You are on page 1of 35

ATS

AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

DASAR ELEKTRONIKA
1. PENDAHULUAN Rangkaian elektronika adalah suatu rangkaian yang dibentuk dari berbagai macam komponen elektronika yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem rangkaian elektronika yang terpadu. Dalam bidang elektronik, komponen elektronika dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : Komponen pasif dan, Komponen aktif 2. KOMPONEN PASIF Komponen pasif adalah komponen komponen elektronika yang tidak menghasilkan energi listrik atau mengubah bentuk gelombang pada energi listrik seperti perubahan fasa / pembalikan fasa, penguatan dan lain lain. Komponen elektronika yang termasuk dalam komponen pasif diantaranya adalah : Resistor atau tahanan / hambatan Kapasitor atau kondensator Induktor Saklar / switch Relay, dan lain-lain 2.1. Resistor Resistor biasa juga disebut sebagai hambatan, tahanan, pelawan, werstand (Belanda) digunakan pada hampir semua rangkaian elektronika.

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

Fungsi resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat saja berbeda misalnya sebagai penghambat arus listrik / memperkecil arus listrik atau sebagai pembagi tegangan dan lain lain. Resistor dapat terbuat dari berbagai bahan antara lain dari batu (resistor batu), karbon (resistor karbon), keramik (resistor keramik) dan lain -lain. Resistor biasa disingkat dengan notasi huruf R. Satuan yang dipakai untuk menentukan besar kecilnya nilai suatu resistor adalah ohm yang disingkat dengan huruf Yunani Omega (). Nama ohm diberikan atas penghargaan kepada yang menemukannya yaitu seorang bangsa Jerman yang bernama George Simon Ohm (1787 1854). Besar kecilnya nilai suatu resistor disebut resistansi. Untuk nilai resistor yang besar biasa dipakai K atau M, dimana : 1 K (Kilo ohm) = 1.000 ohm 1 M (Mega ohm) = 1.000.000 ohm Nilai resistansi dari resistor, ada yang dapat diatur dan ada yang tetap sehingga berdasarkan hai ini resistor dapa dikelompokkan menjadi : Resistor tetap (fixed resistor) Resistor variable (variable resistor)

2.1.1. Resistor Tetap ( fixed resistor ) Resistor tetap (fixed resistor) adalah resistor yang nilai resistansinya tetap dan tidak dapat diubah ubah. Simbol dari resistor tetap adalah : atau
Gambar 2.1 : Simbol resistor tetap

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

Nilai resistansi resistor tetap biasanya dicantumkan pada badannya berupa angka atau biasa pula berupa kode warna. Adapun jenis jenis warna yang dipakai beserta maknanya diperlihatkan pada tabel 1 di bawah :

Angka Tolenransi Hitam 0 Coklat 1 1% Merah 2 5% Orange (Jingga) 3 Kuning 4 Hijau 5 0,5 % Biru 6 Ungu (violet) 7 Abu abu 8 Putih 9 10 % Emas 15% Perak 1 0% Tanpa Gelang 20% Tabel 1 : Kode warna resistor beserta maknanya Sebagai contoh, suatu resistor dengan warna diperlihatkan pada badannya seperti pada gambar 2.2. Gelang 1 : Hijau Gelang 2 : Biru
Gelang 4 Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3

Warna

warna yang

Gelang 3 : Orange Gelang 4 : Perak

Gambar 2.2 . Resistor dengan kode warna pada badannya

Nilai resistansi resistor di atas adalah : Gelang ke-1, hijau Gelang ke-2, biru Gelang ke-3, orange = 5 (angka pertama) = 6 (angka kedua) = 3 (banyaknya angka nol
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

Gelang ke-4, perak

= 10 % (toleransi atau kelonggaran)

Jadi nilai resistansinya = 56000 10 % atau 56 10 % K Dengan toleransi 10%, resistor tersebut masih baik bila bernilai : (56.000 5.600) s/d (56.000 + 5.600) = 50.400 s/d 61.600 Kerusakan resistor dapat berupa : Berubah harganya, (karena panas, umur dan sebagainya) Putus. Berarti nilai tahanannya menjadi sangat besar atau bahkan tak berhingga. Bocor atau terhubung singkat, berarti harga tahanannya menjadi sangat kecil atau bahkan nol. Nilai tahanan / resistansi yang diproduksi oleh pabrik dan dijual di pasaran sudah mempunyai nilai yang baku. Tabel 2 di bawah ini memperlihatkan tabel harga harga resistansi standar untuk toleransi 5 %. 1,0 1,1 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,7 3,0 3,3 3,6 3,9 4,3 4,7 5,1 5,6 6,2 10 11 12 13 15 16 18 20 22 24 27 30 33 36 39 43 47 51 56 62 100 110 120 130 150 160 180 200 220 240 270 300 330 360 390 430 470 510 560 620 K 1,0 1,1 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,7 3,0 3,3 3,6 K 3,9 4,3 4,7 5,1 5,6 6,2 K 10 11 12 13 15 16 18 20 22 24 27 30 33 36 K 390 43 47 51 56 62 K 100 110 120 130 150 160 180 200 220 240 270 300 330 360 K 390 430 470 510 560 620 M 1,0 1,1 1,2 1,3 1,5 1,6 1,8 2,0 2,2 2,4 2,7 3,0 3,3 3,6 M 3,9 4,3 4,7 5,1 5,6 6,2 M 10

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI 6,8 7,5 8,2 9,1 68 75 82 91 680 750 820 910 6,8 7,5 8,2 9,1

6,8 7,5 8,2 9,1

68 75 82 91

680 750 820 910

Selain memiliki nilai resistansi, resistor juga mempunyai rating daya (batas daya yang diperkenankan) yang harus diperhatikan dalam penggunaannya. Rating daya ini ada yang dicantumkan pada badan resistor dan ada yang tidak tercantum. Untuk resistor yang rating dayanya tidak dicantumkan, kita dapat mengetahui dari ukuran sisiknya. Semakin besar ukurannya maka rating dayanya semakin besar pula. 2.1.2. Resistor Variabel (variable resistor) Resistor variabel atau resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai resistansinya dapat diubah ubah sesuai dengan keperluannya. Perubahan nilai resistor variabel dapat dilakukan dengan memutar atau menggeser pengaturnya. Perubahan nilai resistansi resistor variabel dapat dilakukan secara manual, ataupun melalui besaran besaran fisika lain seperti cahaya, suhu, dan lain lain. Untuk pengaturan secara manual dikenal dua jenis resistor, yaitu : Potensiometer Trimpot Simbol resistor variabel : atau atau a. Potensimeter b. Trimpot
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

Gambar 2.3.

