You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin) yang artinya bersuku suku bangsa atau asal usul. Secara etimologi artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organism, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak cucunya, serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya. Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup

BAB II REKAYASA GENETIKA (BAYI TABUNG ) DAN SISTEM IMUN

PEMBAHASAN Pada bagian ini akan saya bahas mengenai rekayasa pada mamalia, termauk juga manusia. Yang akan dibahas antara lain kloning, inseminasi buatan dan bayi tabung juga dampak rekayasa genetika bagi kehidupan. A. Kloning Kloning merupakan suatu teknik untuk menghasilkan banyak salinan dari satu gen tunggal, kromosom, atau keseluruhan individu. Klon (clone) berasal dari kata Yunani yang berarti ranting. Jaringan-jaringan non reproduktif digunakan untuk pengklonan keseluruhan individu. Secara alami, seringkali proses kloning terjadi. Misalnya pada tanaman kentang yang mampu berkembang biak secara vegetatif yaitu mampu menghasilkan tanaman baru dari tuber (umbi). Dalam hal ini, kentang bisa dikatakan mengalami proses kloning. Kloning juga terjadi karena pengaruh atau campur tangan manusia. Kultur jaringan atau mikropropagasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman dengan menempatkan sejumlah kecil sel yang berasal dari tanaman induk yang kemudian ditumbuhkan dalam medium kaya nutrien yang mengandung hormon pertumbuhan. Kloning inidividu pada hewan dapat terjadi melalui campur tangan manusia di laboratorium. Contoh yang paling terkenal adalah domba Dolly yang lahir di Inggris pada tahun 1996 melalui teknik transfer sel. Kelahiran Domba Dolly Domba dolly yang lahir pada 5 juli 1996 diumumkan pada 23 februari 1997 oleh majalah nature. Domba hasil klon yang pertama,memang sebuah kejadian yg penting. Teknologi genetik telah mencapai titik dimana kita dapat menciptakan duplikat yg sama dari hewan-hewan tingkat tinggi. Kita telah menghasilkan klon domba dan monyet, dan embrio manusia telah berhasil diduplikasi dalam laboratorium. Dolly direproduksi tanpa bantuan domba jantan, dari sebuah sel

kelenjar susu, bukan dari sel reproduksi, yang diambil secara acak dari seekor domba dewasa. Hingga saat itu,proses ini dianggap sebagai hal yg tidak mungkin. Penciptaan Domba Dolly Dolly diciptakan dari sebuah kelenjar susu yang diambil dari seekor domba betina. Fungsi sel sel kelenjar susu adalah untuk memproduksi susu, dan biasanya tidak dapat bekerja selain sesuai dengan fungsi tersebut. Dalam proses ini, nukleus dari sel tersebut yang mengandung DNA dipisahkan, diletakkan dalam sel telur seekor domba betina lainnya, dan ditanam dalam seekor ibu domba pengganti. Dengan menerapkan stimulus stimulus eksternal seperti kejutan listrik pada sel telur yg tidak dibuahi itu, para ahli berhasil memulihkan kemampuan sel itu untuk mengalami pembelahan sel berulang seperti halnya sel telur yang telah dibuahi. Adapun cara kloning domba Dolly yang dilakukan oleh Dr. Ian Willmut adalah sebagai berikut. 1. Mengambil sel telur yang ada dalam ovarium domba betina, dan mengambil kelenjar mamae dari domba betina lain. 2. Mengeluarkan nukleus sel telur yang haploid. 3. Memasukkan sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak memiliki nukleus lagi. 4. Sel telur dikembalikan ke uterus domba induknya semula (domba donor sel telur). 5. Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus domba, kemudian domba tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil dari kloning. Jadi, domba hasil kloning merupakan domba hasil perkembangbiakan secara vegetatif karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Kloning juga bisa dilakukan pada seekor katak. Nukleus yang berasal dari sebuah sel di dalam usus seekor kecebong ditransplantasikan ke dalam sel telur dari katak jenis lain yang nukleusnya telah dikeluarkan. Kemudian, telur ini akan berkembang menjadi zigot buatan dan akan berkembang lagi menjadi seekor katak dewasa. Kloning akan

berhasil apabila nukleus ditransplantasikan ke dalam sel yang akan menghasilkan embrio (sel telur) termasuk sel germa. Sel germa adalah sel yang menumbuhkan telur dari sperma.

Gambar 1. Proses Kloning Individu (domba Dolly) Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel bakteri, DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi dan diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Jadi gen asing ini tetap melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri. Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika. Perekayasaan genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan, menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan itu ke plasmid.

