Professional Documents
Culture Documents
Sekapur Sirih, Terimakasih, Halaman 2 Surat Pembaca, Halaman 2 Sikap, Masalah Pencernaan, Halaman 3 Laporan Utama, Melirik Sepak Terjang Atase Pendidikan KBRI Kairo, Halaman 4 Komentar Peristiwa, Program PPMI di Semester Dua, Halaman 5 Wawancara, Taufik Ismail: Dua Pesan Untuk Mahasiswa, Membaca dan Menulis!, Halaman 6 Seputar Kita, MCIS Menutup kegiatan Termin Dua Dengan Dialog, Halaman 8 Seputar Kita, PCI NU Mengadakan Holy Tour VIII, Halaman 8 Seputar Kita, Tapak Suci Kairo Adakan Turnamen Lagi, Halaman 8 Sastra, Doaku, Halaman 9 Opini, Senat dan Masisir, Halaman 10 Sketsa, Dunia Facebook, Halaman 11
Selamat Membaca! Santai dan penting dibaca Tajam tanpa melukai Kritis tanpa menelanjangi
TROBOSAN ADVERSITING
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa menghilangkan makna dan tujuan.
Surat Pembaca
Mohon Klarifikasi Semoga Terobosan tetap produktif menelurkan karya meski berbagai kritikan tajam tak henti-hentinya menghadang. Saya ingin mengajukan klarifikasi terkait pemberitaan TROBOSAN di edisi sebelumnya. Di sana disebutkan bahwa Gamajatim telah menggelontorkan dana sejumlah 16.000 Pound hanya untuk perayaan HUT. Saya rasa berita itu sangat mengada-ngada. Faktanya, pada tahun 2011, Gamajatim pernah pengadakan perayaan HUT eksternal secara massif yang juga melibatkan organisasi lain. Ada beberapa macam perlombaan di sana dan juga acara puncak Gebyar Seni Gamajatim. Biaya total yg dikeluarkan sekitar 10.000-11.000. Itu sudah meliputi dana dari sponsor. Gamajatim sendiri hanya mengeluarkan sekitar 6000-7000. Kemudian pada tahun 2012, Gamajatim hanya mengadakan perayaan HUT secara internal. Dana yg dikeluarkan jg relatif kecil, sekitar 3000-4000 Pound. Jadi tidak tepat jika Gamajatim dituding telah menggelontorkan 16000 utk HUT. Saya mohon pihak Terobosan segera membuat permohonan maaf atas keteledoran ini dan memuat klarifikasi pada edisi selanjutnya. Semoga Terobosan makin oke dan tetap berjaya! Dana Ahmad Dahlani Ketua Gamajatim Kami akui terdapat kesalahpahaman antara kru redaksi di dalam masalah ini. Biaya yang dikeluarkan untuk dua tahun dipahami menjadi biaya untuk satu tahun. Maka kami kira Penjelasan yang saudara tuliskan di atas sudah mewakili klarifikasi dari kami. Untuk kesalahan ini kami seluruh tim redaksi TROBOSAN meminta maaf yang sebesar-besarnya. Redaksi Komentar Saya Pada Buletin TROBOSAN edisi 352 rubrik Laporan Utama, saya dimintai komentar tentang lomba-lomba yang dihelatkan di Masisir. Karena dianggap terlalu panjang, komentar saya dipotong. Sayangnya, justru yang dipotong adalah inti dari komentar saya. Akibatnya, komentar saya terkesan antipati terhadap lomba lomba di Masisir yang bersifat hiburan dan olahraga. Sebenarnya saya tidak antipati, tapi juga tidak mendukung secara mutlak. Jika masih bermanfaat, ya diteruskan. Jika tidak, ya lebih baik ditiadakan saja. Harapan saya Terobosan akan lebih teliti dan lebih kritis. Media Masisir ini harus selalu hidup untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Indonesia di Mesir, juga keluarga di tanah air. Terimakasih. Ahmad Hujaj Nurrohim Pembaca setia TROBOSAN. Komentar Mas Hujaj memang panjang, dan keputusan kami saat itu adalah memotongnya. Namun jika maksud utama dari komentar anda justru adalah yang terpotong, maka kami mohon maaf atas kesalahan ini. Berikut kami lampirkan komentar anda yang terputus agar pembaca dapat membacanya. Redaksi ...Lomba-lomba semacam itu bukan berarti tidak penting, karena bagaimanapun bisa menjadi ajang silaturahmi antar mahasiswa. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, terjadi gesekan yang tidak sehat, apa untungnya? Lebih baik lomba-lomba semacam itu ditinjau ulang. Jika masih bermanfaat ya patut dilanjutkan, tapi jika tidak bermanfaat, kenapa harus buang -buang waktu dan tenaga? toh masih banyak hal yang harus dilakukan.
