You are on page 1of 12

Avometer Avometer asal kata dari AVO dan meter. Artinya, A ampere untuk mengukur arus listrik.

V voltase buat ukur voltase atau tegangan. O untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran, maka itu disebut avometer. Ada empat tulisan besar bertuliskan DCV, ACV, DCma dan OHM. Pertama, DCV fungsinya untuk mengukur voltase arus searah. Contohnya, baterai atau aki. Berikutnya, ACV. Sisi yang ini, digunakan jika ingin mengukur arus listrik bolakbalik. Huruf besar ketiga, OHM. Bagian ini berfungsi untuk mengukur tahanan. Terakhir, Dcma. Sisi yang ini, berfungsi untuk mengukur ampere. 2.2 Fungsi & Pengertian Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter 1. Amperemeter / Ampere Meter Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt. Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya. 2. Voltmeter / Volt Meter Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat.

Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnetik tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi. 3. Ohmmeter / Ohm Meter Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm. 2.3 Jenis Avometer Avometer atau multimeter merupakan alat ukur yang sangat berguna dalam membuat pekerjaan kita menjadi mudah, dengan mengenal pasti kerusakan, tahanan, arus, maupun tegangan. Multimeter dibagi menjadi dua yaitu : A. Analog Multimeter analog menggunakan tampilan dengan penunjukkan jarum ke range-range yang kita ukur dengan probe. Multimeter ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus (mA). Di pasaran banyak sekali berbagai macam merk yang beredar dari multimeter analog ini. Multimeter analog mempunyai keuntungan karena harganya yang lebih murah dan biasanya multimeter.

analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran. Atau juga digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.

B. Digital Multimeter digital atau Digital Multimeter hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital mempunyai bacaan ujiannya lebih tepat jika dibanding dengan multimeter analog, sehingga multimeter digital dikhususkan untuk mengukur suatu besaran nilai tertentu dari sebuah komponen secara mendetail sesuai dengan besaran yang diinginkan. Multimeter digital mempunyai keuntungan pada ketelitian pengukuran, biasanya sampai 3-6 angka di belakang 6 koma. Tetapi mempunyai kekurangan yaitu pada harga belinya yang lebih mahal.

Maka sebagai pemula dalam elektronika, saya sarankan memakai dahulu multimeter analog. Karena sebagai elektronik-holik maka teman dalam mengerjakan tugas adalah multimeter.

Bagian bagian Avometer

1. Papan skala 2. Jarum penunjuk 3. Tombol pengatur jarum penunjuk nol 4. Pemutar jarum 5. Zero ohm ajusment 6. LED indicator 7. Selektor putar 8. Lubang probe hitam 9. Lubang probe merah

Keterangan : Meter korektor berguna untuk menyetel jarum AVO-meter ke arah nol, saat mau dipergunakan.

1. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan batas ukur yang dipergunakan. Saklar putar (range selesctor switch ini merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVOmeter.

2. Terminal + dan Com terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt, DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam) 3. Pointer (jarum Meter) adalah jarum meter adalh sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri yang menunjukkan besaran/nilai. 4. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. 5. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter. 6. Zero Adjusment adalah pengatur/penepat jarum pada kedudukan nol ketika menggunakan Ohmmeter. 7. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan alat ukur. 8. Kotak Meter, adalah Kotak/tempat meletakkan komponen-komponen Avometer. Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu VOLTMETER untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini dibagi atas, misal 0-10 V, 0 50 V, 0 250 V, 0 500 V, 0 1000 V. Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur OHMMETER yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik buruknya alat-alat dalam pesawat. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal : x1, x10, x100, x 1K, x 10K. Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (DIRECT CURRENT VOLT) yang merupakan bagian dari VOLTMETER, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk untuk mengukur tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10 V, 0 50 V, 0 250 V, 0 500 V, 0 1000 V.

Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0 10 V. Bila di atas 12 Volt dan di bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0 50 V. Jika di atas 50 Volt di bawah 250 Volt digunakan batas ukur 0 250 V. Bila di atas 250V dibawah 500V digunakan batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V dan di bawah 1000V digunakan batas ukur 0 1000 V. Jika lebih dari itu maka tidak boleh menggunakan Volt meter secara langsung. Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur besarnya kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0 0,25 mA, 0 25 mA, 0 500 mA. Bila menggunakan alat ukur ini pertama-tama letakkanlah saklar pada batas ukur yang terbesar/tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur yang digunakan selalu lebih tinggi dari arus yang kita ukur. Catatan : 1. Setiap kali menggunakan AVO-meter harus memperhatikan batas ukur alat tersebut. Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar daripada yang hendak di ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur AVO-meter dapat mengakibatkan kerusakan. 2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, jangan dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter tidak boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik baik DC maupun AC Volt karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi pemakaian alat ukur harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut 3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka0 pada skala DcmA, DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan. 2.5 Cara Mengukur 1. Cara mengukur Tegangan DC 1) Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan DC (V=)

2) Asas Pilihlah batas ukur (1.5, 5, 10, 50, 150, 500). Dimana harus dipilih batas yang sama atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Misalkan tegangan yang akan diukur 6.5 V, maka batas ukur yang harus dipilih adalah 10V. Tidak boleh memilih batas yang lebih 10 kecil, karena jarum penunjuk akan bergerak melewati batas maksimum dan dapat merusak moving coil. 3) Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan, kabel merah disambungkan kepada bagian positif dan kabel hitan disambungkan pada bagian negative. Cara pemasangan seperti itu disebut hubungan pararel. Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka meter akan bergerak kekiri 4) Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk berhenti. Cara yang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus dimana jarum harus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin pemantul, agar tidak terjadi kesalahan baca (parallax).

