You are on page 1of 15

A. Pendahuluan A.1.

Pengertian Pemberdayaan ekonomi umat, didasari dari pemahaman, bahwa suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki salah satu atau lebih dari beberapa variabel. Pertama, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perekonomian yang stabil. Kedua, memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketiga, memiliki kemampuan menghadapi ancaman dan serangan dari luar. Keempat, memiliki kemampuan berkreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan menjaga ko-eksistensinya bersama bangsa dan negara lain. Pemberdayaan ekonomi umat, merupakan upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan. Dalam pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai Ketahanan Nasional. Pembahasan mengenai perekonomian umat, ada beberapa kemungkinan yang perlu diperhatikan. Pertama, ekonomi umat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam sendiri merupakan 87% dari total penduduk. Konsekuensi dari pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan pembangunan nasional yang merata secara vertikal maupun horisontal, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat Islam. Kedua, yang dimaksud perekonomian umat itu adalah sektor-sektor yang dikuasai oleh muslim-santri. Batasan ini mempunyai masalah tersendiri, karena sulit membedakan mana yang Islam dan mana pula yang abangan. Arti ekonomi umat yang lain adalah badan-badan yang dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam. Indikator ini mengacu kepada perusahaanperusahaan yang dikembangkan oleh gerakan Nasrani yang telah berhasil membangun diri sebagai konglomerasi dan bergerak di bidang-bidang seperti perbankan,

perkebunan, perdagangan ekspor-impor, perhotelan, penerbitan, percetakan dan industri lainnya. Holistik adalah saduran kata dari bahasa Inggris yaitu Holistic yang menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagianbagiannya. Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka mempunyai arti layanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual mendapat perhatian yang seimbang. Jadi dapat dikerucutkan bahwa pemberdayaan ekonomi umat dengan gerakan holistis, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi dengan gerakan atau system ekonomi yang menyeluruh. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi melalui gerakan yang mampu memberikan pelayanan secara utuh, baik secara fisik, mental, social, ekonomi secara seimbang.

B. Pembahasan Dalam hal pemberdayaan ekonomi ummat dengan gerakan holistis ini pasti tidak lepas dengan system ekonomi islam yang memiliki dasar system ekonomi yang berlandaskan pada tauhid, sebagaimana yang diutarakan oleh seorang pakar ekonomi yang bernama Saefudin, yaitu sebagai berikut: 1. Kepemilikan (ownership) 2. Keseimbangan (equilibrium) 3. Keadilan (justice) Secara lebih mendetil ketiga nilai dasar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kepemilikan (ownership) dalam ekonomi Islam merupakan: a. Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi. Seorang muslim yang tidak
2

memproduksi manfaat dari sumber-sumber yang diamanatkan Allah padanya akan kehilangan hak atas sumber-sumber tersebut. b. Pemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia di dunia, dan bila orang itu mati, harus didistribusikan (alihkan kpemilikannya) kepada ahli warisnya menurut ketentuan Islam. 2. Keseimbangan (equlibrium). Pengaruh faktor keseimbangan terlihat pada berbagai praktek ekonomi muslim, misalnya kesederhanaan (tawassuth), berhemat dan menjauhi

pemborosan (mubazzir). Konsep keseimbangan ini tidak hanya timbangan kebaikan hasil usahanya diarahkan untuk di dunia dan di akhirat saja, tetapi berkait juga dengan kepentingan (kebebasan) perorangan dengan kepentingan umum yang harus dipelihara, dan keseimbangan antara hak dan kewajiban harus direalisasikan. 3. Keadilan (justice). Kata keadilan disebut lebih dari 1000 kali menunjukkan betapa nilai dasar ini memiliki bobot yang sangat dimuliakan dalam Islam, selain itu kata yang paling banyak disebut dalam Al-quran setelah Allah dan ilmu pengetahuan, ialah keadilan. Baik yang berkaitan dengan aspek sosial, politik maupun ekonomi. Seorang ulama kontemporer yang bernama Yusuf Al-Qardhawi menyatakan, bahwa Ruh sistem Islam merupakan pertengahan yang adil

Pemberdayaan ekonomi ummat dengan gerakan holistis, gerakan holistis untuk pemberdayaan ekonomi ummat adalah sebagai berikut :

