You are on page 1of 4

PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PERITONITIS ET CAUSA APPENDISITIS PERFORATA PADA PASIEN USIA 26 TAHUN Abstrak Peritonitis adalah

peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri. Appendisitis adalah peradangan appendiks vermiformis. Sedangkan appendisitis akut yaitu appendisitis dengan mula-mula gejala akut, yang memerlukan pembedahan cepat, dan biasanya ditandai dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah, dengan nyeri tekan lokal dan alih, spasme otot yang ada di atasnya serta hiperestesia kulit. Pada appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mukus tersebut semakin banyak namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan nekrosis atau gangren dinding appendiks sehingga menimbulkan perforasi dan akibatnya menimbulkan peritonitis baik lokal maupun general.

Isi Pasien seorang perempuan berumur 26 tahun dengan keluhan nyeri perut selama 2 hari. Nyeri perut dirasakan di bagian perut kanan bawah. Nyeri dirasakan makin hebat ketika pasien bergerak atau saat pasien berjalan. Sebelumnya nyeri perut dirasakan kumat-kumatan namun selama 2 hari ini nyeri perut dirasakan terus menerus dan makin lama nyeri bertambah berat dan menyebar hingga ke seluruh lapang perut. Pasien sudah periksa ke dokter dan sudah minum obat namun nyeri perut dirasakan tidak menghilang. Pasien merasakan selama 2 hari ini perutnya terasa mengeras. Tidak ada mual, muntah, atau demam. BAB normal, BAK normal tidak ada gangguan. Nafsu makan menurun. .

Diagnosis Peritonitis et causa appendisitis perforata Terapi Diet bertahap : puasa diet cair TD I. Infus Fatrolit+Valamin+Enerton 16 tpm. Seftriakson 2x500mg. Metronidazol 3x500mg. Ranitidine 3x1 ampul. Laparotomi appendiktomi. Diskusi Pada anamnesis awal didapatkan informasi bahwa pasien mengeluh nyeri perut. Setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut, pasien mengeluhkan nyeri perut di seluruh bagian perut terutama bagian perut kanan bawah selama 2 hari. Sebelumnya nyeri dirasakan di perut kanan bawah kumat-kumatan namun selama 2 hari ini terasa nyeri di seluruh perut dan nyeri terus menerus. Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendukung penegakan diagnosis. Dari hasil laboratorik didapatkan lekositosis. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses infeksi yang berhubungan dengan peradangan organ-organ abdomen. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan informasi bahwa pasien mengalami nyeri perut, serta hasil pemeriksaan fisik didapatkan peristaltik usus menurun, pekak hepar menghilang, nyeri tekan di perut bagian kanan bawah, rovsing sign (+), Blumberg sign (+), psoas sign (-), obturator sign (-). Nyeri perut kanan bawah mengarah pada beberapa diagnosis. Keluhan nyeri perut kanan bawah biasanya mengarah pada appendisitis. Selain itu, pada perempuan nyeri perut kanan bawah bisa mengarah pada salpingitis atau kehamilan ektopik. Namun pada kehamilan ektopik didapatkan riwayat pasien mengalami terlambat haid atau haid tidak teratur. Pada kasus ini pasien tidak mengalami keterlambatan haid ataupun haid yang tidak teratur. Pada pemeriksaan status lokalis, didapatkan auskultasi peristaltic menurun, pekak hepar menghilang, nyeri perut yang terus menerus serta defans muskuler. Pemeriksaan penunjang menunjukkan bahwa terjadi leukositosis. Dari semua data yang didapatkan, diagnosis mengarah pada observasi peritonitis.

Setelah diberikan terapi berupa terapi cairan, anti nyeri serta antibiotik, dilakukan laparotomi. Saat operasi ditemukan appendiks gangrene, perforasi, pus, serta bau. Dari hasil eksplorasi yang didapatkan, dilakukan laparotomi appendiktomi. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri, dalam kasus ini, peritonitis disebabkan oleh appendisitis perforasi. Pada appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama mukus tersebut semakin banyak namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan nekrosis atau gangren dinding appendiks sehingga menimbulkan perforasi dan akibatnya menimbulkan peritonitis baik lokal maupun general. Adanya darah atau cairan dalam rongga peritoneum akan memberikan tanda-tanda rangsangan peritoneum. Rangsangan peritoneum akan menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular, pekak hepar menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai menghilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita tampak letargik serta syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritoneum. Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita berjalan, bernafas, batuk. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya. Prinsip umum terapi yaitu penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotik, serta pembuangan fokus septik atau penyebab radang lainnya (appendiks). Pembuangan fokus septik atau penyebab radang harus dilakukan dengan operasi laparotomi. Insisi yang dipilih yaitu insisi di garis tengah yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi ditujukan diatas

tempat inflamasi. Teknik operasi yang digunakan untuk mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari saluran gastrointestinal. Pada umumnya kontaminasi peritoneum yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi viskus yang perforasi. Kesimpulan Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri. Prinsip umum terapi yaitu penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotik, serta pembuangan fokus septik atau penyebab radang lainnya (misalnya appendiks).

Referensi : Kartono. D., 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. Sulton, David. 1995. Buku Ajar Radiologi untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed.5. Jakarta: Hipokrates. Sjaefulloh. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 1. Jakarta: FKUI. Sjamsuhidajat, R. and De Jong, W. 1997. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., and Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Balley. 1988. Short Practice of Surgery. ed.20. England: ELBS. Schwartz, Shires, Spencer. 1989. Principles of Surgery. Poppy, Kumala. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Philips, Thorek. 1997. Surgical Diagnosis. Toronto: Toronto University of Illinois College of Medicine. Hartman, G. E., 2000. Apendisitis Akut. In: Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R.M., and Arvin, A.M., ed. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2 . Edisi 15. Jakarta: EGC. Schwartz, S. I., dkk., 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC. Laksmitri Handayani, Bagian Ilmu Bedah, RSUD Salatiga.

You might also like