Simbol resistor variabel

a)

Potensiometer. Simbol potensimeter diperlihatkan pada gambar 2.3.a di atas.

Potensiometer pada umumnya terbuat dari bahan kawat atau carbon (arang). Potensiometer yang terbuat dari bahan kawat memiliki ukuran sisik dan daya yag besar dibanding dengan potensiometer yang terbuat dari material carbon. Pengaturan nilai resistansi potensiometer dapat bersifat logaritmis atau linier. Untik petensiometer logaritmis, pada badannya terdapat kode A sedangkan pada potensiometer linier terdapat kode B pada badannya. Yang dimaksud dengan potensiometer linier adalah porensiometer yang perubahan nilai tahananya sebanding dengan putaran pengaturannya, sedangkan potensiometer logaritmis adalah porensiometer yang perubahan nilali tahanannya berdasarkan perhitungan logaritma. Selain kode huruf A dan B, pada badan potensiometer juga terdapat nilai resistansi maksimal potensiometer. Sebagai contoh, pada badan suau potensiometer terdapat tulisan A dan 10K, hal ini berarti : Pengaturan nilai resistansi potensiometer bersifat logaritmik dengan putaran pengaturannya. Potensiometer tersebut dapat diatur untuk interval nilai resistansi 0 s/d 10 K. Terdapat tiga jenis potensiometer yang sering dipakai dalam peralatan elektronika / peralatan listrik yaitu :

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI dilengkapi denagn saklar. Saklar

Potensiometer

yang

pada

potensiometer ini sering berfungsi sebagai saklar on off, biasanya terdapat pada peralatan elektronika seperti radio portable atau pada peralatan listrik seperti AC (air conditioning). Potensiometer yang tidak dilengkapi dengan saklar. Potensiometer jenis ini sering digunakan sebagai pengatur nada (tone control) pada amplifier seperti pengatur nada tinggi (treble), pengatur nada rendah (bass) dan lain lain. Petensiometer ganda atau potensiometer stereo. Potensiometer ini terdiri dari dua buah potensiometer yang dihubungkan sedemikian rupa sehinga berada dalam satu poros. Potensiometer jenis ini biasanya digunakan dalam rangkaian rangkaian stereo. Potensiometer geser. Pengaturan resistansi untuk ketiga jenis potensiometer di atas dilakukan dengan memutar pengatur yang terdapat pada potensiometer tersebut. Pada potensiometer geser, pengaturan nilai resistansi dilakukan dengan menggeser tangkai pengatur yang terdapat di atas badannya. Potensiometer geser sering digunakan dalam rangkaian equalizer untuk mengatur tinggi rendahya nada. Kerusakan yang sering terjadi pada potensiometer adalah : Untuk potensiometer yang terbuat dari material kawat, kerusakan biasanya terjadi pada putusnya kawat yang melilit badan potensiometer. Untuk potensiometer yang terbuat dari material cabon (arang), biasanya terjadi keausan pada carbonnya sehingga nilai resistansinya tidak dapat diatur. Kerusakan biasa pula terjadi pada poros pengatur yang keras bila diputar. Hal ini disebabkan adanya kotoran pada bagian dalam potensiometer. b) Trimpot
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

Trimpot atau trimmer potensiometerr adalah salah satu jenis resistor variabel yang nilai resistansinya dapat pula diatur seperti halnya potensiometer. Yang membedakan adalah : Pada potensiometer pengaturan nilai resistansi dilakukan dengan memutar (menggunakan tangan) poros pengaturnya, sedangkan pada trimpot nilai resistansi diatur dengan memutar (menggunakan obeng trim) lubang pengaturnya. Bentuk fisik trimpot lebih kecil dibandingkan potensiometer. Trimpot digunakan pada rangkaian dengan daya daya kecil, sedangkan potensiometer utnuk daya daya besar. Harga potensiometer lebih mahal disbanding trimpot. Simbol trimpot diperlihatkan pada gambar 3.b . seperti halnya dengan potensiometer, trimpot juga diberi kode huruf A atau B pada badannya untuk menunjukkan jenis logaritmis atau linier. 2.2. Kapasitor Kapasitor atau kondensator termasuk salah satu komponen pasif yang banyak dipakai dalam rangkaian elektronika. Suatu kondensator terdiri dari dua lempengan penghantar yang saling tersekat oleh bahan isolasi. Bahan isolasi diantara kedua lempengan penghantar tersebut disebut dielektrikum atau dielektrika.
Penyekat/isolator

Penghantar/konduktor

Gbr. 2.4. Kondensator terdiri dari dua lempengan penghantar yang saling tersekat.

