You are on page 1of 96

USULAN KEGIATAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

AFRODITA INDAYANA

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

PERENCANAAN EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

AFRODITA INDAYANA

Proposal Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat melaksanakan Tugas Akhir (TA) pada Program Keahlian Ekowisata

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Judul Nama NIM Program Keahlian

: Perencanaan Ekowisata Goa, di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat : Afrodita Indayana : J3B110049 : Ekowisata

Disetujui,

Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc.F Dosen Pembimbing

Diketahui,

Helianthi Dewi, S.Hut, M.Sc.


Koordinator Program Keahlian Ekowisata

Tanggal Pengesahan

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun usulan Tugas Akhir ini dengan judul Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Tugas Akhir merupakan salah satu studi yang diselenggarakan oleh Program Keahlian Ekowisata, Program Diploma Institut Pertanian Bogor dan wajib diikuti oleh setiap mahasiswa Ekowisata selama 45 hari efektif. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali potensi wisata goa yang terdapat di Kabupaten Tasikmalaya sehingga kemudian dapat dirancang menjadi sebuah destinasi Ekowisata Goa. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan proposal ini. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang datang. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, akademisi, masyarakat luas serta dunia keilmuan dan digunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat D. Sasaran E. Output F. Tahapan Pelaksanaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata dan Ekowisata B. Wisatawan C. Motivasi dan Persepsi D. Kawasan Karst dan Goa 1. Pengertian Kawasan Karst dan Goa 2. Kode Etik dan Moral Penelusur Goa 3. Kondisi fisik Goa 4. Klasifikasi Goa 5. Fungsi Goa 6. Ornamen Goa 7. Klasifikasi Fauna Goa D. Wisata Goa E. Masyarakat F. Program Wisata G. Perencanaan Wisata I. Media Promosi Audio Visual III. KONDISI UMUM A. Letak dan Luas Kawasan B. Kawasan 1. Topografi 2. Iklim dan Curah Hujan 3. Hidrologi C. Kondisi Biotik Kawasan 1. Keanekaragaman Flora 2. Keanekaragaman Fauna D. Kondisi Sosial Masyarakat E. Potensi Wisata 1. Potensi wisata goa 2. Potensi Wisata Lain F. Aksesibilitas 1. Kendaraan Pribadi 2. Bus atau Kendaraan Umum Lainnya i I ii II iii IV iv V v VI vi 7 7 8 9 9 9 9 12 12 14 15 15 16 17 19 20 23 23 23 24 27 28 28 29 29 39 39 40 40 41 42 42 42 44 44 46 46 47 50 51 51

ii

3. Kereta Api IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi danWaktu B. Alat dan Bahan C. Jenis Data 1. Data primer 2. Data sekunder D. Metode Pengambilan Data 1. Metode Pengamatan dan Pengukuran Kondisi Fisik Goa 2. Masyarakat 3. Wisatawan 4. Pengelola E. Metode Analisis Data 1. Suhu dan kelembaban udara 2. Pengukuran debit air sungai F. Metode Pembuatan Output Media Promosi G. Kerangka Pemikiran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

51 52 52 52 53 53 54 55 55 58 58 59 59 60 60 61 63 64 68

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan Gambar 2. Peta Kawasan Kabupaten Tasikmalaya Gambar 3. Perbukitan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya Gambar 4. Flora Mendongdi Kabupaten Tasikmalaya Gambar 5. Hasil kerajinan tumbuhan mendong Gambar 6.Potensi fauna penyu hijau Gambar 7. Goa Safarwadi Gambar 8. Obyek Wisata Kampung Naga Di Kabupaten Tasikmalaya Gambar 9. Pusat Kerajinan Rajapolah Di Kabupaten Tasikmalaya Gambar 10. Gunung Galunggung Di Kabupaten Tasikmalaya Gambar 11. Pemetaan goa dengan menggunakan metode forward Gambar 12. Pengukuran debit air sungai menggunakan metode pingpong Gambar 13. Kerangka Berfikir

11 39 41 43 43 44 46 48 49 50 57 57 63

iv

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi Goa berdasarkan akses masyarakat 2. Klasifikasi Goa berdasarkan kandungan isi 3.Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya 4. Klasifikasi Goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya 5. Rencana Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir 6. Alat yang digunakan 7. Data Primer 8. Data Sekunder 9. Parameter penilaian derajat kesulitan goa Ko ( 2001)

20 21 21 22 52 52 54 55 56

DAFTAR LAMPIRAN
1. KUESIONER ACCESSOR 2. KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG 3. KUESIONER MASYARAKAT 4. TALLY SHEET PENGUKURAN DAN PEMETAAN 5. TALLY SHEET DAYA DUKUNG 6. JURNAL KEGIATAN HARIAN 69 74 78 91 92 93

vi

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Perkembangan paradigma pariwisata pada saat ini tidak hanya terfokus pada

sebuah produk wisata yang bersifat mass tourism concept, namun berkembangnya berbagai minat wisata ke suatu destinasi yang masih alami dengan berbagai karakteristik perjalanannya, merupakan preferensi baru dalam hal permintaan wisata. Kesadaran akan pentingnya pertimbangan aspek ekologi, sosial budaya dan perkembangan perekonomian pariwisata yang berkelanjutan dan terintegrasi, sejauh ini telah mempengaruhi dinamika permintaan pasar pariwisata. Pengaruh tersebut secara refleks juga telah mempengaruhi munculnya berbagai penawaran wisata yang sedang berkembang. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kawasan karst dengan goa sebagai salah satu ciri khasnya. Seiring dengan berkembangnya wisata yang bersifat back to nature, goa masih menyimpan banyak potensi yang dapat digali, sehingga dapat dijadikan sebagai destinasi wisata. Kawasan karst merupakan salah satu bentang alam yang terdapat di Indonesia, yang memiliki ciri hidrologi serta bentukan alam yang khas dan disebabkan oleh adanya perpaduan antara tingginya tingkat pelarutan batuan serta porositas sekunder (Ford dan Wiliams 1989 dalam Sunkar 2007). Karakteristik goa yang unik dan berbeda dari ekosistem lain, membuat goa mempunyai nilai penawaran dan permintaan tersendiri terkait kegiatan ekowisata. Goa dalam pengertian sederhana merupakan suatu bentukan lorong alamiah dibawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia yang terbentuk dari batuan gamping atau batuan vulkanik (Gema 2004). Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek goa yaitu kegiatan penulusuran goa (caving). Potensi goa yang banyak tersebar di Indonesia, salah satunya terletak di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi sumberdaya alam goa lebih dari 11 goa yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Keberadaan goa tersebut sangat

berpotensi menjadi sebuah daya tarik ekowisata jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, dan terintegrasi. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di obyek wisata goa di Kabupaten Tasikmalaya antara lain penelusuran goa (Caving), melihat ekosistem fauna goa ataupun melihat ornamen goa seperti stalaktit (batangan kapur yang terdapat pada langit goa) dan stalagmite (susunan batu kapur yang terdapat di lantai goa), dan berziarah. Potensi sumberdaya alam pada beberapa goa sangat kental dengan tradisi atau budaya sosial masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya pada dasarnya dapat menjadi modal dasar dalam sebuah perencanaan ekowisata goa. Kegiatan wisata goa yang beresiko pada rusaknya ekosistem alami goa merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah kegiatan wisata goa. Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir merupakan kegiatan mengaplikasikan atau mengimplementasi ilmu ekowisata dengan output berupa program dan paket wisata serta media promosi dalam bentuk audio visual. Adanya perencanaan Ekowisata Goa tersebut dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan harmonisasi perilaku masyarakat dan instansi terkait dalam menjaga dan menghargai alam beserta kebudayaan sekitar. B. Tujuan Pelaksanaan Tugas Akhir memiliki empat tujuan. Tujuan yang diharapkan dari Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah: 1. Mengetahui potensi wisata goa yang ada di Kabupaten Tasikmalaya menjadi obyek perencanaan Ekowisata Goa. 2. Mengetahui karakteristik, persepsi, dan kesiapan masyarakat terhadap perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya. 3. Mengetahui karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di Kabupaten Tasikmalaya. 4. Merancang program Ekowisata Goa dan output berupa media promosi dalam bentuk produk audio visual tentang Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya.

C.

Manfaat Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi setiap orang,

baik bagi penulis, pembaca, dan masyarakat setempat. Manfaat dari perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah: 1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai potensi wisata goa di Kabupaten Tasikmalaya. 2. Dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya perencanaan Ekowisata Goa yang efektif. 3. Dapat membangun kesadaran bersama tentang pemahaman pentingnya menjaga harmonisasi alam dan budaya. 4. D. Meningkatkan aktivitas masyarakat menuju lebih baik dan kreatif. Sasaran Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah semua kalangan terutama masyarakat sekitar kawasan goa di Kabupaten Tasikmalaya. Sasaran yang dicapai adalah agar terwujudnya masyarakat sadar wisata dan sadar pelestarian goa dikawasan sekitar goa. E. Output Output yang akan direncanakan dalam Perencanaan Program Ekowisata Goa ini adalah berupa media promosi dalam bentuk audio visual untuk program ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya. Media promosi dalam bentuk Audio Visual ini berisi berbagai gambar, video dan informasi ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya. F. Tahapan Pelaksanaan Tahapan pengerjaan dari kegiatan Tugas Akhir terdiri dari empat tahap. Pada tahap pertama akan dilakukan persiapan dengan melakukan studi literatur untuk menentukan problem statment dan variable essensial beserta parameter yang akan digunakan pada tahapan pengerjaan. Berlanjut pada tahap kedua mengenai program

10

berupa inventarisasi dari setiap variabel essensial dan parameter dengan membagi dalam langkah observasi, kuisioner, studi literatur dan dokumentasi terhadap objek wisata yang terdapat pada setiap goa di Kabupaten Tasikmalaya. Langkah selanjutnya adalah menghasilkan data yang berkaitan dengan parameter dari setiap essensial. Data parameter tersebut terdiri dari aspek sumberdaya goa,

aksesibilitas, keamanan, Fasilitas, karakteristik masyarakat, kesiapan masyarakat, persepsi masyarakat, karakteristik pengelola, persepsi pengelola, kesiapan pengelola, penilaian obyek oleh pengelola. Tahapan berikutnya adalah analisis yang berada pada tahap tiga. Pada tahap ini, data yang telah diperoleh dari parameter essensial akan dianalisis dengan pendeskripsian data secara kualitatif dan kuantitatif agar mengetahui potensi sumberdaya perencanaan ekowisata goa pada Kabupaten Tasikmalaya. Hasil dari sumberdaya potensial yang telah ditentukan kemudian dilakukan penilaian berdasarkan indikator penilaian sehingga menghasilkan sumberdaya potensial yang menjadi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Tahap ini terdiri dari sintesis, konsep dan perencanaan. Tahap sintesis dimulai dengan melakukan penilaian terhadap potensial ekowisata menggunakan indikator (Avenzora, 2008) untuk menghasilkan sumberdaya ekowisata goa yang dapat dilakukan pada Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penilaian dari sumberdaya ekowisata bertujuan untuk dapat merancang konsep Ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya yang terbagi dalam tiga program wisata yang terdiri dari program harian, mingguan dan

tahunan. Tahapan terakhir adalah pelaksanaan terhadap perencanaan dengan melakukan penentuan opsi opsi program, paket wisata dan rancangan output media promosi. Hasil rancangan tersebut kini menjadi sebuah program wisata terpilih berdasarkan output media promosi sehingga tahapan tersebut akan dilanjutkan dengan mendesain output berupa media terpilih audio visual. Tahapan pelaksanaan Tugas Akhir disajikan pada Gambar 1.

11

PERSIAPAN

Studi Literatur

- Penentuan problem statment - Penentuan variabel essensial dan parameter

Tahap 1

INVENTARISASI

Observasi

Kuesioner

Studi Literatur

Dokumentasi

Data Parameter
- Aspek Sumberdaya Goa, Aksesibilitas, Keamanan, Fasilitas - AspekMasyarakat - Aspek Pengelola

Tahap 2

ANALISIS
Pendeskripsian Data Secara Kualitatif

Pendeskripsian Data Secara Kuantitatif

Potensi Sumberdaya Ekowisata

Tahap 3

SINTESIS
Penilaian Sumberdaya potensial ekowisata menggunakan penilaian indikator (Avenzora, 2008)

KONSEP Ekowisata Goa


Program Wisata

PERENCANAAN
Penentuan opsi opsi program wisata dan rancangan output media promosi

Sumberdaya Ekowisata yang digunakan

- Harian - Mingguan - Tahunan

Program wisata terpilih dan rancangan output media promosi

Tahap 4

Gambar 1 Tahapan Pelaksanaan

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pariwisata dan Ekowisata Suwantoro (2004) mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu proses

berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan tertentu dan bukan untuk melakukan kegiatan untuk mencari nafkah atau menghasilkan upah. Selain itu Suwantoro (2004) juga menjelaskan bahwa dorongan dari kegiatan ini dikarenakan berbagai kepentingan seperti kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun hanya untuk sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, dan belajar. Soekadijo (2000) mengatakan bahwa pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Maksudnya adalah apabila kegiatan tersebut tidak mendatangkan wisatawan, maka semua kegiatan itu dianggap gagal karena tanpa adanya wisatawan semua kegiatan pembangunan dan pemugaran obyek-obyek wisata kebudayaan, pembangunan hotel, persediaan angkutan dan sebagainya itu tidak memiliki makna kepariwisataan. Sebaliknya, begitu wisatawan yang mengunjungi obyek-obyek tersebut, memanfaatkan fasilitas hotel dan angkutan, maka semua kegiatan itu mendapat arti dari kepariwisataan tersebut. Muljadi (2009) menjelaskan bahwa wisata merupakan suatu aktivitas

perubahan tempat secara sementara yang dilakukan oleh sesorang dengan berbagai alasan selain melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan upah atau gaji. Suwantoro (2004) membagi wisata apabila dilihat dari segi maksud dan tujuannya dibedakan menjadi: 1. Holiday Tour (wisata liburan), perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri. 2. Familiarization Tour (wisata pengenalan), perjalanan anjangsana yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitannya dengan pekerjaannya.

13

3. Educational Tour (wisata pendidikan), suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini disebut juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungan pengetahuan. 4. Scientific Tour (wisata pengetahuan), perjalanan wisata yang tujuan pokoknya untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadp sesuatu bidang ilmu pengetahuan. 5. Pileimage Tour (wisata keagamaan), perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan. 6. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus, seperti misi dagang. 7. Hunting Tour (wisata perburuan), suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang di ijinkan oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata. Pengertian ekowisata yang beragam dipaparkan oleh para ahli diantaranya adalah Brandon (1996) dalam Avenzora (2008) yang mengatakan bahwa ekowisata merupakan kegiatan pengusahaan wisata yang memberikan manfaat sebagai sumber pendapatan kawasan konservasi, perbaikan ekonomi dalam perlindungan kawasan konservasi, sebagai alternatif mata pencaharian masyarakat lokal untuk mengurangi pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebih, sebagai pilihan dalam mempromosikan konservasi, sebagai dorongan dalam upaya konservasi yang khusus. Western (1995) dalam Avenzora (2008) menjelaskan ekowisata adalah hal tentang menciptakan dan memuaskan suatu keinginan terhadap alam, tentang mengeksploitasi wisata untuk konservasi, pembangunan dan mencegah dampak negatif terhadap ekologi, kebudayaan dan keindahan. Avenzora (2008) menyimpulkan dari pendapat para ahli bahwa pola pendefinisian adalah berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai dari konsep yang ditawarkan, berorientasi pada sumberdaya wisata yang digunakan dan berorientasi pada bentuk-bentuk kegiatan wisata yang diselenggarakan. Avenzora (2008) mendefinisikan ekowisata sebagai jiwa dari seluruh aktivitas wisata dan ada tiga pilar yang didalamnya mencakup tiga aspek tersebut

14

yaitu pilar ekologi, pilar ekonomi dan pilar sosial budaya.

