You are on page 1of 36

PRAKTIKUM HIDROLOGI

LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Hidrologi yang dibina oleh Bapak Didik Taryana

Oleh Febriana Eka W. ( 8 ) 110721435021 Offering K

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI Desember 2012

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 0

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan penelitian hidrologi, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah hidrologi yang dibina oleh Bapak Didik Taryana. Dalam penyusunan laporan ini penulis telah menerima banyak bimbingan, dorongan, semangat,dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Didik Taryana selaku dosen matakuliah Hidrologi yang telah memberikan tugas serta bimbingan kepada kami. 2. Orangtua kami yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Teman-teman yang telah banyak memberikan inspirasi dan semangat dalam pembuatan makalah ini 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan laporan ini yang masih jauh dari sempurna,. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penulis dapat menghasilkan karyakarya yang lebih baik ke depannya.

Malang, 20 Oktober 2012

Penyusun

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 1

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kita selalu menjumpai air sebagai suatu sumber daya alam yang sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Namun masih banyak orang yang kurang faham dan mengerti tentang cara pengelolaan air secara baik agar tidak merugikan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dalam hal ini hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan pergerakan air baik diatas maupun yang di dalam bumi. Dalam kesempatan ini akan mengkaji tentang kondisi hidrologi yang terdapat dilingkungan sekitar kita. Setiap rumah maupun sepanjang jalan jalan umu tentu kita akan sering menjumpai saluran drainase atau bias dikatakan sebagai selokan. Yang biasanya dipakai untuk saluran pembuangan air ketika hujan turun dan terjadi surface run off. Supaya air dapat mengalir dan tidak terjadi limpasan. Namun seperti kita ketahui sekarang meski sudah terdapat saluran drainase tetap saja banjir dapat terjadi di daerah sekitar tempat tersebut. Oleh karena itu dilakukan terhadap saluran drainase di depan grahacakrawala untuk mengetahui seberapa besar kapasitas dbit maksimum ketika hujan terjadi. Karena setiap hujan air masih selalu meluap. Melakukan penelian terhadap debit air dengan berbagai macam weir atau alat bendung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya debit air pada suatu sungai yang besar. Disini saya melakukan penelitian di daerah arboretrum sumber brantas, sebagai tempat pertama aliran air atau sebagai hulunya sungai. Pengukuran kapasitas infiltrasi yaitu kemampuan air untuk meresap air kedalam tanah pada suatu tempat seberapa besarnya. Hal ini dilakukan supaya kita tahu air yang meresap berapa dan tanah mengalami kondisi jenuh.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 2

2. Rumusan Praktikum a. Berapa hasil pengukuran kapasitas saluran drainase di depan

grahacakrawala? b. Berapa hasil pengukuran debit dan luas air sungai di Arberetrum-Pujon? c. Berapa hasil pengukuran kapasitas infiltrasi di belakang SASBUD? 3. Tujuan Praktikum a. Untuk mengetahui hasil pengukuran saluran drainase di Grahacakrawa dan kemudian dapat menghitung debit air yang terdapat di area tersebut. b. Untuk mengetahui besarnya debit air pada setiap alat bendung dan luas dari pengukuran di sungai konto. c. Untuk mengetahui besarnya kapasitas infiltrasi pada area tersebut, seberapa besar.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 3

PRAKTIKUM HIDROLOGI PENGUKURAN 1 DEPAN GRAHA CAKRAWALA 1. Pengukuran Kapasitas Saluran Drainase Alat alat : a. teodolit dan tripot b. baak c. meteran rool d. penggaris besi Langkah langkah: a. Tentukan lokasi saluran yang lurus. Pasangkan baak yang sudah ada, skalanya pada bagian hulu dan hilir. Bacalah skala baak yang menempel pada garis Ca, Ct dan Cb. b. Hitunglah beda tinggi dengan cara menghitung dengan rumus : Beda tinggi = Ct hilir Ct hulu c. Hitunglah jarak antara alat dengan hulu dan hilir Lhulu = 100 (Ca Cb) L hilir = 100 - (Ca Cb) Jarak hulu hilir = Lhulu + L hilir d. Hitunglah beda tinggi dan jarak untuk mengetahui kemiringan atau slope S= Untuk menghitung debit: Q = A.V dimana ; Q = debit (m3/dt) A = luas saluran (m2) V = kecepatan aliran (m/dt) Luas saluran: L1 A1 Penggaris L2 L3

A3

A2
d2

d1

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 4

A1 = L 1 A3 = L 3 A2 = L 2 Kecepatan aliran: = A1 + A2 + A3

V = 1/n R2/3 S1/2

dimana ; V = kecepatan (m/dt) R = gradient hidrolis S = slope n = koefisien maning