Terdapat beberapa jenis kondensator menurut bahan dielektrikumnya, bila dielektrikumnya dari bahan keramik maka disebut
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

kondensator keramik begitupula bila dielektrikumnya dari bahan kertas maka disebut kondensator kertas, dan seterusnya. Kondensator mempunyai sifat menyimpan muatan muatan listrik. Kemampuan menyimpan berapa banyak muatan listrik ini disebut kapasitas kondensator atau kapasitansi. Satuan kapasitansi adalah Farad (F), kondensator biasa disingkat dengan notasi huruf C. Apabila padda lempengan lempengan kondensator deeri tegangan 1 volt sehingga mampu menyimpan muatan listrik sebesar 1 coulomb maka kapasitansinya adalah 1 Farad. Dalam kenyataannya, satuan farad untuk kapasitansi kondensator sangat besar, untuk itu dipakailah satuan satuan pecahannya, yaitu : 1 F 1 nF 1 pF (Mikro farad) (Nano farad) (Piko farad) = 10-6 F = 10-9 F = 10-12 F

Harga kapasitansi suatu kondensator tertera pada badannya dengan angka angka atau kode warna. Warna warna yang dipakai sama seperti yang dipakai dalam kode warna resistor, hanya pada kondensator ada tambahan kode warna untuk menyatakan tegangan kerja maximum atau Working Voltage (WV). Pemberian kode warna pada kondensator dapat dilihat pada tabel 3 di bawah :

Warna Hitam Coklat Merah Orange Kuning Hijau Biru Ungu Abu abu Putih

Angka 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Toleransi 20 % 1 % 2 % 2,5 % 5 % 10 %

Tegangan Kerja 100 V 250 V 400 V 630 V Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

10

Berikut ini diberikan beberapa contoh cara membaca nilai kapasitansi dari beberapa jenis kondensator : Pada sebuah kondensator polyester tercantum kode warna sebagai berikut : coklat, Hijau, Orange, Putih, Merah. Maka nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah : Warna ke-1 Warna ke-2 Warna ke-3 Warna ke-4 Warna ke-5 : Coklat : Hijau : Orange : Putih : Merah = 1 (angka pertama) = 5 (angka kedua) = 3 (banyaknya angka nol) = 10 % (toleransi) = 250 V (tegangan kerja)

Jadi nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 15.000 pF atau 15 nF dengan toleransi 10 % dan tegangan kerja maximum 250 Volt. Pada sebuah kondensator keramik tertera tulisan angka 102, arti kode angka tersebut adalah : Angka pertama Angka kedua Angka ketiga :1 :0 : 2 (banyaknya angka nol)

Jadi kepasitansi kondensator tersebut adalah 1000 pF atau 1 nF. Pada badan suatu kondensator keramik tertera tulisan 0,001, hal in berarti bahwa nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 0,001 F atau 1 nF. Pada badan suatu kondensator elektrolit (elco) terdapat tulisan 47 F, 16 V, hal ini berarti bahwa nilai kapasitansi kondensator tersebut adalah 47 F dan tegangan kerja maximumnya 16 Volt. Sama halnya dengan resistor, pada kondensator juga terdapat jenis kondensator yang dapat diubah ubah nilai kapasitansinya. Kondensator semacam ini disebut kondensator variabel atau variable condensator (Varco). Kondensator jenis ini biasa digunakan pada pesawat penerima radio untuk
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

11

mengubah ubah pemancar radio. Faktor adalah :

frekwensi penerima radio guna mencari frekwensi

- faktor yang menentukan nilai kapasitansi kondensator

Luas lempengan / keeping penghantar Tebal dielektrika atau jarak antara lempengan penghantar Jenis dielektrika yang dipakai Dalam bentuk rumus :
C = A , d

dimana :

C = Kapasitansi Kondensator ( F ) = Konstanta dielektrika ( F/m ) A = Luas lempengan penghantar ( m2 ) D = Jarak antara lempengan penghantar ( m ) Nilai kapasitansi kondensator yang diproduksi oleh pabrik dan dijual di pasaran sudah mempunyai nilai yang baku / standart. Tabel 4 di bawah ini memperlihatkan nlai nilai kapasitansi standart yang beredar di pasaran. pF 10 12 13 15 18 20 22 24 27 30 33 36 43 47 51 F 0,001 0,0012 0,0013 0,0015 0,0018 0,002 0,0022 0,0033 0,0047 F 0,1 0,15 0,22 0,33 0,47 F 10 15 22 33 47 F 1000 2200 3300 4700 Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

12

56 62 68 0,0068 0,68 68 6800 75 82 100 0,01 1,0 100 10000 110 120 130 150 0,015 1,5 Simbol kapasitor diperlihatkan pada gambar 5 di bawah :

(a)

(b)

2.2.1. Kondensator pada rangkaian DC Perhatikan gambar rankaian RC seri di bawah ini :
R C

Pada saat saklar S ditutup, akan mengalir arus pada rangkaian . arus ini akan menuati kondensator sehingga disebut arus pemuatan. Arus pemuatan termuati. hanya mengalir sebentar, sehingga kondensator sudah

Pada kejadian ini terlihat bahwa arus terlebih dahulu mengalir mengisi kondensator hingga penuh. Dengan kondensator yang sudah penuh oleh muatan listrik, tegangan oleh arus.
Prepared by : Hamzah

maximum atau VC = E. Kejadian ini disebut arus mendahului tegangan atau tegangan tertinggal

+ (c)

Gambar. 2.5. Simbol Kapasitor a. Kapasitor Non Polar b. Kapasitor Bipolar (Elco) c. Variable Kapasitor (Varco)

Gambar. 2.6. Rangkaian RC seri di hubungkan dengan sumber tegangan DC.

pada

kondensator

menjadi

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

13

Setelah pemuatan kondensator, tidak ada lagi arus yang mengalir sehingga : I = 0, VR = 0, VC = Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Kondensator menghambat jalannya arus listrik. Kondensator memblokir tegangan searah. Bagi arus searah, kondensator merupakan hambatan yang sangat tinggi. Pada kapasitor, tegangan tertinggal oleh arus atau arus mendahului tegangan. Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini :
S1 S2

nilainya

R E C

Gambar 2.7. RC paralel di hubungkan dengan sumber tegangan DC, E.

