You are on page 1of 21

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DAN PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DI INDONESIA

Matakuliah: Teori Akuntansi Disusun Oleh: 1. Teza Lukman Aryes 2. S. Ali Zainal A.A. 3. Gusti Ninna Aulia W. 4. M. Abdi Rahman 5. Akhmadi 6. Dody Chandra Setiawan C1C110253 C1C110235 C1C110009 C1C110015 C1C110011 C1C109113

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu,

pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994. Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain

itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.

2. TUJUAN

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia 2. Untuk mengetahui sejarah perumusan standar akuntansi keuangan (SAK) 3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan munculnya sistem akuntansi internasional

BAB II PEMBAHASAN

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas zaman kolonial dan zaman kemerdekaan.
Sejarah akuntansi membahas mengenai evolusi perkembangan dan pemikiran akuntansi dari periode ke periode, yaitu : A. Akuntansi Zaman Prasejarah B. Akuntansi Islam di Zaman Kenabian C. Akuntani di Zaman Evolusi pembukuan A. Akuntansi zaman Prasejarah Pada zaman ini akuntansi mulai dikenal sejak manusia mengenal uang dan pencatatan. Akuntansi zaman prasejarah ini dibagi menjadi beberapa zaman, yaitu : 1) Zaman Mezopotamia 2) Zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno 3) Zaman Cina 4) Zaman Monorial Inggris 1) Zaman Mezopotamia Zaman mesopotamia ini dikenal juga zaman Babilonia yang terjadi kurang lebih tahun 8000 SM (Richard Mattesich dalam artikelnya yang berjudul Pre-historic Accounting and the problem of Representation). Bentuk pencatatan transaksi dalam bentuk tablet-tablet dari tanah liat yang diberi tanda titik-titik sebagai pengganti tanda angka yang disebut clay. Kemudian kumpulan dari tablet-tablet tersebut disebut clay envelops yang berfungsi untuk

mengungkapkan secara simbolis nilai aset dan transaksi ekonomis. Menurut Orville keister (1986) menyebutkan bahwa untuk mencatat transaksi terdapat 2 macam tablet, yaitu tablet penerimaan dan tablet pengeluaran.

2) Zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno Ini terjadi kira-kira tahun 3600 SM yang merupakan awal periode Yunani dan Romawi, namun pencatatan-pencatatan itu belum dilakukan secara sistematis dan kurang lengkap Pada saat itu berhasil ditemukan catatan tertua yang sampai saat ini masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia. Kemudian pada tahun 1000 SM ditemukan koin sebagai alat pertukaran di Yunani (dikemukakan oleh Kam tahun 1986). Sedangkan di Romawi Kuno ditemukan seorang arsitek yang menilai gedung tidak hanya sebesar cost (harga perolehan) namun harus dikurangi seperdelapannya setiap tahun. Ini berarti pada masa ini sudah mengenal istilah depresiasi. 3) Zaman Cina Pada zaman dinasti Chou (1122 256 SM) akuntansi sudah digunakan sebagai alat untuk membantu perencanaan, pertimbangan ekspansi wilayah, dan juga untuk mengatur negara. Dalam peradaban ini akuntansi dikembangkan menjadi akuntansi pemerintahan.

4) Zaman Manorial di Inggris Zaman Manorial ini terjadi di abad 11 dan 12 yang merupakan zaman berjayanya para tuan tanah di daratan Eropa. Pada zaman ini akuntansi digunakan oleh para tuan tanah digunakan mencatat penerimaan yang diperolah dari pajak rakyat dan mencatat pengeluaran untuk kebutuhan pribadinya. Pada zaman ini sudah mengenai sistem single entry. Yaitu sistem pencatatan yang digunakan sebelum ditemukannya sistem pencatatan double entry.

B. Akuntansi Islam di Zaman Kenabian Sistem pencatatan Islam ini dimulai sejak masa kenabian Muhammad SAW yang lahir tahun 571 M. Akuntansi Islam berkembang berdasarkan sumber utama yang ada di Al Quran Surat Al Baqarah ayat 282, yang kandungan isinya memberikan isyarat akan pentingnya pencatatan akan kegiatan muamalah seperti kegiatan jual-beli, utangpiutang, sewa-menyewa, dan sebagainya.