Nugroho (2011)

mendefinisikan ekowisata sebagai suatu kegiatan wisata yang dikemas secara profesional, terlatih dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor atau usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. B. Wisatawan Soekadijo (2000) mengemukakan wisatawan adalah orang yang

mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, kemudian Suwantoro (2004) juga menjelaskan wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Suwantoro (2004) kemudian mengemukakan bahwa

syarat-syarat menjadi seorang wisatawan yaitu: 1. Memiliki tanda bukti diri, disebut sebagai passport yang dikeluarkan oleh pejabat negara dimana wisatawan tersebut berdomisili atau menetap. 2. Memiliki ijin untuk meninggalkan negaranya dan bepergian ke luar negeri atau disebut sebagai ijin keluar. 3. Memiliki surat ijin untuk memasuki negara tujuan wisata dan tinggal di negara tersebut. Surat ini disebut sebagai visa yang dikeluarkan oleh pejabat kedutaan atau kantor perwakilan negara yang akan dikunjungi. 4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit tertentu yang ditunjukan dengan kartu bukti kesehatan yang disebut sebagai kartu kuning. Ketentuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada penduduk dari bahaya penularan penyakit yang dibawa wisatawan. 5. Tiba di wilayah lintas batas dua negara, wisatawan tersebut akan diperiksa oleh petugas Bea Cukai di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan pos-pos penjagaan perbatasan, baik di negara asalnya maupun di negara tujuannya.

15

C.

Motivasi dan Persepsi Fahmi (2011) menjelaskan motivasi merupakan aktivitas perilaku yang

bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Chung & Meggison dalam Fahmi (2011) merumuskan bahwa motivasi sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang

dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, serta berkaitan erat dengan kepuasan dan performansi pekerjaan. Hariandja dkk (2007) mendefinisikan

bahwa motivasi merupakan tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku tertentu sehingga motivasi sering diartikan sebagai keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang. Sunaryo (2004) mengutarakan bahwa persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu. Persepsi proses internal yang dilakukan memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Persepsi merupakan suatu cara untuk mengubah energienergi fisik lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna (Mulyana, 2006). D. Kawasan Karst dan Goa Perencanaan sebuah ekowisata goa merupakan sebuah pemanfaatkan obyek goa sebagai salah satu kawasan karst menjadi suatu destinasi wisata. Pengenalan kawasan karst dan goa merupakan salah satu hal vital sebelum perencanaan dilakukan. Pengenalan kawasan karst dan goa meliputi Pengertian kawasan karst dan goa, kode etik dan moral penelusur goa, kondisi fisik goa, klasifikasi goa, fungsi goa, ornamen goa, fungsi goa, ornamen goa, serta klasifikasi fauna yang hidup di goa.

16

1.

Pengertian Kawasan Karst dan Goa Samodra (2001) mengemukakan bahwa karst mengandung makna sebagai

suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat (batu gamping dan dolomite). Bentang alam tersebut baik berkelompok maupun

tunggal dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan (kartisifikasi) yang derajatnya lebih tinggi disbanding kawasan batuan lainnya. Karst saat ini

didefinisikan sebagai daerah yang memiliki bentang alam dan pola hidrologi khusus yang terbentuk dari kombinasi sifat batuan yang memiliki tingkat kelarutan tinggi serta porositas sekunder yang berkembang dengan baik (Ford & William, 2007). Bentang alam dan pola hidrologi khusus tersebut antara lain dicirikan dengan keterdapatan goa-goa, cekungan-cekungan tertutup, pola aliran celah, kenampakan jejak aliran purba (flute rock outcrops) dan kelimpahan mata air. Falah A.B.R dan Adiardi A.Z (2011) mengemukakan secara umum karst memiliki dua aspek kajian, yaitu exokarst (karst permukaan) dan endokarst (karst bawah permukaan). Aristyanto (2005), menjelaskan bahwa goa merupakan suatu bentuk ekosistem bawah permukaan (sub surface) yang unik dimana banyak menarik perhatian ahli biospeleologi untuk mengamati daerah tersebut, karena ada perbedaan dengan kehidupan di permukaan seperti : a. b. c. Komunitas yang berbeda dengan permukaan, terutama atmosfir yang basah. Lingkungan yang basah tanpa cahaya. Perubahan system fisiologi karena faktor suhu, cahaya, dan tekanan yang berbeda dengan permukaan. Duckeck (2007) menyatakan bahwa goa adalah satu kekosongan dibawah tanah dengan udara yang masuk , dan cukup besar untuk dilakukan penelitian manusia. Goa adalah lubang alamiah di tanah yang cukup besar untuk dimasuki manusia (Wood tanpa tahun), sedangkan Mulec et al (2008), berpendapat goa adalah salah satu dari setiap lingkungan yang ekstrim, yang secara umum ditandai oleh masukan gizi yang rendah. Samodra (2001), mengemukakan bahwa goa merupakan lorong lorong di bawah tanah yang terbentuk dari retakan retakan

17

akibat pelarutan batuan gamping, proses kimia yang terjadi dikawasan karst yang memicu terbentuknya lorong-lorong goa, yang diwujudkan dalam bentuk reaksi :

+
asal udara dan asal organik meresap yang

Air hujan yang mengandung

kedalam tanah, melarutkan batu gamping yang dilaluinya.

dihasilkan larutan kedalam air, sehingga lambat laun terbentuk rongga rongga didalam batu gamping. Lorong-lorong goa yang lurus, berbelok-belok dan

bercabang merupakan hasil kegiatan pelarutan air sepanjang ruang dan selama waktu geologi. Goa juga merupakan salah satu fenomena alam yang memiliki keunikan dan keindahan bawah tanah serta kelangkaan dan keendemikan fauna yang tinggal didalamnya sehingga dapat dijadikan obyek daya tarik wisata menarik, baik wisata minat khusus atau minat umum (Wijaya 2008). 2. Kode Etik dan Moral Penelusur Goa Ko (2003) mengemukakan bahwa kegiatan penelusuran goa memiliki dua tujuan yaitu untuk bertualang dan melakukan penelitian. Kode etik merupakan suatu peraturan psikologis yang disepakati oleh suatu kelompok tertentu untuk suatu tujuan tertentu. Penelitian dalam goa merupakan suatu kegiatan dilakukan oleh pihak tertentu dan mempunyai tujuan pendidikan atau pengetahuan tanpa merusak adanya ekosistem alami yang sedang diteliti. Kegiatan berpetualang ialah sebuah kegiatan yang memiliki makna sangat luas dimana salah satunya dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan wisata atau rekreasi yang dapat dilakukan siapapun, sehingga kegiatan petualangan penelusuran goa pada dasarnya harus memiliki kode etik atau batasan peraturan agar tidak merusak kondisi asli goa. Kode etik dan moral penelusuran goa itu berisi : a. Setiap penggiat penelusur goa harus sadar, bahwa alam goa merupakan lingkungan yang sensitive dan rentan terhadap pencemaran, karenanya setiap penggiat telusur goa diwajibkan untuk, 1. Tidak mengambil sesuatu kecuali gambar dan pengalaman 2. Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki

18

3. Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu. b. Sadar bahwa setiap goa merupakan bentukan alam yang dalam prosesnya membutuhkan kurun waktu ribuan tahun. Setiap tindakan untuk merusakm mengambil atau memindahkan sesuatu yang berada didalam goa dengan atau tanpa tujuan yang jelas dan ilmiah selektif akan menimbulkan kerugian yang teramat sangat dan tak dapat ditebus oleh apapun. c. Setiap kegiatan penelusuran goa dan penelitiannya harus dilakukan dengan penuh hormat, tanpa mengganggu dan menggusur kehidupan biota didalamnya. d. Setiap kegiatan penelusuran goa baik penelitian maupun olahraga atau petualangan bukan merupakan kegiatan yang perlu dipertontonkan dan tidak memerlukan penonton. e. Sesama penelusur goa harus saling menghormati, tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur, jangan memaksakan diri untuk masuk kedalam goa yang tingkat kesulitannya diluar batas kemampuan. f. Rasa hormat antar sesama penggiat telusur goa ini ditunjukan dengan cara : Tidak menggunakan perangkat atau peralatan yang diringgalkan penggiat lain, tanpa seizin mereka. Tidak membahayakan Penggiat lain, seperti melempar sesuatu kedalam goa, atau memutuskan tali yang sedang digunakan penggiat lain. Tidak menghasut orang lain terutama penduduk sekitar goa untuk menghalangi penggiat lain untuk masuk kedalam goa. g. Jangan melakukan penelitian yang sama dengan penelitian yang sedang dilakukan penggiat lain di dalam goa yang sama dengan kata lain menduplikasi, lalu segera mempublikasikannya ke media massa. h. Tidak mempublikasikan petualangannya pada media massa untuk tujuan pribadi/kelompok, tidak menyebut nama dan lokasi goa, karena ini dapat mengundang pada vandalis untuk datang. i. Jika memerlukan rekomendasi untuk memasuki goa, setelah itu wajib membuat catatan perjalanan atau laporan secepatnya untuk dipertanggung jawabkan pada pihak yang mengeluarkan izin.

19

3.

Kondisi fisik Goa Sumarlin (2007) menyatakan bahwa pembentukan goa berlangsung dalam

waktu yang sangat panjang, dan sangat ditentukan oleh pergerakan atau aktivitas air yang pembetukannya dapat mencapai ribuan hingga jutaan tahun, sehingga goa yang memiliki sungai bawah tanah ataupun yang masih terlihat adanya aktivitas air disebut goa aktif. Sementara itu, goa yang sudah tidak ditemukan aktivitas air di dalamnya dinamakan goa fosil, artinya proses pembentukan goa tidak berlangsung lagi. Salah satu ciri yang paling khas dari goa adalah lorong-lorong yang membentuk sistem perguaan. Hazelton dan Glenie (1962) dalam Sungkar (2007) lorong goa yang panjangnya dapat mencapai puluhan kilometer terbagi kedalam 4 empat bagian : 1. Zona Terang : Dimulai dari mulut goa atau bagian dalam ceruk

yang masih dipengaruhi sinar matahari. 2. 3. Zona Peralihan Zona Gelap : Batas antara bagian terang dan gelap. : Bagian goa yang masih dipengaruhi oleh iklim

diluar goa sehingga suhu didalamnya masih berfluktuasi. 4. Zona Gelap Abadi : Bagian goa tanpa fluktuasi suhu dan sama sekali

tidak dipengaruhi oleh iklim diluar goa. Kondisi iklim mikro goa mempunyai pengaruh terhadap proses adaptasi dan kelangsungan hidup, beragam fauna yang tinggal di dalamnya. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro goa yaitu kelembaban udara, suhu udara, kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah (Laudensius 2008), keanekargaman hayati ekowistem karst khususnya pada endokarst (komponen bawah tanah) sangat spesifik dan terbatas, spesies tersebut telah beradaptasi pada lingkungan iklim mikro dengan faktor pembatasnya.

20

4.

Klasifikasi Goa Goa merupakan kawasan yang memiliki berbagai klasifikasi sesuai fungsi

dan tujuan penelusurannya. Sungkar (2007) menjelaskan bahwa goa memiliki empat klasifikasi berbeda yaitu berdasarkan akses masyarakat, kandungan isi, derajat bahaya, serta berdasarkan letak dan merupakan klasifikasi goa dengan indikatornya. a. Klasifikasi goa berdasarkan akses masyarakat Sungkar (2007) membagi enam kategori goa berdasarkan akses masyarakat (Tabel 1). Pembagian kartifikasi tersebut berdasarkan kategori goa dari tingkat kesulitan untuk menelusurinya maupun nilai yang terkandung pada goa Tabel 1. Klasifikasi Goa berdasarkan akses masyarakat
No. 1. 2. Kategori Goa yang tertutup (compeletely closed caves) Goa contoh (reference caves) Keterangan Derajat bahaya tinggi Sedikit gangguan manusia, contoh baik kawasan karst, perlu diberi pagar (gating) khusus untuk penelitian, sebagai contol factor. Keindahan, nilai ilmiah, bahaya untuk umum, terbuka untuk penelusur berpengalaman. Dibuka untuk kepentingan speleologi, penelusur wajib memiliki surat bukti kompetensi. Dibuka untuk kunjungan wisatawan, ada kalanya ditutup untuk kepentingan regenarasi keperluan sifat-sifat dekoratif. Nilai keindahan, tidak terdapat keunikan tertentu, derajat bahaya kecil, penting untuk keperluan pengetahuan umum.

batuan pembentuknya.

Berikut

3.

Goa dengan akses terbatas (limited access caves) Terbuka untuk penelusur goa (speleological 4 access) Terbuka bagi wisatawan (tourist access)

4. 5.

6.

Terbuka untuk umum(open access)

Sumber : Sungkar (2007)

b.

Klasifikasi goa berdasarkan kandungan isi Sungkar (2007) membagi lima kategori goa berdasarkan kandungan isi

(Tabel 2).

Pembagian klasifikasi tersebut berdasarkan tingkatan kelas goa

maupun nilai yang terkandung dalam goa.

21

Tabel 2. Klasifikasi Goa berdasarkan kandungan isi


No. 1. Kategori Kelas A Uraian Nilai ilmiah atau keindahan rendah atau tidak ada. Letak ornament sulit digapai, vandalism kecil, tidak mudah rusak, memiliki nilai ilmiah yang tidak mungkin terganggu secara serius oleh penelusur goa. Ornamen goa dengan lokasi rawan vandalism sehingga mudah rusak atau memiliki nilai ilmiah yang mungkin bisa rusak atau terganggu. Formasi luar biasa, sangat rapuh dan rawan kerusakan bahkan oleh penelusuran goa professional. Nilai ilmiah sangat mudah terganggu dan rusak (contoh : biota goa, yang habitatnya rapuh/endemic/terancam punah, nilai arkeologi, formasi goa jarang ditemukan ditempat lain). Keterangan Terbuka untuk umum tanpa ada batasan Terbuka untuk umum tanpa batasan, pintu masuk dilengkapi dengan plang bertulis tidak boleh merusak formasi goa.

2.

Kelas B

3.

Kelas C

Diberi pintu, masuk denga ijin, akan diberi handout tentang konservasi goa sebagai bagian dari ijin. Diberi pintu, masuk dengan ijin, akan diberi handout tentang konservasi goa sebagai bagian dari ijin, penjaga menemani penelusur ke beberapa tempat tertentu.

4.

Kelas D

5.

Kelas E

Diberi pintu, masuk dengan ijin, hanya untuk peneliti yang bonafit.

Sumber : Sungkar (2007)

c.

Klasifikasi goa berdasarkan derajat bahaya Sungkar (2007), membagi lima kategori goa berdasarkan derajat bahaya

(Tabel 3).

Pembagian klasifikasi tersebut berdasarkan tingkatan kelas goa,

tingkat bahaya dan persyaratan untuk memasuki goa. Tabel 3.Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya
No. 1. 2. Kategori Kelas Satu Kelas Dua Uraian Tingkat bahaya rendah Tingkat bahaya sedang, sebagian besar horizontal Keterangan Terbuka untuk umum Terbuka untuk umum, pintu masuk dilengkapi papan yang menyatakan persyaratan perlengkapan masuk goa.