Pada saat saklar S1 ditutup dan S2 terbuka, kondensator C dimuati oleh sumber tegangan . Hal ini berarti pada saat tersebut mengalir arus pemuatan dari sumber tegangan menuju kondensator C. Setelah kondensator C penuh oleh muatan listrik, arus pemuatan tidak mengalir lagi. Dalam kondisi kondensator penuh oleh muatan listrik, saklar S1 dibuka dan S2 ditutup, akan mengalir arus pada resistor R. arus ini berasal dari kondensator C yang membuang muatannya. Arus ini disebut arus buang muatan atau arus pembuangan. Pada kondisi ini, muatan listrik pada kondensator akan berangsur angsur menipis hingga akhirnya habis. Dengan nilai R dan C yang sama, waktu yang dibutuhkan untuk pemuatan dan pembuangan muatan listrik adalah sama besar.

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

14

2.2.2. Kondensator pada rangkaian AC Perhatikan gambar rangkaian di bawah ini :

Gambar 2.8.
C

Kondensator C di hubungkan dengan sumber tegangan AC.

Mula mula terminal atas sumber tegangan berpotensial positif (terminal bawah negatif), arus pemuatan akan mengalir. Pada kondisi ini, keeping atas kondensator bermuatan positif, koping bawah bermuatan negative. Pada kondisi berikutnya, terminal atas sumber tegangan berpotensial negative (terminal bawah positif). Dengan demikian keping atas kondensator bermuatan negative, keeping bwah positif. Arus pemuatan mengalir berlawanan arah dengan kondisi sebelumnya. Kedua kejadian di atas berlangsung terus menerus dan menimbulkan kesan, seakan akan ada arus yang mengalir terus menerus. Kejadian sebenarnya adalah arus pemuatan yang berbolak balik arah. Walaupun demikian kita katakana bahwa kondensator mgnalirkan arus bolak balik. Perlu diperhatikan untuk tidak memasang kondensator elektrolit pada rangkaian yang hanya mengandung arus bolak balik saja. Sebab akan ada saat saat dimana terminal terminal kondensator dikenai polaritas yang tidak benar. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kondensator yang

dihubungkan dengan tegangan bolak balik akan mengalirkan arus. Besanya arus yang mengalir dapat dihitung menurut persamaan :
Arus = tegangan pada kondensator Reaktansi kapasitif kondensator

Reaktansi kapasitif kondensator merupakan hambatan kondensator bagi arus bolak balik, diberi notasi Xc. Jadi rumus di atas dapat ditulis :
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI
Vc Xc

15

i =

Sedangkan besarnya Xc diperoleh dari persamaan :


Xc = 1 2 f C

Dimana :

= 3,14

F = Frekuensi ( Hz ) C = Kapasitansi ( F ) Kerusakan yang sering terjadi pada kondensator : Bocor ( terhubung singkat ) Putus ( kondensator kering ) 2.3. Kumparan / Induktor Induktor atau induktansi adalah suatu elemen pasif dari rangkaian listrik yang berupa kawat dari suatu kumparan yang dapat menyimpan energi listrik selama beberapa periode dan melepaskannya selama periode lainnya, sehingga daya rata ratanya menjadi nol. Besarnya induktansi dinyatakan sebagai :
L = N i

Dimana : L = induktansi ( henry ) = fluks magnet (weber ) N = jumlah lilitan i = arus pada induktor ( ampere ). Sama halnya dengan resistor, induktor dapat juga dihubung seri, paralel maupun seri paralel. Besarnya induktansi total dalam suatu rangkaian dapat dihitung dengan metode yang sama dengan menghitung besarnya tahanan total.
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

16

Simbol induktor diperlihatkatkan pada gambar 5 di bawah : atau


Gbr. 2.9. Simbol Induktor

3. KOMPONEN AKTIF Yang dimaksud dengan komponen aktif dalam bidang elektronika adalah komponen komponen elektronika yang menghasilkan energi listrik atau dapat juga berupa komponen elektronika yang mengatur aliran listrik seperti perubahan bentuk gelombang, pembalikan fasa, penguatan, pengolahan data dll. Komponen elektronika yang termasuk komponen aktif diantaranya adalah : Sumber tegangan misalnya battery, accu, dll. Dioda Transistor Thyristor Triac Diac Integrated circuit Dan lain lain. Sebagian besar komponen aktif dalam bidang elektronika terbuat dari bahan semikonduktor, yaitu silikon & germanium. Pada tulisan ini hanya akan diuraikan komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor tersebut. 3.1. Dioda Dioda adalah sebuah kata majemuk yang berarti dua elektroda dimana di berarti dua dan oda berasal dari kata elektroda. Jadi dioda

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

17

adalah komponen semikonduktor yang terdiri dari dua elektroda anoda dan katoda. Anoda bersifat positif ( kekurangan elektron ) sedangkan katoda bersifat negatif ( kelebihan elektron ).

Simbol dioda diperlihatkan pada gambar 3.1 di bawah. :


K A

Gbr. 3.1. Simbol dioda, menyerupai anak panah yang menunjukkan bahwa arus hanya mengalir dari arah anoda ke katoda

Pada umumnya, katoda diberi tanda berupa bintik / titik atau gelang. Untuk dioda dengan daya besar, katoda biasanya berulir. Dioda terbuat dari bahan semikonduktor silikon atau germanium. 3.1.1. Pemberian tegangan pada dioda. a. Forward Bias. Gambar 3.2. memperlihatkan suatu dioda yang dihubungkan pada sumber tegangan DC. Pada gambar tersebut, katoda dihubungkan dengan kutub negative sumber tegangan sedangkan anoda dihubungkan dengan kutub positif melalui hambatan R. Pada hubungan ini arus listrik akan mengalir melalui dioda dan hambatan R. Hubungan ini disebut Forwart bias atau panjar maju.

