You are on page 1of 9

KAJIAN POTENSI KESUBURAN TANAH PADA LAHAN SENTRA PERTANAMAN HORTIKULTURA DI SUMATERA BARAT

(*Muhammad Ali Alfi. E1J010089. email : alialfimuhammad@ymail.com. 085263097617*)

PENDAHULUAN Pertanian yang berkelanjutan tidak harus sama dengan pertanian dengan masukan rendah. Mengurangi masukan tidak merupakan pilihan bagi negara dunia ketiga, karena pertanian masukan rendah akan memberikan hasil rendah sedangkan level produksi harus dipelihara tetap tinggi untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang selalu meningkat tiap tahun. Teknologi ma-sukan yang cukup tidak harus bebas dari pence-maran lingkungan seperti pemakaian pupuk anorganik dan organik yang berat yang dapat mencemari air permukaan. Sumatera Barat merupakan salah satu sentra penghasil tanaman hortikultura yang cukup ber-potensial di Indonesia, namun produktivitasnya masih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Permasalahan hasil hortikultura di Sumatera Barat adalah hasilnya rendah, kontinuitasnya tak terjamin, pada waktu tertentu hasilnya berlimpah dan pada saat dibutuhkan hasil rendah Disam-ping itu teknologi dan inovasi baru hasil penelitian para peneliti belum menyentuh kebutuhan petani dan pemasaran hasil masih dikuasai oleh tengkulak dan padagang pengumpul dan pedang besar yang tidak mehihak pada petani sehingga keuntungan yang diperoleh kecil dan kehidupan petani menjadi termarginalkan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatara (2008) melaporkan bahwa produktivitas tanaman bawang merah, bawang putih menurun, dan Produksi tanaman kenttang dan cabe mengalami fluktuasi yang sangat besar. Beberapa kasus yang dialami petani di lapangan, dimana petani memberikan pupuk tidak berdasarkan anjuran dan rekomen-dasi, sehingga mereka cendrung memupuk dalam jumlah tinggi dan tidak berdasarkan pada analisis tanah setempat, sehingga pemberian pupuk tidak efektif dan efisien. Hal ini mengakibatkan terjadi-nya penurunan hasil tanaman sayuran (Effendi, 2008). Penetapan suatu rekomendasi pemupukan suatu daerah pertanaman memerlukan penelitian tentang sifat kimia tanah untuk lahan tersebut, karena perbedaan jenis, tanaman, tanah, iklim, to-pografi dan manajemen suatu lahan menentukan terhadap jumlah dan dosis serta cara pemberian pemupukan tersebut. Rekomendasi pemupukan yang dianjurkan oleh dinas yang terkait masih belum didasarkan pada analisis tanah tempat di-mana rekomendasi tersebut dianjurkan. Melalui penelusuran potensi kesuburan tanah dari sentra produksi tanaman hortikultura di Sumatera Barat, mudahan dapat menjadi pedoman dalam menyu-sun suatu rekomendasi pemupukan yang lebih tepat untuk lokasi tersebut. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesuburan tanah daerah sentra pertanaman hortikultura Sumatera Barat. Serta kandungan-kandungan unsur hara yang berada di daerah sumatra barat.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Solok, Tanah Datar dan kabupaten Agam yang berlangsung mulai bulan Januari sampai Agustus 2010. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan penjelajahan ke daerah sentra tanam-an hortikultura di Sumatera Barat. Pemilihan lo-kasi pengambilan contoh komposit mengguna-kan metoda purposive random sampling pada daerah sentra penanaman sayuran untuk 9 keca-matan-kecamatan yaitu 4 kecamatan di Kabupa-ten Solok , 2 kecamatan di Kabupaten Agam dan 3 kecamatan di kabuapten Tanah Datar. Pengambilan contoh tanah komposit yang dilakukan dengan pengeboran berkedalaman 0-20 cm pada titik-titik dalam satu lokasi menggunakan sistem zik-zak, kemudian contohcontoh terkumpul dia-duk menjadi satu sampel. Secara terinci menge-nai jumlah dan lokasi pengambilan sampel tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel.1. Contoh Komposit pada tanah-tanah pertanaman hortikultura di Sumatera Barat. No. A 1. 2. 3. 4. B 5. 6. 7. C 8. 9. Kecamatan Kabupaten Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kabupaten Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kabupaten Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar Jumlah Jumlah Sampel Dikumpul Dianalisis 13 7 2 2 2 11 3 5 3 12 6 6 36 13 7 2 2 2 11 3 5 3 12 6 6 36