22

Lanjutan Tabel 3. Klasifikasi Goa berdasarkan derajat bahaya


No Kategori Uraian Keterangan Diberi pagar dimana memungkinkan, masuk dengan ijin, ada papan pengumuman persyaratan masuk goa dan tempat mendapatkan ijin masuk. Pagar, ijin, papan pengumuman persyaratan masuk dan tempat mendapat ijin. Insect/Reptil beracun, gas beracun, penyakit, banjir, tempat tertentu, membutuhkan kemampuan menyelam, pagar, ijin.

Kelas Tiga

Tingkat bahaya dari segi struktur goa yang tidak ada di kelas 1 dan 2

4.

Kelas Empat

Paling bahaya dari segi structural

5.

Kelas Lima

Sangat berbahaya disebabkan kondisi goa

Sumber : Sungkar (2007)

d.

Klasifikasi goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya Mayapala (2008) membagi klasifikasi goa berdasarkan letak dan batuan

pembentuknya (Tabel 4).

Pembagian klasifikasi tersebut bertujuan untuk

membedakan goa berdasarkan letak dan pembentuknya, sekaligus untuk penyesuaian pemanfaatannya. Tabel 4. Klasifikasi Goa berdasarkan Letak dan Batuan Pembentuknya
No. 1. Goa Lava Kategori Keterangan Terbentuknya akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanologi, biasanya sangat rapuh karena terbentuk dari batuan muda (endapan lahar) dan tidak memiliki ornament batuan yang khas. Sesuai namanya terdapat di daerah pantai, palung laut, ataupun di tebing muara sungai, terbentuk akibat terpaan air laut (abrasi) Fenomena bentukan goa terbesar (70% terbentuk dari seluruh goa di dunia). Terbentuk akibat terjadinya peristiwa karst (pelarutan batuan kapur akibat aktifitas air) sehingga tercipta lorong-lorong dan bentukan batuan yang sangat menarik akibat proses kristalisasi dan pelarutan gamping. Bentukan goa yang sangat jarang dijumpai di dunia, hanya meliputi 5% dari seluruh jumlah goa di dunia

2.

Goa Litoral

3.

Goa Batu Gamping (Karst)

4.

Goa Pasir, Goa Batu Halit, Goa es

Sumber : Sungkar (2007)

23

5.

Fungsi Goa Pada dasarnya goa memiliki berbagai fungsi dalam aspek ekologi, social

masyarakat hingga fungsi lainnya. fungsi goa diantaranya : a. b.

Mayapala (2008) menyebutkan beberapa

Tempat berlindung (primitive) manusia dan hewan. Tempat penambangan mineral (kalsit/gamping, guano), tempat perburuan (wallet, sriti, kelelawar).

c. d.

Obyek wisata alam bebas dan wisata minat khusus. Obyek social budaya (legenda, mistik), gudang air tanah potensial sepanjang tahun.

e. f. g.

Laboratorium ilmiah yang peka, lengkap dan langka. Indikator perubahan lingkungan paling sensitive. Fasilitas penyangga mikro ekosistem yang sangat peka dan vital bagi kehidupan makro ekosistem di luar goa.

6.

Ornamen Goa Goa memiliki ornamen-ornamen yang indah dan jarang kita jumpai di alam

terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornament goa (speleothem). Proses ini disebabkan karena air tanah yang menetes dari atap goa mengandung lebih banyak sekitarnya. dari pada udara

menguap dari tetesan air tersebut agar seimbang, hal ini

menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit dan kemudian mengendap (Nin 2006). 7. Klasifikasi Fauna Goa Berdasarkan tingkat adaptasi di dalam gua, fauna gua dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu trogloxenes, troglophiles dan troglobionts (Howarth 1983). Pengelompokan jenis fauna goa ini bertujuan untuk identifikasi jenis fauna goa berdasarkan adaptasi didalam goa, dengan kedalaman yang berbeda.

24

A.

Kelompok trogloxenes merupakan kelompok dari fauna gua yang menggunakan gua sebagai tempat tinggal namun hidupnya secara periodik masih tergantung pada lingkungan luar gua terutama untuk mencari pakan. Contoh fauna dalam kelompok ini adalah kelelawar, walet, sriti dan mamalia lain yang tinggal di sekitar mulut gua.

B.

Kelompok troglophiles merupakan kelompok fauna yang seluruh daur hidupnya terdapat di dalam gua namun kelompok ini juga dapat hidup di dalam maupun di luar gua.

C.

Kelompok troglobionts merupakaran sebuah kelompok fauna yang memiliki tingkat adaptasi goa yang tinggi, karena mereka tinggal didalam goa yang sangat dalam dan memiliki reduksi cahaya yang minim bahkan tidak ada, sehingga fauna-fauna beradaptasi hingga memiliki pigmen khusus, seperti bermata kecil, bahkan tidak ada sama sekali.

D.

Wisata Goa Samodra (2001) menyatakan bahwa goa adalah situs bagi keindahan,

misteri, hiburan, dan petualangan sehingga merupakan tempat yang cocok untuk berekreasi dan berwisata. Selain itu kawasan karst memliki tiga nilai yang unik yaitu ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai kemanusiaan yang dapat diketahui dari beberapa aspek. Nilai ekonomi dari aspek pariwisata bentang alam kawasan karst menawarkan keindahan, keunikan dan kelangkaan yang mempunyai nilai jual tinggi sehingga dapat dimanfaatkan pada sector pariwisata. Sungkar (2007) mengemukakan bahwa caving atau dikenal dengan spelunking merupakan suatu kegiatan petualangan di bawah tanah yang memanfaatkan keberadaan ekosistem goa. Widjanarko (2008) menyatakan bahwa pengelolaan goa sekarang ini telah menjadi suatu ilmu pengetahuan tersendiri, dengan diawali oleh prosfesional yang dipekerjakan oleh departemen pemerintah dan beberapa sektor swasta. Widjanarko (2008) juga menyatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan wisata goa : 1. 2. Dampak pengunjung dan infrastruktur sebuah goa wisata. Teknik dan metode pembersihan goa (bentukan yang ada di dalamnya) yang dipergunakan dan dampaknya.

25

3.

Pengaruh kunjungan rekreasi (berbagai bentuk) di dalam goa, baik wisata minat khusus maupun wisata umum.

4.

Risiko Radon didalam goa, gas radon-222 telah menjadi hal yang penting karena potensial berbahaya didalam rumah, tambang, dan goa.

5.

Kapasitas muat goa dan konsep pengelolaan alternatif. Pengelolaan alternatif berkaitan dengan dampak pengunjung terhadap

kondisi asli goa yang harus dikonservasi merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan. Ko (2007) mengemukakan bentuk wisata yang dikemas dengan wisata minat umum. a. b. Hanya melihat-lihat mulai dari mulut goa sampai batas kedalaman tertentu. Tidak membutuhkan peraturan khusus. Pengembangan wisata goa minat umum juga harus mempunyai syarat umum dalam segi AMDAL ( Analisis Dampak Lingkungan). Ko (1997)

menyebutkan syarat umum dari segi AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) untuk pengembangan wisata goa minta umum terdiri diri : 1. 2. 3. 4. 5. Daya dukung dinamis Zona dasar Sirkulasi pengunjung goa Pemberdayaan masyarakat Perlindungan bentukan alam yang unik dan langka termasuk budaya setempat biota goa 6. 7. 8. 9. Sistem pengelolaan yang baik Evaluasi dan perbaikan secara berkala Memperhatikan saran dan masukan dari pengunjung Pemasaran dan promosi. Wisata minta khusus merupakan salah bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan karst utamanya adalah goa. Ko (2007) juga menyatakan beberapa hal secara umum mengenai wisata goa minta khusus, sebagai berikut :

26

a. b.

Penelusuran Perlengkapan khusus : pakaian , helm speleo, sepatu khusus, peralatan untuk penulusuran goa vertikal. Wisata minat khusus pada kawasan goa juga harus memiliki syarat umum

dari segi AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan).

Syarat umum dari segi

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk pengembangan wisata minat khusus pada kawasan goa juga telah dijelaskan oleh Ko (2007) sebagai berikut : 1. Melakukan kajian derajat kesulitan penelusuran dan bahaya yang timbul terutama pada musim hujan 2. Meneliti keterampilan para penelusur goa serta perlengkapan yang digunakan termasuk self-rescue. 3. Menyediakan peta goa, jika belum ada para penelusur diminta untuk memetakannya 4. Mengingatkan kepada para penelusur untuk senantiasa bertanggung jawab dan memenuhi kode etik penelusuran yang berlaku 5. 6. Kejelasan sistem perijinan dan SAR oleh instansi terkait Melakukan kajian berkala terhadap tingkat kerusakan dan pencemaran goa. Kegiatan penelusuran goa merupakan salah satu kegiatan pengembangan sebagai destinasi wisata. Kegiatan ini memiliki tujuan tertentu yang telah dijelaskan oleh Bachri (1997) dalam Sungkar (2007) sebagai berikut : 1. 2. Disertivikasi produk wisata Pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal berdasarkan prinsip konservasi 3. Sebagai tempat diklat, penelitian, dan pemasyarakatan aspek speleologi dan pariwisata goa 4. Mengembangkan obyek wisata goa yang memenuhi prinsip perencanaan yang secara alamiah 5. Menciptakan masyarakat yang menghargai dan mencintai alam dan lingkungannya.

27

6.

Mengumpulkan data dan informasi goa yang memberi manfaat bagi pengelolaan obyek wisata goa secara efektif dan efisien.

7.

Menciptakan , mengembangkan dan mengelola salah satu goa menjadi model yang didasarkan pada aspek pelestarian lingkungan dan prinsip ekosistem.

8. E.

Menciptakan sistem pengelolaan obyek wisata goa secara terpadu. Masyarakat Setiadi (2006) mengatakan bahwa karakteristik dari masyarakat terletak

pada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, memiliki kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara anggota-anggotanya. Masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama serta telah melakukan jalinan secara

berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Waluya (2007) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang membentuk organisasi sosial yang bersifat kompleks dalam organisasi sosial tersebut terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berfungsi sebagai aturan-aturan untuk bertingkah laku dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Santosa (2004) memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat. Falah (2008) mengemukakan bahwa masyarakat karst, merupakan subyek utama yang hidup di ruang lingkup kajian speleologi yang dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu masyarakat pasif dan masyarakat partisipatif. Masyarakat pasif memiliki perananhanya sebatas penyedia rumah singgah (basecamp), penunjuk jalan hingga pembawa barang atau porter. Masyarakat partisipatif

memiliki peran secara langsung dalam usaha identifikasi potensi kawasan, usaha publikasi terhadap sesama masyarakat hingga peran sebagai garda terakhir terhadap ancaman yang kian merajalela terhadap lingkungan karst.

28

F.

Program Wisata Program wisata adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu

untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu (DEPHUT, 2009). Program ekowisata menurut DEPBUDPAR (2005) merupakan rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan atau seperangkat kegiatan ekowisata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh pengunjung dalam waktu tertentu. G. Perencanaan Wisata Nugroho (2001) mengatakan bahwa perencanaan merupakan suatu sajian atau gambaran keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah

dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi,

pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning).

Umar (2003) mendefinisikan

bahwa perencanaan merupakan kegiatan atau proses membuat rencana yang akan dipakai dalam rangka melaksanakan pencapaian tujuan, yang di dalam kegiatannya banyak berhadapan dengan berbagai keterbatasan sumberdaya seperti tenaga kerja, dana, waktu, peralatan dan kemampuan. Avenzora (2010) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan suatu kegiatan mengelaborasi berbagai pertimbangan obyektif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai visi dan misi ekowisata yang ditetapkan melalui berbagai tindakan yang dibutuhkan secara efektif, terdanai dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dimasa yang akan datang, pengalaman yang sudah terjadi selama ini, seni, teknologi, dan manajemen yang ada. Terry dalam Wrihatnolo (2006)

perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mennncapai suatu hasil tertentu.

29

I.

Media Promosi Buchari Alma dalam Hurriyati (2010), promosi adalah suatu bentuk

komunikasi pemasaran, dengan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, menpengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Buchari Alma dalam Hurriyati (2010) juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk, serta mengingatkan Meskipun

pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

secara umum bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu sering disebut bauran promosi penjualan, public relation, dan direct marketing, word of mouth. Bentuk promosi yang dilakukan dalam pengembangan ini adalah mass selling yaitu dengan menggunakan media masa yang dapat disebarkan pada orang banyak.

Audio Visual
Rohani dalam Herdiannanda (2010) mengemukakan bahwa, media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan didengar). Sedangkan menurut Winataputra dalam Herdiannanda (2010), audio visual merupakan kombinasi audio dan visual. Penyajian materi atau bahan ajar akan lebih optimal dengan menggunakan media ini. Media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan dapat didengar dan dapat sebagai bahan diskusi. Media audio visual dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,yaitu : Slide Suara Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum menggunakan suarakemudian digabungkan dengan audio yang berhubungan dengan temanya. Slide suara biasanya berupa power point yang berisi materi pembelajaran disertai dengan suara.

30

Film Nyata Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup, karena

diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup lainnya dan ditampilkan apa adanya sesuai dengan alur cerita. Film nyata dapat berupa film dokumenter, sinetron, radiovision dan sebagainya. Film Tidak Nyata Secara umum, film tidak nyata juga menggambarkan kejadian tertentu dengan disertai alur cerita. Namun, film tidak nyata termasuk film ringan dan cenderung menghibur. Film kartun dan animasi merupakan film tidak nyata, karena dalam penggambaran cerita tidak diperagakan langsung oleh makhluk hidup. Pengambilan Gambar Nugroho (2011) menjelaskan bahwa Kegiatan produksi video dan dalam kegiatan penulisan naskah video terdapat beberapa istilah dalam penulisan naskah tersebut berkaitan dengan metode pengambilan gambar yang akan membantu anda dalam proses produksi video. Nugroho (2011) juga menjelaskan bahwa gambar atau aspek visual dari suatu program video yang tampak di layar kaca monitor adalah hasil dari serangkaian pengambilan gambar atau shooting dengan berbagai jenis shot yang perlu dikuasai (Tabel 1) dalam kegiatan produksi. Tabel 1. Berbagai jenis yang perlu dikuasai dalam kegiatan produksi video. Jenis Shoot Penulisan Keterangan Singkat
LS. Untuk pengambilan gambar keseluruhan. Bila Objeknya orang maka seluruh tubuh dan latar belakang akan tampak semua.

Visualisasi

Long Shot (LS)

31

Wide (WS/WA)

Shot/Angle

WS/WA. Hasilnya seperti LS.hasilnya bagian tepi berkesan Lengkung.

Medium Long Shot (MLS)

MLS. Disebut juga knee Shot. Bila Objeknya orang maka yang tampak hanya dari kepala sampai lutut. Bagian belakang terlihat rinci.

Medium Shot (MS)

MS.Hanya dari kepala sampai lutut. Bagian latar belakang terlhat rinci.

Medium Close up/ Shot

Sering disebut Chest/Bust Shoot. Untuk objek Orang bila benda tampak keseluruhan bagiannya.

32

Close up/Shot (CU/CS)

CU/CS. Untuk orang hanya tampak bagian wajahnya.Benda-benda tampak jelas bagianbagiannya.

BCU/BCS. Sering disebut Very CloseUp Big Close Up/Shot (VCU).Bila objeknya orang

hanya bagian tertentu yang terlihat, seperti mata dengan bagian-bagian jelas. yang terlihat

Group Shot

Group S.pengambilan gambar untuk sekelompok orang (bila objeknya gambar orang)

Two Shot

2-Shot /2S. Bila Objeknya orang, Pengambilan difokuskan kepada dua orang.