1. Zakat Sumber utama pendapatan dalam pemerintahan negara Islam pada periode klasik serta negara-negara Islam pada umumnya merupakan zakat, yang notabene merupakan salah satu dari rukun Islam. Namun zakat bukanlah pajak untuk
3

menjamin penerimaan negara. Sebab, distribusi hasil pengumpulan zakat harta ditunjukkan pada delapan kelompok sasaran (mustahiq) sebagaiman yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya: zakat itu untuk orang-orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, orang muallaf hatinya, untuk memerdekakan budak (hamba), orang yang berhutang, orang yang berjuang dijalan Allah dan untuk orang musafir sebagai suatu keperluan dari Allah. Allah maha mengetahui lagi bijaksana. Sistem zakat dalam ekonomi Islam merupakan sebagai garda terdepan sistem fiskal. Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan sekaligus stabilisasi dalam perekonomian. Jika dikelola dengan baik, zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir perekonomian suatu negara. Yakni terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat. Paling tidak ada beberapa effect jika zakat dikelola dengan baik : a. Zakat Mendorong Pemilik Modal Untuk Mengelola Hartanya Zakat mal itu dikenakan pada harta diam yang dimiliki seseorang setelah satu tahun, harta yang produktif dan digunakan untuk produksi tidak dikenakan zakat. b. Meningkatkan Etika Bisnis Kewajiban zakat dikenakan pada harta yang diperoleh dengan cara yang halal. Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar memperhatikan etika bisnis. c. Pemerataan Pendapatan Pengelolan zakat yang baik dan alokasi yang tepat sasaran akan mengakibatkan pemerataan pendapatan. Dengan zakat distribusi pendapatan lebih merata, dan tiap orang akan memiliki akses lebih terhadap distribusi pendapatan. d. Pengembangan Sektor Riil Salah satu cara dalam pendistribusian zakat bisa dilakukan dengan memberikan bantuan modal usaha bagi para mustahiq. Pendistribusian zakat dengan cara ini akan mendorong para mustahiq untuk melakukan usaha pada sektor rill. Hal ini akan memberikan dua efek yaitu meningkatnya penghasilan dari mustahiq dan juga akan berdampak ekonomi secara makro.

2. Wakaf (Uang) Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik masih memahami wakaf sebatas tanah milik. Di dalam pasal 1 ayat (1) PP tersebut dijelaskan, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaan yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. Sepintas wakaf uang itu sama dengan lembaga penghimpun keuangan lain semacam zakat, infak dan sedekah (ZIS). Titik perbedaan wakaf uang dengan lembaga keuangan Islam lain adalah pada uang pokoknya yang akan diinvestasikan terus-menerus, baru kemudian keuntungan investasi itu dipakai untuk mendanai kebutuhan rakyat miskin. Sedangkan pada ZIS uangnya bisa saja langsung dibagi-bagikan kepada pihak-pihak yang berhak. Salah satu keunggulan wakaf uang ialah bersifat fleksibel dan tidak mengenal batas pendistribusian. Di luar itu, wakaf uang juga memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, yaitu: (1) jumlah wakaf bisa bervariasi memungkinkan lebih banyak orang berwakaf; (2) aset-aset wakaf berupa tanah-tanah kosong bisa dimanfaatkan, baik dengan mendirikan bangunan maupun diolah menjadi lahan pertanian; (3) bisa dimanfaatkan untuk membantu lembaga pendidikan yang kekurangan dana; dan (4) umat Islam bisa mandiri dalam mengembangkan lembaga pendidikannya. Menurut Achmad Tohirin, sebagaimana dikutip Abdul Ghofur Anshori dalam mempraktekan wakaf uang harus diperhatikan tiga hal. Pertama, bagaimana metode penghimpunan dana yang efektif sehingga dana umat dapat termobilisasi, model sertifikasi adalah alternatif yang paling memadai. Kedua, pengelolaan dana yang terhimpun secara baik sehingga memberi hasil yang optimal, yakni dengan cara diinvestasikan pada usaha-usaha produktif. Ketiga, hasil investasi wakaf uang dapat didistribusikan untuk program penyantunan (charity), pemberdayaan (enpowerment), investasi sumber daya insani, dan investasi infrastruktur.