Gbr. 3.2. Dioda diberi forward bias (panjar maju). Arus I mengalir dalam rangkaian, dioda ibarat saklar yang tertutup bila diberi forward bias.

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

18

Pada gambar diatas, terdapat tegangan pada dioda ( Vd ) sebesar 0,6 s/d 0,7 volt untuk dioda silikon atau 0,2 s/d 0,3 volt untuk dioda germanium, tegangan ini disebut tegangan lutut atau tegangan offset. Sedangkan tegangan pada hambatan R ( VR ) sebesar VR = Vs Vd. Dengan demikian, dapat diketahui
i = V R R

besarnya

arus

listrik

yang mengalir

pada

rangkaian yaitu : Contoh soal :

Hitung arus listrik I yang mengalir pada rangkaian, jika : Vs = 12 volt dan R = 1 k Jenis dioda adalah silikon. Jawab : Arus listrik yang mengalir pada rangkaian :
i = V s V D R = 12 0,7 1000 = 11,3 mA

b. Reverse bias Selain pemberian tegangan dengan cara forward bias, dikenal pula pemberian tegangan dengan cara reverse bias ( panjar mundur ). Pemberian tegangan dengan cara ini dilakukan dengan menghubungkan anoda dengan kutub negatif sumber tegangan dengan katoda kutub positif, seperti diperlihatkan pada gambar 3.3. di bawah.

Gbr. 3.3. Dioda diberi reverse bias (panjar mundur). Tidak ada arus listrik yang mengalir pada rangkaian. Dioda ibarat saklar yang terbuka bila diberi reverse bias.

Pada pemberian tegangan dengan cara reverse bias, hanya ada arus listrik yang sangat kecil mengalir pada rangkaian. Arus ini adalah arus
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

19

bocoran, karena nilainya yang sangat kecil maka diabaikan saja dan dianggap tidak ada arus listrik yang mengalir. Karena tidak ada arus listrik yang mengalir pada rangkaian, maka : Tegangan pada hambatan R, VR = 0 Tegangan pada dioda D, VD = 0

3.1.2. Karakteristik Dioda. Gambar 3.4. memperlihatkan kurva dioda. Kurva semacam ini disertakan oleh pabrik bersamaan type dioda yang diproduksinya.

Gbr. 3.1. Kurva Dioda

Dari gambar di atas terlihat bahwa : Pada daerah forward ( dioda diberi forward bias ) arus listrik akan membesar secara drastis pada saat tegangan melampaui tegangan offset. Tegangan offset untuk dioda silikon sebesar 0,6 V s/d 0,7 V, sedangkan untuk dioda germanium sebesar 0,2 s/d 0,3 Volt. Untuk

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

20

tulisan selanjutnya kita tetapkan tegangan offset untuk dioda silikon adalah 0,7 Volt sedangkan untuk dioda germanium sebesar 0,3 Volt. Pada daerah reverse ( dioda diberi forward bias ) arus listrik yang mengalir sangat kecil, arus ini disebut arus bocor. Bila tegangan dinaikkan terus hingga melampaui tegangan Breakdown ( BV ), maka arus listrik akan mengalir secara drastis. Pada keadaan ini dioda sudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut terjadi karena dioda diberi tegangan melampaui tegangan breakdownnya. Selain kurva dioda, pabrik pembuat juga mencantumkan nilai batas daya dioda atau arus maksimum yang dapat dilewati dioda. Sebagai contoh : dioda dengan type 1N914 mempunyai batas daya maksimum 250 mw ; pada dioda dengan type 1N4003 mempunyai arus forward dc maksimum 1A. Jadi dioda 1N914 akan rusak bila daya yang dikenakan padanya melebihi 250 mw, demikian pula pada dioda 1N4003 bila diberi arus melewati 1A akan merusak dioda tersebut. 3.1.3. Tahanan pembatas arus Perhatikan gambar 3.5. dibawah, tahanan Rs pada gambar tersebut disebut tahanan pembatas arus yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir pada dioda.
+VS

Rs

Gbr. 3.1. Tahanan Pembatas dihubungkan seri dengan dioda

Arus

Pemilihan

nilai

Rs

didasarkan

pada

nilai

batas

arus

forward

maksimum dari dioda. 3.1.4. Garis Beban Garis beban digunakan untuk mennentukan nilai arus dan tegangan yang bekerja pada dioda.
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

21

Pada gambar 3.5. Vs adalah sumber tegangan de variable. Dengan memperhatikan gambar 3.5 , diperoleh arus yang mengalir pada rangkaian, sebesar :
i = Vs VD R

Dengan Vs dan Rs di ketahui, terlihat bahwa persamaan diatas merupakan persamaan linier / persamaan garis lurus. Bila persamaan ini di gambar, akan diperoleh sebuah garis lurus. Garis lurus tersebut digambar pada kurva karakteristik dioda, sehingga antara garis lurus dengan kurva karakteristik dioda berpotongan. Titik potong ini disebut titik kerja atau titik operasi yang biasa diberi notasi Q. Sebagai contoh, bila tegangan sumber Vs sebesar 2 Volt dan tahanan pembatas arus Rs = 200 , maka arus listrik yang mengalir pada rangkaian, sebesar :
i = 2 VD 200

Untuk menggambar persamaan tersebut, langkah langkahnya adalah sebagai berikut : Misalkan Vd = 0, maka : i = 0,01 A = 10 mA Diperoleh titik ( 0 , 10 ) pada sumber simetri VD versus I.
i (mA) Misalkan I = 0, maka : VD = 2 volt

Diperoleh titik ( 2 , 0 ) pada sumbu simetri Vd versus I.