Over Shoulder Shot

OSS. Biasanya digunakan untuk meliputi. Dua orang yang sedang bercakap-cakap. Pengambilannya melalui belakang bahu (membelakangi kamera ) secara bergantian.

33

Dari tabel jenis-jenis pengambilan gambar tersebut dapat ditambahkan beberapa catatan sebagai berikut. 1. Pada dasarnya media dalam bentuk televisi adalah media close up maka efektivitas penyampaian pesan adalah dengan menggunakan lebih banyak jenisjenis shot close. 2. Long shot apalagi Extreme Long shot sebaiknya tidak digunakan, karena kamera televisi berbeda dengan kamera film. Untuk menciptakan suatu awal pengambilan sebagai informasi tentang lokasi dan setting kejadian dapat digunakan MLS. 3. MCU, MS, dan MLS adalah jenis pengambilan gambar yang mempunyai karakteristik untuk menimbulkan kesan tenang dan santai. 4. BCU dan CU adalah jenis pengambilan gambar yang cepat memberi kesan tegang, bersungguh-sungguh, serius, dan takut. Jenis pengambilan gambar tersebut dihasilkan atas arahan sutradara kepada juru kamera pada waktu shooting. Visualisasi yang dihasilkan merupakan hasil pengoperasian kamera dengan memanipulasi lensa.

Skenario
Syd Field (1994) mengemukakan bahwa skenario itu adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan urut-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik. Seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. adapun fungsi dari skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film, sehingga metode penulisannya juga telah memenuhi kesepakatan komunikasi semua pihak dalam proses produksi videonya. Syd

Field (1994) juga menjelaskan bahwa unsur dalam tahapan metode penulisan skenario sebagai berikut :

34

Inti Cerita Tahap awal dalam penulisan skenario adalah menentukan inti cerita yang akan dikembangkan menjadi sebuah skenario. Dalam inti cerita ini seorang penulis atau sutradara sudah mempunyai gambaran singkat tentang plot, karakter utama, maupun setting dari cerita. Inti cerita ini bisa berasal dari ide/inspirasi yang ditemukan baik dalam imajinasi atau fenomena keseharian. Sinopsis Sinopsis adalah ringkasan cerita yang akan dikembangkan menjadi skenario. Pada umumnya Sinopsis ditulis semenarik mungkin dengan maksud menggoda pembacanya untuk membaca skenario dari sinopsis tersebut. Panjang sinopsis biasanya dari setengah sampai dua halaman. Penentuan Karakter Karakter atau tokoh merupakan salah satu unsur terpenting dalam skenario sama halnya dalam cerpen maupun novel. Akan tetapi dalam skenario, karakter harus lebih dikembangkan secara lebih rinci. Hal ini juga berhubungan dengan kebutuhan aktor atau aktris yang akan memerankan karakter tersebut. Perincian karakter dalam skenario biasanya meliputi nama peran, jenis kelamin, usia, ciriciri fisik, sifat/prilakunya, pendidikan, kebiasaan, hubungan dengan karakter yang lain, dan sebagainya. Penyusunan Plot Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen. Struktur plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set up atau awal konflik (babak I), confrontation atau komplikasi masalah (Babak II), dan resolution atau penyelesaian masalah (Babak III). Dengan adanya plot yang disusun terlebih dahulu akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario. Pembuatan Outline Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline adalah sebagai berikut :

35

1. Di Kawasan Puncak : 1.1. Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya, 1.2. Alam menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat seorang gadis berdiri di tepi jurang sambil memandang ke dasar jurang dan bersiapsiap melompat, 1.3.Alam yang melihat kejadian tersebut menjadi panik dan berteriak agar gadis itu tidak melompat, 1.4.Gadis itu tidak menanggapinya, dia tetap memandangi dasar jurang dengan tatapan kosong, 1.5.Alam berlari ke arah tepi jurang tempat gadis itu berada, 1.6.Alam tiba di tepi jurang dengan terengah-engah, namun dia tidak menemukan gadis itu lagi, dan seterusnya. Scene Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. scene heading umumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan waktu adegan. INT atau singkatan dari interior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, sedangkan EXT atau singkatan dari exterior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan. Adapun bentuk scene heading adalah sebagai berikut : 1. EXT. KAWASAN PUNCAK PAGI Action Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam setiap scene atau adegan yang merupakan penjabaran dari Outline yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut : 1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya.

36

Dialog dan Parenthetical Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam adegan. Sedangkan parenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang harus dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi, sedih, menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang mengiringi perjalanan scene yang menunjukkan suara hati atau pikiran dari karakter tanpa melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O), sedangkan dialog tanpa menampilkan karakter dalam adegan digunakan istilah Off Screen (O.S). Nugroho (2011) kemudian menjelaskan metode penulisan skenario, dapat dimulai dengan mengkombinasikan penulisan dari seluruh komponen ide cerita yang telah dijabarkan kedalam unsur yang ada dalam konsep penulisan skenario. Nugroho (2011) juga mengemukakan bahwa dalam penulisan sebuah skenario terdapat dua opsi dalam metode penulisan, yang terdiri dari : 1. Naskah Satu Kolom Dalam naskah satu kolom, penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak dipisahkan. Semua ditulis berurutan tanpa pemisahan kolom. Khusus untuk program yang akan direkam dengan multi kamera televisi dan tidak dengan teknik film (satu kamera) perlu diperhatikan bahwa: - Adegan (scene) tidak perlu diberi nomor urut karena progresi perekaman akan terjadi bersamaan dengan saat penampilan. - Pendekatan produksi video (multi kamera) biasanya post produksi tidak terlalu banyak bekerja. Misalnya, tidak banyak penyuntingan dan unsure dramatik sudah dilaksanakan pada saat perekaman. Berikut merupakan contoh format penulisan dengan metode penulisan naskah satu kolom. Metode penulisan ini dinilai cukup efisien untuk pembuatan fim profesional.

37

Cover (nama Production) (judul film) (Ide Cerita & Penulis Skenario) II.Isi INTI CERITA SINOPSIS 01. INT. RUMAH MAKAN SIANG (SCENE/Setting)

(Outline) Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. (Karakter) ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda. Dialog (OS) Sate padangnya satu, sate kambing satu.. (Outline 2) Lalu muncul beberapa orang bergaya mafia. Berjalan SLOW MOTION. Kemudian mereka pun duduk di salah satu tempat. 2. Naskah Dua Kolom Dalam naskah dua kolom penulisan deskripsi visual seperti setting, gerakan kamera, instruksi acting, dan efek visual dituliskan di kolom yang terpisah dari kolom audio. Jadi, kolom audio khususuntuk menuliskan unsur-unsur audio termasuk narasi, dialog, sound effect, musik, dan instruksi auditif. Pada prinsipnya, dari segi isi, naskah satu kolom dan dua kolom akan menghasilkan produk yang identik. Namun, dari segi tata letak tampak lebih konvensional. Berikut merupakan contoh format penulisan metode naskah dua kolom.

38

Cover (nama Production) (judul film) (Ide Cerita & Penulis Skenario) INTI CERITA SINOPSIS Video
01. INT.-RUANG KELAS - PAGI FADE OUT : MUSIK PEMBUKA a. LS.- PAK GURU DUDUK ADI MEMBERI SALAM KEPADA PAK GURU DARI KURSINYA. b. CU. ADI c. LS. PAK GURU MENGANG GUK LALU MELIHAT SEKE LILING KELAS

Audio FADE IN : MUSIK PEMBUKA

ADI : (MEMBERI SALAM)

FX : SUARA BEL SEKOLAH

39

III. KONDISI UMUM

A.

Letak dan Luas Kawasan Kabupaten Tasikmalaya mempunyai keunggulan yang cukup baik, ditinjau

dari aspek geografis maupun sumberdaya. Kabupaten ini terletak di provinsi Jawa Barat secara geografis Kabupaten Tasikmalaya terletak pada 10756'-1088' BT, 710' -749' LS, sedangkan secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada Gambar 2:

Sumber : http://www.pa-tasikmalaya.go.id/yuridiksi-pa

Gambar 2. Peta Kawasan Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur, dibatasi oleh dataran tinggi Pegunungan Galunggung, sepanjang barat daya hingga barat laut. Di sebelah utara, Kabupaten Tasikmalaya berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan di tenggara berbatasan dengan Kabupaten

40

Ciamis. Selain itu, Kabupaten berbagi

sedikit

daerahnya dengan Kota

Tasikmalaya, yang terletak di perbatasan timur laut. Sementara di selatan, Kabupaten Tasikmalaya dibatasi oleh Samudera Hindia. Kabupaten Tasikmalaya memiliki bentangan terjauh dari utara ke selatan sekitar 75 Km, dan sekitar 56,25 Km dari timur ke barat. Kabupaten Tasikmalaya memiliki luas 2,563.35 km. B. Kawasan Kabupaten Tasikmalaya memiliki kondisi fisik kawasan yang meliputi ketinggian tempat dan topografi, kondisi tanah, serta iklim dan curah hujan. Kondisi fisik kawasan Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut: 1. Topografi Kabupaten ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur dikarenakan Kabupaten Tasikmalaya dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau Jawa. Jenis tanah di Kabupaten Tasikmalaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis tanah yaitu tanah litosol, regosol, dan latosol. Hal ini didukung oleh peta jenis tanah Kabupaten Tasikmalaya yang bersumber dari Balai Penelitian Tanah Bogor tahun 1996. Tanah litosol merupakan tanah dangkal di atas batuan keras. Tanah ini tergolong muda dengan bahan induk dangkal kurang dari 40 cm dan bersifat agak peka terhadap erosi dan kesuburan sedang. Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 39 Kecamatan, 351 desa Tiga kecamatan merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan yaitu Kecamatan Cikalong, Cipatujah dan Karangnunggal, dengan panjang garis pantai 56 km. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah perbukitan, khususnya di daerah timur Kabupaten. Beberapa daerah berupa pegunungan, seperti di bagian barat laut terdapat pegunungan Galunggung. Ketinggian rata-rata dari Kabupaten ini adalah 200 hingga 500 meter. Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara 0 sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu pada bagian Utara merupakan wilayah dataran tinggi dan bagian Selatan merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 100 meter dpl. Kondisi

41

kemiringan lahan di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut, yaitu Sangat Curam (>40%) sebesar 1,39% dari luas Kabupaten Tasikmalaya, Agak Curam (15%40%) sebesar 25,35%, Curam (5%-15%) sebesar 27,11%, Landai (2%-5%) sebesar 13,27%, dan Datar (0%-2%) sebesar 32,87% dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data kemiringan lahan terlihat bahwa sebagian besar bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar sampai dengan agak curam, dengan kondisi kemiringan lahan tersebut kurang menguntungkan untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah (Gambar 3).

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tasikmalaya_Regency_hilly_view.jpg

Gambar 3. Perbukitan Sodong Hilir, Kabupaten Tasikmalaya 2. Iklim dan Curah Hujan Kabupaten Tasikmalaya berada padarongga lereng gunung sehingga dapat memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras. Kabupaten ini menerima curah hujan tahunan rata-rata 2,072 mm. Meskipun mendapatkan hujan deras,Sebagian kecil wilayah Kabupaten Tasikmalaya 0,81% berada pada ketinggian di atas 1.500 Mdpl, sehingga keadaan iklim pada umumnya bersifat tropis dan beriklim sedang dengan rata-rata suhu di dataran rendah antara 20o-34oC dan di dataran tinggi berkisar antara 18 o-22oC. curah hujan rata-rata 2,072 mm/tahun, jumlah hari hujan rata-rata 82 hari.

42

3.

Hidrologi Wilayah Kabupaten Tasikmalaya berada pada dasar lekukan terendah dari

punggung pegunungan Pulau Jawa dimana Gunung Talagabodas menjadi salah satu puncaknya, sehingga termasuk pada wilayah tangkapan hujan. Kondisi

hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari Daerah Aliran sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase. Kabupaten Tasikmalaya memiliki enam daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu Sungai Cilangla, Cimedang, Cisanggiri, Cipatujah, Citanduy, dan Sungai Ciwulan. Pola aliran daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih dipengaruhi dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah menjadi tidak teratur (irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik yang terjadi. Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki 36 sumber mata air, 31 situ (danau kecil), bendungan 23 buah dan 368.793 m saluran pembawa air (irigasi). C. Kondisi Biotik Kawasan Kondisi biotik kawasan terkait pada potensi makhluk hidup yang terdapat pada kawasan sekitar Kabupaten Tasikmalaya. Informasi utama yang disajikan pada kondisi biotik adalah kondisi flora dan fauna. Flora di Kabupaten

Tasikmalaya terdiri dari tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai hasil kreatif. Fauna di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang cukup unik karena letak geografisnya yang memiliki pantai selatan sehingga salah satu daerahnya telah dijadikan tempat persinggahan hewan langka penyu hijau. 1. Keanekaragaman Flora Kabupaten Tasikmalaya memiliki keanekaragaman flora.

Keanekaragaman tersebut di dukung oleh keadaan wilayahnya dan iklim yang terdapat di wilayah tersebut. Flora yang terkenal dari kabupaten Tasikmalaya adalah mendong. Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Seperti pada Gambar 4.

43

Sumber : http://manonjayakotaksalak.wordpress.com/ikar-mendong-tasikmalaya/

Gambar 4. Flora Mendongdi Kabupaten Tasikmalaya Mendong (Fimbristylis globulosa (Retz.) Kunth) merupakan bahan dasar industri rumah tangga kerajinan tikar yang banyak dijumpai di daerah Kabupaten Tasikmalaya. Selain sebagai bahan dasar kerajinan tikar, Mendong juga dapat dibuat kerajinan lain di antaranya topi, keranjang, tas dan lain (Gambar 5). Tanaman ini tumbuh tersebar mulai dari Ceylon, India, Asia Selatan, Cina, Miclainnya. Mendong selain ditanam di Jawa (khususnya di Jawa Barat) juga di Sumatera dan Sularonesia dan Polynesia. Di Indonesia tumbuh di Jawa,

Sumatera, Kalimantan dan Irian. Untuk meningkatkan kesejahteraan pengrajin tikar dalam industri rumah tangga dan pendapatan daerah maka pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memilih dan menetapkan tanaman Mendong sebagai flora identitasnya.

Sumber :http://himarihandycraft.wordpress.com/himari-tas-wanita/

Gambar 5. Hasil kerajinan tumbuhan mendong

44

2.

Keanekaragaman Fauna Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah yang memiliki

keanekaragaman jenis fauna yang melimpah terutama pada fauna perairan. Kawasan yang memiliki daratan luas ini memiliki potensi fauna berupa penyu. Ada tiga jenis penyu yang berkembang biak dengan baik di Pantai Sindangkerta, yaitu Penyu Belimbing (Dhermochelys coriacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Di antara ketiga penyu tersebut, Penyu Hijau adalah yang paling terkenal rawan penjarahan dan eksploitasi. (Gambar 6.)

Sumber: http://worldwildlife.org/penyuhijau/singdangkerta

Gambar 6.Potensi fauna penyu hijau Ukuran penyu hijau setelah dewasa dapat mencapai 250 cm, namun ukuran yang lazim berkisar 80 hingga 150 cm. Beratnya dapat mencapai 130 kilogram. Ciri khas lainnya adalah terdapatnya kuku pada kaki renangnya. D. Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya memiliki

perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan serta juga bertumpu pada sektor pertambangan seperti pasir Galunggung yang memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan.