Peradaban akuntansi Islam ini memberikan pengaruh besar akan perkembangan akuntansi di italia sampai saat sekarang ini. C. Zaman Evolusi Pembukuan Zaman ini mengarah pada pergantian sistem pencatatan dari single entry ke sistem berpasangan atau double entry. Zaman ini dibagi menjadi beberapa tahapan kejadian, yaitu: 1) Lahirnya Tata Buku berpasangan 2) Masa Revolusi Industri 3) Akuntansi di Inggris dan Amerika sebelum tahun 1900 4) Periode setelah tahun 1900 di Amerika 1) Lahirnya Tatabuku Berpasangan Tatabuku berpasangan (double entry bookkeeping) ditemukan dalam catatan seorang pedagang di Genoa, Italia sekitar tahun 1340 yang merupakan titik tolak pengembangan akuntansi. Dalam tatabuku berpasangan pada masa ini mulai dikenal istilah debere (debit) dan creed (kredit). Beberapa konsep yang menjadi ciri tata buku berpasangan, antara lain : Sudah ada konsep kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya. Transaksi dicatat dengan satuan moneter. Sudah mengenal perbedaan antara Capital (modal) dan Income (laba). Pada tahun 1494 publikasi buku pertama yang ditulis oleh Lucas Pacioli yang berjudul Summa de Arithmatica, Geometria, Proportioni et proportionalita. Buku tersebut yang pertama memuat dasar-dasar akuntansi dimana pada bagian buku tersebut terdapat subjudul Tractactus de Computis et Scriptorio, yang membahas secara khusus dasar-dasar akuntansi. Sub judul itu dikembangkan menjadi tulisan yang khusus membahas akuntansi yang diberi judul La Scoula Perfecta de Mercanti dan diterbitkan oleh penerbit Paganini. Karena tulisannya itu, Lucas Pacioli dijuluki bapak Akuntansi. Ciri mendasar sistem akuntansi yang dikemukakan oleh Lucas Pacioli adalah sistem pembukuan bepasangan (double entry ), yaitu pencatatan peristiwa ekonomi dalam dua aspek yaitu debet dan kredit, sehinga diperoleh hasil pencatatan yang

sistematis dan mudah dikontrol. Sistem ini berkembang dan mendasari sistem akuntansi yang dipakai dalam dunia usaha sekarang ini.Pengalaihbahasaan buku Pacioli ke dalam berbagai bahasa merupakan penyumbang bagi penyebaran popularitas metode Italia. 2) Masa Revolusi Industri Pada awal abad 15 kekuatan ekonomi bergeser adri Italia ke Inggris. Sehingga Akuntansi juga berkembang ke wilayah Eropa Barat. Masa Revolusi Industri bermula muncul sekitar tahun 1775. Pada masa itu perekonomian di Eropa dipengaruhi aliran yang disebut Kapitalisme. Dengan adanya aliran kapitalisme yang sangat kuat menyebabkan perkembangan revolusi industri di eropa juga bergerak dengan cepat. Pada masa ini sudah mulai muncul kesadaran akan perlunya cost accounting (akuntansi biaya), munculnya akuntansi untuk depresiasi dan pengaruh income tax (pajak penghasilan) terhadap akuntansi. Dampak revolusi industri pada akuntansi : Meningkatnya kebutuhan akan informasi manajemen mengenai biaya produksi dan biaya yang harus ditetapkan dalam penilaian persediaan, meningkat pula kebutuhan akan sistem akuntansi biaya Sistem pabrik dan produksi massa menyebabkan aktiva tetap mempunyai porsi yang cukup besar dalam proses produksi dan distribusi, sehingga menjadikan konsep penyusutan semakin penting