Sekapur Sirih
Sayonara
Akhirnya kita sampai pada saat kita harus melepaskan sejenak berbagai aktifitas kita. Ujian termin dua semakin merayap mendekati kita, kita pun semakin hari semakin waswas akan kedatangannya. Cuaca semakin terasa panas, jarak antara subuh dan maghrib pun terasa semakin menjauh. Tak terasa telah lima edisi sudah kami menghadirkan berita-berita hangat untuk anda selama semester kedua ini. Berbagai respon dari pembaca telah kami rasakan. Dan untuk itu, kami berterimakasih kepada para pembaca atas perhatian dan masukannya kepada kami. Namun terlepas dari itu, kami lebih bahagia ketika menyadari bahwa dunia jurnalistik masisir saat ini telah berjalan lebih baik, laiknya selokan yang telah bersih dari sampah, mengalir. Dengan semakin dekatnya masa ujian, kami pun sementara harus undur diri dari hadapan pembaca. Kamipun mahasiswa, sama-sama berharap agar kita mendapatkan hasil yang terbaik yang sesuai dengan jerih payah yang kita keluarkan. Untuk edisi terakhir ini kami suguhkan kepada anda sedikit laporan tentang program Atase Pendidikan KBRI Kairo selama dijabat oleh Bapak Prof. Sangidu, kemudian tak lupa kami kenalkan kepada anda sedikit hal tentang Atdik baru, Bapak Dr. Fahmy Lukman. Di edisi ini pun kami mengangkat tentang program kerja PPMI selama satu semester ini. Berbagai program telah mereka lakukan untuk Masisir, bermacam pula komentar yang tertuju kepada kabinet PPMI kali ini. Semoga kerja keras ini bermanfaat bagi anda para pembaca. Selamat membaca! []
Express Copy
Menerima segala jenis fotokopi Mahatthah Mutsallas, Hay `Asyir Building 102 Sweesry. Hp: 01001726484
Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Umum: Tsabit Qodami. Pemimpin Redaksi: Fahmi Hasan Nugroho. Pemimpin Perusahaan: Erika Nadarul Khoir. Dewan Redaksi: Abdul Majid, M. Hadi Bakri. Reportase: M. Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Dirga Zabrian, Sulhansyah Jibran, Luthfiatul Fuadah Al -Hasan, Ainun Mardiah, Heni Septini. Editor: Zulfahani Hasyim. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-mail: terobosanmasisir@yahoo.com. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan menghubungi nomor telpon : 01159319878 (Tsabit) atau 01122217176 (Fahmi)
02
Sikap
Masalah Pencernaan
Jumat kemarin untuk kedua kalinya dalam semester ini Masisir kedatangan penulis ternama. Dua nama itu adalah Habiburrahman dan Taufik Ismail. Mengetahui kedatangan mereka berdua maka ada pihak yang melihat peluang membuat acara untuk menggali potensi tulis dari kucuran pengalaman beliau. Dua acara telah berhasil mengajak Masisir berduyun-duyun mengikuti acara tersebut. Mungkin bisa dikatakan membludak. Auditorium Limas yang menjadi tempat acara muntah karena tidak bisa memenuhi kebutuhan daya tampung kerumunan Masisir. Berbagai kalangan tampak hadir, mulai dari kawanan mahasiswa baru, penulis Masisir, organisatoris dan masih banyak lainnya. Keadaan ini memberikan bukti pada kita bahwa Masisir mengelu-elukan dunia kepenulisan. Lihat bagaimana membludaknya antusias mereka kedatangan penulis yang sudah mempunyai nama besar tadi. Namun bagaimana nasib kabar yang beredar akan lesunya dunia tulis di Masisir ini? Obrolan intens selalu berkutat pada kelesuan dunia tulis. Beberapa kali obrolan tentang kelesuan ini lahir dalam pertemuan bersama sahabat-sahabat penulis yang diadakan Ijma (Ikatan Jurnalis Masisir). Di sana -sini masih berputar pada perdebatan yang lesu karena minimnya minat Masisir. Hingga sekarang minim sekali sosok yang bersedia bergabung pada meja redaksi media, organisasi kumpulan penulis, ataupun meja pribadi yang bisa dilihat dari produksi karya. Keadaan ini seolah menjadi bukti memang ada yang salah dengan Masisir. Lalu apakah itu? Masih ingatkah sahabat dengan cerita didirikannya Ijma? Jika anda sedikit lupa kami ingatkan di sini. Ijma berdiri dengan latar keinginan untuk mendedah kelesuan dunia yang sedang kita bicangkan sedari awal tadi. Memang wadah dunia tulis seperti Ijma ini sudah pernah ada di Masisir sebelumnya. Namun akhirnya mati juga karena yang menggerakkannya adalah mereka para kuli tinta yang punya tanggung jawab di meja redaksinya juga. Terlepas dari bagaimana latar belakang dan siapa yang melemparkan gagasan untuk mendirikan, namun kita bisa mengatakan ada keinginan bersama untuk bangkit. Keinginan tersebut lahir atas nama Masisir. Lalu mengapa kemudian keinginan bersama ini tidak lantas memberikan hasil? Ada beberapa alasan untuk mengatakan mengapa Ijma belum memberikan kontribusi bagi perkembangan dunia tulis. Mungkin alasan ini sejatinya bukan