45

Demografi. Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007 tercatat sebanyak 1.750.018 jiwa, dengan komposisi penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki 890.299 jiwa dan wanita 859.719 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk, sedangkan laju pertumbuhan penduduk ( LPP ) : 1,01 (menurut data dari BPS) dan salah satu variabel demografi yang berpengaruh terhadap perkembangan kualitas penduduk yaitu fertilitas (TFR). Sedangkan untuk TFR Kabupaten Tasikmalaya menurut data dari BPS Tahun 2007 sebesar 2,22. Jumlah penduduk bekerja sebesar 719.356 jiwa, dengan jenis pekerjaannya lebih besar pada sektor pertanian, perdagangan, dan Industri Kecil. Sedangkan untuk sektor lainnya sangat relatif kecil. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah dilaksanakan diantaranya pembinaan kelompok usaha sebanyak 40 orang, pembinaan bagi pencari kerja sebanyak 1950 orang, pembinaan perusahaan sebanyak 32 perusahaan dan pembinaan pekerja sebanyak 5578 pekerja pada tahun 2007. Ekonomi. Kabupaten Tasikmalaya dikenal sebagai basis perekonomian rakyat dan usaha kecil menengah seperti kerajinan dari bambu, batik, dan payung kertas. Selain itu, kawasan ini juga dikenal sebagai daerah kredit. Hal ini dikarenakan banyaknya pedagang dan perantau dari wilayah ini yang berprofesi sebagai pedagang yang menggunakan sistem kredit. Komoditas kreditan umumnya adalah barang-barang kelontong dan kebutuhan rumah tangga.Sektor pertanian sebagai sektor penyedia lapangan kerja Kabupaten Tasikmalaya terbesar, yaitu sekitar 43,22% kesempatan kerja berasal dari sektor pertanian, diikuti perdagangan 24,75 %, dan jasa-jasa 11,08 %. Sektor pertanian merupakan penyedia utama kebutuhan pangan masyarakat yang merupakan kebutuhan dasar dan hak asasi manusia. Sektor pertanian juga menyediakan pasar yang sangat besar untuk produk manufaktur karena jumlah penduduk perdesaan yang besar dan terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah perdesaan melalui peningkatan pendapatan mereka yang bekerja di sektor pertanian. Komoditas unggulan sektor pertanian Kabupaten Tasikmalaya yang

46

sudah berorientasi ekspor antara lain: Padi Organik (SRI) dengan sentra di tujuh Kecamatan, yaitu Sukaresik, Cisayong, Sukaraja, Manonjaya, Cineam,

Sukahening dan Salawu serta Manggis dengan sentra di Puspahiang, Mendong dan Golok Galonggong Manonjaya. Sedangkan pada sektor industri adalah kerajinan dengan sentra di Rajapolah dan bordir dengan sentra di Sukaraja. E. Potensi Wisata Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang memiliki berbagai obyek dan daya tarik wisata yang menarik. Obyek dan daya tarik wisata tersebut berupa sumberdaya alam goa yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten tasikmalaya. 1. Potensi wisata goa Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang memiliki cukup banyak goa. Salah satu potensi wisata goanya adalah Goa Safarwadi. Goa Safarwadi merupakan salah satu objek wisata rohani. Goa Safarwadi juga disebut Goa Pamijahan karena letaknya di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong. Pada lokasi tersebut juga terletak Makam Syeh Abdul Muchyi, yang merupakan salah satu Objek Wisata Rohani/Religi yang cukup terkenal di Tasikmalaya. Hingga saat ini lokasi itu diyakini sebagai tempat yang sakral, hingga menjadi salah satu tujuan bagi para peziarah.

Sumber : http://anyenata.blogspot.com/2010/11/wisata-rohani.html

Gambar 7. Goa Safarwadi

47

Selain goa safarwadi masih ada beberapa goa alami yang berpotensi untuk menjadi sebuah destinasi wisata goa. Goa tersebut antara lain Goa Potong Kujang di Kecamatan Culamega, Goa Sarongge di Kecamatan Cipatujah, Goa Ara/kapinis, Goa Rengganis, Goa Nyai dan Goa Ciodeng di Kecamatan Pancatengah, Goa Cupu Agung (Goa Sukarno) dan Goa Hulu Kuya di Kecamatan Cikatomas, Goa Anteg di Kecamatan Salopa, Goa Malawang di Kecamatan Karangnunggal. 2. Potensi Wisata Lain Kabupaten Tasikmalaya juga memiliki berbagai macam potensi wisata lain yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Potensi wisata lain berkaitan dengan gejala alam seperti Gunung Galunggung, Pantai Cipatujah, Pantai Sindangken, Pantai Karang Tawulan . Obyek dan daya tarik wisata berupa sumberdaya budaya adalah Kampung Naga dan Pusat Kerajinan Rajapolah a. Kampung Naga Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya - Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya. Secara administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Obyek wisata Kampung Naga tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

48

Sumber : http://cmurphy-indonesiabound.blogspot.com/kampung-naga

Gambar 8. Obyek Wisata Kampung Naga Di Kabupaten Tasikmalaya Kampung Naga dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memelihara adat istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besar Islam misalnya Upacara bulan Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran atau pembacaan Sejarah Nenek Moyang. Proses ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan wisatawan boleh mengikuti acara tersebut dengan syarat harus mematuhi peraturan yang berlaku. Bangunan di Kampung Naga memiliki bentuk yang sama, baik rumah, masjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu atau bilik, sedangkan pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Obyek

49

wisata ini merupakan salah satu obyek wisata budaya di Tasikmlaya. Wisatawan biasanya memiliki minat khusus yaitu ingin mengetahui dan membuktikan secara nyata keadaan tesebut. b. Pusat Kerajinan Rajapolah Obyek wisata Pusat Kerajinan Rajapolah merupakan pusat kerajinan tangan yang terletak di kabupaten Tasikmalaya. Pusat kerajinan tangan ini menjual berbagai barangbarang dengan desain yang unik dan menarik serta kualitas tinggi. barang-barang yang dijual di antaranya adalah dari payung, sandal, lampu hias dan kerajinan tangan lainnya. Harga yang ditawarkan juga cukp bervariasi sehingga menjadikan pengunjung dapat memilih barang-barang yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Pusat kerajinan Rajapolah dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: http://ragamhandicraftrajapolah.wordpress.com/sentra-kerajinan-rajapolah/

Gambar 9. Pusat Kerajinan Rajapolah Di Kabupaten Tasikmalaya Barangbarang hasil dari kerajinan tangan yang dijual di obyek wisata ini menggunakan bahan dasar berupa serat alami seperti Bambu, Pandan, Eceng gondok dan serat lainnya yang memiliki sifat ramah lingkungan. Hal ini menjadikan kerajinan tangan di daerah Rajapolah berbeda dengan kerajinan tangan lainnya. c. Gunung Galunggung Obyek wisata Gunung Galunggung merupakan obyek wisata di Kabupaten Tasikmalaya yang terbentuk akibat letusan yang terjadi pada tanggal 5 April 1982.

50

Sisa-sisa letusan yang membentuk danau, kawah dan sumber air panas, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang indah dan mempesona. Obyek wisata Gunung Galunggung dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber :http://cubbyrecha.wordpress.com/gunung-galunggung-tasikmalaya-jabar/

Gambar 10. Gunung Galunggung Di Kabupaten Tasikmalaya Obyek wisata Gunung Galunggung ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu danau air dingin yang terdapat di dalam kawah gunung dan tidak memiliki bau belerang seperti yang terjadi pada gunung-gunung berapi pada umumnya. Pada saat cuaca cerah, terdapat aliran-aliran sungai dari bukit Gunung Galunggu yang dapat dilihat dari dataran di bawahnya yang lebih rendah. Pemandangan tersebut memiliki nilai keindahan tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya. Di kaki Gunung Galunggung terdapat pemandian air panas yang mengandung mineral berkhasiat untuk penyembuhan penyakit kulit maupun kesehatan dan kesegaran jasmani. Selain itu, wisatawan juga dapat melakukan kegiatan pendakian melalui Tangga 1000 dan Tangga Biru. F. Aksesibilitas Kabupaten Tasikmalaya terletak di antara Kabupaten Garut sebelah barat dan Kabupaten Ciamis sebelah timur, ysng menjadikan posisinya strategis sebagai kota transit. Jalur darat Kabupaten Tasikmalaya dapat dicapai baik menggunakan kendaraan pribadi, bus atau kereta.

51

1.

Kendaraan Pribadi Aksesibilitas menuju Kabupaten Tasikmalaya dapat dilakukan

menggunakan kendaraan pribadi baik roda empat atau roda dua, dengan kadar waktu yang berbeda satu sama lain dalam mengakses Kabupaten Tasikmalaya. Kendaraan beroda empat seperti mobil dapat mengakses Kabupaten Tasikmlaya dengan waktu tempuh sekitar delapan jam lamanya, dengan rute, Jakarta, Bogor Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya. Kendaraan roda dua dapat mengakses rute yang sama dengan rute roda empat, namun waktu tempuh yang didapat akan sedikit lebih lama, karena motor harus melewati jalan regular semenjak dari awal perjalanan. 2. Bus atau Kendaraan Umum Lainnya Terminal utama tipe A terletak di pusat kota Tasikmalaya di jalan Letnan Harun Kota Tasikmalaya. Bus-bus tersebut yang menghubungkan Tasikmalaya dengan Jakarta, Bandung, Cikarang, dan lain-lain dengan waktu tempuh TasikJakarta kurang lebih enam jam dengan berbagai tipe mobil seperti ekonomi-AC, eksekutif dan super eksekutif, yang melayani setiap satu jam sekali.Berikut adalah harga dan jadwal keberangkatan bus Bogor Tasikmalaya, 06:00 (AC) & 07:00,18:00 (AC) & 19:00 Patas AC seat 2-2 Rp. 45.000,- Patas non AC seat 3-2 Rp. 38.000. 3. Kereta Api Stasiun Tasikmalaya terdapat di pusat kota yan terletak dijalan RAA Wuratanuningrat Kota Tasikmalaya. Stasiun ini melayani rute ke semua daerah di Tasikmalaya dan Luar Tasikmalaya seperti Bandung, Karawang, Jakarta, Jogyakarta dan lain-lain. Hubungan dengan Jakarta dilayani dengan kereta api kelas ekonomi (Serayu) dari Stasiun Tasikmalaya menuju stasiun Kota Jakarta.

52

IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

A.

Lokasi danWaktu Lokasi pelaksanaan Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata Goa

adalah di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan selama 45 hari terhitung dari Bulan Januari sampai Maret 2012. Rencana tata waktu pelaksanaan secara terperinci adalah sebagai berikut (Tabel5) Tabel 5. Rencana Tata Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir
November No Kegiatan 1 2 3 4 1 1. Tahap Persiapan - Studi Pustaka -Penyusunan Proposal 2. Pengumpulan Data Sekunder TA Pengumpulan Data Primer TA Pengolahan dan Analisis Data Revisi data Penyusunan Laporan Tugas Akhir 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Desember Januari Februari Maret April

3.

4.

5. 6.

B.

Alat dan Bahan Alat yang dipergunakan selama kegiatan pengambilan data dilapangan

hingga pengelolaan data Tugas Akhir dapat dilihat pada (Tabel 6). Alat digunakan untuk menunjang kegiatan pengambilan data. Tabel 6. Alat yang digunakan
No. 1. 2. 3. 4. Alat Kamera DSLR (Nikon D3100) Tripod Laptop Alat tulis Fungsi Digunakan sebagai alat dokumentasi Digunakan sebagai alat penyangga kamera Digunakan mengolah data Menulis data yang dibutuhkan

53

5. 6. 7. 8.

Kuesioner Buku literature Senter atau Headlamp Kuesioner

Digunakan untuk menilai suatu objek Sebagai acuan dan panduan selama kegiatan Tugas Akhir Sebagai Penerang Gelap Digunakan untuk mengambil data dari pengunjung, masyarakat, dan pengelola terkait dengan kegiatan pengelolaan goa, untuk pengembangan wisata goa. Digunakan untuk peninjauan lokasi kawasan dalam bidang gambar Digunakan untuk mengetahui arah mata angina Digunakan untuk mengukur dimensi fisik Digunakan untuk menentukan titik koordinat goa Digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya kecelakaan Digunakan sebagai alat bantu pengkuran dan pemetaan Digunakan untuk mengukur suhu Digunakan untuk melindungi tubuh dari bahaya

9. 10. 11. 12, 13. 14. 15. 16.

Peta Kawasan Kompas Pita Ukur GPS Sepatu Boot Webbing Termometer Coverall

Obyek yang diamati dalam kegiatan Tugas Akhir ini secara umum adalah sumberdaya wisata goa berupa obyek geologi atau abiotik goa, serta unsur biotik yang ada didalam dansekitar goa, beserta keterkaitan sosial-budaya masyarakat terhadap goa tersebut, Selain itu responden yang diambil sebagai penilai yang obyektif yaitu pengunjung, pengelola, serta masyarakat disekitar kawasan goa. C. Jenis Data Data yang diambil dalam pelaksanaan tugas akhir ini berupa data primer dan data sekunder. Pembagian jenis data ini berdasarkan bentuk pengambilan data pada saat dilakukannya kegiatan tugas akhir. Jenis data primer dan sekunder tersebut dirinci sebagai berikut : 1. Data primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan atau merupakan data pokok. Data-data tersebut antara lain kondisi fisik goa, iklim, aksesibilitas, sarana, kondisi sekitar, daya dukung, keamanan, pengunjung, ketersediaan air dan peta dimensi goa, yang kemudian akan menjadi dasar klasifikasi goa berdasarkan akses masyarakat, kandungan isi, derajat bahaya, serta berdasarkan pada letak dan batuan pembentuknya (Tabel 7).

54

Tabel 7. Data Primer


Data primer Potensi Fisik Sumberdaya dan Daya Goa Tarik Goa Data yang dikumpulkan Derajat Kesulitan Goa, Titik Koordinat Goa, Panjang Goa, Tinggi Goa, Ukuran Mulut Goa Kelelmbaban Goa, Debit Air, Suhu Goa Ornamen Goa, Flora dan Fauna didalam maupun diluar Goa Letak goa dari perumahan pendudukLetak goa dari jalan rayaJarak goa dari obyek wisata lain Peminjaman AlatShelter Mushola Toilet Air bersih Binatang Luapan Air Kecelakaan Karakteristik Pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan, dan pekerjaan) Karakteristik, Persepsi,Kesiapan Masyarakat, Karakteristik, Persepsi pengelola terkait Kawasan goa, penilaian kelayakan obyek, kesiapan pengelola Sumber Data Metode

Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang

Pengukuran Pengukuran Pengamatan Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengukuran Pengamatan Pengamatan Pengukuran

Aksesibilitas

Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang

Pengukuran Pengukuran Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan

Fasilitas sarana

Keamanan

Pengunjung

Kondisi Aktual Pengunjung Kondisi sekitar dan daya dukung kawasan Pengelola

Lapang

Wawancara

Masyarakat

Lapang

Wawancara

Pengelola

Lapang

Wawancara

2.

Data sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yakni

melalui studi literatur. Data sekunder terdiri atas kondisi umum, dan Kondisi Pengunjung (Tabel 8).

55

Tabel 8. Data Sekunder


Data sekunder Kondisi Umum Kawasan Data yang dikumpulkan Sejarah Letak dan Luas Iklim dan Topografi Sosial Ekonomi Masyarakat

Sumber Data
Dokumen dan Laporan Demografi desa Dokumen dan laporan Demografi desa

Metode Studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur

D.