Dampak revolusi industri pada akuntansi : Sistem pabrik dan produksi massa menyebabkan aktiva tetap mempunyai porsi yang cukup besar dalam proses produksi dan distribusi, sehingga menjadikan konsep penyusutan semakin penting Meningkatnya kebutuhan akan informasi manajemen mengenai biaya produksi dan biaya yang harus ditetapkan dalam penilaian persediaan, meningkat pula kebutuhan akan sistem akuntansi biaya

3) Akuntansi di Inggris dan Amerika Sebelum Tahun 1900 Pada tahun 1853 di kota Edinburgh, Skotlandia berdiri sebuah organisasi akuntansi yang diberi nama Society of Accountants in Edinburgh. Organisasi ini merupakan organisasi akuntansi pertama di Inggris Raya dan bahkan mungkin pertama di dunia. Pada tahun 1844 pemerintah Inggris mengeluarkan Companies Act, Yaitu Undangundang yang mengatur agar setiap direktur perusahaan untuk menyajikan neraca yang sudah diaudit kepada para pemegang saham. Perkembangan akuntansi yang cepat ke seluruh dunia seiring dengan peran kolonialisme Inggris yang mempunyai kantor dagang di seluruh dunia. Sehingga pada tahun 1873 berdiri kantor akuntan Inggris yang bernama Price Waterhouse & Co di Amerika Serikat. Pada tahun 1886 berdiri American Association of Public Accountant (AAPA) yang diperkuat dengan lahirnya UU tahun 1896 tentang gelar Certified Public Accountant (CPA) untuk akuntan di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1917 AAPA berubah nama menjadi American Institute of Accountant (AIA), dan berganti nama lagi menjadi American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) pada tahun 1957 sampai saat sekarang ini.

4) Periode Setelah 1900 di USA Perkembangan akuntansi di USA setelah tahun 1900 dipelopori oleh banyak tokoh, antara lain : W.A. Paton (1922), Sander, Hatfield dan Moore (1938), Gilman (1939) dan Grady (1965).

Perkembangan Akuntansi di Dunia Perkembangan Akuntansi di USA Ada empat fase proses perkembangan akuntansi yang dapat diidentifikasi. Pda fase pertama (1900-1933)manajemen sepenuhnya mengendalikan pemilihan informasi keuangan yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan, pada fase kedua ( 1933-1959) dan fase ketiga (1959-1973) lembaga-lembaga profesional memainkan peranan signifikan dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi, dan pada fase keempat yang berlanjut

sampai sekarang. Financial Accounting Standards Board ( FASB ) dan berbagai kelompok penekan mendorong terjadinya politisasi akuntansi.

a. Fase Kontribusi Manajemen ( 1900-1933 ) Pengaruh manajemen dalam pembentukan prinsip-prinsip akuntansi muncul dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomik yang dominan yang dimainkan oleh korporasi industri setelah 1900. Penyebaran kepemilikan saham memberi peluang bagi manajemen untuk sepenuhnya mengendalikan bentuk dan isi ungkapan akuntansi. Intervensi manajemen dicirikan oleh penyelesaian-penyelesaian yang bersifat ad hoc terhadap masalah-masalah mendesak dan kontroversial. Ketergantungan manajemen menimbulkan konsekuensi-konsekuensi : 1. Dikarenakan ciri pragmatik solusi yang diadopsi, sebagian besar teknik akuntansi tidak memiliki dukungan teoretis. 2. Fokusnya adalah pada penentuan income kena pajak (taxableincome ) dan minimasi pajak income 3. Teknik yang diadopsi didorong oleh keinginan untuk meratakan earning. 4. Masalah-masalah kompleks dihindari dan solusi berdasarkan kebijaksanaan diadopsi. 5. Perusahaan yang berbeda mengadopsi teknik akuntansi yang berbeda untuk masalah yang sama Situasi ini menghasilkan ketidakpuasan selama 1920-an. William Z. Ripley dan J.M.B. Hoxley adalah dua orang yang bersuara keras menuntut adanya peningkatan dalam standar pelaporan keuangan. Adolpin A. Berle dan Gardiner C. Means menunjuk pada kemakmuran korporat dan kekuatan korporasi industri, dan meminta adanya perlindungan bagi investor. Pemain utama pada saat itu adalah asosiasi akuntan profesional, The American Institute of Accountants (AIA ), yang pada tahun 1917 mendirikan Borrad of Examiners untuk membuat ujian CPA yang seragam, da The New Cork Stock Exchange, yang dari tahun 1900 mensyaratkan semua korporasi yang mencatatkan saham untuk mempublikasi laporan keuangan tahunan. Perdebatan teoritis dan kontroversial pada periode tersebut adalah pertanyaan tentang akuntansi untuk cost bunga. Memorandum Diskusi FASB tentang Akuntansi untuk cost Bunga menelusur latar belakang kontroversi bunga sebagai sebuah cost:

Menjelang akhir abad ke sembilanbelas, isu akuntansi untuk bunga muncul sebagai bagian dari kepedulian yang besar terhadap pengembangan cost produk yang realistik sebagai dasar bagi penentuan harga penjualan dan pengukuran efesiensi pemanufakturan. Meningkatnya kompleksitas bisnis, meningkatnya kepercayaan pada mesin-mesin dan kebutuhan akan investasi modal yang besar untuk periode waktu yang panjang meningkatkan jumlah overhead. Dengan demikian, pemasukan overhead dalam cost produk menjadi isu akuntansi utama.

Peristiwa penting lain pada era tersebut adalah pengaruh pajak income bisnis terhadap teori akuntansi. Sementara Revenue Act 1913 menyediakan cara menghitung income kena pajak atas dasar penerimaan dan pembayaran kas, Act 1918 merupakan aturan pertama yang mengakui peran prosedur akuntansi dalam penentuan income kena pajak. Sebagaimana dinyatakan dalam Seksi 212 (b) undang-undang tersebut : Income bersih harus dihitung atas dasar periode akuntansi tahunan pembayar pajak (tahun fiskal atau tahun kalender, tergantung kasusnya) sesuai dengan metode akuntansi yang secara regular digunakan dalam pembukuan pembayar pajak, tetapi jika tidak ada metode akuntansi yang telah digunakan, atau jika metode yang digunakan tidak merefleksikan income, perhitungan harus dibuat atas dasar dan dengan cara menutup pendapat Commissioner yang secara jelas merefleksikan income. Hal tersebut merupakan tahap awal harmonisasi antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan.

b. Fase Kontribusi Institusi ( 1933-1959 ) Fase ini ditandai oleh penciptaan dan peningkatan peran institusi dalam pengembangan prinsip akuntansi. Termasuk di dalamnya adalah pembentukan Securities and Exchange Commission (SEC); persetujuan Prinsip-prinsip umum oleh AIA; dan peran baru Committee on Accounting Procedures. Masing-masing ditelaah di bawah ini 1. Dalam tahun 1934 Kongres membentuk SEC untuk melaksanakan berbagai peraturan investasi federal termasuk Securities Act 1933 yang mengatur tentang

penerbitan sekuritas di pasar antar Negara bagian dan Securities Act 1934 yang mengatur tentang perdagangan sekuritas. Untuk membuat segala sesuatunya jelas, pada 25 April 1938 SEC mengirimkan pesan yang definitif bahwa jika profesi tidak membentuk badan penetapan standar, SEC akan menggunakan mandat tersebut dan mengembangkan prinsip akuntansi. Lihat pernyataan berikut yang nampak dalam Accounting Series Releases (ASR) No.4 : Dalam kasus di mana laporan keuangan yang diserahkan kepada komisi........disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntasni yang tidak memiliki dukungan autoritatif yang substansial, laporan keuangan semacam itu akan dipandang menyesatkan atau tidak akurat walaupun ungkapan yang terkandung dalam sertifikat akuntan atau dalam catatan kaki terhadap laporan material. Dalam kasus di mana ada perbedaan pendapat antara Komisi dan pendaftar tentang prinsip akuntansi yang benar yang harus diikuti, ungkapan akan diterima sebagai pengganti koreksi laporan keuangan itu sendiri hanya jika yang dimasukkan adalah sesuatu yang memiliki dukungan autoritatif yang substansial bagi praktik yang diikuti oleh pendaftar dan posisi Komisi sebelumnya belum pernah dinyatakan dalam aturan, regulasi, atau siaran-siaran resmi komisi, termasuk opini-opini yang dipublikasikan akuntan kepalanya. Hal tersebut merupakan tahap awal bagi peran SEC sebagai pendorong dalam pengembangan prinsip akuntansi di USA.