Gambar 2. Klon yang mengandung DNA rekombinan Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan atau DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang akan disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau dengan menggunakan elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau ke vektor lainnya. Tahapan proses kloning DNA (gambar 9) adalah melakukan isolasi DNA plasmid dan DNA target. Kemudian dengan menggunakan enzim restriksi untuk memotong DNA sehingga diperoleh fragment DNA target. Selanjutnya DNA target disisipkan pada plasmid dan ditransformasikan ke dalam sel inang. Hasilnya akan diperoleh bakteri yang mengandung DNA rekombinan dan ada pula bakteri yang tidak engalami proses

transformasi. mengandung

Untuk membedakannya, digunakan medium antibiotik. Bakteri yang mengandung DNA

selektif

yang

rekombinan

mengandung gen yang resisten terhadap antibiotik sehingga akan tetap hidup dalam medium selektif. Kemudian bakteri rekombinan diperbanyak dengan cara kloning sehingga diperoleh klon-klon dalam jumlah yang besar yang bisa digunakan dalam berbagai bidang seperti untuk menemukan gen yang resisten hama gen yang bisa membuat gen bakteri membersihkan toksis, gen untuk menghasilkan hormone dan lain lain. B. Inseminasi buatan Inseminasi buatan adalah pembuahan atau fertilisasi yang terjadi pada sel telur dengan sperma yang disuntikkan pada kelamin betina. Jadi, fertilisasi ini tidak membutuhkan hewan jantan, tetapi hanya membutuhkan spermanya saja. Tahukah kamu mengapa inseminasi buatan dilakukan?Inseminasi buatan dilakukan karena bibit pejantan unggul yang hendak dikawinkan dengan bibit betina lokal tidak memiliki waktu masa subur yang bersamaan. Bibit pejantan unggul dikawinkan dengan bibit betina lokal supaya dapatmenghasilkan keturunan yang lebih baik. Teknologi ini menggunakan metode penyimpanan sperma pada suhu rendah (80o sampai 20o). Jadi, untuk mendapatkan bibit pejantan unggul untuk mengawini bibit betina lokal tidak perlu dengan membawa individunya tetapi cukup dengan membawa spermanya. Hal ini juga memudahkan proses pengiriman dari suatu negara ke negara lain. C. Bayi tabung Bayi tabung adalah bayi yang merupakan hasil pembuahan yang berlangsung di dalam tabung. Teknologi ini sebenarnya kelanjutan dari teknologi inseminasi buatan, hanya proses pembuahan pada bayi tabung terjadi di luar sedangkan inseminasi terjadi di dalam tubuh. Kedua-duanya sama-sama merupakan perkembangbiakan generatif. Kita biasanya sering mendengar istilah bayi tabung bagi pasangan yang kesulitan untuk mendapatkan

keturunan. Hal ini merupakan jalan pintas bagi mereka untuk segera mendapatkan keturunan. Proses pembuatan bayi tabung adalah sebagai berikut. 1. Sel telur yang mengalami ovulasi pada induk atau wanita diambil dengan suatu alat dan disimpan di dalam tabung yang berisi medium seperti kondisi yang ada pada rahim wanita hamil. 2. Sel telur dipertemukan dengan sperma di bawah mikroskop dan diamati sehingga terjadi fertilisasi. 3. Sel telur yang sudah dibuahi tersebut dikembalikan kedalam tabung. 4. Jika sel telur yang sudah dibuahi disebut zigot. Zigot berkembang dengan baik dan menjadi embrio, maka embrio tersebut akan disuntikkan kembali ke dalam rahim induknya semula. D. Dampak rekayasa genetika terhadap kehidupan Rekayasa teknologi tidak semuanya berdampak positif bagi kehidupan manusia maupun bagi makhluk hidup lain dan lingkungan. Teknologi yang diciptakan dengan tujuan untuk memakmurkan umat manusia bisa saja menghancurkan manusia itu sendiri jika tidak diikuti dengan keimanan dan ketaqwaan. 1. Dampak positif rekayasa genetik sebagai berikut. 2. Menciptakan bibit unggul 3. Meningkatkan gizi masyarakat. 4. Melestarikan plasma nutfah. 5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sesuai dengan keinginan manusia. 6. Membantu pasangan yang kesulitan mendapatkan anak dengan jalan pintas yaitu bayi tabung.

Dampak negatif rekayasa reproduksi sebagai berikut :

Pada perbanyakan keturunan dengan kultur jaringan yang memiliki materi genetis yang sama akan mudah terkena penyakit.

Merugikan petani dan peternak lokal yang mengandalkan reproduksi secara alami.

Dikhawatirkan adanya penyalahgunaan teknologi reproduksi untuk kepentingan pribadi yang merugikan orang lain. Misalnya misi sebuah negara yang hendak menguasai dunia dengan menciptakan prajurit tangguh dengan teknik pengkloningan.

Mengganggu proses seleksi alam.