tertuju kepada sosok Ijma yang bergerak sebagai wadah, namun lebih tepatnya ditujukan kepada anggotanya. Pertama, minimnya kerja nyata dari media yang menyatakan setuju untuk mendirikan Ijma kala itu. Mereka hanya ikut memberikan suara saat pendirian. Selebihnya sebagian besar anggota Ijma jarang terlihat nongol untuk duduk bersama membahas permasalahan dunia tulis. Kedua, para awak media yang bergabung lebih suka mengikuti acara yang secara nyata memberikan hasil. Kesan oportunisme bisa saja menempel bagi hal semacam ini. Sebuah paham yang akan menggerotogi manusia karena hanya mementingkan egoisme dalam meraih keuntungan tanpa prinsip yang benar. Ketiga, insan penggeraknya masih berporos pada sosok terbatas, itu-itu saja. Ini menimbulkan efek kepada para penulis yang enggan bergabung untuk bisa peka pada permasalahan yang ada. Maka yang terjadi selanjutnya adalah budaya kamar pribadi tanpa tahu keadaan tetangga maupun sekitar. Di sinilah letak permasalahan sebenarnya. Keinginan menjadi penulis yang ada pada benak Masisir secara luas masih sebatas keinginan yang sering ditanggapi secara instan. Berbagai tawaran untuk menggali potensi masih jarang peminat. Karya yang dilahirkan, produksi redaksi, dan yang sejenisnya menunjukkan angka minim. Beberapa media mati suri, bahkan mati meninggalkan dunia Masisir secara resmi. Obrolan untuk mendedah kelesuan sering berjalan sepi, tidak sesuai dengan peserta obrolan yang diharapakan datang. Namun ketika namanama besar datang, Masisir berbondongbondong untuk hadir. Patut kita tanyakan, apakah mereka yang datang sesekali ke acara kepenulisan itu karena nama besar yang terpampang di pamflet? ataukah memang mereka ingin terus memupuk tanaman mimpi (baca: belajar menulis)? Jika memang keinginan untuk terus memupuk kemampuan menulis itu benar adanya, maka mustahil sekali lahir kasakkusuk kelesuan dunia media, para kuli tinta. Logika yang seharusnya ada adalah semakin banyak peminat, semakin tinggi pula animo maupun atmosfernya. Namun kenyataan berkata lain. Kerap sekali ditafsirkan, menjadi penulis adalah suratan takdir dari bakat seseorang. Padahal melihat kisah para penulis besar hal ini tidaklah berlaku seratus persen. Banyak cerita perjuangan keras dari mereka untuk meuwujudkan mimpi. Kang Abik ketika mengisi acara di Kemass beberapa bulan lalu menceriatakan kisah Joni Ariadinata, seorang penulis ternama yang harus melewati ratusan langkah untuk bisa menyampaikan karya tulisannya ke permukaan publik. Ini adalah contoh betapa menjadi penulis butuh keseriusan yang tidak hanya lahir sesaat tanpa pemupukan dan penggalian yang serius. Jika Kang Abik sudah menegaskan sedemikian rupa, mengapa budaya instan masih saja menggerogoti dunia Masisir? Dalam melihat diskursif ini, menurut kami permasalahannya terletak pada salahnya pencernaan logika. Logika hanya mau menangkap simbol besar tanpa melihat sejarah proses munculnya sosok diri. Maka yang paling menakutkan dari lahirnya budaya instan ini adalah timbulnya ketidakseimbangan pola pikir. Manusia akan lebih mementingkan hasil daripada proses. Etos kerja keras yang seharusnya menjadi patokan sebuah keberhasilan akan hilang dengan sendirinya. Inilah yang akan membuat manusia cenderung manja, malas berproses. Orang cendrung ingin meraih segala sesuatu dengan serba cepat. Dalam hal santapan misalnya, makanan instan kerap menjadi solusi karena rasa malas ketika lapar. Sebuah permisalan yang mungkin sebanding adalah urusan perut. Tidak bisa kita bayangkan jika perut manusia harus diisi dengan makanan instan setiap harinya, maka yang terjadi sekarang adalah permasalahan Masisir yang masih berkutat pada pencernaan akan pentingnya dunia tulis. Jalan instan selalu membuat Masisir kita terjangkit diare. Harapan akan majunya dunia tulis yang diraih dengan cara instan adalah permasalahan serius. Kebutuhan nutrisi yang seharusnya dipasok tidak terpenuh. Walhasil, tubuh pun ambruk tak berdaya karena konsumsi dan kebutuhan tidak berimbang satu sama lain. []
03
Laporan Utama
04
Komentar Peristiwa
05
Wawancara
Doc: TROBOSAN