R=

dimana ; A = luas P = perimeter basah (tempat air yang basah)

L1 P = 1 + 2 + 3 (m) C1 1 2

d1

Saluran

C12 = L12 + d12

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 5

HASIL PENGUKURAN DILAPANGAN PRAKTIKUM I (DAERAH SEKITAR GRAHA CAKRAWALA) Untuk mendapatkan hasil pengukuran kapasitas saluran drainase dengan pengukuran debit maximum dimana untuk mengetahui penyaluran air. 1. Mengukur luas saluran drainase dengan penggaris tegak lurus dimana didapatkan hasil sebagai berikut:

Area satu

Diket = D1 = 50 cm D2 = 51 cm

C1 d1 A1 d1

C2 d1 A2 d2

C3 d1 A3

C1 = 11 cm C2 = 32 cm C3 = 11 cm C1+C2+C3 = 54

d1

d1

Area Dua

Diket = D1 = 38 cm D2 = 40 cm

C1

C2

C3

A1
d1 A2 d2

A3

C1+C2+C3 = 34 C1 = 5 cm C2 = 25 cm C3 = 4 cm

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 6

Area tiga
C1 A1 d1 A2 d2 C2 C3 A3

Diket = D1 = 39.3 cm D2 = 41.5 cm C1+C2+C3 = 47 C1 = 10 cm

C2 = 30 cm

2. Hasil perhitungan CA, CT dan CB, Menggunakan alat teodolit didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Daerah utara diukur menggunakan Teodolit melalui area dua ditembakkan ke area satu, didapatkan hasil sebagai berikut : CA = 168 cm CT = 116 cm CB = 70 cm 2. Daerah selatan diukur menggunakan Teodolit melalui area dua ditembakkan ke area tiga, didapatkan hasil sebagai berikut : CA = 212 cm CT = 194 cm CB = 186 cm Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung Debit air serta luas saluran drainase di Grahacakrawala, 1. PERHITUNGAN LUAS SALURAN SEBAGAI BERIKUT: AREA SATU Diket: D1 = 50 cm D2 = 51cm C1 = 11 cm C2 = 32 cm C3 = 11 cm

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 7

Jadi, Luas = 11 cm x 25cm = 275 cm (0,0275 m) Luas = 32 x 50.5 = 1616 cm (0,1616 m) Luas = 11 cm x 25,5cm = 280.5 cm (0,02805 m) Jadi luas saluran drainase di GrahaCakrawala sebagai berikut (daerah Hulu): AREA DUA Diket : D1 = 38 cm D2 = 40 cm C1 = 5 cm C2 = 25cm C3 = 4 cm Jadi, Luas = 5 cm x 19 cm = 95 cm (0.0095 m2) Luas = 25 x 39 = 975 cm (0.0975 m2)

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 8

Luas = 4 cm x 20 cm = 80 cm (0.008 m2) Jadi luas daerah salauran drainase di GrahaCakrawala pada area dua (Tengah) sebagai berikut: AREA TIGA Diket: D1 = 39,3cm D2 = 41,5cm C1 = 7 cm C2 = 30 cm C3 = 10 cm Jadi, Luas =7x = 145,25 cm2 = 0,014525 m2 Luas = 30 ( = 30 (40,4) = 1212 cm2 = 0,1212 m2 Luas 10 ( ) )

= 10 (39,3) = 196,5 cm2 = 0,01965 m2 Jadi luas saluran drainase di GrahaCakrawala pada area Tiga sebagai Berikut: 0,014525 + 0,1212 + 0,01965 = 0,1554 m2

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 9

Setelah perhitungan luas saluran di Grahacakrawala diketahui, dilanjutkan dengan hasil perhitungan CA, CT dan CB, dengan menggunakan Teodolit. Dimana perhitungan ini digunakan untuk mengetahui jarak dari hulu ke Hilir yaitu area satu ke area Dua. Berikut hasil perhitungan menggunnakan alat teodolit: 2. PERHITUNGAN DARI HASIL PERHITUNGAN TEODOLIT Diketahui : Daerah utara sebagai hulu diukur menggunakan Teodolit ditembak dari area dua didapatkan hasil sebagai berikut : CA = 168 cm CT = 116 cm CB = 70 cm Daerah selatan Sebagai Hilir diukur menggunakan Teodolit ditembak dari area dua didapatkan hasil sebagai berikut : CA = 212 cm CT = 194 cm CB = 186 cm Jadi dapat dihitung, untuk mencari: Beda Tingi, Untuk mencari Beda Tinggi, menggunakan Rumus berikut: Rumus: Ct Hilir - Ct Hulu = 194 116 = 78 Cm Menghitung Jarak Hulu-Hilir Untuk mengitung Jarak dari Hilir ke Hulu, menggunakan Rumus Berikut: L Hulu = 100 (Ca - Cb) L Hilir = 100 (Ca - Cb) Untuk mencari jarak hulu ke hilir menggunakan Rumus = L Hulu + L Hilir Jadi; L Hulu = 100 (Ca - Cb) = 100 ( 168-70) = 100 x 98 = 9800 cm