Metode Pengambilan Data Kegiatan penggalian data potensi sumberdaya goa dan data lain merupakan

salah satu aspek vital dalam proses perencanaan ekowisata goa. Penggunaan metode yang berkaitan merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan agar pengukuran atau penggalian data potensi sumber daya goa dan data lain berjalan dengan efektif. Metode yang digunakan antara lain ialah metode pengamatan dan pengukuran kondisi fisik goa, metode wawancara masyarakat, wisatawan, dan pengelola. 1. Metode Pengamatan dan Pengukuran Kondisi Fisik Goa Kegiatan pengamatan dan pengukuran kondisi fisik goa merupakan salah satu tahap yang dilakukan untuk mengetahui sumberdaya dan potensi lain dengan observasi, identifikasi dan dokumentasi. Kegiatan observasi, identifikasi, dan dokumentasi pengukuran serta pengamatan ini meliputi pengukuran derajat kesulitan, pengambilan titik koordinat dan pemetaan goa, pengukuran kondisi iklim mikro, pengamatan ornamen goa dan daya tarik lain, dan pengamatan aksesibilitas, sarana, dan keamanan. a. Pengukuran Derajat Kesulitan Penentuan derajat kesulitan goa merupakan tahap awal dalam proses identifikasi dan observasi. Kegiatan pengukuran dan pengamatan ini

menggunakan 4 parameter (Ko 2001) yaitu : 1. Aktivitas tubuh berupa berdiri (> 160 cm), merunduk (140-160 cm), jongkok (120-140 cm), merangkak (80 120 cm), merayap (<80cm). Berenang memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas

56

lainnya karena berenang ini membutuhkan keterampilan yang khusus dalam melakukannya. 2. Kondisi Air (debit air) dalam goa menjadi parameter penilaian yang penting karena akan menentukan tingkat kesulitan dalam penelusuran goa.Debit air yang lebih besar lebih menyulitkan untuk ditelusuri dibandingkan dengan goa yang memiliki debit air yang kecil. Semakin tinggi debit air, maka semakin besar nilai yang diberikan. 3. Panjang lorong goa merupakan salah satu parameter yang penting dalam penilaian derajat kesulitan. Semakin panjang lorong goa semakin tinggi nilai yang diberikan. Goa yang panjang akan membutuhkan daya tahan tubuh yang lebih dibandingkan dengan goa yang pendek karena semakin ke dalam goa ketersediaan oksigen semakin menipis. 4. Bentuk mulut goa merupakan parameter yang cukup menentukan dalam penelusuran goa. Bentuk mulut goa vertical akan lebih membutuhkan keterampilan, daya tahan tubuh dan ketersediaan alat lengkap

dibandingkan dengan bentuk mulut goa yang horizontal. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 9). Tabel 9. Parameter penilaian derajat kesulitan goa
Parameter 1 Aktivitas Tubuh Berdiri Merunduk Jongkok Merangkak Nilai 0 0.5 1 1.5 Parameter 2 Debit Air 0 40 41 80 81 120 121 160 >160 Nilai 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Parameter 3 Panjang Goa 0 - 50 51 100 101 150 1 151 200 >200 Nilai 0 0.5 1 1.5 2 2.5 Parameter 4 Bentuk Mulut Goa Horizontal Vertikal Nilai 0 0.5

Merayap 2 Berenang 2.5 Sumber : Ko (2001)

b.

Pengambilan Titik Koordinat dan Pemetaan Goa Pengambilan titik koordinat letak lokasi goa dilakukan dengan GPS (Global

Position System), serta untuk metode survey arah pengambilan data pemetaan bagian dalam goa dilakukan dengan metode forward (Gambar 11) yaitu pembaca alat dan pencatat pada system stasiun pengukuran pertama, kemudian pembaca alat menentukan target stasiun kedua. Setelah pembacaan selesai, pembaca alat

57

dan pencatat berpindah ke stasiun kedua dan menentukan tujuan stasiun ketiga. Demikian seterusnya sampai stasiun pengukuran terakhir.Untuk arah survey berdasarkan arah pengumpulan data menggunakan metode top to bottom, dimulai dari pintu goa sampai ujung lorong atau dasar dari goa atau sampai stasiun terakhir. Grade pemetaan yang digunakan yaitu Grade III, karena peralatan yang digunakan terbatas pada kompas, pita ukur dan klinometer (Grade Survey Center Line standard BCRA, sumber Surveying Cave, Bryan Ellis, 1970).

Gambar 11. Pemetaan goa dengan menggunakan metode forward c. Pengukuran Kondisi Iklim Mikro Pengukuran kondisi iklim mikro goa. Iklim mikro goa yang diambil seperti suhu dan kelembaban diukur dengan meggunakan termometer. Pengukuran debit air dilakukan dengan metode botol, yaitu dengan bola botol dialirkan dari titik awal acuan sampai titik akhir acuan dengan menghitung waktu alir sehingga dapat diketahui kecepatan arus air, Setelah itu dilakukan pengukuran lebar dan

kedalaman rerata sungai (Gambar 12).


Arah Arus

lebar
Dalam

Panjang

Gambar 12. Pengukuran debit air sungai menggunakan metode pingpong d. Pegamatan Ornamen Goa dan Daya Tarik lain Pengamatan ornamen goa yang menarik dan daya tarik lain di setiap goa dilakukan dengan mencatat jenis dan jumah ornamen serta daya tarik lain serta

58

mencatat ornamen dan daya tarik lain yang paling menonjol pada setiap goa, kemudian dilakukan pula pengamatan derajat kesulitan ( merayap, jongkok, berenang, dan lain lain) pada setiap goa. e. Pengamatan Aksesibilitas, Sarana, Keamanan, dan Daya Dukung lain Pengamatan aksesibilitas, sarana, keamanan dan daya dukung lain, dilakukan dengan secara langsung kelapangan dan mencatat data yang ada, dengan kombinasi wawancara sejumlah pihak terkait, seperti masyarakat sekitar, atau pengelola kawasan. 2. Masyarakat Data masyarakat meliputi karakteristik, persepsi, kesiapan masyarakat dan keterlibatan masyarakat melalui penyebaran kuesioner yang bersifat Close Ended yaitu kuesioner dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Responden yang diambil datanya secara acak menggunakan sampling size sebesar minimal 30 responden. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa untuk

penelitian yang menggunakan analisa data dengan statistik, jumlah sampel terkecil adalah sebanyak 30 orang. Singarimbun (1989 : 170 171) dalam Ihyani F (2010). 3. Wisatawan Data mengenai wisatawan yang diperlukan dalam kegiatan penelitian yaitu karakteristik, motivasi serta persepsi mengenai perencanaan ekowisata goa. Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung dan penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Kegiatan observasi dilakukan dengan mengunjungi dan mengamati langsung wisatawan atau pengunjung di lokasi setiap goa dan dilanjutkan dengan penyebaran daftar pertanyaan atau kuesioner. Daftar pertanyaan disusun dengan pola close ended (pilihan ganda), dimana dalam pola ini wisatawan atau pengunjung dapat langsung memilih jawaban dari aspek yang telah disediakan. Daftar pertanyaan disebarkan kepada responden dengan jumlah responden sebanyak 30 responden yang ditentukan dengan metode convenience sample yaitu

59

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, wisatawan yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden. Jumlah tersebut dianggap telah

mewakili populasi yang ada dalam klasifikasi actual demand yang selalu datang, pengunjung potencial demand yang berpotensi datang,atau pengunjung dengan klasifikasi latend demand. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang datang per-periode tertentu di setiap goa. 4. Pengelola Data dari pengelola yaitu meliputi karakteristik, persepsi dan kesiapan pengelola atas perencanaan ekowisata goa yang akan dilakukan pada kawasan. Pengambilan data kepada pihak pengelola dilakukan karena pengelola merupakan salah satu pihak yang mempunyai peran sebagai asesor untuk mendukung aspek komparatif-edukatif dalam proses analisis kuantitatif atau penilaian potensi ekowisata goa di Kabupaten tasikmalaya dengan menggunakan indikator penilaian potensi Avenzora (2008). Pengambilan data pihak pengelola dilakukan dengan wawancara dan mengajukan kuesioner untuk kemudian dilakukan observasi terhadap informasi yang diperoleh dari hasil data kuesioner. Pihak pengelola yang disebutkan yaitu petugas lapangan dan staf terkait. Pengelola menjadi pihak yang penting untuk diketahui datanya karena bertindak sebagai perantara. Perantara yang dimaksud ialah mempunyai fungsi untukmenjadi penghubung antara pengunjung dengan aktivitas wisata serta masyarakat yang terdapat pada kawasan. Pengelola juga dinilai sebagai pihak yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang cukup mengenai kondisi aktual kawasan, atau informasi mengenai ekowisata goa. E. Metode Analisis Data Berdasarkan data yang menjadi bahan analisis, analisis data yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif menurut Kusmayadi dan Endar (2000) diacu dalam Widagti (2003) adalah penelitian yang berusaha menggambarkan atau menvisualisasikan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, aktual dan akurat. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk

60

menguraikan data yang didapat sehingga diperoleh gambaran pengembangan jenis ekowisata goa. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam mendeskripsikan data yang didapatkan secara jelas tanpa menggunakan penghitungan. Data yang dapat digunakan dalam analisis data kualitatif adalah pendeskripsian tentang ornamen goa dan biota didalamnya. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung data yang diperoleh melalui pengukuran dan perhitungan, seperti debit air, atau panjang goa. Hasil dari data tersebut akan diolah dalam grafik dan bentuk presentase. 1. Suhu dan kelembaban udara Metode yang digunakan yaitu dengan pengukuran suhu setiap goa. Pengukuran suhu ini menggunakan termometer basah dan kering. Jenis data yang diambil adalah suhu dan kelembaban lokasi di kawasan tersebut. Data tersebut dalam daftar isian (thally sheet) yang untuk selanjutnya dibuat rekapannya pada tabel rekapitulasi pengamatan. Hasil rekapan tersebut kemudian disimpulkan dan akan diketahui suhu dan kelembaban rata-rata dari lokasi tersebut. 2. Pengukuran debit air sungai Parameter yang diukur adalah lebar sungai rata-rata, kedalaman sungai ratarata, panjang sungai rata-rata dan kecepatan arus sungai rata-rata, dengan menggunakan metode botol. Kemudian dari data pengukuran di lapangan dapat dihitung untuk mendapatkan hasil mengenai kecepatan arus, kedalaman rata-rata, dan debit air dengan menggunakan rumus di bawah ini. D = rata rata kedalaman d = kedalaman D = rata rata kedalaman d = kedalaman v = kecepatan s = Jarak t = waktu

61

F.

Metode Pembuatan Output Media Promosi Output yang dihasilkan dari perencanaan ekowisata goa di Kabupaten

Tasikmalaya yakni berupa media promosi audio visual yang mempunyai fungsi dan tujuan untuk memberi informasi dari potensi wisata serta sebagai pemasaran kawasan wisata. Latar Belakang. Media promosi dalam bentuk audio visual atau film

merupakan salah satu media yang efisien bagi promosi atau informasi suatu obyek, hal tersebut dikarenakan film mempunyai kelebihan yaitu berupa menyampaikan informasi dalam gambar bergerak dan dapat diiringi suara yang dapat disesuaikan lamanya dengan durasi. Film dapat membawa penonton merasakan dan melihat sendiri informasi yang disajikan. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR atau handycam beserta bantuan tripod dan perangkat lainnya. Kemudian data mentah dari pengambilan gambar di lapangan di olah melalui proses editing dengan menggunakan software Corel Ulead Video Studio, yang kemudian hasil dari pengolahan tersebut menghasilkan media promosi dalam bentuk audio visual mengenai ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya. Konsep Perencanaan Produksi Film. Informasi potensi goa dan daya dukungnya merupakan isi utama dalam film, selain sebagai visualisasi potensi kepada masyarakat luas, juga sebagai media promosi wisata khususnya untuk program ekowisata goa, dan umumnya untuk pariwisata di Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan potensi yang dijadikan isi disesuaikan dengan hasil identifikasi, observasi, dan wawancara pada lokasi. Informasi yang terutama

harus disampaikan adalah manfaat goa terhadap lingkungan sekitar, dari aspek ekologi, budaya dan perekonomian, sehingga masyarakat diajak untuk menjaga dan melestarikan goa tersebut. Film akan dikemas dengan dua opsi pengemasan konsep, yang pertama dengan konsep dokumenter asli yang mengkombinasikan narasi langsung dalam bentuk visual atau audio. Narator akan dibebankan pada editor, tanpa adanya sebuah karakter tertentu didalam produksi pengambilan gambar. Konsep pengemasan yang kedua ialah berupa adanya penggunaan

sebuah karakter pengantar informasi (narator) didalam sebuah film tersebut dari

62

awal hingga akhir, dan narasi tidak dilakukan secara langsung. Informasi yang disajikan dalam film dokumenter diringkas secara sederhana, dengan durasi 15 menit. Setelah penentuan konsep pengemasan produksi film yang disesuaikan dengan kondisi aktual, kemudian akan dilakukan penyusunan sinopsis dan skenario yang selanjutnya langsung dilakukan pengambilan materi film.

63

G.

Kerangka Pemikiran

Bagaimana Memanfaatkan Potensi Goa di Kabupaten Tasikmalaya menjadi sebuah produk Ekowisata Goa Variabel Essensial

Sumberdaya Goa

Masyarakat - Karakteristik - Persepsi, - Kesiapan Masyarakat,

Wisatawan - Karakteristik - Motivasi - persepsi

Institusi

- Potensi Fisik dan Daya


Tarik Goa - Aksesibilitas - Fasilitas sarana - Keamanan

-Kebijakan Rencana Institusi Anggaran

Investigasi

Observasi - berbagai parameter variable essensial sesuai dengan menggunakan Thally Sheet.

Kuesioner - Close Ended - Random Sampling

Sumberdaya Potensial Ekowisata Goa

Indikator Potensi Sumberdaya Ekowisata Goa (Avenzora,2008) - Keunikan - Kelangkaan - Keindahan - Seasonality - Sensitifitas - Aksesibilitas - fungsi sosial

Program Wisata DesainPromosi

ungsi Sosial

Audio Visual

Corel Ulead Video Studio Adobe Premier Adobe Phtoshop Corel Draw

Media Promosi

Gambar 13. Kerangka Berfikir

64

DAFTAR PUSTAKA

Aristyanto MH. 2005. Introduksi Speleologi.http://www.indover.org. Diakses Pada tanggal 27 November 2012 Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BPR NAD-NIAS. Banda Aceh Duckeck J. 2007. Classification of caves. http://www.showcaves.com/english/explain/speleology/classification.ht ml. Diakses pada tanggal 26 november 2012.

Ernawati, Izwerni, Nelmira W. 2008 Tata Busana. Direktorat Pembinaan Sekolah menengah kejuruan. Jakarta. Fahmi, I. 2011. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Alfabeta. Bandung. Falah ABR. 2008. Makalah Indonesia Scientific Karst forum (Upaya Perlindungan Karst dan Pembelajaran Masyarakat Melalui Kegiatan Speleologi Partisipatif). Gunung Sewu Karst Forum. Yogyakarta. Field S. 1994. The Foundations of Screenwriting. Ford and Wiliams. 2007. Hydrogeology and Geomorphology. Gema. 2004. Sejarah Penelusuran Goa. Pecinta Alam Universitas Katolik-St Thomas Sumatera utara. http://www.highcamp.web.id/file/artikelanda/file02.htm Diakses pada tanggal 27 November 2012 Hariandja, Marihot, TE. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Grasindo: Jakarta. Herdiannanda D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media Bantu Siswa Dalam penguasaan Kosakata bahasa mandarin Di SMA Negeri 4 Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Senirupa. Universitas Sebelas Maret. Surakata. Hidayat O. 2009. Pengembangan Program Wisata Goa di Taman Wisata Alam PangandaranCiamis Provinsi Jawa Barat.Tugas Akhir di Direktorat Program Diploma Program keahlian Ekowisata Institut Pertanian Bogor. Howarth. 1983. Classification Of Caves Animal. http://cavefauna.wordpress.com/biospeleology/adaptasi-fauna-gua/. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Ihyani F. 2010. Hubungan Strategi Sosial Program Tegal Sehat 2010 Terhadap Tingkat kesadaran Kesehatan Masyarakat Kota Tegal. Tugas Akhir.