2. Mengukur Tegangan AC 1) Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan AC (V) 2) Pilihlah batas ukur (1, 3, 10, 30, 100 at au 300). Batas ukur yang dipilih harus yang sama atau lebih b esar dari tegangan yang akan diukur, Misalkan tegangan yang akan diukur 220V, maka batas ukur yang harus dipilih adalah 300V.Tidak boleh memilih batas yang lebih kecil, karena jarum penu njuk akan bergerak melewati batas maksimum dan dapat merusak moving coil.

3) Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan secara Pararel. Untuk tegangan AC kabel merah dan hit an dapat bebas 11 disambungkan kepada sumber tegangan positif atau negative, karena tegangan AC tidak mempunyai polaritas. 4) Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk berhenti. Cara yang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus dimana jarum harus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin pemantul, agar tidak terjadi kesalahan baca (parallax). 3. Cara Mengukur Arus DC Cara mengukur arus agak berbeda dengan mengukur tegangan, dimana rangkaian untuk mengukur arus dipasang dengan cara seri dengan beban. Beban dapat berupa resistor, lampu atau lainnya. a. Atur selector pada posisi Arus DC ( A=) b. Atur posisi selector pada posisi batas ukur yang lebih tinggi dari arus yang akan diukur, batas ukur dapat dipilih yang paling tinggi agar tidak merusak meter. Pengaruh pemilihan batas ukur yang terlalu jauh dari arus yang akan diukur hanya mengakibatkan pembacaan yang kurang akurat. c. Hubungkan kabel secara seri dengan beban. Beban dapat diseri pada kabel negative atau pada kabel positif (sesuai gambar). Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka meter akan bergerak kekiri. d. Baca penunjukan arus pada papan skala arus DC (A=) sesuai posisi jarum.

4. Mengukur Resistansi Gunanya mengukur resistansi adalah untuk mengetahui kondisi suatu komponen dalam keadaan rusak atau baik, serta untuk menentukan berapakah besar nilai Resistansinya. Misalkan sebuah resistor mempunyai kode warna : coklat, hitam, merah dan toleransi emas artinya resistor tersebut mempunyai nilai resistansi sebesar 1000 ohm dengan toleransi 5%, maksudnya resistor tersebut masih dikatakan baik bila setelah diukur nilainya masih diantara +/- 5% dari 1000 ohm, atau antara 950 sampai 1050 ohm.

Cara mengukurnya sebagai berikut : a. Atur selector switch pada posisi ohm b. Pilih batas ukur (range) apakah : x1, x10, x100, atau x1000 (sesuaikan dengan nilai resistor) c. As Terlebih dahulu, hubung singkat kabel penyidik agar jarum meter bergerak kearah

kekanan dan dapat diatur supaya menunjukkan pada skala maksimum dengan memutar tombol Zero Adjust, maksudnya agar pembacaan meter dapat / sesuai dengan skala dan range yang dipakai. d. Mulailah mengukur resistor dengan menghubungkan kabel penyidik pada ke dua kaki resistor secara pararel, dengan mengabaikan warna kabel e. Baca papan skala sesuai dimana jarum meter berhenti, dan kalikan pembacaan dengan batas ukur. Misalnya jarum menunjukkan pada skala 10 dan batas ukur menggunakan x 100, maka nilai resistor tersebut adalam 1000 ohm

5. Menguji Kapasitor / Kondensator Sebelumnya muatan kondensator didischarge. Dengan jangkah pada OHM, tempelkan penyidik merah pada kutub POS dan hitam pada MIN.

Bila jarum menyimpang ke KANAN dan kemudian secara berangsur-angsur kembali ke KIRI, berarti kondensator baik. Bila jarum tidak bergerak, kondensator putus dan bila jarum mentok ke kanan dan tidak balik, kemungkinan kondensator bocor. Untuk menguji elco 10 F jangkah pada x10 k atau 1 k. Untuk kapasitas sampai 100 F jangkah pada x100, di atas 1000 F, jangkah x1 dan menguji kondensator non elektrolit jangkah pada x10 k. Menguji Hubungan Pada Circuit / Rangkaian Suatu circuit atau bias juga kumparan trafo diperiksa resistansinya, dan koneksi baik bila resistansinya menunjukkan angka NOL.

You might also like