Distribusi hasil wakaf uang memang bisa diarahkan pada program penyantunan (charity) kaum miskin, tapi sebaiknya itu dilakukan bila keadaannya benar-benar mendesak. Sebab, dengan program itu sekali pakai modal akan habis. Sebisa mungkin keuntungan investasi wakaf uang dipakai untuk program pemberdayaan (enpowerment) rakyat miskin sehingga modal dapat digunakan secara berkelanjutan, bahkan kalau memungkinkan modal itu bisa diputar ke orang lain yang juga membutuhkan, baik dalam rangka memperkuat kapasitas distributif ataupun sebagai modal awal untuk memulai sebuah usaha (kapasitas produktif). Strategi pemberdayaan ekonomi bagi umat yang tidak memiliki kapasitas produktif, tidak mempunyai keahlian (skill), modal dan tanah sehingga mereka belum memiliki usaha, dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pelatihan usaha, bertujuan untuk memberikan wawasan yang luas tentang kewirausahaan secara aktual dan komprehensif sehingga mampu

memunculkan motivasi dan soirit berwirausaha. 2. Pemagangan. Setelah memiliki pemahaman dan motivasi kewirausahaan, maka dibutuhkan keterampilan. Itu bisa diperoleh melalui kegiatan magang di dunia usaha yang akan diterjuninya. Learning by doing. 3. Penyusunan proposal. Menyusun proposal secara realistis berdasarkan pengalaman empiris perlu dimiliki untuk mengindari penyimpangan sehingga bisa meminimalisir kerugian. 4. Permodalan sangat penting untuk memulai dan mengembangkan usaha. Dalam hal ini harus dicari lembaga keuangan yang dapat meminjami uang dengan bunga/bagi hasil seringan mungkin. Jangan sampai keuntungan yang diperoleh habis untuk membayar utang. 5. Pendampingan, berfungsi sebagai pengarah dalam melaksanakan kegiatan usahanya sehingga mampu menguasai dan mengembangkan usahanya dengan mantap. 6. Membangun jaringan bisnis. Tahapan ini sangat berguna untuk memperluas pasar sehingga produk-produknya dapat dipasarkan ke daerah-daerah lain. Dengan jaringan ini akan melahirkan net-working bisnis umat Islam yang tangguh.

Sedang untuk strategi pemberdayaan ekonomi umat yang telah memiliki rintisan usaha, menurut Musa Asyari, dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membantu akses permodalan, diawali dari pembimbingan penyusunan proposal yang memadai sehingga mampu meyakinkan pihak lembaga

keuangan untuk mengucurkan dananya. 2. Menertibkan administrasi keuangan. Masalah administrasi adalah titik lemah para pelaku usaha kecil dan menengah; tidak ada catatan transaksi jual-beli, campur aduk keuangan usaha dengan rumah tangga dan lain-lain. Harus ada bimbingan untuk menertibkan administrasi keuangan sehingga bisa diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi modern. 3. Memperbaiki manajemen usaha. Meski usahanya masih kecil, jumlah karyawan sedikit, dan jangkauan pemasaran masih lokal, namun harus dikelola dengan manajemen yang sehat. 4. Memperluas pemasaran. Pemasaran menjadi kendala yang serius bagi usaha kecil dan menengah dalam melempar produk-produknya ke masyarakat, karena tidak tersedia dana iklan. Oleh karena itu ethos kerja harus senantiasa dipompa, informasi tentang peluang-peluang pasar baru harus di sediakan, dan pengembangan jejaring sesama usaha kecil dan menengah. 5. Teknis produksi, maksudnya kualitas produk harus dijaga terus-menerus seirama dengan tuntutan pasar. Kualitas produk harus benar-benar dijaga meskipun sudah laku di pasar. 6. Teknologi, baik teknologi produksi maupun teknologi informasi harus dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat menstimulasi peningkatan kualitas produksi.