15 Perpotongn garis lurus dan kurva karakteristik dioda dari hasil

perhitungan di atas dapat dilihat pada gambar 3.6. berikut :

10

Titik Q
.
5

V (volt) 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

22

Gbr. 3.6. Garis beban memotong kurva dioda. Titik potong tesebut adalah titik kerja.

Dari gambar di atas terlihat bahwa arus yang mengalir pada dioda

sebesar 6,5 mA dan tegangannya 0,7 volt. Latihan soal : 1. HitungI arus listrik yang mengalir pada
+ D

rangkaian samping, bila :


R

Vs
-

R = 1 k, Vs = 12 volt Jenis dioda adalah silikon.

2.
R1

Pada gambar di samping : Vs = 100 volt R1 = 5 k

VS

R2

R3

R2 = 20 k R3 = 10 k

Jenis dioda yang dipakai adalah silikon dan dapat berupa dari type dioda pada table berikut. Type dioda 1N914 1N4001 1N1185 BV 75 V 50 V 120 V Imax 200 mA 1A 35 A

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

23

Tabel di atas menunjukkan type dari beberapa dioda dengan tegangan break downnya dan nilai batas arusnya. a. Hitung arus yang mengalir pada dioda. Dioda mana yang tidak dapat di pakai ? b. Bila dioda dibalik, dioda mana yang tidak dapat dipakai ?

3.2. Transistor Nama transistor berasal dari kata transfer dan resistor. Sama halnya dengan komponen semikonduktor lainnya transistor juga dibuat dari bahan germanium dan silikon. Dalam bidang elektronika komponen transistor banyak sekali macam ragamnya, antara lain Transistor Efek Medan ( Field Effect Transistor, FET ), Uni Junction Transistor ( UJT ), Metal Oxide Semiconduktor Field Effect Transistor ( MOSFET ), Bipolar Junction Transistor ( BJT ), dan lain lain. Pada tulisan ini hanya dibahas transistor yang paling umum digunakan dalam bidang elektronika yaitu Bipolar Junction Transistor ( BJT ) atau disebut transistor sambungan bipolar atau transistor pertemuan. Untuk tulisan selanjutnya bila terdapat kata transistor maka yang dimaksud adalah transistor pertemuan atau transistor bipolar. Dalam operasinya penggunaan transistor kebanyakan diterapkan sebagai penguat, saklar elektronik dan lain lain. Transistor bipolar memiliki 3 buah terminal atau kaki, yaitu : Kaki emitor diberi notasi e Kaki basis diberi notasi b Kaki kolektor diberi notasi k atau c 3.2.1. Jenis Transistor Dalam bidang elektronika dikenal 2 macam jenis transistor, yaitu : Transistor PNP ( Positif Negatif Positif )
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

24

Transistor NPN ( Negatif Positif Negatif ) Simbol transistor diperlihatkan pada gambar 3.7. di bawah :
C B B C

Gbr. 3.7. Lambang/symbol transistor : a. NPN b. PNP


E (b)

E (a)

3.2.2. Membias transistor ( cara memberi tegangan / panjaran kepada elektroda elektroda transistor ). Sebelum transistor dioperasikan untuk sesuatu fungsi , maka terlebih dahulu elektroda elektrodanya harus diberi potensial panjaran ( dibias ). Cara memberi tegangan / potensial pada transistor diperlihatkan pada gambar 3.8 di bawah :

Gbr. 3.8. Cara membias transistor : c. Untuk transistor PNP d. Untuk transistor NPN

Pada gambar di atas terlihat bahwa : Dioda basis emitor diberi panjar maju Dioda basis kolektor diberi panjar terbalik . Hal ini berarti : Pada transistor PNP : Basis adalah negatif terhadap emitor atau basis lebih negatif dari emitor. Basis adalah positif terhadap koleketor atau basis lebih positif dari kolektor. Pada transistor NPN :
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

25

Basis adalah positif terhadap emitor atau basis lebih positif dari emitor. Basis adalah negatif terhadap koleketor atau basis lebih negatif dari kolektor.

Bila elektroda elektroda transistor sudah diberi panjaran menurut aturan di atas, maka akan mengalir arus listrik pada rangkaian dengan arah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.9 di bawah :

Gbr. 3.9. Arah arus listrik saat transistor dibias (diberi panjaran) : e. Untuk transistor PNP f. Untuk transistor NPN

Dari gambar di atas terlihat bahwa : Arus listrik sebagian besar dibangkitkan oleh battery V E yaitu battery yang memberi panjaran maju kepada dioda basis emitor. Sebagian besar arus listrik yang dibangkitkan oleh battery V E mengalir ke kolektor ( Ic ) lalu kembali ke battery VE lewat battery VC. Sebagian lagi dari arus tersebut mengalir ke basis dan kembali ke battery VE. Dengan menganggap transistor adalah suatu titik simpul pada gambar di atas dan dengan menggunakan hukum arus Kirchhoff di peroleh : IC = IE + IB. Dalam kenyataannya arus IB kecil sekali sehingga dianggap : IC IE. Dengan mengalirnya arus listrik pada rangkaian seperti yang diuraikan di atas maka dikatakan transistor menghantar. Selain pemberian panjaran transistor seperti yang diuraikan di atas, dapat pula dilakukan pemberian panjaran seperti pada gambar 3.10 di bawah :
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

26

Gbr. 3.10. Cara lain pemberian panjaran kepada transistor

Pada gambar di atas terlihat bahwa : Jenis transistor adalah PNP maka basis harus lebih negatif terhadap emitor hal ini dipenuhi oleh battery VB, demikian pula kolektor lebih negatif terhadap basis ( Tegangan VCC lebih besar dari tegangan VB ). Kuat arus IC ditentukan oleh kuat arus IB, makin besar IB makin besar pula IC. Karena IB ditentukan oleh VB maka dapat dikatakan semakin besar VB semakin besar pula IC. Dari uraian tentang cara pemberian panjar ( pembiasan ) transistor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat yang harus dipenuhi untuk mengoperasikan transistor adalah : Dioda emitor harus di bias maju Dioda kolektor harus di bias balik. 3.2.3. Karakteristik Transistor

Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana sebuah transistor bekerja yaitu dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Grafik ini biasanya sudah dikeluarkan oleh pabrik pembuat transistor yang dikenal sebagai kurva V I transistor. Dibandingkan dengan kurva V I dioda, kurva V I transistor lebih rumit karena adanya pengaruh dari arus basis yang harus di masukkan dalam kurva.