2. Mengikuti publikasi artikel Zipley yang mengkritik teknik pelaporan sebagai sesuatu yang memperdayakan, Gerorge O. May, orang inggris, mengusulkan agar the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mulai melakukan upaya kerja sama dengan bursa saham. Hasilnya, Komite Khusus AICPA bekerja sama dengan Bursa Saham mengusulkan solusi umum keada Komite NYSE. Sebagai tambahan, Komite mengusulkan upaya formal pertama untuk mengembangkan teknik akuntansi berterima umum. Dikenal dengan prinsip-prinsip dewan May, mencakup :

a. Bahwa akun income seharusnya tidak memasukkan profit yang belum terealisir, dan biaya yang dapat dibebankan pada income seharusnya tidak dibebankan kecuali terhadap profit yang telah terealisir. b. Bahwa surplus modal (tambahan modal disetor) seharusnya tidak dibebankan dengan jumlah yang dapat dibebankan pada income. c. Bahwa surplus yang diperoleh perusahaan anak yang diciptakan sebelum pengambilalihan bukan merupakan bagian dari surplus yang diperoleh perusahaan induk konsolidasi. d. Bahwa dividen atas saham treasuri tidak dapat dikreditkan pada income perusahaan e. Bahwa jumlah tagihan dari pejabat, pegawai, dan perusahaan afiliasian seharusnya tidak ditunjukkan secara terpisah.

3. Setelah penerbitan ASR No.4 oleh SE, yang menantang profesi untuk menyediakan dukungan autoritatif yang substansial bagi prinsip akuntansi yang berterima, dan kritik yang meningkat dari American Accounting Association (AAA) yang baru dibentuk dan anggota-anggotanya, AICPA memutuskan untuk memberdayakan Committee on Accounting Procedure (CAP) pada tahun 1938 untuk menerbitkan pernyataan-pernyataan.

c. Fase Kontribusi Profesional (1959-1973) Ketidakpuasan terhadap CAP dinyatakan oleh presiden AICPA, Alvin R. Jennings, dengan pernyataan seberapa berhasilkah kita dalam mempersempit bidang perbedaan dan inkonsistensi dalam penyiapan dan penyajian informasi keuangan?. Komite Khusus tentang Program Riset yang dibentuk tahun 1957 dan 1958 mengusulkan pembubaran CAP dan departemen risetnya. AICPA menerima rekomendasi tersebut dan dalam tahun 1959 mendirikan the Accounting Principles Board (APB) dan the Accounting Research Division (ARD) dengan untuk memajukan pernyataan tertulis tentang apa yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. ARD memulai dengan publikasi posisi yang disusun dengan cermat yang didasarkan pada penalaran deduktif. APB juga menerbitkan berbagai Opini yang membahas isu-isu kontroversial, hingga mencapai 31 Opini antara tahun 1959-1973. AAA juga berpartisipasi dalam

proses tersebut melalui beberapa riset dan berusaha mengembangkan pernyataan yang terintegrasi tentang teori akuntansi dasar. Upaya-upaya tersebut tidak selalu berhasil.APB diserang dan dikritik karena : Opini yang bersifat ad hoc atau kontroversial, termasuk APB 8 tentang akuntansi pensiun, APB 11 tentang alokasi pajak income, danm APBs 2 dan 4 tentang kredit pajak investasi Kegagalan dalam menyelesaikan masalah akuntasni untuk penggabungan usaha dan goodwill. Kaitan profesi dengan APB yang dicurigai tidak membantu. Intervensi asosiasi dan badan-badan profesional dalam perumusan teori akuntansi dipacu oleh upaya-upaya untuk mengeliminasi teknik-teknik yang tidak diinginkan dan untuk mengkodifikasikan teknik-teknik yang dapat diterima.