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 10

L Hilir = 100 (Ca - Cb) = 100 ( 212 - 186) = 100 x 26 = 2600 cm Setelah ditemukan semua L hulu dan Hilir maka dapat dimasukkan Rumus untuk mencari Jarak Hulu ke hilir: = L hulu + L Hilir = 9800 + 2600 = 12400 cm (124 m) Menghitung Kemiringan Setelah menghitung beda tinggi dan Jarak Hulu ke Hilir maka dapat menghitung beda tinggi dengan menggunakan rumus berikut:

S=
= = Menghitung Kecepatan aliran Sebelum menghitung Debit air, maka terlebih dahulu menghitung Kecepatan Aliran yang dilambangakan dengan Huruf V dengan rumus sebagai berikut:

Koefisian maning Dan R dicari menggunakan Rumus berikut:

Untuk mencari Perimeter Basah, Dicari data seperti gambar berikut; C1 C2 C3

d1 P2 P3

d2

P2

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 11

Jadi perhitungan P sebagai berikut: Area 1 : Diket: D1 = 50 cm D2 = 51 cm C1 = 11 cm C2 = 32 cm C3 = 11 cm Jadi, P1 = C32 + d22 = 112 +512 = 121 + 2601 = 2722 = P2 = C12 + d12 = 112 +502 = 121 + 2500 = 2621= P3 = C2 = 32 Jadi, Perimeter Basah Area Satu = P1 + P2 + P3 = 52,17 + 51,20 + 32 = 135,37 cm = 1,3537 m Area 2 : Diket: D1 = 38cm D2 = 40 cm C1 = 5 cm C2 = 25 cm C3 = 4 cm Maka P1 = C32 + d22 = 42 + 402 = 16 + 1600 = 1616 = P2 = C12 + d12 = 52 +382 = 25 + 1444 = 1469 = P3 = C2 = 25 Jadi Perimeter Basah Area Dua = P1 + P2 + P3 = 40,20 + 38,33 + 25 = 103,53 cm = 1,0353 m = 40,20 = 38,33 = 52,17 = 51,20

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 12

Area 3 : Diket: D1 = 39,3cm D2 = 41,5cm C1 = 10 cm C2 = 30 cm C3 = 7 cm Jadi P1 = C32 + d22 = 72 + 41,52 = 49 + 1722,25 = = = 42,09

P2 = C12 + d12 = 102 +39,32 = 100 + 1544,49 = 1644,49 = = 40,55 P3 = C2 = 30 Jadi Perimeter Basah Area Tiga = P1 + P2 + P3 = 42,09 + 40,55 +30 = 112,64 cm = 1,1264 m JADI PERIMETER BASAH Keseluruhan:

Maka dapat dihitung R (Garadient Hidrolik) masing-masing Area, sebagai berikut perhitungannya: AREA 1 : A = Jadi, AREA 2 : A = Jadi. AREA 3 : A = Jadi, Dan P = 112,64 0,138 m Dan P = 103,53 Dan P = 1,0353

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 13

Setelah menghitung R maka dapat dicari kecepatan alirannya, tetapi dalam mencari kecepatan Aliran diperlukan N atau koefisien Maning, berdasarkan penelitian atau praktek pengklasifikasian Koefisien Maning didasarkan pada tabel berikut ini: Kondisi dinding saluran 1. Terbuat dari 1. Plesteran semen halus 2. Plesteran semen dan pasir 3. Beton dilapis baja 4. Beton dilapis kayu 5. Batu bata kosongan dan kasar 6. Pasangan batu dan kondisi jelek 2. Batu kosongan 1. Halus dipasang rata (plengsengan) 2. Batu bongkahan, batu belah/pecah, batu guling dipasang dengan semen 3. Kerikil halus dan padat 3.Tanah 1. rata dan dalam keadaan baik 2. dalam keadaan biasa 3. batuan batuan dan ditumbuhi tumbuhan akuatik 4. tanah dalam keadaan jelek (dindingnya tidak rata asal air mengalir) 5.alirannya/dasar terganggu oleh batu0.05 0.035 0.017 0.02 0.02 0.025 0.025 0.01 0.012 0.012 0.013 0.015 0.02 0.013 Kondisi N

pasangan batu

batuan/tumbuh-tumbuhan

Penelitian di Graha Cakrawala termasuk dalam Koefisin Maning yang berbeda beda pada setiap area. Diantaranya area satu memiliki koefisien meaning 0.012 karena pada area ini saluran drainasenya kondisinya dari pasir dan semen. Sedangkan area dua dan tiga memiliki koefisien meaning 0.035, karena pada kedua area ini memiliki kondisi saluran drainase yang sama yaitu terdiri dari tanah yang dalam kondisi jelek.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 14