3. Bank Syariah Perbankan Syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal : usaha yang berkaitan
7

dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Berdirinya Bank Syariah dalam upaya pengembangan Usaha Kecil Menengan di Indonesia awalnya tidak terlepas dari peran yang telah dilakukan oleh Bank- Bank yang lain yang telah ada sebelumnya di Negara kita ini. Dimana Bank- Bank tersebut kebanyakan mereka hanya mau meminjamkan uang atau membuka kredit kepada orang yang sudah punya uang dalam arti penghasilan dan aset., kesalahan pola berfikir inilah yang dirubah oleh Muhammad Yunus yang awalnya semua itu dikemas dengan berdirinya Grammen Bank. Grammen Bank (Grammen berarti pedesaan) yang lebih kita kenal selama ini ujut konkriknya dalam konteks Bank Syariah. Dimana institusi ini didirikan pada tahun 1976 dengan idealisme menciptakan sistem pelayanan keuangan bagi masyarakat miskin berlandaskan rasa saling percaya, akuntabilitas, partisipasi dan kreativitas. Kegiatan yang bersifat proyek itu ditransformasikan menjadi bank di bawah aturan hukum yang khusus dibuat untuk kreasi pemikiran pengentasan masyarakat dari kemiskinan Ketika kita mencoba melihat dalam satu decade terakhir ini, bisnis perbankan konvensional di Indonesia mulai tersaingi dengan kehadiran Bank Syariah. Bank Syariah menawarkan alternative jasa perbankan dengan system imbalan berupa bagi hasil ( profit and loss sharing principle ) atau Profit Margin yaitu keuntungan yang diharapkan oleh Bank Syariah, system ini menerapkan prinsip keadilan antara pihak Bank maupun nasabah. Bermula dari jasa penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dengan prinsip syariah, kini Bank syariah mulai merambah bisnis pembiayaan untuk modal usaha maupun pembayaran yang bersifat konsumtif. Filosofi Model Bank Syariah adalah Credit is fundamental right (Kredit adalah hak bagi setiap orang) untuk mendapatkannya termasuk orang miskin guna memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan dan memenuhi semua keperluan hidupnya dalam hal ini diujutkan dalam benrtuk terciptanya Usaha Kecil Menengah yang berusaha mengobtimalkan sumber daya yang ada
8

dalam masyarakat kecil itu sendiri yang selama ini belum tersentuh oleh langkah Pemerintah. Prinsip Filosofi Dasar Bagi Pengembangan Bank Syariah dalam upaya pengembangan Usaha Kecil Menegah yang ada dalam masyarakat adalah, bantuan yang diberikan tanpa jaminan atau penjamin, target kelompok adalah masyarakat kecil miskin yang kurang mampu yang mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha perekonomiannya serta ketentuan lain yang juga diterapkan adalah jika anggota meninggal dunia, mereka dibebaskan dari pembayaran kredit Dalam menjalankan program pelayanan kredit mikronya, Bank Syariah mengorganisasir masyarakat miskin yang menjadi peminjamnya dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas lima anggota. Tujuannya, memperkuat para peminjam sehingga mereka mempunyai kapasitas untuk merencanakan dan melaksanakan pengambilan keputusan di tingkat mikro. Centre (kumpulan kelompok) juga dibentuk sebagai media penghubung dengan kantor cabang di mana petugas lapangan Bank Syariah harus menghadiri pertemuan centre setiap minggu. Sementara dalam hal penyaluran kredit, tetap diprioritaskan pada kelompok masyarakat yang benar- benar membutuhkan dana untuk menunjang keberhasilan usahanya. Upaya Bank Syariah dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah yang ada dalam masyarakat kita dalam hal pemberian bantuan, Bank Syariah mengfokuskan prioritasnya kepada pemberian kredit tidak didasarkan atas kedermawanan atau belas kasihan, sebab akan menyebabkan terjadinya ketergantungan pada pihak lain. Serta bantuan kredit yang telah diberikan harus dapat menyiapkan persyaratan dan prosedur kredit yang sesuai dengan kondisi masyarakat (fleksibel). Disamping itu bantuan kredit yang diberikan oleh Bank Syariah tidak mensyaratkan adanya agunan atau jaminan anggota. Yang lebih menariknya dari kebijakan Bank Syariah ini dalam upya memberikan bantuan dana kepada masyarakat kecil adalah terkait dengan pengelolaan bantuan kredit itu sendiri harus dilakukan secara terbuka dan profesional dengan berprinsip dari, oleh dan