Dari Tabel 1 terlihat bahwa dapat dilihat bah-wa contoh yang terkumpul dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 buah dan semua contoh tanah dianalisis di laboratorium. Pengamatan terhadap sifat kimia tanah ada-lah pH tanah dengan pH meter, Ptersedia dengan metoda Bray II, N-total dengan alat Kjeidhal, C-organik dengan Walkley dan Black, KTK dan kation dapat ditukar dengan metoda pencucian dengan Amonium Acetat pH 7,0 dan kejenuhan basa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Fisik Daerah Berdasarkan fisografi dan bahan induk tanah di daerah-daerah studi umumnya berasal dari bahan vulkanik dari gunung api seperti gunung Marapi, Singgalang dan gunung Talang. Dengan demikian order tanahnya umumnya adalah Andosol yang tersebar di kecamatan Lembang Gumanti, Danau Kembar, Banuhampu Sungai Puar, dan IV angkat Candung. Salimpaung dan kecamatan Pariangan serta sebagian kecil juga terdapat tanah Inceptisol yaitu di kecamatan Lembang Jaya dan Gunung Talang.. Dengan demikian sifat kesuburan tanah daerah tersebut ditentukan oleh asal bahan induk tanah tersebut, serta proses-proses pembentukan tanah yang berlangsung di daerah studi tersebut. Status Kesuburan Tanah Kesuburan kimia tanah penting diketahui terutama dalam hubungannya dengan input atau perlakuan yang harus diberikan kepada tanaman. Penilaian kesuburan kimia tanah untuk daerah studi dapat dilihat dari uraian sebagai berikut; 1. Kemasaman Tanah (pH) Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan pertumbuhan tanaman. Hasil analisis pH tanah di daerah survei dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan kemasaman tanah (pH ) pada kedalaman 0-20 cm No 1 2 3 4 Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar 5 6 7 8 9 Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar 5.23 4.81 5.32 5.14 5.18 Masam Masam Masam Masam Masam pH H2O 5.36 4.88 5.77 6.12 Kriteria Masam Masam Agak Masam Agak Masam

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa reaksi tanah umumnya tergolong masam kecuali untuk kecamatan Lembang Jaya dan Gunung Talang tergolong agak masam, namun

pertumbuhan tanaman sayuran dan cabe masih baik. Hal ini mungkin disebabkan tanah kesua kecamatan tersebut termasuk order Inceptisol sedangkan tanah lainnya tergolong Andisol. 2. Kandungan C-Organik dan N Total Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Makin tinggi kandungan bahan organik, maka relatif tinggi pula tingkat kesuburan tanahnya. Kandungan bahan organik dan N total di daerah survei dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan C-Organik dan N-Total di daerah studi Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar C-Org (%) 6.72 9.06 5.48 3.26 2.61 7.26 3.92 3.23 2.60 Nilai N Total (%) 0.42 0.58 0.33 0.22 0.24 0.42 0.23 0.26 0.21 Nilai C/N

T T T T S T T T S

S T S S S S S S S

16.00 15.62 16.61 14.82 10.88 17.28 17.04 12.42 12.38

Dari Tabel 3.dapat dilihat bahwa kandungan C-organik umumnya tergolong sedang sampai tinggi. Kemudian kandungan N total berkisar dari sedang, kecuali untuk kecamatan Danau Kembar yang tergolong tinggi. Hal ini disebabkan karena bahan organik dapat mempengaruhi tingkat keter-sediaan unsur hara bagi tanaman, misalnya nitro-gen, pospor dan sulfur. Disamping itu bahan organik juga berperan dalam meningkatkan KTK, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan air. Prosentase C-Organik menciri-kan kandungan bahan organik, sedangkan C/N menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik. 3. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) Kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk mempertukarkan kationkation yang terikat pada permukaan koloid tanah dengan ka-tion-kation dalam larutan tanah. Kapasitas tukar kation ditentukan oleh jumlah fraksi yang halus, kandungan liat, susunan mineral liat dan kan-dungan bahan organik tanah. Kejenuhan basa berhubungan dengan jumlah kation-kation yang terikat pada koloid tanah. Nilai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa di daerah survei dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Nilai kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa di daerah survei Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar KTK (me\100 g 20.51 28.7 Nilai S T KB( %) 44.37 30.70 Nilai S R

Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar

22.1 18.4 23.13 23.50 18.2 17.67 16.92

S S S S S S S

50.40 65.15 47.77 43.64 36.37 70.7 65.68

S T S S R T T

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kapasitas tukar kation tergolong sedang pada lapisan atas, kemudian untuk kejenuhan basa agak sedikit bervariasi namun angkanya tidak terlalu berbeda yaitu berkisar dari 30 sampai 65%. Kecamatan IV Angkat Candung, Banuhampu Sungai Puar dan kecamatan Gunung Talang tergolong tinggi, Kemudian kecamatan Danau Kembar dan X Koto tergolong rendah, sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya tergolong sedang. 4. Kandungan P2O5 dan K Tersedia Kandungan P dalam tanah ditentukan dengan dua cara yaitu untuk P-tersedia ditentukan de-ngan Bray II sedangkan untuk K-tersedia dengan menggunakan pelarut Amonium Acetat. Kandungan P dan K-tersedia di daerah studi dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Nilai P tersedia dan K tersedia di daerah studi Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar P2O5 Total (%) 59.18 80.94 74.10 63.96 Nilai P2O5 Bray II 59.18 80.94 74.10 63.96 Nilai Ktersedia (ppm) 1.33 1.33 1.57 1.33 Nilai

ST ST ST ST

ST ST ST ST

ST ST ST ST

52.44 79.80 95.00 69.41 80.52

ST ST ST ST ST

52.44 79.80 95.00 69.41 80.52

ST ST ST ST ST

1.27 1.41 0.57 1.40 1.47

ST ST S ST ST

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa kandungan pospor tersedia dan fosfor total tergolong sangat tinggi.Maka dengan demikian tidak banyak diperlukan pemberian

pupuk P. Kemudian kandungan K-tersedia umumnya tergolong sangat tinggi untuk semua kecamatan kecuali untuk kecamatan X koto tergolong sedang. Selanjutnya kandungan kation-kation yang dapat ditukar dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Kation-kation dapar ditukar pada kedalaman 0-20 cm. Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar Ca dd (ppm) 3.54 R 2.71 R 4.40 R 3.21 R 3.69 R 3.48 R 2.78 R 3.79 R 3.50 R Mg dd(ppm) 1.13 S 1.30 S 1.53 S 2.39 T 3.05 T 1.81 S 1.27 S 3.38 T 2.72 T K-dd(ppm) 1.33 ST 1.34 ST 1.57 ST 1.33 ST 1.27 ST 1.41 ST 0.57 S 1.40 ST 1.47 ST Na dd(ppm) 3.55 ST 3.45 ST 3.67 ST 3.18 ST 3.06 ST 3.51 ST 1.81 ST 3.72 ST 3.49 ST

Tabel 7. Status kesuburan tanah pada kedalam 0-20 cm Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kabupaten Agam IV Angkat Candung Banuhampu Sei Puar KTK KB P Total C-Org K-dd Status Kesubur an S S S S S S R S S

S T S S S S S S S

S R S T S S R T T

ST ST ST ST ST ST ST ST ST

T T T T S T T S T

ST ST ST ST ST ST S ST ST

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kandungan Ca dapat ditukar umumnya tergolong rendah untuk semua kecamatan, kemudian kandungan Mg dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi. Sedangkan kandungan K dan Na dapat ditukar tergolong sangat tinggi untuk semua lokasi kecamatan. Penilaian status kesuburan tanah berpedomen pada TOR P3MT, Puslittan, (1983). sifat kimia tanah yang dinilai untuk menentukan kesuburan tanah adalah kapasitas

tukar kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), P2O5 total, dan kandungan C-Organik. Hasil penilaian status kesuburan tanah untuk tiap kecamatan dapat disajikan pada Tabel 7 . Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa umumnya status kesuburan tanah di daerah studi tergolong sedang kecuali untuk kecamatan X Koto tergolong rendah. Hal ini terjadi karena pada daerah studi mempunyai curah hujan yang tinggi, sehingga basa-basa akan tercuci ke lapisan bawah atau dapat terjadi erosi yang berat, yang mengakibatkan hilangnya sebahagian besar lapisan tanah. Rekomendasi Pemupukan untuk tanaman Hortikultura Berdasarkan hasil penguraian sifat kimia tanah diatas, maka disusun suatu rekomendasi pemupukan untuk pertanaman sayuran, cabe, tomat, lobak dan lain. Rekomendasi ini merupakan rekomendasi sementara karena berdasarkan hasil analisis tanah untuk hampir semua daerah studi tidak begitu bervariasi yang umumnya status kesuburannya tergolong sedang. Hasil rekomendasi pemupukan untuk daerah studi sentra pertanaman hortikultura di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Rekomendasi Pemupukan untuk tanaman hortikultura (Kg\Ha) Lokasi Contoh Kab Solok Lembah Gumanti Danau Kembar Lembang Jaya Gunung Talang Hilir Gumanti Kab Tanah Datar Pariangan Salimpaung X Koto Kab Agam IV Angkat Candung Banuhampu S Puar Kedalaman (cm) 0-20 cm 0-20cm 0-20cm 0-20cm 0-20 cm 0-20 cm 0-20cm 0-20cm 0-20cm N(Urea) 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 120-150 P (SP36) 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 100-125 K(KCL) 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100 75-100