Maka Kecepatan aliran atau V adalah sebagai berikut perhitungannya:


Kecepatan aliran Area 1


= 83.3333 x 0.293 x 0.0079 = 0,19281451

Kecepatan aliran pada Area 2


= 28.5715 x 0,229x 0.0079 = 0.0517

Kecepatan aliran pada Area 3


= 28.5715 x 0,265 x 0.0079 = 0,0598

Setelah menghitung kecepatan aliran maka dapat dicari Debit air masing-masing sebagai berikut: Menghitung Debit air Q = A. V Dimana; Q = debit saluran (m3/detik) A = Luas Saluran (m2) V = kecepatan Aliran (m/detik) Karena sudah diketahui masing-masing jadi; Area1 Q = A. V = 0.1929 = 0.042 m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 15

Maka dapat diketahui hasil perhitungan dalam pengukuran debit maximum dimana kemampuan menyalurkan air di saluran drainase di Grahacakrawala area 1 adalah 0.042 m3/s Area 2 Q = A. V = x 0.0517

= 0,0059 m3/s Dapat diketahui hasil perhitungan dalam pengukuran debit maximum dimana kemampuan menyalurkan air area 2 adalah 0,0059 m3/s Area 3 Q = A. V = m3/s Maka dapat diketahui hasil perhitungan dalam pengukuran debit maximum dimana kemampuan menyalurkan air di saluran drainase Grahacakrawala area 3 adalah m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 16

PENGUKURAN 2 (ARBERETRUM PUJON ) 2. Pengukuran sungai menggunakan metode apung yaitu Floating velocity method. Pengukuran ini dipakai untuk mengukur sungai sungai yang besar Alat alat : a. stopwatch b. roolmeter c. penggaris d. baak kayu minimal 2 Cara Kerja : a. Tentukan sungai yang relative lurus panjangnya minimal 50m. titik bagian atas sebagai hulu, titik bagian bawah sebagai hilir. b. Sungai dibagi menjadi beberapa seksi dibagian hulu. Ukurlah kedalaman masing masing seksi. Hitunglah luas sungai Untuk menghitung luas sungai ada 2 metode: 1. Mid section

b1 L1 L2

b2 L3 L4

L5

d1 A1 d4 d2 d3

d5

A1 = b1 x

A1 = b1 x

= A1 + A2 + .+ An

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 17

2. Mean section

L1

L2

L3

L4

L5 d5

A1

d1

d2

d3 d4

A1 = L1 x

A2 = L1 x

A5 = L5 x

n= A1 + A2 +.+ An

c. Sediakan pelampung yang terbuat dari botol plastic, kemudian isilah air dan pemberat. Sehingga apabila pelampung di lepas diair posisinya dapat tegak. d. Lepaskan pelampung pada sungai dan ukurlah kedalaman tangkai yang masuk di air. e. Ukurlah kedalaman sungai pada lokasi dimana pelampung akan dilepas. Ada tiga lokasi untuk pelepasan pelampung yaitu bagian pinggir kanan, tengah dan pinggir kiri. f. Lepaskan pelampung dari hulu, dan catatlah waktu tempuh sampai ke hilir. Hitunglah debit dengan rumus : Q = A.V dimana ; Q = debit (m3/dt) A = luas saluran (m2) V = kecepatan aliran (m/dt) V = K.U dimana ; V = kecpatan K = konstanta U = kecepatan pelampung

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 18

K = 1 0.116

= U=
dimana ; L = panjang sungai T = waktu tempuh hulu-hilir 3. Weir ( alat bendung) Weir ini dipakai untuk mengukur debit air, yang terdiri dari 3 bentuk yaitu : a. Alat bendung bentuk kerucut
B

h d

Q = K.h5/2 K = 81.2 + + (8.4+ ) x ( 0.009)2

b. Alat bendung bentuk persegi panjang

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 19

Q = K.B.h3/2 K = 107.1 + Untuk B < 1m maka = 0 Untuk B > 1m maka 0,55 (D-1) B = lebar saluran h = ketinggian bendungan permukaan air D = tinggi bendungan c. alat bendung bentuk trapezium
B b