tujuannya mencari ridho Allah. Bagaimana caranya? Caranya, di dalam hidup, keseharian apa yang saya lakukan, amal yang saya lakukan, pada akhirnya tentu saja ingin berhasil, semuanya dikembalikan pada Allah, mohon kepada Allah supaya barokah, supaya diterima. Dan pada akhirnya, kesimpulan yang diambil sudah beranjak mendekati tua yaitu mencari ridho Allah, ini saya kira jawaban saya ini apa yang anda tanyakan itu ya termasuk dalam ini. Apakah bapak menuliskan puisi karena kondisi, suatu kejadian atau dalam artian kalau tidak ada kejadian bapak tidak menulis puisi? Atau bagaimana? Apa yang menjadi renungan saya dalam hidup saya, itu saya tulis dalam puisi tapi. Kan saya tidak bisa berjalan sendiri, saya hidup seperti juga tuan-tuan di sini, ini hidup dalam satu lingkungan dan di dalam lingkungan itu terjadi bermacam -macam hal, macam-macam hal ini terjadi terus menerus. Apalagi kalau mengikuti media masa, ya apa surat kabar atau televisi. Ketika ada hal -hal semacam itu timbul, saya merasa saya juga berkewajiban untuk memberikan pendapat mengenai itu dan kemudian menulis mengenai itu. Nah akhirnya ndak habis-habis. Wah, kok begini ya? Capek kadang-kadang. Capek, terutama dalam lima tahun yang terakhir ini. Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama lima tahun terkahir, mengalami bagian sejarah yang tidak ada bandingannya. Saya merasa saya sudah tidak ada peranan lagi sekarang. Peranan saya, saya pernah menyebut dalam hati, saya mengatakan Peranan saya cukuplah abad 20 saja, abad 21 tak lagi lah, aku mau bersenang senang dengan cucu. Ternyata tidak bisa. Si Ariel muncul lagi, dia dengan begitu. Ya Allah, saya melihat Ariel kan seperti melihat anak atau melihat cucu, kok kelakuannya kayak begitu. Yah saya ndak bisa diam. Tayangannya itu, apa yang dilakukannya dengan Luna Maya dan Cut Tari
06
Wawancara
begitu itu masuk ke ini (Telfon genggam -red) dalam waku satu bulan, 49 perkosaan terjadi terhadap anak anak kecil. Jadi dalam satu hari hampir dua orang. Jadi kenapa anak kecil? Karena pada waktu sesudah anak SMP atau SMA melihat yang di handphone ini, kelakuannya Ariel itu dengan dua orang pacarnya itu, kemudian dia lihat di tetangganya itu ada anak kecil perempuan umurnya 5 atau 6 tahun ditinggal sendirian. Papi dan mami pergi kerja, pembantu pergi belanja, kemudian si anak itu maen -maen. Dia barusan melihat si ariel sama dua orang pacarnya itu, itu syahwatnya, dia mau pergi ke PSK ndak punya duit, dia mau menggoda temannya sekelas, yang sekelas pasti akan marah sama dia. Kelihatan anak kecil berkeliaran, dibujuk pake permen, pake coklat, dibawa masuk ke dalam kamar, diperkosa. Dan itu bukan satu orang! 49 orang dalam waktu satu bulan! Bagaimana ketahuan 49 orang itu? Ketahuan itu dari orang tua yang lihat, ini anaknya kok aneh? terutama ketika mau pipis, susah sekali dia pipis, kemudian diperiksa. Ya Allah, luka itunya, kemaluannya. Wah, tau dia apa ini bahwa anaknya sudah diperkosa. Siapa yang memperkosa? Seterusnya dia mengadu pada KPAI Komite Perlindungan Anak Indonesia. Dan yang mengadu itu dalam waktu 30 hari itu 49 orang di Indonesia. Orang tua yang marah tapi malu kalo ini ketahuan oleh tetangga dan keluarga itu jauh lebih banyak ternyata, dan itu tidak ketahuan berapa ratus orang. Ini hebat sekali ini bisa mencapai jumlah publik yang 49. Dan si Ariel tidak pernah minta maaf, setahu saya dia meminta maaf kepada pemirsa televisi, tapi dia tidak minta maaf kepada orang tua anak-anak yang menjadi korban akibat menonton. Nah, masalah ariel ini keluar, saya sebagai seorang penyair mendegar ini saya ndak terima. Bagaimana cara saya menyatakan tidak terima? Saya tulis puisi. Itu kewajiban saya. Dan kemudian, begitu ada kesempatan di muka publik, saya bacakan dengan niat saya mohon ridho Allah. Artinya ada sebuah kemungkaran di dalam masyarakat saya sampaikan dan kemudian ini artinya saya menyampaikan ini dengan harapan supaya kemungkaran ini dibasmi. Nah, itulah jawaban saya Apa bekal pertama yang harus dimiliki oleh seorang sastrawan ? Membaca! Dia harus membaca banyak, karena itu ibarat bensin, ibarat bahan bakar, tapi bahan bakar itu di sini (kepala -red) disimpannya. Harus banyak membaca. Jadi yang paling pertama itu membaca, kemudian menulis. Berlatih menulis dan berlatih menulis, itu setiap hari. Puisi saya sekarang ini didukung oleh kepenulisan yang tidak jemu-jemu. Berapa banyak itu puisi yang saya tulis tapi tulisannya masuk keranjang sampah? banyak sekali! Jadi tidak semuanya yang saya tulis itu jadi. Siapa atau apa yang paling berpengaruh dalam puisi bapak? baik bapak terinspirasi atau secara makna? Waduh banyak sekali itu! Yang paling itu adalah al-Quran. Kalo orang, ada beberapa orang. Kalo penyair Indonesia tentu saja Chairul Anwar, Kalo dari yang luar Walt Whitman, Edgar Allan Poe, penulis Hayah Muhammad yaitu Muhammad Husain Haikal. Pesan bapak untuk para mahasiswa di sini? Pesan saya dua, banyak membaca dan terus menulis. Semoga kalian cepat selesai kuliahnya dan dapat jodoh yang baik dan dapat pekerjaan yang baik. [] Ainun, Heni.
sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bidang Studi di universitas itu. Ia pun sempat berperan aktif dalam Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa yang diadakan dua tahun sekali, salah satunya dengan menambahkan satu bidang perlombaan yaitu lomba debat tentang kandungan al -Quran dalam bahasa Arab dan Inggris. Kita ingin meningkatkan budaya fikir rasional, intelektual dan tidak emosional di kalangan mahasiswa sekaligus meningkatkan jaringan antar mahasiswa. Dalam perbincangan itu, Pak Fahmy juga menjelaskan tiga program utama yang merupakan program yang telah dicanangkan oleh Atdik periode sebelumnya. Tiga program utama itu ialah: 1) Mengusahakan jalinan hubungan antara Indonesia dan Mesir dalam bidang pendidikan dengan melakukan kerjasama dengan berbagai universitas yang ada di Mesir. 2) Meningkatkan perhatian kepada mahasiswa Indonesia di Mesir agar dapat menyelesaikan studinya dalam waktu yang singkat. 3) Promosi sistem pendidikan Indonesia di Mesir dan sistem pendidikan Mesir di Indonesia. Untuk program pertama, Pak Fahmy menjelaskan bahwa Pak Sangidu sebelumnya telah melakukan beberapa kerjasama dengan berbagai universitas dalam berbagai bidang, maka saat ini ia hanya melanjutkan program yang telah dicanangkan sebelumnya. Yang
menjadi Atase itu sebenarnya Pak Prof. Sangidu, saya hanya melanjutkan programnya. Lanjutnya. Dan untuk program kedua, pihaknya akan mengusahakan berbagai solusi agar mahasiswa Indonesia di Mesir dapat menyelesaikan studi dalam waktu yang singkat. Ia pun akan mengusahakan untuk mencarikan peluang beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu dalam hal finansial. Sedangkan program ketiga, pihaknya menjelaskan bahwa saat ini Mesir hanya dikenal sebagai pusat studi bahasa Arab dan ilmu agama, jarang sekali mahasiswa Indonesia yang datang ke Mesir untuk mempelajari ilmu umum seperti di kedokteran, farmasi ataupun pertanian. Menurutnya, Mesir ini juga memiliki kemajuan dalam bidang lain, salah satunya adalah pertanian. Ia pun mencontohkan beberapa perkebunan yang sempat terlihat ketika perjalanan ke Ismailiyah. Berarti agriculture engineering-nya bagus, bisa merubah tanah yang tandus menjadi perkebunan. Nanti kalo bisa, kita akan membawa mahasiswa-mahasiswa ITB, IPB untuk belajar ke sini, melakukan penelitian di sini. ujar Dosen yang juga merupakan aktifis masjid dan sempat menjadi Dewan Pembina di DKM Unpad ini. Selain itu juga pihaknya menjelaskan bahwa kemajuan pendidikan bukan hanya didapat dengan banyaknya mahasiswa Indonesia yang datang ke Mesir, namun juga
dilihat dengan banyaknya mahasiswa Mesir yang datang ke Indonesia. Maka dari itu, pihaknya juga akan berusaha mempromosikan pendidikan Indonesia di Mesir agar terjadi pertukaran sistem dan budaya antar dua negara. Kita pun akan mengembangkan SIC ini menjadi sekolah yang bertaraf internasional. Agar yang butuh bukan hanya orang Indonesia, tapi juga dari berbagai negara. Mungkin nggak? Why not? ujarnya. Pada akhir perbincangan, Pak Fahmy berpesan kepada seluruh mahasiswa Indonesia di Mesir. Pesan saya cuma satu, Selesaikan studi secepat-cepatnya., ujar pria berdarah Minang ini. Mengenai atase pendidikan baru ini salah seorang mahasiswa, Syahir Hadi mengungkapkan harapannya, Semoga bapak Atdik tetap bermasyarakat terutama dengan mahasiswa Ujarnya. Wahidul Kholis, salah seorang Pimpinan MPA juga menyatakan harapannya, Ada 3 harapan buat Atdik baru. Pertama, untuk lebih sering bertemu dengan Mahasiswa/i. Kedua, Mendorong dan mendukung untuk lebih banyak terciptanya karya2 Mahasiswa di sini, seperti tulisan dalam bentuk buku agar diterbitkan di Tanah Air. Ketiga, mengatur proses kedatangan dan kepengurusan Pelajar Ma'had. Semoga Atdik yang baru dapat membawa perubahan besar bagi Mahasiswa. Ujar pemuda Sumatera Selatan ini. [] Fahmi, Luthfi.