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

27

Gambar 3.11 di bawah memperlihatkan rangkaian dasar untuk melihat / mempelajari karakteristik transistor dimana tegangan V B diubah ubah untuk mengubah arus basis IB.

Gbr. 3.11. Rangkaian dasar guna mempelajari karakterisitik transistor. Tegangan VB diubahubah untuk mengubah IB.

Prinsip kerja rangkaian di atas : Kalau tegangan VBE = 0, maka IB = , IC = 0. kondisi ini disebut transistor menyumbat. Tegangan VBE dapat diatur dengan mengatur sumber tegangan VB. Sumber tegangan VB memberi panjaran maju kepada dioda basis emitor. Kalau VBE dinaikkan dengan mengatur VB maka akan mengalir arus IB dan arus kolektor IC. Kondisi ini disebut transistor menghantar. Semakin besar VBE maka arus basis IB juga semakin besar demikian pula dengan arus kolektor IC. Jadi kenaikan IB menyebabkan kenaikan IC. Perbandingan antara arus kolektor IC dengan arus basis IB disebut penguatan arus dc atau dc atau hFE. Dalam keadaan transistor menghantar pada gambar 3.11 berlaku persamaan : VCC = IC . RC + VCE. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transistor merupakan hambatan yang harganya tidak tetap melainkan dapat berubah - ubah. Semakin besar arus kolektor maka transistor dapat dianggap sebagai hambatan yang nilainya kecil, demikian sebaliknya ( sifat setengah penghantar ). a. Kurva Kolektor
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

28

Kurva kolektor adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara arus kolektor IC dengan tegangan kolektor emitor dimana arus basis I B dibuat konstan dan tegangan VCC diubah- ubah . Kurva kolektor juga dikeluarkan oleh pabrik pembuat transistor bersamaan dengan transistor yang diproduksinya ( akan tetapi tidak semua transistor mempunyai kurva ini namun kita juga dapat membuat kurva tersebut dengan menggunakan berikut :
RC IC + RB IB VCC

rangkaian seperti pada gambar 3.12

Gbr. 3.12. Rangkaian dasar guna mempelajari karakterisitik transistor. Tegangan VB diubahubah untuk mengubah IB.

VB IE _

Untuk membuat kurva kolektor, langkah kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tetapkan nilai arus basis, misalnya 10 A. 2. Atur tegangan VCC hingga VCC = 0 . kemudian ukur arus kolektor IC. 3. Naikkan tegangan VCC hingga VCE = 0,5 Volt, ukur kembali arus IC. 4. Lakukan langkah 3 untuk setiap kenaikan VCE sebesar 0,5 Volt atau interval tegangan tertentu. Jangan melampaui tegangan break down transistor. 5. Ambil data sebanyak 8 s/d 10 kali kemudian gambar hasilnya. 6. Ulangi langkah 1 s/d 5 untuk IB = 20 A, 30 A, & 50 A.
3 mA Dengan melakukan percobaan di atas akan diperoleh kurva kolektor =: 20 seperti pada gambar 3.13 berikut 2 mA

IC

1 mA IB = 0

_
= 30 = 10

ICEO VCE
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

29

Gbr. 3.13. Kurva kolektor untuk beberapa nilai arus basis.

Kurva tersebut di atas menjelaskan tentang kerja transistor . Jika VCE = 0 dioda kolektor tidak terbias balik, arus yang mengalir pada kolektor sangat kecil sehingga dapat diabaian. Untuk V CE antara 0 s/d IV arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian menjadi hampir konstan. Pertambahan tegangan VCE tidak membuat arus kolektor I C berubah, hingga pada suatu nilai tegangan V CE membuat arus kolektor IC melonjak menjadi besar secara tiba tiba. Nilai tegangan ini disebut tegangan breakdown. Bila suatu transistor sudah dikenai tegangan breakdownnya maka transistor tersebut sudah rusak. Pada gambar 3.13 juga terlihat bahwa tegangan breakdown menjadi lebih kecil pada arus basis yang besar. Bentuk kurva kolektor untuk semua type transistor adalah sama hanya nilai nilainya yang berbeda seperti tegangan breakdown, Knee Voltage, arus kolektor dan lain lain. b. Tegangan Saturasi Kolektor Pada dasarnya kurva kolektor dibagi menjadi 3 daerah yaitu : daerah saturasi, aktif & breakdown, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.14. di bawah :

Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

30

Gbr. 3.14. Pembagian daerah kurva kolektor

Bagian awal dari kurva disebut daerah saturasi yang terletak pada titik pusat & knee dari kurva. Bagian yang datar dari kurva disebut daerah aktif. Pada daerah ini transistor akan beraplikasi jika diinginkan bekerja sebagai pengendali sumber arus. Bagian akhir dari kurva disebut daerah breakdown yang selalu dihindari dalam bekerjanya suatu transistor karena akan merusak transistor tersebut. Pada daerah saturasi, transistor bertingkah sebagai hambatan dengan nilai resistansi yang kecil. Tegangan kolektor emitor ( VCE ) pada daerah adalah kecil hanya perpuluhan volt saja. Agar transistor bekerja pada daerah aktif, dibutuhkan VCE lebih besar dari 1 Volt. Sebagai pedoman, pada lembar data transistor dituliskan V CE ( sat ) artinya tegangan kolektor emitor maximal dalam keadaan saturasi. Jadi untuk membuat transistor bekerja di daerah aktif dibutuhkan V CE yang lebih besar dari VCE ( sat ). c. Rating transistor Transistor sinyal kecil dapat mendisipasi daya watt atau lebih kecil, transistor daya ( transistor sinyal besar ) mendisipasi daya lebih besar dari watt. Pada lembaran data transistor di cantumkan banyak parameter parameter dari suatu type transistor tertentu, namun yang paling sering harus diperlihatkan adalah arus kolektor maximum ( IC ) dan disipasi daya maksimum ( PD ) dari transistor. Sebagai contoh, pada lembaran data transistor untuk transistor type BC108 tertulis : PD = 300 mw, IC = 100 mA.
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