(1 + )

h D

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 20

HASIL PRAKTIKUM DILAPANGAN SEBAGAI BERIKUT 1. Di daerah arberetrum (sumber brantas) Di sini dilakukan pengukuran alat bendung atau weir Untuk pengukuran kapasitas air dengan pengukuran debit maximum Didaerah Arberetrum sumber brantas didapatkan hasil sebagai berikut: Dari pengukuran dilapangan didapatkan : 1. Hasil dari pengukuran alat bendung yang berbentuk kerucut didapatkan hasil sebagai berikut:
B = 189

h=4 d = 11

Perhitungan Debit Air Bendungan Kerucut Q = K.h5/2 Untuk K dapat dicari dengan cara berikut: K = 81.2 + + (8.4+ ) x ( 0.009)2

Diket: h= 4 cm = 0.04m d = 11 cm = 0.11m B = 189 cm = 1.89m Jawab: ( ) ( )

m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 21

2. Hasil dari pengukuran alat bendung yang berbentuk trapesium didapatkan hasil sebagai berikut:
B = 157 cm b = 39cm

h = 12cm
D = 9cm

Perhitungan Debit Air Bendungan Trapesium Untuk menghitung daerah bendungan yang berbentuk trapesium, dihitung menggunakan rumus: Q = K.b.h3/2 Untuk K dapat dicari dengan rumus berikut: K = 107.1 + Diket: h= 12 cm = 0.12m D = 9 cm = 0.09m B = 157cm = 1.57m b = 39cm = 0.39m jawab : ( )

= 107.1 + 1.475 + 18.93 25.7 + 8.5272 = 110,3322

m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 22

3. Hasil dari pengukuran alat bendung yang berbentuk persegi panjang didapatkan hasil sebagai berikut:

B = 114,5 cm h = 5 cm D = 10 cm

Perhitungan Debit Air Bendungan Persegi Panjang Untuk menghitung daerah bendungan yang berbentuk persegi seperti topografi sungai, dihitung menggunakan rumus: Q = K.B.h3/2 Untuk K dapat dicari dengan cara berikut: K = 107.1 + Untuk B 1 meter = Untuk B 1 meter = 0.55(0-1) Diket: h= 5 cm = 0.05m d = 10 cm = 0.10m B = 114,5 cm = 11.45m Jawab: ( ) (1 + )

m3/s

Dari hasil perhitugan diatas diketahui hasil perhitungan Debit air tiap bendungan adalah sebagai berikut 1. Bendungan Kerucut debit air = 2. Bendungan Trapesium debit air = m3/s m3/s

3. Bendungan Persegi Panjang debit air = 1.389 m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 23

2. DI DAERAH PUJON Di sini dilakukan pengukuran debit air menggunakan metode floating felocitiy, Untuk mengetahui pengukuran kapasitas air dengan pengukuran debit maximum didaerah sungai pujon.

DARI PENGUKURAN DILAPANGAN DIDAPATKAN Dari pengukuran dilapangan didapatkan data untuk

menghitung luas sungai disini menggunakan metode mean section:


L1 = 40 cm L2 L3 L4 L5 L6 L7

A1

d1 D2 D3 D4 D5 D6

A2

A3

A4

A5

A6

A7

Dari gambar dapat diketahui : L2 = L3= L4 = L5 = L6 = L7 = 200 cm / 200 m d1 = 40 cm Jarak dari hulu ke hilir = 33.90 meter d2 = 42 cm d3 = 50 cm d4 = 71 cm d5 = 85.5 cm d6 = 79 cm

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 24

Hasil pengukuran pelampung yang terbuat dari pelampung botol yaitu sebagai berikut: Pengukuran Pelampung Kedalaman Air Sebelah Kiri (Daerah Sekitar L1) Pengukuran Pelampung 43 cm 8 cm 7.5 cm Kedalaman Tangkai Waktu Hulu-Hilir 49 seconds 57,87 seconds

Tepat 76 cm

Ditengah (Daerah Sekitar L4) Pengukuran Pelampung Sebelah 84 cm Kanan (Daerah Sekitar L7) 8 cm 1 menit, 4,78 seconds

Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung debit air serta luas daerah penyaluran air di Daerah Pujon Perhitungan Luas Sungai Sebagai Berikut: Data Pada gambar diketahui sebagai berikut : L1 = 40 cm L2 = L3= L4 = L5 = L6 = L7 = 200 cm / 2 m d1 = 40 cm Jarak dari hulu ke hilir = 33.90 meter d2 = 42 cm d3 = 50 cm d4 = 71 cm d5 = 85.5 cm d6 = 79 cm jadi,