07
Seputar Kita
Ziyarah kali ini mengunjungi empat belas tempat yang tersebar di sekitar kota Kairo lama, di antaranya adalah makam Ibnu Athaillah al-Sakandari, Imam Ibnu Abi Jamrah, Ibnu Daqiq al-`Id, Imam Syafi`I, Imam Laits, Ibnu Hajar al-Asqalani dan juga beberapa tempat bersejarah seperti masjid Amru bin al-`Ash dan masjid Ibnu Thulun. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahunnya oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PCI NU Mesir sejak tahun 2005. [] Fahmi.
Redaksi buletin TROBOSAN mengucapkan selamat atas terpilihnya Fakhry Emil Habib sebagai Pemimpin Umum, Achmad Fawatih Nurrizqi sebagai Pemimpin Redaksi dan Lina Nabila Ahmad sebagai Pemimpin Usaha buletin Informatika untuk periode 2013-2014. Semoga dapat meningkatkan kinerja Informatika dalam dinamika kehidupan Masisir.
TROBOSAN, Edisi 353, 20 April 2013
08
Sastra
Doaku
Oleh: Luthfiatul Fuadah al-Hasan* Hal yang tidak lagi aku percayai adalah bisa melewati ujian Universitas Al-Azhar. Aku terjatuh, berusaha bangkit namun aku jatuh kembali terus dan terus. Aku menyerah. Apa aku bisa melewati ujian yang kesekian kali di Azhar ini, tahun yang lalu aku selalu gagal terus keluh ku pada Kayla Mahasiswi tingkat tiga yang sedang sibuk dengan diktat kuliahnya. Kalau lah aku gagal lagi, apa gunanya aku berada di sini. Hush Ira! ngomong kok sembarangan... Aku yakin kamu bisa kok, asalkan kamu mau berusaha belajar sungguh-sungguh semua akan terasa mudah ucap Kayla sambil merangkul pundak ku. Tatapanku kosong membayangkan halhal buruk terjadi, membayangkan aku tak bisa melewati ujian termin dua. Hampir tiga tahun aku berada di Negri Kinanah ini, di saat teman-teman ku sudah menginjak tingkat tiga di Azhar, aku masih berpijak di tingkat satu. Ya, dua tahun sudah berlalu dengan sebuah kegagalan. Namun aku bersyukur kegagalan ku tak sia-sia. Di lingkungan yang sarat akan ilmu ini aku mendapatkan banyak hal yang membuat aku mengerti bahwa Allah menciptakan sesuatu tak ada yang sia-sia. Dua Tahun Sebelumnya Akhirnya impianku untuk studi di Universitas Al-Azhar pun tercapai. Pesawat terbang membawaku pergi meninggalkan Nusantara tercinta. Tak bisa lagi kulukiskan bahagiaku saat itu, dengan ditemani gumpalan awan putih pemandangan nan indah aku bersyukur padaNya. Negri Kinanah menyambut kedatanganku dengan musim dinginnya. Teringat pesan Pak Kyai ku disana Mesir harus bisa kamu taklukan, jika kamu tidak bisa maka Mesir yang akan menaklukan kamu. Dalam Keterpurukan Rupanya aku tak lagi menghiraukan pesan beliau. Sejak kedatanganku di negri ini, beberapa bulan kemudian Azhar akan melaksanakan ujian termin satu. Namun, merasa keenakan dengan santainya aku merasa enteng ujian tersebut. Ra...kamu kok nonton terus kalau enggak nonton kamu main game, kapan mau mau belajarnya ra ? ujian seminggu lagi kakak kelasku mengingatkan. iya ka nanti juga aku belajar kok jawabku sedikit acuh. inget lho ra, ujian di Azhar enggak sama dengan di Indonesia. Kamu gak bisa terusterusan seperti ini. Aku sedikit kesal dengan ucapan kaka kelasku itu, aku langsung matikan leptop dan tidur. Satu tahun berlalu dengan sikap bodohku seperti itu. Ketika pengumuman ujian turun tangisku meledak penuh penyesalan, aku peluk ka Shofi ka aku nyesel ka, aku gagal. Aku minta maaf ka tak menghiraukan perkataan kaka, dan aku melupakan pesan Pak Kyai, hiks hiks. Ya sudah jadikan pelajaran ya ra, kamu gak mengulangi hal yang sama ka Shofi menasehati. Yang aku pikirkan adalah bagaimana aku menyampaikan pada kedua orang