You are on page 1of 18

EKOSISTEM MANGROVE

Hutan mangrove saat ini menjadi trend perbincangan, terutama setelah bencana tsunami di akhir tahun 2004 menelan ratusan ribu korban dan kehancuran sebagian besar pesisir pantai. Namun demikian, pada daerah pantai yag memiliki hutan mangrove lebat dampak tsunami sangat minim atau tidak membahayakan, seperti yang dijumpai di pantai utara Nias, beberapa pesisir barat pantai Aceh Selatan, dan berbagai pesisir pantai Asia dan Afrika bagian Timur Sebelumnya banyak yang menganggap hutan mangrove seperti lahan terlantar yang tidak bermanfaat. Oleh karenanya lebih baik dikonversi menjadi areal tambak, perkebunan (kelapa sawit), misalnya, yang jelas hitungan keuntungannya. Praktek konversi mangrove yang umum dilakukan adalah menebang habis pepohonan mangrove sampai ke pinggir pantai. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tambak yang diusahakan dengan menebang habis hutan mangrove hanya produktif selama 3-4 tahun awal saja, setelahnya sudah tidak menguntungkan sehingga kemudian areal tersebut ditinggalkan begitu saja. Dampak kondisi ini adalah meningkatnya abrasi pantai, instrusi air laut dan berbagai dampak lainnya kerena pelindung alami pantai yang berupa tegakan hutan mangrove hilang. Kasus abrasi di pantai utara Jawa, pantai selatan Lampung merupakan bukti nyatanya, dimana pantai hilang dengan lebar lebih dari 10 m. Bisa dibayangkan luasnya pantai yang hilang atau pulau-pulau kecil, misalnya pulau Tapak Kuda di Langkat. Kondisi yang sama juga terjadi di sebagian besar pantai Aceh dan Sumatera Utara. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 6 tahun, yakni dalam periode 1993 1999, sekitar 97% hutan mangrove di Aceh dan 27% hutan mangrove di Sumutera Utara hilang dan rusak. Lalu, pertanyaannya adalah pengelolaan hutan mangrove yang bagaimana yang dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan? 1

Sumberdaya

mangrove

yang

berpotensi

dimanfaatkan

untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat dapat dilihat dari dua tingkatan, yaitu tingkat ekosistem mangrove secara keseluruhan dan tingkat komponen ekosistem sebagai komponen biotik primer (primary biotic component). Sebelum membicarakan pemanfaatan secara lestari, akan terlebih dahulu digambarkan berbagai fungsi mangrove, lalu bentuk-bentuk pemanfaatan ril di lapangan apa adanya, kemudian baru bentuk pemanfaatannya yang lestari. Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang mempunyai manfaat ganda dengan pengaruh yang sangat luas ditinjau dari aspek sosial, ekonomis, dan ekologi. Besarnya peranan hutan atau ekosistem mangrove bagi kehidupan, dapat diketahui dari banyaknya jenis flora dan fauna yang hidup di dalam ekosistem perairan dan daratan yang membentuk ekosistem mangrove. Para ahli antara lain, Harger (1982), Hamilton & Snedaker (1984), Naamin (1990), Odum et al. (1982), dan Snedaker (1978) sependapat bahwa hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang unik, dengan berbagai macam fungsi, yaitu fungsi fisik, biologi, dan fungsi ekonomi atau produksi.

Fungsi Mangrove
Fungsi fisik Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang; mencegah intrusi garam ( salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya. Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto et al. (2003). Pratikto et al. (2002) melaporkan bahwa di Teluk Grajagan 2