= 0,08 m2 = 0,82 m2

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 25

= 0,92 m2 = 1,21 m2 = 1,565 m2 = 1,645 m2 = 0,79 m2 Jadi

Setelah mengetahui Luas dari sungai, maka dapat mencari debit air sungai masing masing bagian yaitu sebelah kiri, tengah dan kanan. Sebelum mencari debit air, terlebih dahulu mencari kecepatan aliran. Hal ini dikarenakan data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit air sungai adalah kecepatan aliran dan luas. Menghitung Debit Air Rumus untuk mencari debit air adalah sebagai berikut:

untuk mencari Nilai V menggunakan rumus : . Untuk mencari K menggunakan Rumus Untuk mencari menggunakan rumus berikut

untuk mencari nilau U menggunakan Rumus berikut:

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 26

Pengukuran Pelampung

Kedalaman Air

Kedalaman Tangkai 8 cm 7.5 cm

Waktu Hulu-Hilir 49 seconds 57,87 seconds

Sebelah Kiri (Daerah Sekitar L1) Pengukuran Pelampung

43 cm

Tepat 76 cm

Ditengah (Daerah Sekitar L4) Pengukuran Pelampung Sebelah 84 cm 8 cm 1 menit, 4,78 seconds

Kanan (Daerah Sekitar L7)

1. Perhitungan debit air sebelah kiri

V=KxU= m3/s

2. Perhitungan debit air bagian tengah

V=KxU= m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 27

3. Perhitungan debit air sebelah kanan

V=KxU= m3/s Dari perhitungan diatas didapatkan debit air sungai pada sebelah: Kiri = Tengah= Kanan = m3/s m3/s m3/s

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 28

URAIAN SINGKAT BEBERAPA TEMPAT YANG TELAH DIKUNJUNGI 1. Kunjungan Di Arberetrum (Sumber Brantas) Pada kunjungan di daerah arberetrum, kita mengetahui adanya spring yang keluar secara memancar melalui satu titik dari dalam tanah, air yang keluar ini kualitasnya sangat baik untuk di konsumsi. Selain ada spring disana juga terdapat seepage yaitu air yang keluar dari garis tepatnya terletak dekat dengan bendungan yang berbentuk trapesium. Disana kita juga mengetahui adanya bendunganbendungan dalam berbagai bentuk yang sudah dipersiapkan guna dipakai untuk penelitian. Didaerah arberetrum terdapat sungai yang mana sungai tersebut mengalirkan air nya yang berasal dari Adanya aktifitas Vulkanik diatasnya, sehingga ketika berkunjung di Arberetrum, akan terlihat adanya air sungai yang warnanya kekuningan, hal terseubut akibat dari Kandungan Fe (Besi) yang dibawa air tersebut dari gunung. Karena sifat air yang melarutkan maka setiap melawati batuan unsur kimia yang dalam batuan terlarut dalam air, sehingga kandungan fe nya tinggi. Selain itu di sekitar sungai warna air terlihat merah, karena adanya lumut yang berwarna merah, akibat dari adanya pengendapan dari Fe yang melewati lumut tersebut. Ketika kita semakin mendekati masuk kedalam daerah Arberetrum, akan dijumpai adanya kandunag air yang mengandung Fe yang semakin tinggi, hal ini dikarenakan jarakanya yang semakain dekat dengan daerah Aktivitas Vulkanik. Selain itu juga disana , kita akan menjumpai adanya suatu mata air yang tenag , dimana airnya kualitasnya sangata bersih. Keadaan disekitar Arberretrum sanga sejuk dan masih sangat terlihat kealamiannya, peran pemerintah sudah sangat baik dalam menjaga potensi alam yang ada di daerah Arberetrum. Pepohonan masih sangat terlihat sangat banyak disana, disertai disekitar perjalanan akan ditemui tanaman-tanaman bunga ketika berjalan menuju ke sumber brantas yang menambah keindahan Arberetrum.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 29