tuaku. Bicaralah! orang tuamu pasti mengerti. Justru orang tuamu yang akan menemani disaat kamu seperti ini. Kak Shofi memberi saran. Dengan tangis tertahan aku menelfon orang tuaku. Bercerita tentang hal yang aku alami, dengan lembut kasihnya aku merasa tenang Sabar ya nak...ucapnya, aku merasa aku mampu untuk mencoba ditahun yang akan datang. Berkat nasihat dan dukungan yang kudapatkan dari orang-orang terdekatku, aku tak lagi merasa bahwa aku harus menyerah, masih ada kesempatan untukku meraihnya lagi. Keseharianku kuliyah kini berubah menjadi kelas bahasa yang kujalani seminggu tiga kali, aku pergi ke kuliah hanya untuk mengikuti beberapa materi yang tertinggal. Meski kadang perasaan malu dan minder itu selalu menghantuiku, namun saat aku merasa seperti itu aku meyakini diriku sendiri, aku optimis untuk bisa melewatinya. Satu tahun berlalu aku tak ingin lagi gagal, aku berusaha keras belajar belajar dan terus belajar. Beberapa temanku, kawan serumahku, kak shofi tak pernah lupa memberiku suntikan semangat Semangat!!!ucap mereka disela aktivitas yang mereka jalani. Maan najah ya teman-teman semangat yang bertebaran di kala pintu gerbang ujian Azhar mulai dibuka. Rabbi...upaya dilakukan untuk menempuhnya jika Engkau ridha najah atau tidak najah berilah manfaat pada ilmu yang telah kupelajari ini Amin. Ujian telah kulewati, aku pasrahkan segalanya pada Sang Khaliq dengan usaha yang telah kulakukan. Aku semakin cemas menanti hasil ujian turun. Mendapat telfon bahwa hasil ujian turun aku segera bergegas, meniti pijakan langkah kaki menuju kuliyah mengusap peluh keringat dalam Bulan suci. Bus membawaku ke kuliyah banat, mobil padat merapat dengan terik matahari menambah kecemasanku, tak hentinya aku bedzikir mengingat-Mu Allah. Langkah kakiku berlari menaiki anak tangga, dan tibalah aku melihat hasil ujian yang telah kujalani. Sepertinya tidak cukup ujian yang harus aku hadapi. Mataku terbelalak hatiku beristighfar, kepala menunduk menahan tangis,tidak aku tidak boleh menangis Allah ingin aku lebih bersabar ucapku dalam hati. Lagi-lagi aku tidak berhasil, tiga maddah tertinggal lagi. Beberapa temanku pun mengalami hal yang sama. Sudah jangan menangis, kita lewati sama-sama, kita enggak sendiri ada Allah yang selalu menemani. Yukk kita semangat lagi, kita harus bersabar. ucapku sambil memeluk Ratih yang mengalami hal yang sama. Makasih ya ra .... Dalam hati aku hanya bisa mengucap Laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil azim, memohon dalam hati agar Allah melapangkan hatiku, menerima taqdir yang telah ditentukan oleh-Nya. Namun, perasaan sedih tak bisa kupungkiri. Aku kembali ke rumah dengan seutas dzikir pada-Nya agar hatiku tenang. Aku menangis memeluk foto kedua orang tuaku, saat itu pula bunyi telfon berdering. Assalamuailaikum ra, ini mamah gimana sayang hasilnya ? Mah...sambil menangis, ibuku sudah faham apa yang terjadi. Maafin ira ... meringis. Tidak apa-apa nak, mamah selalu mendoakan mu di sini. Meskipun mamah enggak bisa nemenin Ira disana, Allah enggak ninggalin Ira. Tahun depan Ira harus lebih semangat lagi ya, sabar yah sayang ... Aku sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka. Orang tuaku tak pernah memarahi atas kegagalanku, namun ibuku justru memberikan support yang dapat membangkitkanku. Terimakasih mah, pah! Kegagalan bukan untuk mengakhiri impian yang telah digantungan dipikiran kita, namun dari sanalah keberhasilan akan menjemput bagi mereka yang bersabar. *Penulis adalah Kru buletin TROBOSAN.