d. Fase Politisasi ( 1973-sekarang ) Keterbatasan asosiasi profesional dan manajemen dalam merumuskan teori akuntansi mendorong diadopsinya pendekatan yang lebih deduktif dan politisasi proses penetapan standar-suatu situasi yang diciptakan oleh pandangan yang diterima luas bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi perilaku ekonomik dan,

konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi harus ditetapkan dalam arena politis. Sejak pembentukannya, FASB telah mengadopsi pendekatan deduktif dan kuasi politis untuk merumuskan prinsip-prinsip akuntansi. Perilaku FASB dapat ditandai dengan pertama, adanya upaya untuk mengembangkan kerangka teoretis atau konstitusi akuntansi dan ke dua, timbulnya berbagai kelompok kepentingan, suatu kontribusi yang diperlukan bagi penerimaan umum standar yang baru. Dengan demikian, proses penetapan standar memiliki aspek politis. Proses perumusan standar akuntasni menjadi bersifat politis dengan baik dinyatakan sebuah laporan yang diterbitkan oleh the Senate Subcommittee on Report, Accounting and Management, berjudul The Accounting Establishment. Dikenal dengan Metchalf Report laporan tersebut menyatakan bahwa kantor akuntan delapan besar memonopoli pengauditan korporasi besar dan mengendalikan proses penetapan standar. Hubungan organisasi-organisasi besar memberi kesan bahwa,delapan besar dan AICPA memiliki kendali atas standar akuntansi yang disetujui oleh SEC. Setelah menekankan keharusan pemerintah federal untuk

menjamin bahwa korporasi milik publik dipertanggungjawabkan secara benar kepada publik, laporan membuat rekomendasi berikut yang ditujukan untuk meningkatkan akuntabilitas korporat: 1. Kongres harus lebih sungguh-sungguh memperhatikan kekeliruan praktik

akuntansi yang diumumkan atau disetujui oleh pemerintah federal. 2. Pemerintah federal harus menetapkan standar akuntansi keuangan bagi korporasi yang dimiliki publik. 3. Pemerintah federal harus menetapkan standar pengauditan yang digunakan oleh auditor independen untuk mensertifikasi akurasi laporan keuangan korporat dan catatan-catatan pendukung. 4. Pemerintah federal harus secara periodik memeriksa pekerjaan auditor

independen bagi korporasi yang dimiliki publik. 5. Pemerintah federal harus menetapkan standar akuntansi keuangan, standar akuntansi kos, standar pengauditan, dan praktik-praktik akuntansi lainnya dalam memenuhi keterbukaan pada publik. 6. SEC harus memperlakukan semua auditor independen sederajat dalam

pendisiplinan dan penegakan peraturan pasar modal federal. 7. Keanggotaan Cost Accounting Standards Borrad hendaknya tidak didominasi oleh wakil-wakil industri dan cantor akuntan yang mungkin memiliki kepentingan tersembunyi terhadap estndar yang ditetapkan dewan. 8. Pegawai federal seharusnya tidak menjadi anggota komite AICPA atau organisasi serupa

Standar Akuntansi Indonesia Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yaitu wadah wadah organisasi profesi akuntansi di Indonesia, berdiri di Jakarta pada tanggal 23 Desember 1957. IAI berhasil menyusun dan menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud antara lain: menghimpun prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana bagi terbentuknya pasar uang dan modal di Indonesia pada waktu itu, laporan keuangan dari perusahaan yang akan go public, harus disusun atas dasar prinsip-prinsip akuntansi tersebut.