2. Kunjungan Di Daerah Arberetrum Naik Keatas Pada daerah arberetrum keatas, pada daerah ini sudah mengalami pengalih fungsian lahan. Hal ini terlihat dari banyaknya lahan yang pada mulanya hutan sekarang ini sudah menjadi daerah lading pertanian yang dipakai penduduk sebagai lahan pertanian. Namun hasil tanaman yang dihasilkan tidak terlalu baik. Karena pohon sudah gundul, hal ini akan mengakibatkan potensi terjadinya tanah longsor sangat besar. Hal ini dikarenakan di daerah tersebut sangat jelas terlihat adanya lahan yang Gundul, sehingga ketika ada air hujan yang turun dari atas tidak aka ada pohon yang menghalangi air akhirnya air nya lurus kebawah. Lahan disana digundul, dikarenakan sudah tidak manghasilkan produksi kembali. Bahakan masyarakat mematikan pepohonan yang ada disekitar tersebut dengan cara batang pohonnya diberi trasi kemudian lama kelamaan akarnya akan busuk dan pohonnya kemudian akan tumbang sendiri, lalu barulah ditebang. Supaya terlihat penebangan karena pohonnya mati bukan karena penduduk menebangnya sendiri. Namun masih ada hutan yang masih dijaga oleh pemerinatah di sekitar daerah tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya polisi hutan yang selalu bersiapsiaga di daerah tersebut. Sehingga kemungkinan kerusakan hutan akibat tangantangan jail akan dapat diminimalisir. Pengalihfungsian lahan dari hutan menjadi area ladang pertanian ditandai dengan adanya tanaman Woortel disekitar daerah tersebut serta tanaman-tanaman lain yang masih bisa hidup didaerah tersebut. 3. Kunjungan Daerah Mata Air (Spring) Di daerah ini, terdapat mata air yang langsung bersumber dari mata air yang mengalir, mata air yang terdapat disini debit airnya begitu besar dan airnya terlihat jernih sekali serta terasa dingin. Namun air ini hanya di buang menuju kesungai sungai tidak dimanfaatkan untuk keperluan penduduk, padahal kualitas air yang bagus hanya terbuang percuma kesungai sungai. Didaerah ini terdapat adanya batuan beku yang mana batuan tersebut tidak dapat menyimpan air (impermeable), air hanya bisa berjalan melewati celah-celah disekitarnya. Hal ini dikarenakan batuan yang ada termasuk batuan beku, yang mana kita tahu batuan

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 30

beku tidak dapat menyerap air atau kedap air, sehingga air ketika hujan akan melewati celah-celah disekitarnya. Selain itu disana, kita juga mengetahui adanya mata air pertama. Hal ini karena sumber mata air memang ada disekitar daerah tersebut. Aliran mata air yang terpancar tersebut dialirkan terus hingga mencapai sungai brantas. Hal ini sangat terlihat dari kurangnya pemanfaatan terhadap mata air tersebut yang ada didaerah Arbiretrum ke bawah. 4. Kunjungan Di Sungai Konto Sungai konto yang ada di daerah Pujon ini sebagai tempat kunjungan terakir penelitian. Pada sungai ini terlihat adanya kerusakan lahan yang drastis di bagian hulu hingga menyebabkan material terangkat dan mengalir terus ke sepanjang Sungai Konto. Akibat dari kerusakan lahan di hulu berakibat dari adanya sedimentasi dan Gosong tergulung didaerah sungai yang terkena dampak dari kerusakan lahan dibagian hulu hingga mengendap dan tersedimentasi berupa pasir yang sangat banyak. Selain itu akibat dari aliran sungai yang sangat deras menyebabkan terjadinya erosian tebing sungai, dimana arus lama-kelamaan akan ditinggalkan dan mengalir pada arah arus yang baru sehingga membentuk danau Oxbow hal ini terjadi diperkirakan beberapa tahun kedepan. Terjadinya erosi tebing sungai akibat dari material yang berasal dari hulu terangkat dan terbawa hingga mencapai sungai Konto. Sedimentasi di sungai Konto ini, merupakan pengaruh dari Sumber Gunung diatas, dimana daerah hulu tersebut berupa pegunungan Struktural. Di derah sungai Konto tersebut aliran airnya sangat deras, hal ini dapat menyebabkan terjadinya erosi tebing sungai diserati potensinya yang sangat besar berupa daerah Flood Plane atau daratan Bnajir. Daerah Sungai Konto ini dikatakan daerah Flood plane, karena adanya tanda banyak sampah dari sungai sampai diatas pepohonan sekitar sungai. Hal ini diperkirakan ketika hujan deras, daerah sungai Konto kemungkinan besar terjadi banjir, karena juga diketahui sungai tersebut hampir selalu mengalami erosi dan sedimentasi.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 31

PENGUKURAN 3, KAPASITAS INFILTRASI DI BELAKANG SASBUD Infiltrasi merupakan peresapan air ke dalam tanah sampaimencapai zone perakaran sedangkan jika peresapan airnya hanya sampau akuifer berarti disebut perkolasi. Beberapa factor yang mempengaruhi kecepatan infiltrasi diantaranya: a. Sifat permukaan tanah. Tanah dapat dibeakan atas tanam gembur dan padat, jika tanahnya padat berarti kapasitas infiltrasinya rendah begitu pula sebaliknya. b. Jenis tanaman. Lahan yang banyak terdapat tanamannya tanahnya akan gembur terutama pada tanaman yang berkar serabut. c. Transmisi tanah. Kemampuan tanah melewatkan air
O A Infiltrasinya cepat Ilfiltrasinya lambat, karena terhalang batu/krikil Ilfiltrasi cepat kembali

