunan
dari peristiwa-peristiwa hidupku, dibangun oleh orang-orang sekelilingku
(keluarga, teman, guru, idola, dsb), pengalaman hidup dan tanggapanku atas
semua itu. Pengalaman hidup ada yang membuatku senang dan ada yang
membuatku sedih, bahkan kesan itu kubawa sampai sekarang ini. Selain ingatan
akan masa depan, masa laluku itulah yang menjelaskan mengapa aku tiba-tiba
merasa bersemangat atau juga tiba-tiba merasa loyo tanpa daya.

You might also like