31

Hal ini berarti bahwa : Transistor termasuk jenis transistor sinyal kecil karena P D kurang dari watt Disipasi daya maximum transistor = 300 mw Arus kolektor maximum = 100 mA Disipasi daya transistor dalam suatu rangkaian dapat dihitung dengan persamaan : PD = VCE . IC. Jika dalam suatu rangkaian digunakan transistor BC108, arus kolektor yang mengalir pada rangkaian sebesar 10 mA dan tegangan kolektor emitor 12 Volt maka disipasi daya transistor : P D = 120 mW. Nilai ini lebih kecil dari rating daya transistor, 300 mW. 3.2.4. Garis Garis beban dc transistor beban dapat digambarkan pada kurva kolektor untuk

memberikan pandangan tentang bagaimana transistor bekerja dan pada daerah mana transistor bekerja. Perhatikan gambar 3.15 berikut :

Gbr. 3.15. Contoh rangkaian untuk menggambar garis beban dc

Tegangan pada hambatan RC ( VRC ) : VRC = VCC - VCE Arus pada hambatan RC ( IC ) : VCC VCE ( ini adalah persamaan garis beban dc) Ic = RC
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI nilai nilai hambatan dan

32

Sebagai

contoh,

jika

tegangan

pada gambar 3.15 diketahui : VBB = 10 volt RB = 47 k Maka :


Ic = 20 VCE 10000

VCC = 20 volt RC = 10 k

Dengan VCE = 0, maka IC = 2 mA diperoleh titik ( 0,2 ). Dengan IC = 0, maka VCE = 20 volt diperoleh titik ( 20,0 ). Titik titik tersebut digambar pada kurva kolektor dan dihubungkan sehingga diperoleh suatu garis yang memotong kurva kolektor, seperti diperlihatkan pada gambar 3.16 berikut :

Gbr. 3.16. Garis beban dc

Titik dimana garis beban memotong I B = 0 disebut titik sumbat, pada titik ini IC sangat kecil dan seringkali diabaikan sehingga titik sumbat juga dapat berada pada IC 0. pada kondisi ini V CE dianggap sama dengan VCC , VCE VCC. Titik dimana garis beban memotong nilai I B terbesar disebut titik saturasi, nilai IB yang dipotong disebut I B saturasi ( IB(sat) ). Pada kondisi ini arus kolektor IC berada pada kondisi maximum, disebut I C :
IC
( sat )

(sat)

dan nilainya

VCC RC
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

33

Titik Q pada gambar 3.16 disebut titik operasi, dimana dengan menarik garis dari titik Q ke sumbu I C dan VCE maka nilai IC dan VCE diketahui, dititik inilah transistor beroperasi. 3.2.5. Transistor sebagai saklar

Transistor yang bekerja sebagai saklar berarti mengoperasikan transistor pada titik saturasi dan titik sumbat, dan tidak ditempat tempat sepanjang garis beban. Jika transistor beroperasi pada tititk saturasi ( disebut transistor dalam keadaan saturasi atau jenuh ), transistor tersebut ibarat sebuah saklar yang tertutup dari kolektor ke emitor. Jika transistor beroperasi pada titik sumbat ( disebut transistor menyumbat ), transistor ibarat sebuah saklar yang terbuka pada kolektor emitor. Gambar 3.17 berikut memperlihatkan ilustrasi transistor yang bekerja sebagai saklar .

Gbr. 3.17.

Illustrasi transistor yang bekerja sebagai saklar. a. Transistor menyumbat ibarat saklar yang sedang membuka. b. Transistor saturasi ibarat saklar yang menutup.

Pada gambar 3.17 di atas :


Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI

34

Transistor menyumbat maka : IC = 0 VCE = VCC VRC = 0

Transistor saturasi maka : IC = maximum VCE = 0 VRC = VCC.

Gambar 3.18. berikut memperlihatkan suatu rangkaian transistor yang bekerja sebagai saklar (switching transistor).

Gbr. 3.18. Transistor yang bekerja sebagai saklar mengontrol/mengendalikan LED

Pada gambar 3.18. tegangan input (biasa juga disebut sinyal input) berupa tegangan step yang diumpankan ke basis transistor . Jika tegangan input nol, transistor tersumbat. Pada kondisi ini transistor ibarat saklar yang membuka sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir pada kolektor (IC = 0), LED padam. Jika tegangan input berubah menjadi 5 volt, maka besarnya arus basis yang mengalir (IB) :
IB = 5 0,7 1000 = 1,43 mA

Pada kondisi ini, transistor saturasi ibarat saklar yang menutup sehingga mengalir arus pada kolektor (IC (sat)). Besarnya arus ini adalah :
Prepared by : Hamzah

ATS
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DASAR ELEKTRONIKA
PROGRAM PELATIHAN INDUSTRI
5 0,7 1000

35

I C ( sat ) =

= 1,43 mA

Dengan mengalirnya arus pada kolektor maka LED menyala. Pemilihan transistor pada rangkaian di atas didasarkan pada nilai arus basis dan arus kolektor dalam keadaan saturasi.

Prepared by : Hamzah

You might also like