B
R

Langkah langkah penelitian : 1. Alat yang dibutuhkan a. Kertas millimeter b. Penggaris c. Stopwatch d. Palu e. 3 ember f. Ring infiltrometer besar dengan diameter 60cm g. Ring infiltrometer kecil dengan diameter 30cm 2. Cara kerja a. Pilihlah lokasi praktikum pada daerah berumput b. Tancapkan ringinfiltrometer kecil ke dalam tanah, dengan cara dipukul dengan palu sampai kedalaman 10cm.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 32

c. Tancapkan ringinfiltrometer besar melingkari ring infiltrometer yang kecil, supaya SSRO (Sub Surface Run Off) tidak meluber atau bocor. d. Isilah ring infiltrometer yang besar dengan air sampai penuh, kemudian isilah ring yang kecil dan ukurlah ketinggian air. Setelah beberapa menit ukur lagi pengurangan tinggi air dan catatlah waktunya. e. Untuk ring infiltrometer yang besar penuhi terus dngan air, ini berfungsi untuk penjenuhan air disekeliling ring yang kecil. Sehingga air yang berada di ring yang kecil meresap secara tegak lurus. f. Apabila penurunan air di ring yang kecil cepat habis maka dapat ditambah air kembali, dan dapat dicatat ketinggian air titik awal. g. Kemudian catatlah peresapan air pada ring yang kecil sampai bawah dan mendapatkan nilai konstan minimal 4x. h. Besarnay kapasitas infiltrasi dapat dihitung dengan rumus : F = Fc + (Fo Fc)e-k.t (cm/hari) Dimana, F = kapasitas infiltrasi Fc = nilai limid dari kapasitas infiltrasi Fo = kondisi awal dari rata rata kapasitas infiltrasi E = bilangan napier (2,718) K = constant M=Untuk mendapatkan M, diperoleh dari grafik antara waktu penurunan air sampai constant dengan log (F.Fc). t = waktu mulai pengisian air sampai mencapai konstan

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 33

HASIL PRAKTIKUM DILAPANGAN DATA INFILTRASI SASANA BUDAYA Latar t. Kum Tinggi air fo-fc penurunan 5 37,5 0 0,5 10 37,2 0,2 -0.3 15 36,9 0,4 -0.1 20 36,6 0,3 -0.2 30 36,4 0,2 -0.3 40 36 0,4 -0.1 50 35,7 0,3 -0.2 60 35,5 0,2 -0.3 75 34,8 0,7 0.2 90 34,3 0,5 0 105 33,5 0,8 0.3 120 33,1 0,4 -0.1 140 32,6 0 0,5 160 32,1 0,5 0 180 31,6 0,5 0

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

waktu 5 5 5 5 10 10 10 10 15 15 15 15 20 20 20

Log (fo-fc) 0 -0.523 -1 -0.070 -0.523 -1 -0.699 -0.523 -0.699 0 -0.523 -1 0 0 0

Hasil perhitungan dari table diatas sebagai berikut:

Jadi, kecepatan infiltrasi untuk daerah sekitar FIS adalah 0,5 cm per hari. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan tanah yang masih lembab akibat hujan pada malam sebelum pelaksanaan praktikum.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 34

KESIMPULAN Dari hasil pengukuran di lapangan dan pembahasan perhitungannya terdapat beberapa kesimpulan dalam praktikum hidrologi yang telah dilaksanan dengan menggunakan tiga bentuk pengukuran, dapat disimpilkan bahwa : 1. Pengkuran luas saluran drainase yang dilakukan penelitian di depan grahacakrawa dapat diketahui besar saluran drainase di hulu sebesar area tengah luas saluran drainase sebesar sedangkan di hilir luas saluran drainasenya 0,1554 m2. Debit maximum, kemampuan menyalurkan air di saluran drainase Grahacakrawala di hulu adalah 0.042 m3/s, di tengah debit airnya sebesar 0,0059 m3/s dan di hilir sebesar m3/s. m3/s, bendungan Trapesium debit air m3/s, Tengah

2. Pengukuran Debit air tiap bendungan di arberetrum hasilnya Bendungan Kerucut debit air m3/s dan bendungan Persegi Panjang debit air 1.389 m3/s Sedangkan debit air sungai konto pada sebelah Kiri m3/s dan Kanan = m3/s.

3. Besarnya kapasitas infiltrasi atau kemampuan tanah untuk menyerap air di daerah sekitar FIS atau tepatnya belakang SASBUD kapasitas infiltrasinya sebesar 0.5 cm/hari.

FEBRIANA EKA_110721435021_PRAKTIKUM HIDRO

Page 35

You might also like