untuk anggota. Dan juga dalam pelaksanaan programnya, berusaha memanfaatan kelompok-kelompok yang sudah ada di masyarakat sebagai sarana penyalur bantuan kredit. Bagi industri perbankan yang dalam hal ini adalah Perbankan Syariah, proses penyaluran pembiayaan yang mereka lakukan terhadap sektor UKM lebih menguntungkan dibandingkan sektor non UKM. Seba, sektor UKM memiliki ketahanan bisnis lebih kuat. Disamping itu factor pendukung lainnya yang juga akan menguntungkan Perbankan Syariah yaitu terkait dengan pembiayaan UKM yang saat sekarang ini mendapat alokasi bantuan yang besar dari pemerintah terkait dengan pengembangan UKM tersebut, karena alokasi pembiayaan yang cukup besar tersebut lahir dan dipicu oleh keinginan pemerintah agar industri perbankan nasional memiliki kontribusi lebih besar dalam mendorong perkembangan sektorUKM. Beranjak dari semua itu, bahwasanya UKM ini berpotensi cukup besar bagi perkembangan Perbankan Syariah karena bisa kita lihat bersama dengan mengingat kembali dari masa krisis moneter ke pasca krisis moneter, UKM itu terbukti selalu menjadi tulang punggung perekonomian kita. Sektor UKM memiliki daya tahan yang lebih kuat dalam menghadapi krisis, dibandingkan sektor lain. Hanya memang, pemerintah masih kurang memberikan dukungan. Karena itulah bank syariah seharusnya juga masuk ke sana. Kami optimistis, bisnis perbankan syariah, dengan mendukung pengembangan UKM, akan lebih besar dan akan selalu eksist kedepannya.

4. BMT Pemberdayaan Ekonomi Berbasis masjid BMT berbasis masjid (BBM) secara operasional adalah BMT yang proses pendiriannya dibidani dari, oleh, dan untuk takmir masjid. Takmir

masjid mendirikan BMT adalah untuk memberikan contoh pengamalan syariah di bidang mu'amalah sekaligus untuk pemberdayaan ekonomi jemaah masjid. BMT adalah lembaga yang memberikan dukungan terhadap peningkatan
10

kualitas ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah berlandaskan system syarih. Lembaga ini terdiri dari dua bagian yang disebut dengan Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Baitul mal adalah lembaga yang kegiatannya menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sadaqoh. Sedangkan Baitul Tamwil mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil bawah dan mikro diantaranya dengan cara memotivasi kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi. Sedangkan apabila dilihat dari status badan hukumnya, BMT merupakan organisasi keuangan informasl dalam bentuk Kelompok Simpan Pinjam (KSP)

atauKelompok Masyarakat (KSM) (Mohammad, 1989:17-18).

Swadaya

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa BMT adalah lembaga keuangan yang dalam operasionalisasinya menganut system syarih dan fungsi utama yang diharapkan akan dapat membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat bawah karena BMT mempunyai peranan sebagai pengumpul dana bisnis maupun dana ibadah. BMT dapat digambarkan sebagai wadah untuk mengumpulkan harta yang bersumber dari potensi masyarakat, yang kemudian dimanfaatkan dan dikelola sesuai dengan tuntunan syariah, dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan dan memperkuat ekonomi umat. Dengan demikian maka jelas bahwa BMT adalah lembaga keuangan berkarakter syariah. Kegiatannya bertujuan pada penguatan dan pengembangan usaha rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial. Namun demikian, BMT bukanlah semata-mata lembaga sosial, tetapi juga lembaga ekonomi yang dihalalkan untuk mencari profit melalui cara- cara yang tidak bertentangan dengan syariah Islam (TIM Perumus BMT LPM UII, 1995: 1-3).