Banyuwangi yang memiliki tinggi gelombang tersebut sebesar 1,09 m, dan energi gelombang sebesar 1493,33 Joule, maka ekosistem mangrove di daerah tersebut mampu mereduksi energi gelombang sampai 60%, sehingga keberadaan hutan mangrove dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai. Istiyanto, Utomo dan Suranto (2003) menyimpulkan bahwa rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan dalam pertimbangan awal bagi perencanaan penanaman hutan mangrove bagi peredaman penjalaran gelombang tsunami di pantai. Pasca tsunami 26 Desember 2004 yang melanda Asia dengan pusat di pantai barat Aceh terdapat fakta bahwa hutan mangrove yang kompak mampu melindungi pantai dari kerusakan akibat tsunami (Istiyanto et al., 2003, Pratikto et al. 2002, Dahdouh-Guebas, 2005, Onrizal, 2005, Sharma, 2005). Demikian juga hal sama dijumpai pada kawasan pantai dengan hutan pantai yang baik mampu meredam dampak kerusakan tsunami (WIIP, 2005) Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan). Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu

menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu (Darmiyati et al., 1995), dan pada daun Avicennia marina terdapat akumulasi Pb 15 ppm, Cd 0,5 ppm, Ni 2,4 ppm (Saepulloh, 1995). Selain itu, hutan mangrove dapat mengendalikan intrusi air laut sebagaimana yang dilaporkan Hilmi (1998), yakni percepatan intrusi air laut di pantai Jakarta meningkat dari 1 km pada hutan mangrove selebar 0,75 km menjadi 4,24 km pada areal tidak berhutan.

Fungsi biologis

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah. Ekosistem Produktivitas hutan mangrove memiliki produktivitas ini sekitar yang tinggi. gram primer ekosistem mangrove 400-500

karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponenkomponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain) (Naamin, 1990). Kerusakan mangrove di pantai Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap (56,32% jenis ikan menjadi langka/sulit didapat, dan 35,36% jenis ikan menjadi hilang/tidak pernah lagi tertangkap). Konversi dilaporkan hutan mangrove (2004) di pantai Napabalano, Sulawesi Tenggara nyara Amala menyebabkan berkurangnya secara

kelimpahan kepiting bakau (Scylla serrata). Hasil penelitian Onrizal et al. (2008) menunjukkan bahwa semakin bertambah umur mangrove hasil rehabilitasi akan meningkatkan populasi dan keragaman biota pesisir pantai.

Fungsi ekonomi atau fungsi produksi

Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya (Saenger et al., 1983). Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar 4

(kayu bakar, arang, alkohol); bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit); makanan, minuman dan obat-obatan (gula, alkohol, minyak sayur, cuka); peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut); pertanian (pupuk hijau); chips untuk pabrik kertas dan lainlain. Menurut Saenger et al. (1983), hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan Pasifik, areal mangrove juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan. Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik. Kerusakan hutan mangrove di Secanggang, menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 33,89% dimana kelompok yang paling besar terkena dampak adalah nelayan. Selain itu sekitar 85,4% masyrakat pesisir di kawasan tersebut kesulitan dalam berusaha dan mendapatkan pekerjaan dibandingkan sebelum kerusakan mangrove.

Manfaat Mangrove
Sumberdaya mangrove yang berpotensi dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dapat dilihat dari dua tingkatan, yaitu tingkat ekosistem mangrove secara keseluruhan dan tingkat komponen ekosistem sebagai komponen biotik primer (primary biotic component), sebagai berikut : 5

Tingkat ekosistem mangrove secara keseluruhan a. Lahan tambak, lahan pertanian dan kolam garam Di beberapa lokasi di Indonesia, seperti di pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, kawasan pantai Kalimantan, pantai Sulawesi, Bali, Nusa Tenggra dan pulau-pulau lainnya, banyak lahan mangrove dikonversi untuk lahan tambak, lahan pertanian dan kolam pembuatan garam. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pengkonversian lahan mangrove menjadi jenis penggunaan lain seperti tersebut di atas dilakukan dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian ekosistem. Sebenarnya dari sudut pandang ilmiah, lahan mangrove bisa dikonversi menjadi jenis penggunaan lain dalam proporsi dan pada lokasi yang tepat sesuai dengan persyaratan ekologis tumbuhnya mangrove dan persyaratan kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang direkomendasikan. b. Lahan pariwisata Beberapa (1) potensi ekosistem mangrove yang merupakan modal

penting bagi tujuan rekreasi adalah : Bentuk perakaran yang khas umum ditemukan pada beberapa jenis pohon mangrove, seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutut (Bruguiera spp.), akar pasak (Sonneratia spp. dan Avicennia spp.), akar papan (Heritiera spp.), dan lain-lain. (2) Buahnya yang bersifat vivipar (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon) yang diperlihatkan oleh beberapa jenis pohon mangrove, seperti jenis-jenis yang tergolong suku Rhizophoraceae. (3) (4) Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi dengan hutan rawa). Berbagai jenis fauna dan flora yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, dimana jenis fauna dan flora tersebut kadang-kadang jenis endemik bagi daerah yang bersangkutan. 6