Pendidikan Akuntansi Sebelum dikeluarkannya UU No. 34/1954 tentang Gelar Akuntan , semua orang dapat menyatakan dirinya selaku akuntan dan memakai gelar akuntan. Dengan dikeluarkannya UU tersebut maka pemerintah mengatur mereka yang berhak memakai gelar akuntan hanyalah mereka yang lulus dari Fakultas Ekonomi Negeri Jurusan Akuntansi dan Swasta yang disamakan, diatur oleh panitia Persamaan Ijasah Akuntan. Dengan semakin banyaknya fakultas ekonomi swasta maka pemerintah bersama IAI mengatur pelaksanaan Ujian Negara Akuntan. Pelaksanaan ujian ini terus dibenahi sampai pada akhirnya lulusan negeri dan swasta diwajibkan harus mengikuti ujian yang sama jika ingin mendapatkan gelar akuntan.

SEJARAH PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Dirumuskan oleh satu-satunya organisasi profesi akuntansi di Indonesia yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri pada tanggal 23 Desember 1957.

Terdapat 3 (tiga) tonggak utama sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia, yaitu : Tahun 1973 menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia, dengan mengkodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) Tahun 1984 Komite PAI melakukan revisi secara mendasar atas PAI 1973 dan mengkodifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Tahun 1994 Komite PAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan mengkodifikasikannya dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berlaku per 1 Oktober 1994

Sejak 1994, IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan Standar Akuntansi Internasional (pengaruh globalisasi) Sejak 1994, IAI juga terus melakukan penyempurnaan standar yang ada serta penambahan standar baru dan interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.

Dalam

perkembangannya,

standar

akuntansi

keuangan

terus

direvisi

secara

berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Sejak 1994 proses revisi SAK dilakukan sebanyak 6 (enam) kali sbb.: 1 Oktober 1995 1 Juni 1996

1 Juni 1999 1 April 2002 1 Oktober 2004 Buku Standar Akuntansi Keuangan 1 Oktober 2004 yang juga memuat : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah SAK 1 Oktober 2004 berisi: o o 59 PSAK beserta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang melandasinya. 7 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)

1 September 2007 Buku Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Buku Standar Akuntansi Keuangan 1 Oktober 2004 yang juga memuat : a. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah b. 59 PSAK beserta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang melandasinya. c. 7 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Badan Penyusun Standar Akuntansi : 1973 : Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS 1974 1994 : Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (4 periode kepengurusan IAI) 1994 : Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK) Pada Kongres ke 8 IAI tgl 23-24 Sept 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberi otonomi

khusus untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Sebagai pelaksanaan keputusan Kongres ke 8, juga dibentuk Dewan Konsultatif SAK yang anggotanya berasal dari lingkungan profesi akuntan dan non akuntan sebagai representasi users.

Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia. Due Process Prosedur penyusunan SAK: 1. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut ; Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar; Konsultasikan issue dengan DKSAK; Membentuk tim kecil dalam DSAK; Melakukan riset terbatas; Melakukan penulisan awal draft; Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK; Pembahasan dalam DSAK; Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan pertimbangan dampak penerapan standar; Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya; Public hearing; Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing; Limited hearing Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK; Pengecekan akhir;

Sosialisasi standar.

2.

Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi SAK

dan Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process yang diatur dalam ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.

3.

Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang

sudah tidak relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas diganti menjadi: Persetujuan pencabutan standar atau interpretasi.

Kebijakan DSAK : Mendukung program harmonisasi dan konvergensi yang diprakarsai oleh International Accounting Standards Board (IASB) menyelaraskan PSAK dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) Dalam menyusun SAK, mengacu pada IFRS dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan usaha di Indonesia Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan dengan berpedoman pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, kondisi lingkungan usaha di Indonesia., dan standar akuntansi yang berlaku di negara lain.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/03/pengertian-standar-akuntansi-keuangan.html

http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/index.php?id=2
http://dicilala.blogspot.com/2012/01/sejarah-perumusan-standar-akuntansi.html

http://edhane.wordpress.com/2010/04/01/sejarah-sak/

http://kk.mercubuana.ac.id/files/32015-1-910951583157.doc

You might also like