SISTEM IMUN A. Pengertian Imun Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan pada lingkungan hidup. Pertahanan tersebut terdiri atas sistem imun alami atau non spesifik (natural/innate) dan didapat atau spesifik (adaptif/acquired) Perbedaan utama antara kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu yang tidak ada pada respon imun non-spesifik akan tetapi kedua jenis respon tersebut saling meningkatkan efektifitas dan respon imun yang terjadi merupakan interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang terdapat didalam sistem imun. B. Sistem Imun Natural Sistem imun natural merupakan bagian tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen walaupun sebelumnya tubuh tidak pernah terpapar dengan zat tersebut. Disebut juga imunitas non-spesifik karena tidak ditunjukan langsung mikroorganisme tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir. Fungsi utama dari sistem imun natural diantaranya adalah :

1. Membawa sel-sel imun ke area infeksi, melalui produksi mediator inflamasi yang disebut sitokin. 2. Mengaktivasi komplemen kaskade untuk identifikasi bakteri,

mengaktivasi sel, membantu membersihkan tubuh dari sel-sel mati serta kompleks antibodi. 3. Identifikasi dan pembuangan substansi asing yang berada di organ, jaringan, darah serta kelenjar limfe. C. Defisiensi Imun Nonspesifik a. Defisiensi Komplemen Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun. D. Respon Imun Saat tubuh terserang atau diinfasi oleh bakteri atau virus atau mikroorganisme patogen lainya maka ada tiga macam cara yang dilakukan tubuh untuk mempertahankan dirinya sendiri, yaitu : 1. Respon imun fagositik Meliputi sel darah putih (granulosit dan makrofag) yang dapt memakan partikel-partikel asing. Sel ini Akan bergerak ketempat serangan dan kemudian menelan serta menghancurkan mikroorganisme penyerang.

2.

Respon humoral (respon antibodi) Respon ini mulai bekerja dengan terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan antibodi. Antibodi ini merupakan protein yang sangat spesifik diangkut dalam aliran darah dan memiliki kemampuan untuk melumpuhkan penyerangnya.

3.

Respon imun seluler Respon ini melibatkan limfosit yang mengubah dirinya menjadi sel plasma juga dapat berubah menjadi sel-sel T sitotoksik khusus yang dapat menyerang mikroorganisme patogen itu sendiri.

BAB III SIMPULAN Dari hasil penjelasan di atas, diperoleh bahwa rekayasa genetika merupakan suatu teknik yang sangat dibutuhkan pada jaman modern ini disamping dapat mempermudah dalam kebutuhan manusia dia juga mengurangi segala resiko yang dapat terjadi secara konvensional. Oleh sebab itu, penggunaanya harus ditingkatkan. Namun, penggunaan teknik ini harus mendapat lisensi dari pemerintah secara resmi dan juga dalam tidak di salahgunakan oleh pihak tertentu Karena dapat merugikan makhluk lainnya, agama serta lingkungan. Sistem imun natural merupakan bagian tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen walaupun sebelumnya tubuh tidak pernah terpapar dengan zat tersebut. Disebut juga imunitas non-spesifik karena tidak ditunjukan langsung mikroorganisme tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.

10

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, BAB XIII BIOTEKNOLOGI DAN PERANANNYA BAGI KEHIDUPAN, http://www. Crayonpedia.org/mw/bab xiii bioteknologi dan perananna bagi kehidupan, diakses pada tanggal 11 Mei 2011 Hetami., kamila, 2009, PELABELAN PRODUK PANGAN YANG MENGANDUNG BAHAN REKAYASA GENETIKA SEBAGAI WUJUD ASAS KETERBUKAAN INFORMASI, TESIS, Universitas Diponegoro, Semarang

Hikam, Muhammad A. S.,-, PANGAN HASIL REKAYASA GENETIKA, Sambutan Menteri Negara Riset dan Teknologi, Seminar Nasional Pangan Hasil Rekayasa Genetika: Antisipasi Penerapan Peraturan Pelabelan di Indonesia, Jakarta Kresno, S. Penyakit Autoimun. Dalam : Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001 : 286 307. Baratawidjaja, K., Rengganis, I. Imunologi Dasar. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006 Subowo. Otoimunitas dan Penyakit Otoimun. Dalam : Imunologi Klinik. Bandung : Penerbit Angkasa Bandung; 1993 : 37 70.

11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN

BAB II REKAYASA GENETIKA (BAYI TABUNG ) DAN SISTEM IMUN PEMBAHASAN A. Kloning.................................................................................. B. Kelahiran Domba Dolly ........................................................ C. Penciptaan Domba Dolly ...................................................... D. Inseminasi buatan .................................................................. E. Bayi tabung ........................................................................... F. Dampak rekayasa genetika terhadap kehidupan ................... SISTEM IMUN E. Pengertian Imun ................................................................... F. Sistem Imun Natural ............................................................ G. Defisiensi Imun Nonspesifik................................................ H. Respon Imun ........................................................................

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

12

You might also like