65

Pendidikan Diploma Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Semarang Joni A, Puspitasri AY, Nurlinda R. 2010. Poster dan Film Sebagai Media Pendidikan Konservasi Goa Putih di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Edisi ketiga. Jakarta Ko RKT. 2001. Obyek Wisata Alam (Pedoman Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasaran). Yayasan Buena Vista Bogor. Ko RKT. 2003. Dunia Bawah Tanah (Kode Etik dan Moral Penelusur Goa). Natura. Tangerang. Laudensius O dan Wardhanna ADA. 2000. Keanekaragaman Arthropoda Goa di Kawasan Karst Pacitan. UKM Palawa UAJY dan Fakultas Biologi UAJY Biota. Jurnal Kawasan karst. Vol. VI (1). Mayapala. 2008. Geologi Goa. http://subterra.web.id/speleologikarstologi/geologi-goa.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012. Mulec J, Kosi G, Vrhovsek D. 2008. Characterization of cave aerophytic algal communities and effects of irradiance levels on production pigments. Journal of Cave and Karst Studies. V (70), no. 1:3-12. Springer. Muljadi, AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyana, D. 2006. Komunikasi Antar Budaya. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyana, D. 2007. Ilmu komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyati T. 2007. Kajian Kondisi Goa untuk Pengembangan Wisata Minat Khusus Di Kawasan Karst Gudawang Kabupaten Bogor.Skripsi.Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Bogor. Muslich M, Suyono. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. Jurnal Penelitiam Kependidikan. Tahun 19, Nomor 1. Fakultas Sastra Universitas negeri Malang. Malang. Nin. 2006. Menelusuri Goa Leang Pute. http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=16963. Diakses pada tanggal 27 November 2012.

66

Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Nugroho W. 2011. Modul Cara Menulis Naskah Video (Skenario). Puldo-Bosch A, Martin-Rosales W, et all. 1997. Human Impact in a Tourist Karstic Cave (Aracena, Spain). Research Article. Environmental Geology 31 (3/4) June 1997. Springer-Verlag. Robbins SP., Timothy AJ. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat. Jakarta. Rochani A. 2000. Media Sebagai Bahan Ajaran Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta. Samodra H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia Pengelolaan dan perlindungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Santosa S. 2004. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta. Setiadi EM., Hakam KA., Effendi R. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana. Jakarta. Simamora, B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Singgih Y. 2002. Asas-asas Psikologi. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta. Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata. PT Gramedia Pusaka Utama. Jakarta. Sumarlin O. 2007. Keindahan Dunia Bawah Tanah. Perhimpunan Pecinta Alam.Jantera, Geografi UPI. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/1205/22/cakrawala/utama01. htm. Diakses pada tanggal 25 November 2012. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Sungkar A. 2007a. Suatu Keindahan Alam Bawah Tanah. Makalah Pada Penelitian Pemandu Wisata Petualangan dan Eksplorasi: Bogor, 30 Juli 18 Agustus 2007. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sungkar A. 2007b. Wisata Goa. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sunjayadi A. 2008. Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata. Jurnal umum. Vol.10 NO.2, Oktober 2008 (301-306). Wacana. Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

67

Widjanarko S. 2008. Goa Wisata. http://subterra.web.id/opini/goa-wisata.html. Diakses pada tanggal 28 November 2012. Wrihatnolo, R. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. Elex Media Komputindo. Wood J. [Tanpa Tahun]. Goa (Kenyataan, Cerita, Aktivita). Saputra L, editor. Quality Press.

68

LAMPIRAN

69

Lampiran 1. Kuesioner Accessor KUESIONER ACCESSOR


EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui persepsi Assesor mengenai Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Identitas penyebar kuesioner : Nama Nim : Afrodita Indayana : J3B110049 Lokasi Penyebaran : ..

Tanggal penyebaran :-./2012

Program Keahlian : Ekowisata Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia

A. Persepsi Potensi Goa ........................ di Kabupaten Tasikmalaya


1. Apakah keunikan dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya dan berapakah kadar keunikannya?
Nama Obyek Aspek Penilaian 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

a. b. c. d.

Bentuk dan/atau ukuran dimensi goa tersebut sangat berbeda dengan goa sejenis pada umumnya Warna-warna goa tersebut sangat berbeda dengan warnawarna goa sejenis pada umumnya Topografi yang timbul pada goa tersebut sangat berbeda dengan topografi pada goa sejenis pada umumnya Manfaat dan fungsi sosial dari goa tersebut sangat berbeda dengan manfaat dan fungsi sosial goa sejenis pada umumnya Tempat dan ruang goa tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang tumbuh goa sejenis pada umumnya

e. f.

Waktu kejadian goa tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh goa sejenis pada umunya g. Dinamika alam yang terjadi pada goa tersebut sangat berbeda dengan dinamika pada goa sejenis pada umumnya Keterangan 1. sangat tidak unik, 2. tidak unik, 3. agak tidak unik, 4. biasa saja, 5. agak unik, 6. Unik, 7. sangat unik

70

2.

Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya? Nama Obyek 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

Aspek Penilaian a. Goatesebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional b. Goa ejala Alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional c. Goatersebut tidak terdapat di provinsi lain d. Goa tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat pada Kabupaten lain e. Goatersebut tidak terdapat pada kecamatan lain f. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut sangat langka dalam kurun waktu tertentu g. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut sangat langka sesuai dengan prakondisi tertentu yang tidak dapat diprediksi kejadiannya Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak langka, 6. Langka, 7. sangat langka 3. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai keindahan tertentu dan berapakah kadar keindahanya? Nama Obyek 1 Aspek Penilaian a. Keindahan komposisi dan nuansa bentuk dari goatersebut b. Keindahan komposisi dan nuansa warna dari goatersebut c. Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari goatersebut d. Keindahan komposisi dan nuansa ruang goatersebut dengan alam sekitarnya e. Keindahan komposisi dan nuansa visual secara totalitas dari goatersebut f. Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa goatersebut g. Keindahan komposisi dan nuansa afirmatif dari proses goatersebut Keterangan: 1. Sangat indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat Indah 2 3 Nilai* 4 5 6 7

71

4.

Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai waktu-waktu tertentu (musiman) untuk dikunjungi dan berapakah kadar musiman tersebut? Nama Obyek 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

Aspek Penilaian a. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu b. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian c. Dinamika perilaku Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada minggu tertentu periode bulan tertentu d. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam tahun tertentu

e. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu f. Goatersebut hanya dapat dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali g. Goa tersebut hanya bisa dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu dan/atau status sosial tertentu Keterangan: 1. sangat tidak musiman, 2. tidak musiman, 3. agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5.Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat Musiman 5. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya memiliki tingkat sensitivitas terhadap pengaruh luar dan berapakah kadar sensitivitas tersebut? Nama Obyek Aspek Penilaian a. Peristiwa kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal b. Kualitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal c. Kuantitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang dalam jarak pandang optimal d. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain disekitarnya e. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

72

mempengaruhi kualitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya f. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya g. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut dalam bentuk physical contact tidak memnyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian Gejala Alam tersebut ataupun gejala alam lain yang terkait h. Daya dukung fisik Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut i. Daya dukung ekologis Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut j. Daya dukung psikologi pengunjungtidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn- over factor rendah untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan dilakukan di tempat tersebut Keterangan: 1. sangat tidak sensitif, 2. tidak sensitif, 3. agak tidak sensitif, 4. biasa saja, 5. agak sensitif, 6. sensitif, 7. sangat sensitif, 6. Apakah aksesibilitas menuju lokasi Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalayamudah dijangkau dan berapakah kadar jangkauan tersebut? Nama Obyek Aspek Penilaian a. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten b. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal jam dari ibukota kecamatan c. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi Goatersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 kilometer e. Untuk menjangkau lokasi tumbuh Goatersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari f. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau pengunjung 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

73

dalam segala cuaca g. Pada musim penghujan, Goatersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja, 5. agak terjangkau, , 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau 7. Apakah fungsi sosial dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya,yang dimanfaatkan dan berapakah kadar pemanfaatan tersebut? Nama Obyek Aspek Penilaian a. Gejala alam tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersbut. b. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian mayarakat setempat c. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebaaia salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat d. Goatersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat e. Goatersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat f. Goatersebut hingga saat ini digunakan hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat g. Goa tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

74

Lampiran 2. Kuesioner Wisatawan/Pengunjung

TUGAS AKHIR
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG
EKOWISATA GOA DI KABUPATEN TASIKMALAYA Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, motivasi dan persepsi pengunjung mengenai Perencanaan Ekowisata Ekowisata Goa Di Kabupaten Tasikmalaya Identitas Penyebar Kuesioner: Nama NIM Program Keahlian : Afrodita Indayana : J3B110049 : Ekowisata Lokasi Penyebaran :.

Tanggal/Penyebaran : ../2012

Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia A. Katareristik Responden No. Responden: .....
1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama : (boleh tidak diisi) Jenis kelamin : L/P * Status pernikahan : Single/Menikah * Umur : .. Tahun Asal Daerah : Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma (D1/ D2/ D3) e. Sarjana (S1/ S2/ S3) f. Lainnya (sebutkan)........

7. Pekerjaan : a. Pelajar b. Mahasiswa c. Pegawai Negeri Sipil d. TNI/ POLRI e. Pegawai BUMN/ BUMD f. Guru/ Dosen

75

g. Pegawai Swasta h. Lainnya (sebutkan). 8. Pendapatan : a. < 100.000 b. 100.000 1000.000 c. 1000.000 2.500.000 d. > 2.500.000 9. Kunjungan : a. Sendiri b. Keluarga c. Teman d. Rombongan e. Lainnya (sebutkan). 10. Berapa kali Anda pernah mengunjungi tempat ini ? a. Pertama kali b. 2 kali c. 3 5 kali d. 5 10 kali e. Lainnya (sebutkan)..

B. Motivasi
Beri tanda chekhlist () pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Darimanakah Anda mengetahui informasi mengenai goa .....................?
Kadar Informasi Sumber informasi a. b. c. d. e. f. g. h. Pribadi Teman/keluarga/saudara Koran/Majalah/surat kabar Brosur/Leaflet/Booklet Radio/ iklan di televise Website Jaringan social Lainnya (sebutkan) Keterangan : 1 2 3 4 5 6 7 1. sangat tidak jelas 2. tidak jelas 3. agak tidak jelas 4. biasa saja 5. agak jelas 6. jelas 7. sangat jelas

76

2. Apakah motivasi Anda mengunjungi goa ....................... ? (Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu)
Skala Motivasi Prioritas*) a. b. c. d. e. f. Penelitian/ Pendidikan Bisnis/ Pekerjaan Kontak Sosial Spiritual Wisata Rekreasi 1 2 3 4 5 6 7 Aspek Jawaban

Keterangan 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas, 3) Agak tidak puas, 4) Biasa saja, 5) Agak puas, 6) Puas, 7) Sangat puas *) Skala prioritas diisi berdasarkan prioritas utama dalam rentang angka 1 untuk yang paling prioritas sampai seterusnya.

C. Persepsi
Beri tanda chekhlist ()pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan : 1.
No. 1.

Bagaimana menurut anda potensi ekowisata goa di goa ....................... ?


Nilai* Nama Obyek Penilaian 1 2 3 4 5 6 7 Kondisi Sekitar Aksesibilitas Letak Goa Sarana dan Prasarana ................................. ..................................

2. -

Kondisi fisik (Ornamen goa) Mulut goa Stalagtit Stalagmite Sumber air goa

77

3.

................... ................... ....................... ......................... Kondisi Biotik - Fauna Goa Flora goa (sekitarnya) Obyek Lain Budaya Spiritual ......................... ........................... *Keterangan Nilai: 1. Keunikan 2. Kelangkaan 3.Keindahan 4.Seasonality 5.Sensitifitas 6.Aksesibilitas 7.Fungsi Sosial

4.

1.

Berapa lamakah waktu yang Anda miliki jika ekowisata goa telah terwujud?

Kadar Kesesuaian Lama waktu 1 b. 1 hari c. 2 hari d. 3 hari d. 4 hari e. 1 minggu f. Lainnya 2 3 4 5 6 7

Keterangan : 1. sangat tidak efektif 2. tidak efektif 3. agak tidak efektif 4. biasa saja 5. agak efektif 6. efektif 7. sangat efektif

2.

Setujukah Anda jika di Kabupaten Tasikmalaya direncanakan ekowisata goa ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Agak tidak setuju d. Biasa saja e. Agak setuju f. Setuju g. Sangat Setuju

78

Lampiran 3. Kuesioner Masyarakat

TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KUESIONER MASYARAKAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan kesiapan masyarakat mengenai Perencanaan Ekowisata Goa Di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Sumatera Barat Identitas Penyebar Kuesioner: Nama NIM Program Keahlian : Afrodita Indayana : J3B11004 : Ekowisata Lokasi Penyebaran :.

Tanggal/Penyebaran : ../2012

Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia A. Karakteristik Masyarakat No. Responden: ..... 1. 2. 3. 4. 5. Nama : Jenis kelamin : L/P * Status pernikahan : Single/Menikah * Umur : .. Tahun Asal Daerah : 6. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma (D1/ D2/ D3) e. Sarjana (S1/ S2/ S3) f. Lainnya (sebutkan)........ 7. Pekerjaan : a. Pelajar b. Mahasiswa c. Pegawai Negeri Sipil d. TNI/ POLRI e. Pegawai BUMN/ BUMD

79

f. Guru/ Dosen g. Pegawai Swasta h. Lainnya (sebutkan). 8. Pendapatan : a. < 100.000 b. 100.000 1000.000 c. 1000.000 2.500.000 d. > 2.500.000 B. Persepsi Masyarakat Beri tanda chekhlist () pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Apakah persepsi masyarakat terhadap potensi ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya ?
= Nama Obyek Kondisi Sekitar Aksesibilitas Letak Goa Sarana dan Prasarana ................................. .................................. 2. Kondisi fisik (Ornamen goa) - Mulut goa 3. Stalagtit Stalagmite Sumber air goa ................... ................... ....................... ......................... Nilai* *Keterangan Nilai: 1 2 3 4 5 6 1. 7Keunikan 2. Kelangkaan 3.Keindahan 4. Seosanality 5.Sensitifitas 6.Aksesibilitas 7. Fungsi Sosial

No. 1.

Kondisi Biotik - Fauna Goa Flora goa (sekitarnya)

80

Obyek Lain Budaya Spiritual ......................... ...........................