11

C. Penutup C.1. Kesimpulan Ada berbagai macam pengertian dari pemberdayaan ekonomi ummat dengan gerakan holistic, tapi dari sekian pengertian yang ada dapat diambil sebuah pengertian bahwa pemberdayaan ekonomi ummat dengan gerakan holistis adalah berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi dengan gerakan atau system ekonomi yang menyeluruh. Dengan kata lain, sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi melalui gerakan yang mampu memberikan pelayanan secara utuh, baik secara fisik, mental, social, dan ekonomi secara seimbang. Gerakan yang berperan dalam peberdayaan ekonomi ummat antara lain : Zakat, Infa, Bank Syariah, BMT pemberdayaan ekonomi berbasis masjid. Pertama adalah sistem zakat dalam ekonomi Islam merupakan sebagai garda terdepan sistem fiskal. Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan sekaligus stabilisasi dalam perekonomian. Jika dikelola dengan baik, zakat akan menjadi salah satu solusi dari sasaran akhir perekonomian suatu negara. BAZ merupakan kependekan dari Badan Amil Zakat. Institusi ini sebelumnya biasa disebut dengan BAZIS (Badan Amil Zakat Infaq dan Sadaqah). Sedangkan pengertian BAZIS secara istilah antara lain ditemukan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 1991/47 Tahun 1991 Tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sadaqah. Dalam pasal 1 SKB tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BAZIS merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengelola penerimaan,

12

pengumpulan, penyaluran, dan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah secara berdayaguna dan berhasil guna.

Wakaf uang itu sepintas sama dengan lembaga penghimpun keuangan lain semacam zakat, infak dan sedekah (ZIS). Titik perbedaan wakaf uang dengan lembaga keuangan Islam lain adalah pada uang pokoknya yang akan diinvestasikan terus-menerus, baru kemudian keuntungan investasi itu dipakai untuk mendanai kebutuhan rakyat miskin. Sedangkan pada ZIS uangnya bisa saja langsung dibagi-bagikan kepada pihak-pihak yang berhak. Bank Syariah, Prinsip Filosofi Dasar Bagi Pengembangan Bank Syariah dalam upaya pengembangan Usaha Kecil Menegah yang ada dalam masyarakat adalah, bantuan yang diberikan tanpa jaminan atau penjamin, target kelompok adalah masyarakat kecil miskin yang kurang mampu yang mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha perekonomiannya serta ketentuan lain yang juga diterapkan adalah jika anggota meninggal dunia, mereka dibebaskan dari pembayaran kredit BMT berbasis masjid (BBM) secara operasional adalah BMT yang proses pendiriannya dibidani dari, oleh, dan untuk takmir masjid. Takmir

masjid mendirikan BMT adalah untuk memberikan contoh pengamalan syariah di bidang muamalah sekaligus untuk pemberdayaan ekonomi 13emaah masjid. BMT adalah lembaga yang memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah berlandaskan system syarih. Lembaga ini terdiri dari dua bagian yang disebut dengan Baitul Mal dan Baitul Tamwil. Baitul mal adalah lembaga yang kegiatannya menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sadaqoh. Sedangkan Baitul Tamwil mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil bawah dan mikro diantaranya dengan cara memotivasi kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi. Sedangkan apabila dilihat dari status badan hukumnya, BMT merupakan organisasi keuangan informasl dalam bentuk Kelompok Simpan Pinjam (KSP)

13

atauKelompok Masyarakat (KSM) (Mohammad, 1989:17-18).

Swadaya

Daftar Rujukan

Firdaus, Bank muamalat, (online), (beritaterkini.com/makalah/bank syariah.html), diakses 15 maret 2013. Firdaus Arofah, Pengertian Holistis, (online), (Arofah

Firdaus.blog.com/artikel/pengertian gerakan holistis.html), diakses 10 maret 2013. Hotmatua Daulay dan Mulyanto (ed.), Membangun SDM dan Kapabilitas Teknologi Umat, (Bandung: ISTECS, 2001). H.A.Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Cet.I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) Musa Asyari, Islam Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (Yogyakarta:Lesfi,1997). Rajasa Hata, Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (online),

(ZIS.com/artikel/pemberdayaan ekonomi ummat dengan gerakan holistis.html), diakses 10 maret 2013. Salamah Umi, Bank Syariah dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (online), (kompasiana.com/artikel/pemberdayaan ekonomi ummat.html), diakses 10 maret 2013. Dewantaro Hajar, Pengembangan BMT Berbasis Masjid, (Yogyakarta: AlMarawid, 2005)

14

15

You might also like