You are on page 1of 4

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Dewasa ini cukup banyak inovasi-inovasi baru dalam dunia kedokteran salah satu inovasinya adalah sewa rahim. para pasangan suami istri yang memiliki permasalahan untuk mendapatkan keturunan memiliki alasan tersendiri untuk memutuskan menggunakan inovasi sewa rahim. Sudah cukup banyak negara yang menerapkan inovasi ini dalam praktek-praktek kedokteran di negaranya. Namun, Indonesia sendiri belum ada ketentuan dan hukum sewa rahim yang syah baik oleh pemerintah maupun agama secara jelas mengenai sewa rahim,

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sewa rahim? 2. Apa saja penyebab sewa rahim? 3. Bagaimana bentuk-bentuk sewa rahim? 4. Bagaimana pandangan agama tentang sewa rahim? 5. Bagaimana etika tentang sewa rahim?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui perngertian sewa rahim 2. Mengetahui penyebab sewa rahim 3. Mengetahui bentuk-bentuk sewa rahim 4. Mengetahui pandangan agama tentang sewa rahim 5. Mengetahui etika tentang sewa rahim

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Sewa Rahim Menurut W.J.S. Purwadarminto kata sewa berarti pemakaian (peminjaman) sesuatu dengan membayar uang. Sedangkan arti kata rahim yaitu kandungan. Jadi pengertian sewa rahim menurut bahasa adalah pemakaian/ peminjaman kandungan dengan membayar uang atau dengan pembayaran suatu imbalan. Menurut istilah adalah menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah disenyawakan dengan benih laki-laki (sperma) yaitu pasangan suami istri, dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sampai lahir kemudian suami istri itu yang ingin memiliki anak akan membayar dengan sejumlah uang kepada wanita yang menyewakan rahimnya. Teknologi sewa rahim biasanya dilakukan bila istri tidak mampu dan tidak boleh hamil atau melahirkan. Embrio dibesarkan dan dilahirkan dari rahim perempuan lain bukan istri, walaupun bayi itu menjadi milik (secara hukum) suami istri yang ingin mempunyai anak tersebut. Untuk jasa nya tersebut, wanita pemilik rahim biasanya menerima bayaran yang jumlahnya telah disepakati oleh keluarga yang ingin menyewa rahimnya tersebut; dan wanita itu harus menandatangani persetujuan untuk segera menyerahkan bayi yang akan dilahirkannya itu ke keluarga yang telah menyewanya.(1) Sewa rahim atau Surrogate Mother adalah proses penanaman ovum seorang wanita yang subur beserta sperma suaminya yang sah ke dalam rahim wanita lain dengan imbalan sejumlah uang atau tanpa balasan karena berbagai sebab. Di antara penyebab terjadinya hal tersebut adalah rahim pemilik ovum tidak baik untuk hamil, atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua sel telur atau salah satunya yang subur, atau karena pemilik ovum ingin menjaga kesehatan dan kecantikannya dan sebagainya dari beberapa motif yang ada. Jadi pada intinya bagi para pasangan suami istri yang memiliki permasalahan untuk mendapatkan keturunan atau dengan sebab-sebab yang telah penulis sebutkan di atas, menyewa seorang perempuan yang memiliki rahim, dan kelebihan yang lainnya untuk menampung dan

merawat ovum dan sperma penyewanya, agar keinginan mereka untuk memiliki keturunan dapat tercapai serta permasalahan yang mereka hadapi dapat terpecahkan.(2)

2.2 Penyebab Sewa Rahim Terdapat beberapa alasan yang akan menyebabkan sewa rahim dilakukan: 1. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara biasa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya dari mengandung 2. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan. 3. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul beban kehamilan, melahirkan, menyusukan anak, karena ingin menjaga kecantikan tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat kehamilan. 4. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (monopause). 5. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada orang lain.(3) karena ditimpa

dan melahirkan anak.

2.3 Bentuk-bentuk Sewa Rahim Adapun bentuk-bentuk dari sewa rahim, yaitu: 1. Benih istri (ovum) disenyawakan dengan benih suami (sperma), kemudian dimasukkan kedalam rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan istri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kronik atau sebab-sebab yang lain. 2. Sama dengan bentuk yang pertama, kecuali benih yang telah disenyawakan dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu titipan (sewa) selepas kematian pasangan suami istri itu. 3. Ovum istri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan istri ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi benih istri dalam keadaan baik. 4. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila keadaan istri ditimpa penyakit pada ovari dan rahimya. 5. Sperma dan ovum istri disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil.(3) kecacatan yang terus, akibat penyakit yang

3.2 Saran Adapun akibat-akibat hukum yang akan ditemui dalam permasalahan sewa rahim ini antara lain adanya kesulitan-kesulitan yang timbul baik menyangkut soal agama, hukum, moral dan etika, juga akibat psikologis yang menyangkut mental orang tua (ibu pengganti) dan anak terlahir nantinya. Untuk itu solusi yang dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sangat menginginkan untuk memperoleh anak bisa dilakukan dengan; mengasuh anak atau si suami menikah lagi, hal ini justru mengantisipasi kesan negatif dan akan mengangkat harkat dan martabat wanita sebagai ibu secara kodrati.

You might also like