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa rekomendasi pemupukan yang dapat dianjurkan adalah 120-150 Kg Urea\ha, 100-125 kg SP36\ha dan 75-100 kg KCl\ha. Rekomendasi belum berdasarkan pada jenis tanaman yang akan ditanam pada semua lokasi studi tersebut dan hanya berdasarkan pada analisis tanah saja.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kesuburan tanah daerah sentra pertanaman hortikultura Sumatera Barat tergolong sedang 2. Kandungan P total tergolong tinggi. Ini merupakan masalah dalam penyedian unsur P pada tanah-tanah ini daerah studi. Namun berkemungkinan terikat dengan mineral alopan dan imogolit sehingga dibutuhkan sejumlah pupuk P untuk menanggulanginya. 3. Kandungan Ca tergolong rendah pada semua lokasi penelitian.

Saran-Saran 1. Dikuatirkan kandungan pospor pada tanah sudah banyak menumpuk dalam tanah namun perlu dicarikan upaya tertentu untuk membebaskannya yaitu pemberian silikat, atau mungkin kapur sejumlah tertentu. 2. Dapat juga dijenuhkan tanah dengan pospat yang banyak, maka tanaman akan respon terhadap kandungan pospat yang diberikan tersebut, sehingga diharapkan tanaman dapat memanfaatkan pospat tersebut sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sumatera Barat. 2009. Perkembangan tanaman pangan tahun 1999 di Sumatera Barat. Buku Statistik. Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Pupuk Organik dan pembenah Tanah Tahun Anggaran 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta. Efendi. 2008. Studi penyebaran fosfat anorganik dan organic pada zona perakaran Andisol di Kawasan sentra produksi hortikultura pada formasi Singgalang dan Marapi. Thesis Magister Sains pada Program Pascasarjana Unand Padang. Engelstad, O. P. 2008. Teknologi Dan Penggunaan pupuk. Edisi Ke 3. UGM-Press. Yogyakarta. Hanafiah, K.A. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hardjowigeno, S. 2008. Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Akademika Pressindo. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2010. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leiwakabessy, F.M, dkk. 20010. Kesuburan Tanah. IPB, Bogor Lingga P dan Marsono, 2008. Petunjuk Penggunaan pupuk. Bandung: Penebar Swadaya. Lukitaningsih, D 2008, Pupuk Kompos. [online]. Tersedia http://luki2blog.wordpress.com/ 2008/05/14/pupuk-kompos/. (29 Oktober 2012) Nyakpa, A. dkk. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar lampung.

Mira Yunita. 2011. Kajian sifat fisika tanah pada berbagai penggunaan lahan di daerah Gunung Tandikat Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi Sarjana Pertanian. Fakultas Pertanian Unand. Padang. Mulyadi, D. 2008. Suberdaya tanah kering. Penyebaran dan potensinya untuk kemungkinan budidaya pertanian. Kongres Agronomi Indonesia. Jakarta. Pusat Kajian Pengembangan Lahan dan Pemukiman Unand. 2010. Survei investigasi dan desain Agribisnis hortikultura Sumatera Barat. Kerjasama Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Sumatara Barat dengan PK-PLP Unand. Rossyda Priyadarshini, dan Maroeto. 2008. Studi pengaruh transformasi penggunaan lahan terhadap dayadukung lahan. Dalam Perlindungan sumberdaya tanah untuk mendukung kelestarian pertanian tangguh. Edisi khusus Kalikabi No 10-1997 page 98-103. Saidi, A., Yulvareni, dan Zefno Fitri. 2010. Kajian sifat fisik tanah Andisol dibawah beberapa jenis penggunaan lahan di kecamatan Lembang Jaya dan Danau Kembar Kabupaten Solok. Jurnal Stigma. Oktober-Desember 2002. Vol X No 4. Halaman 289-293. Sahiri, N. 2009. Pertanian Organik: Prinsip Daur Ulang Hara, Konservasi Air dan Interaksi Antar Tanaman. Makalah Individu Pengantar Falsafah Sain. Institut Pertanian Bogor. Samekto, R. M. P. 2010. Pupuk Daun. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. Simanungkalit, R.D.M dan R. Saraswati. 2011. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bandung: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian. Suyono, A. D. 2008. Pupuk dan Pemupukan. Bandung : Divisi Penerbitan (Unpad Press) LPM UNPAD.

You might also like