8. Setujukah Anda jika di Kabupaten tasikmalaya direncanakan Ekowisata goa? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Agak tidak setuju d. Biasa saja e. Agak setuju f. Setuju g. Sangat Setuju C. Kesiapan Masyarakat
Beri tanda chekhlist () pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Untuk mewujudkan perencanaan ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut ?
Aspek Jawaban Standard Pelaksanaan 1 A. Etika Pelayanan kepada pengunjung a. Setiap masyarakat diharuskan untuk mengucapkan salam kepada pengunjung b. Setiap masyarakat diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung c. Masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pengunjung d. Masyarakat tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung e. Masyarakat harus berkata jujur kepada pengunjung f.Masyarakat tidak membeda-bedakan pengunjung dalam hal usia, suku, warga Negara dan agama. g. Masyarakat harus berpenampilan yang baik dan wajar dengan menggunakan pakaian yang sopan dan rapih saat berhadapan dengan pengunjung h. Dalam berkomunikasi masyarakat harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sopan i. Masyarakat harus menghindari kebiasaan buruk saat melayani 2 3 4 5 6 7

81

pengunjung seperti merokok, makan, tidak menatap pengunjung saat berbicara, mendengarkan musik dengan menggunakan hadset j. Masyarakat tidak memotong pembicaraan pengunjung yang sedang berbicara k. Masyarakat tidak mengharapkan tips dari pengunjung l. Masyarakat tidak membicarakan masalah pribadi kepada pengunjung m. Masyarakat dilarang menggunakan kata-kata yang menyinggung unsur-unsur sara (agama,suku,ras,dan bangsa)

n. Masyarakat memberikan informasi secara benar dan membantu apabila diperlukan o. Masyarakat wajib mentaati etika pelayanan

Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Aspek Jawaban Standard Pelaksanaan 1 B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung a. Masyarakat selalu Menjalankan sistem keamanan lingkungan (SISKAMLING) b. Masyarakat harus mengetahui mengenai identitas pengunjung yang mengunjungi goadi Kabupaten Tasikmalaya c. Masyarakat mengetahui mengenai pengetahuan dasar penyakit ringan dan memiliki pengetahuan tentang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) d. Masyarakat menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) e. Masyarakat harus memberikan informasi kepada pengunjung mengenai aturan adat yang terdapat masyarakat sekitar goadi Kabupaten Tasikmalaya f. Masyarakat memastikan pengunjung agar tidak mengambil benda sejarah, benda peninggalan, flora,fauna yang terdapat di objek wisata 2 3 4 5 6 7

g. Masyarakat menyediakan pusat informasi h. Masyarakat cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang disebabkan oleh gangguan kemanan,kecelakaan,pencemaran dan bencana alam. i. Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung yang melakukan aktifitas wisata

82

j. Apabila ada yang melakukan perkelahian atau perusakan masyarakat wajib menghentikannya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib. k. Apabila menemukan barang yang hilang atau ketinggalan masyarakat wajib menggembalikan kepada pemiliknya atau menyerahkan kepada petugas yang berwenang dan petugas desa wajib menggembalikan barang tersebut kepada pemiliknya l. m. Jika terjadi kecelakaan masyarakat wajib menolong,dengan bantuan medis dan jika perlukan dirujuk ke rumah sakit Masyarakat wajib mentaati peraturan keamanan dan keselamatan pengunjung

Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
Standard Pelaksanaan 1 C. Persaingan Usaha a. Masyarakat memutuskan bersama mengenai harga b. Masyarakat tidak membeda-bedakan mengenai harga pengunjung lokal dan mancanegara. Aspek Jawaban 2 3 4 5 6 7

c. Masyarakat harus membagi pembagian wilayah untuk melakukan persaingan usaha d. Masyarakat menyediakan barang yang berkualitas agar pengunjung tidak kecewa dan tidak memberikan penilaian yang negatif terhadap suatu tempat usaha tersebut e. Masyarakat melakukan promosi secara langsung contohnya menjadi pemandu wisata di kawasan sekitar goa, dan mengantarkan ke pusat informasi f. g. h. Masyarakat harus menjual macam-macam produk khas Tasikmalaya Masyarakat harus menyediakan penyewaan transportasi jasa penginapan dan

Pedagang melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan prodak dan layanan yang bermutu

i. Menyediakan kotak kritik dan saran untuk pembeli j. Pedagang wajib mentaati etika persaingan usaha

D. kenyamanan dan kebersihan bagi Pengunjung

83

a. Masyarakat harus memperhatikan kebersihan lingkungan b. Masyarakat harus menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah c.Masyarakat dan atau pengunjung dilarang membawa barangbarang terlarang contohnyaminuman keras, narkotika dan psikotropika d. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang merusak fasilitas yang terdapat sekitar kawasan ekowisata goa di Kabupaten Tasikmalaya

e. Masyarakat dan Pengunjung wajib mengambil sampah yang terlihat di sekitar kawasan f. Masyarakat wajib bergotong royong sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu untuk kebesihan kawasan

g. Masyarakat menyediakan fasilitas MCK yang bersih dan layak digunakan h. Masyarakat dan atau wisatawan harus mentaati peraturan kesehatan yang ada di sekitar kawasan ekowisata goa

Keterangan :
1. Sangat Tidak Siap, 2.Tidak Siap, 3.Agak Tidak Siap, 4. Biasa Saja, 5.Agak Siap, 6. Siap, 7. Sangat Siap.

84

Lampiran 4.Kuesioner Pengelola

KUESIONER PENGELOLA KABUPATEN TASIKMALAYA Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, kebijakan dan anggaran pengelola mengenai Perencanaan Ekowisata Goa di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Identitas penyebar kuesioner : Nama Nim : Afrodita Indayana : J3B110049 Lokasi Penyebaran : ..

Tanggal penyebaran :-./2012

Program Keahlian : Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor, Indonesia

A. Karakteristik Institusi
Jenis Kelamin Usia Asal Daerah Status : P/L : . Tahun : : Menikah/Belum Menikah*

No Responden:

Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi* Pekerjaan Pendapatan : : a. < Rp. 1.000.000

b. Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000 c. Lainnya

*) coret yang tidak perlu

85

B. Persepsi
Potensi Goa ........................ di Kabupaten Tasikmalaya
1. Apakah keunikan dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya dan berapakah kadar keunikannya?
Nama Obyek Aspek Penilaian 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

a. b. c. d.

Bentuk dan/atau ukuran dimensi goa tersebut sangat berbeda dengan goa sejenis pada umumnya Warna-warna goa tersebut sangat berbeda dengan warnawarna goa sejenis pada umumnya Topografi yang timbul pada goa tersebut sangat berbeda dengan topografi pada goa sejenis pada umumnya Manfaat dan fungsi sosial dari goa tersebut sangat berbeda dengan manfaat dan fungsi sosial goa sejenis pada umumnya Tempat dan ruang goa tersebut sangat berbeda dengan tempat dan ruang tumbuh goa sejenis pada umumnya

e. f.

Waktu kejadian goa tersebut sangat berbeda dengan waktu tumbuh goa sejenis pada umunya g. Dinamika alam yang terjadi pada goa tersebut sangat berbeda dengan dinamika pada goa sejenis pada umumnya Keterangan 1. sangat tidak unik, 2. tidak unik, 3. agak tidak unik, 4. biasa saja, 5. agak unik, 6. Unik, 7. sangat unik 2. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya? Nama Obyek 1 Aspek Penilaian a. Goatesebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Internasional b. Goa ejala Alam tersebut telah masuk dalam daftar kelangkaan Nasional c. Goatersebut tidak terdapat di provinsi lain d. Goa tersebut bersifat endemik dan tidak terdapat pada Kabupaten lain e. Goatersebut tidak terdapat pada kecamatan lain f. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut sangat langka dalam kurun waktu tertentu g. Pengulangan proses kejadian Goa tersebut sangat langka sesuai dengan prakondisi tertentu yang tidak dapat diprediksi kejadiannya Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak langka, 6. Langka, 7. sangat langka 2 3 Nilai* 4 5 6 7

86

3.

Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai keindahan tertentu dan berapakah kadar keindahanya? Nama Obyek 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

Aspek Penilaian Keindahan komposisi dan nuansa bentuk dari goatersebut b. Keindahan komposisi dan nuansa warna dari goatersebut c. Keindahan komposisi dan nuansa dimensi ukuran dari goatersebut d. Keindahan komposisi dan nuansa ruang goatersebut dengan alam sekitarnya e. Keindahan komposisi dan nuansa visual secara totalitas dari goatersebut f. Kepuasan psikologi pengunjung dari komposisi dan nuansa goatersebut g. Keindahan komposisi dan nuansa afirmatif dari proses goatersebut Keterangan: 1. Sangat indah, 2. Tidak indah, 3. Agak tidak indah, 4. Biasa saja, 5. Agak indah, 6. Indah, 7. Sangat Indah 4. Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya mempunyai waktu-waktu tertentu (musiman) untuk dikunjungi dan berapakah kadar musiman tersebut? Nama Obyek 1 Aspek Penilaian a. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati beberapa saat saja pada hari tertentu 2 3 Nilai* 4 5 6 7 a.

b. Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu kejadian c. Dinamika perilaku Goatersebut hanya muncul dan dapat dinikmati pada minggu tertentu periode bulan tertentu d. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada kondisi bulan tertentu dalam tahun tertentu

e. Goatersebut hanya dapat dinikmati pada bulan tertentu dalam suatu periode tahun tertentu f. Goatersebut hanya dapat dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali g. Goa tersebut hanya bisa dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu dan/atau status sosial tertentu Keterangan: 1. sangat tidak musiman, 2. tidak musiman, 3. agak tidak musiman, 4. Biasa saja, 5.Agak musiman, 6. Musiman, 7. Sangat Musiman

87

5.

Apakah Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya memiliki tingkat sensitivitas terhadap pengaruh luar dan berapakah kadar sensitivitas tersebut? Nama Obyek 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

Aspek Penilaian a. Peristiwa kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal

b. Kualitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung dalam jarak pandang optimal c. Kuantitas kejadian Goatersebut tidak terpengaruh oleh kehadiran sedikit atau banyak pengunjung yang dalam jarak pandang optimal d. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi terjadinya kejadian fenomena alam lain disekitarnya e. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kualitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya f. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut pada jarak pandang optimal tidak mempengaruhi kuantitas kejadian fenomena alam lain disekitarnya g. Kehadiran pengunjung untuk menikmati Goatersebut dalam bentuk physical contact tidak memnyebabkan berubahnya secara permanen kualitas dan kuantitas kejadian Gejala Alam tersebut ataupun gejala alam lain yang terkait h. Daya dukung fisik Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut i. Daya dukung ekologis Goa tersebut tidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan di tempat tersebut j. Daya dukung psikologi pengunjungtidak terganggu karena penggunaan areal tersebut oleh pengunjung sebagai tempat berbagai kegiatan rekreasi dan wisata yang mempunyai turn- over factor rendah untuk setiap kegiatan rekreasi dan wisata yang diijinkan dilakukan di tempat tersebut Keterangan: 1. sangat tidak sensitif, 2. tidak sensitif, 3. agak tidak sensitif, 4. biasa saja, 5. agak sensitif, 6. sensitif, 7. sangat sensitif,

88

6.

Apakah aksesibilitas menuju lokasi Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalayamudah dijangkau dan berapakah kadar jangkauan tersebut? Nama Obyek 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

Aspek Penilaian a. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibukota kabupaten

b. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal jam dari ibukota kecamatan c. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi Goatersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebihi 2 kilometer e. Untuk menjangkau lokasi tumbuh Goatersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam sehari f. Lokasi Goatersebut dapat dijangkau pengunjung dalam segala cuaca g. Pada musim penghujan, Goatersebut hanya dapat dijangkau dengan kendaraan tertentu Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja, 5. agak terjangkau, , 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau 7. Apakah fungsi sosial dari Goa ........................ yang terdapat di kecamatan ........................ Kabupaten Tasikmalaya,yang dimanfaatkan dan berapakah kadar pemanfaatan tersebut? Nama Obyek Aspek Penilaian a. Gejala alam tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersbut. b. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian mayarakat setempat c. Goatersebut hingga saat ini masih digunakan sebaaia salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat d. Goatersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat e. Goatersebut hingga saat ini digunakan sebagai 1 2 3 Nilai* 4 5 6 7

89

salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat f. Goatersebut hingga saat ini digunakan hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat g. Goa tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat

C.Anggaran 1.
Apakah Pengelola menyediakan anggaran khusus untuk Perencanaan Ekowisata Goa? Aspek Jawaban No. Penempatan Dana 1 2 3 4 5 6 7 1. Fasilitas 2. Aksesibilitas 3. Keamanan 4. Kebersihan 5. Sarana dan Prasarana 6. Pemeliharaan 7. Penyelenggaraan eventperiodic 8. Promosi Keterangan: 1. sangat tidak menyediakan, 2. tidak menyediakan, 3. agak tidak menyediakan, 4. belum menyediakan, 5. agak menyediakan, 6. Menyediakan, 7. Sangat menyediakan

D.

Kesiapan Institusi

1. Untuk mewujudkan perencanaan Ekowisata Goa, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut :
Standard Pelaksanakan A. Etika Pelayanan Kepada Pengunjung dan Wisatawan a. Setiap pengelola diharuskan untuk bersikap santun kepada pengunjung dan wisatawa b. Setiap pengelola diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung dan wisatawan c. Setiap pengelola diharuskan berkomunikasi dengan baik terhadap pengunjung dan wisatawan d. Setiap pengelola tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung dan wisatawan e. Pengelola diharuskan bersikap ramah terhadap pengunjung dan wisatawan f. Pengelola harus mengharagai kritik dan saran dari pengunjung dan wisatawan g. Pengelola tidak membeda-bedakan status sosial pengunjung dan wisatawan B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung a. Institusi menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama 1 2 Aspek Jawaban 3 4 5 6 7

90

b.

c. d.

Pada Kecelakaan) Institusi cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang di sebabkan oleh gangguan keamanan,kecelakaan, pencemaran dan bencana alam Institusi membuat peraturan mengenai keselamatan pengunjung Pengelola mengatur sistem keamanan lingkungan dalam kegiatan ekowisata goa Standard Pelaksanakan 1 2 Aspek Jawaban 3 4 5 6 7

C. Persaingan Usaha a. Pengelola membuat aturan mengenai persaingan usaha b. Pengelola membantu dalam hal pendanaan, promosi, pengembangan usaha dan memberikan link c. Pengelola menentukan lokasi berdagang d. Pengelola menetapkan standar kualitas barang yang akan dijual, contohnya makanan yang harus diperhatikan tanggal kadarluarsanya e. Pengelola mengatur kualitas bahan baku barang dagangan D. Kenyamanan dan Kebersihan bagi Masyarakat a. Pengelola membatasi pengunjung yang datang ke Kabupaten Tasikmalaya b. Pengelola dan masyarakat mengatur jalur sirkulasi pengunjung yang datang ke Kabupaten Tasikmalaya c. Pengelola dan masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan d. Pengelola menyediakan tempat pembuangan sampah. e. Pengelola membuat peraturan kebersihan f. Pengelola menyediakan tim kesehatan

Keterangan : 1. sangat tidak siap, 2.tidak siap, 3.agak tidak siap, 4. biasa saja, 5.agak siap, 6. Siap, 7. sangat siap

91

Lampiran 5. Tally Sheet Pengukuran dan Pemetaan

92

Lampiran 6. Tally Sheet Daya

93

Lampiran 7. Jurnal Kegiatan Harian JURNAL KEGIATAN HARIAN Nama Mahasiswa NIM Lokasi : Afrodita Indayana : J3B110049 : Kabupaten Tasikmalaya Direktorat Program Diploma-Institut Pertanian Bogor (IPB)
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan Paraf

..2013 Pembimbing Lapang

(..................................................)

You might also like