(5) (6)

Atraksi adat istiadat tradisional penduduk setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove. Saat ini, nampaknya hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan/tambak tumpangsari, penebangan, pembuatan garam, dan lain-lain bisa menarik para wisatawan. Bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang dapat dikembangkan di hutan

mangrove adalah berburu, memancing, berlayar, berenang, melihat atraksi berbagai satwa, fotografi, piknik dan berkemah, melihat atraksi adat istiadat tradisional penduduk setempat, dan lain-lain. Tingkat komponen ekosistem sebagai komponen biotik primer a. Flora Dalam skala komersial, berbagai jenis kayu mangrove dapat digunakan sebagai : Chips untuk bahan baku kertas terutama jenis Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. Penghasil industri papan dan plywood, terutama jenis Bruguiera spp. dan Heritiera littoralis. Tongkat dan tiang pancang (scalfold) terutama jenis Bruguiera spp., Ceriops spp., Oncosperma sp., dan Rhizophora apiculata. Kayu bakar dan arang yang berkualitas sangat baik. Sudah sejak lama, berbagai jenis tumbuhan mangrove dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat lokal seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa jenis tumbuhan mangrove yang dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat lokal

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 8

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 9

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 10

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 11

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 12

No Jenis . 1. Acanthus ilicifolius 2. 3. Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Acanthus ilicifolius & A. embrathatus

Kegunaan Buah yang dihancurkan dalam air dapat digunakan untuk membantu menghentikan darah yang keluar dari luka dan mengobati luka karena gigitan ular. Bagian tanaman yang masih muda dapat dimakan mentah atau dimasak sebagai sayuran. Kulit dan bijinya untuk membuat racun ikan. Mandi dengan memakai air ekstraksi rebusan kulit batang dan akar dapat mengurangi simpton dingin, mengobati alergi pada kulit dan penyakit. Jika diminum dapat menyembuhkan gejala penyakit sipilis. Gilingan kulit batang segar yang dibalurkan pada luka bernanah akan mempercepat proses penyembuhan. Jika dicampur dengan jahe, hasil gilingannya dapat dipakai secara lokal untuk mengobati infeksi pada mata dan malaria. Jika digiling bersama kunyit dan gula tebu, dapat dipakai untuk ambien. Jika digiling dengan madu serta licorice (Glycyrrhiza glabra), diminum akan menghilangkan sakit punggung Kayu gubalnya agak asin bisa mengembalikan vitalitas bersama seseorang. kayu gubal Umumnya Cassia bila direbus dan ekstraknya

4.

A. alba & A. officinalis

5.

diminum berguna memperlancar darah menstruasi. Avicennia alba Daun yang masih muda dapat untuk makanan ternak, kulitnya semacam bijinya resin dapat yang dimakan jika direbus, untuk obat tradisional (astringent), zat dikeluarkan bermanfaat

dalam usaha mencegah kehamilan, salep yang dicampur cara membuatnya dengan biji tumbuhan ini sangat baik untuk mengobati luka penyakit 13

b.

Fauna Sebagian besar jenis fauna mangrove yang berpotensi dimanfaatkan

oleh masyarakat adalah berupa berbagai jenis ikan, kepiting dan burung. 1. Ikan Berdasarkan hasil penelitian para ahli ada lebih dari sekitar 52 jenis ikan yang hidup di habitat mangrove Indonesia. Dari berbagai jenis ikan tersebut ada enam jenis yang umum diketemukan, yaitu Mullet (Mugil cephalus), Snapper (anggota Lutjanidae), Milkfish (Chanos chanos), seabass (Lates calcarifer), Tilapia (Tillapia sp.), Mudskipper (Periothalmus spp.) 2. Udang dan kepiting Ada sekitar 61 jenis udang dan kepiting yang hidup di habitat mangrove Indonesia, diantaranya jenis-jenis yang umum diketemukan di habitat tersebut, adalah : Uca spp. (fiddler crab), Sesarma spp., Scylla serata, Macrobrachium rosenbergii, Penaeus spp. Jenis udang, bandeng dan kepiting biasanya dibudidayakan oleh masyarakat dalam bentuk tambak, sedangkan jenis-jenis ikan lainnya dan Crustaceae serta moluska diperoleh oleh masyarakat melalui penangkapan. 3. Burung Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di berbagai lokasi dilaporkan bahwa ada sekitar 51 jenis burung yang berasosiasi dengan mangrove, diantaranya yang umum ditemukan adalah pecuk ( Anhinga sp. dan Phalacocorax sp.), cangak dan blekok (Ardea sp.), bangau/kuntul (Egretta sp. dan Leotoptilos sp.). Masyarakat sekitar mangrove pada waktuwaktu tertentu berburu burung dan memungut telur burung untuk bahan makanan atau untuk dijual, seperti yang terjadi di hutan mangrove Pulau Rambut (Departemen Kehutanan, 1994), Karang Gading dan Langkat 14

(Hanafiah-Oeliem et al. 2000). Hal yang sama juga penulis temui di berbagai kawasan mangrove seperti di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau lainnya.

4. Lebah madu Hutan mangrove merupakan salah satu tempat bersarang yang baik bagi lebah madu, sehingga mangrove sangat potensial untuk menghasilkan madu. Umumnya, lebah madu membuat sarang pada pohon Avicennia spp, Ceriops spp., dan Excoecaria agallocha. Dengan adanya lebah madu membuat sarang di pohon-pohon mangrove akan sangat menguntungkan bagi masyarakat di sekitar kawasan mangrove, yakni dapat memungut madu. Selain memungut madu dari alam dari alam, masyarakat juga bisa mendapatkannya dengan beternak lebah madu.

Pemanfaatan Mangrove yang Lestari


Secara garis besar minimal ada tiga bentuk pemanfaatan hutan mangrove yang lestari yang dapat dilakukan oleh masyarakat yaitu (a) tambak tumpangsari, (b) hutan rakyat, (c) budaya mangrove untuk mendapatkan hasil hutan selain kayu, dan (d) bentuk kombinasi

pemanfaatan mangrove secara simultan. A. Tambak Tumpangsari Tambak tumpangsari (sylvofishery) ini merupakan unit tambak yang didalamnya mengkombinasikan bagian lahan untuk pemeliharaan ikan/kepiting dan bagian lahan untuk penanaman mangrove. Sampai saat ini dikenal 5 macam model tambak tumpangsari, yaitu model empang tradisional, model komplangan, model empang terbuka, model kaokao dan model tasik rejo. Sistem tambak tumpangsari ini, sebagaimana dilaporkan 15

oleh Quarto (1996, 2000), Fitzgerald (2000) sudah banyak diterapkan diberbagai negara dan merupakan alternatif pengelolaan mangrove yang lestari. Perbandingan hutan mangrove dan tambak sebesar 80 : 20 diterapkan pada hutan mangrove yang masih utuh , baik yang berada di dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan/tanah milik. menekankan kepada aspek kelestarian Perbandingan ini lebih mangrove dan sumberdaya

ekosistemnya daripada hasil tambak, berupa ikan atau udang. Sedangkan perbandingan hutan mangrove dan tambak sebesar 30 : 70 digunakan untuk hutan mangrove yang berada di luar kawasan hutan yang telah banyak dibuka/digarap guna peruntukan lain. pendapatan dari produksi tambak Perbandingan ini lebih diarahkan berupa ikan atau udang tanpa untuk memberi peluang kepada masyarakat dalam meningkatkan hasil meninggalkan aspek kelestariannya. Selain model tambak tumpangsari, terdapat tambak terbuka yang merupakan kolam pemeliharaan ikan yang sama sekali tidak ada tanaman mangrovenya (kolam tanpa tanaman mangrove). Untuk memperbaiki lingkungan tambak, tanaman mangrove dapat ditanam di sepanjang saluran primer dan sekunder pinggir sungai maupun sepanjang pantai. B. Hutan Rakyat Hutan rakyat merupakan salah satu bentuk pemanfaatan mangrove yang dapat dikelola secara berkelanjutan, yang mana hasil utamanya berupa kayu bakar atau arang atau serpih kayu (chips). Jenis-jenis pohon yang umumnya diusahakan adalah Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. dengan siklus tebang sekitar 15 30 tahun tergantung pada tujuan penanaman. C. Budidaya mangrove untuk mendapatkan hasil selain kayu Bentuk pemanfaatan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil hutan ikutan (hasil hutan bukan kayu), misalnya madu, tanin, pakan ternak, dan lain-lain. Beternak lebah dan memanen madu di hutan mangrove dipandang sebagai salah satu manfaat mangrove yang tidak memberikan dampak 16

negatif terhadap fungsi dasar mangrove serta terhadap bahan-bahan yang dihasilkan oleh hutan mangrove. Kehadiaran lebah-lebah tersebut akan sangat menguntungkan bagai regenerasi mangrove terutama pada penyerbukan pohon-pohon mangrove yang tergantung pada serangga penyerbuk yang antara lain adalah lebah. Departemen Kehutanan (1997) menyatakan bahwa beberapa keuntungan dengan beternak lebah di hutan mangrove antara lain adalah: Menyediakan makanan yang bersifat tahan lama bagi penduduk Menghasilkan produk perdagangan dalam bentuk madu dan lilin Menyediakan lapangan kerja ketika petani/nelayan tidak sibuk dengan kegiatan bertani/menangkap ikan Menyediakan lapangan kerja bagi pengrajin setempat untuk membuat peralatan beternak lebah, dan Meningkatkan produksi tanaman lain melalui penyerbukan silang. Dari segi sosial ekonomi, beternak lebah madu pada dasarnya merupakan berikut: Memerlukan inventasi yang relatif kecil Memanfaatkan sedikit lahan dan kualitas lahan bukan merupakan faktor pembatas Dapat dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dewasa Tidak bersaing dengan kegiatan pertanian lainnya dalam hal penggunaan lahan, dan Merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan pendapatan dari sumberdaya hutan tanpa merusak sumberdaya tersebut. D. Bentuk kombinasi pemanfaatan mangrove secara simultan Bentuk ini ditujukan untuk mendapatkan berbagai jenis produk sekaligus, misalnya untuk memperoleh pakan ternak, ikan/kepiting, madu dan kayu bakar/arang dari suatu kawasan mangrove. Salah satu contoh 17 begiatan berskala keluarga dan memiliki keununggulan dibandingkan tipe pertanian lainnya (Departemen Kehutanan, 1997) sebagai

pengelolaan hutan mangrove oleh masyarakat yang menguntungkan dan berkelanjutan adalah di batu Ampar, Kalimantan Barat. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan ekosistem hutan mangrove adalah penataan lahan, dimana seharusnya kawasan lindung berupa tegakan hutan mangrove, dimana yang boleh dilakukan kegiatan budidaya, seperti tambak sylvofishery, permukiman, wisata dan sebagainya Diambil dari Onrizal
Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU dan Departemen Kehutanan USU

KESIMPULAN
Hutan mangrove yang dikelola dengan baik telah memberikan dukungan bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir melalui fungsi fisik, biologi dan ekonomi sehingga bias dimanfaatkan secara lestari. Pada sisi lain, kerusakan hutan mangrove justru mengancam kehidupan masyarakat pesisir, seperti hilangnya ikan, udang, kepiting dan berbagai biota air lainnya, abrasi pantai, intrusi air laut dan berbagai dampak negative lainnya. Semoga kita menjadi bagian dari yang melakukan perbaikan dan terus berupaya menularkan kepada yang lain sehingga semakin bertambah banyak orang yang berperan dalam perbaikan ekosistem mangrove bagi kehidupan manusia.

18

You might also like