09
Opini
10
Sketsa
Dunia Facebook
Oleh: Ainun Mardiyah* Jika anda melihat seseorang sibuk bermain dan menekan-nekan keyboard atau touch screen handphone-nya, entah itu di bus atau di tempat-tempat umum, kira-kira apa yang sedang mereka lakukan dengan alat komunikasi itu? Jika anda membuka laptop dan terhubung dengan internet, situs apa yang pertama kali anda buka di jendela browser? Dugaan terbesar saya, semua akan terjawab dengan satu kata. Facebook. Situs jejaring sosial yang pertama kali diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini sangat populer di seluruh dunia. Bahkan penggunanya meliputi seluruh lapisan kalangan, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Juga tidak mengenal usia, baik dari anak kecil, remaja, sampai orang tua. Kalaupun ada seseorang yang bertanya,Apa itu facebook? sudah tentu akan diolok-olok. Seperti kata Tukul Arwana,Katrok! Seiring berakhirnya era industri yang tergusur oleh era informasi, manusia tidak lagi silau dengan hasil industri. Mereka tidak berlomba-lomba dengan menjunjung tinggi IQ (Intelligent Quotient), menjadi sukses tak lagi hanya mengandalkan sekolah tinggi semata. Meski paradigma seperti itu masih melekat kuat pada sebagian manusia saat ini. Tapi kini dunia telah dikuasai oleh arus informasi. Siapa yang lebih menguasai dan mengendalikan arus informasi, ia adalah penguasa. Begitu pentingnya nilai informasi, barangkali itulah yang dilirik oleh Mark Zuckerberg, sang pencipta situs jejaring Facebook. Sehingga situsnya banyak digemari secara bombastis dalam waktu singkat. Peran nyata facebook sebagai media informasi dan komunikasi tersebut tidak bisa diremehkan. Setelah diteliti, Revolusirevolusi di Timur Tengah yang menghantam bagai gelombang tsunami adalah juga terjadi dengan peran jejaring sosial facebook. Sebagaimana yang dilansir Republika Online, mengutip perkataan seorang Profesor Ilmu Politik Mustapha Kamil Al-Sayyid, Tindakan revolusi di Mesir cukup efektif dilakukan melalui internet khususnya jejaring sosial. Dengan jejaring sosial, undangan demonstrasi pada saat penggulingan Mubarak 25 Janu(presiden) PPMI, WIHDAH dan organisasi kedaerahan semuanya tanpa terkecuali mendapatkannya. Paradoks. Di sebuah komunitas akademis, organisasi murni akademis (baca: senat) justru tidak diapresiasi sebagai mana organisasi-organisasi lain, yang tidak jarang program-programnya justru kontradiktif dengan semangat akademis. Solusi ari lalu dapat dilakukan. Bahkan pemerintah Mesir yang mengontrol ketat media massa konvensional mulai mengambil tindakan berupa penutupan layanan internet dan seluler. Melihat betapa pentingnya peran facebook dalam kecepatan menghantarkan informasi. Bukan berarti setiap orang dapat memanfaatkannya secara bijak dan bermanfaat. Memang banyak yang menggunakannya sebagai media untuk menyambung tali silaturrahmi, membentuk forum diskusi sesuai tema yang digemari atau mengiklankan produk dan jasa usahanya. Tapi dari sekian banyak itu, status-status curahan hati, senda gurau berantai yang berujung pada hal siasia lebih mendominasi. Ini persis sebagaimana yang difirmankan Alloh SWT dalam kitabNya saat menyebutkan salah satu karakteristik manusia, Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. QS AlMaarij: 19 Pengguna facebook diuntungkan dengan adanya kemudahan dalam berkomunikasi, sehingga jarak tidak lagi menjadi masalah. Namun, apakah itu berarti bahwa facebook mendekatkan jarak penggunanya? Atau semakin mendekatkan hubungan antar pengguna sebagaimana slogan di awal lamanya, Facebook helps you connect and share with the people in your life. ? Benarkah bahwa dengan facebook, hubungan antar pengguna semakin dekat dan bisa saling berbagi dalam kehidupan nyata mereka? Sesuaikah slogan tersebut dengan fakta di lapangan? Lalu bagaimana dengan mereka yang saling mengomentari status satu sama lain, padahal saat itu mereka tengah duduk berdampingan di tempat yang sama? Benar bahwa facebook dapat membantu anda berkomunikasi secara mudah dan murah meriah dengan teman atau keluarga lintas negara bahkan lintas benua. Namun bukan berarti dengan komunikasi yang lancar tersebut semakin memperdekat hubungan anda dengan orang-orang yang jarakPertama tentu saja kepada yang terhormat Bapak Atdik yang baru agar mempertimbangkan usulan kami di atas berkenaan dengan pengadaan sekretariat dan pendanaan. Setidaknya, bila dua hal tersebut terpenuhi, publik ini hanya menunggu waktu munculnya organisasiorganisasi senat yang kuat yang akan memberi sumbangsih maksimal terhadap kehidupan akademis mahasiswa. Kita nya sangat jauh. Sebagaimana yang diketahui bahwa rasa rindu akan bertumpuk dan semakin mendalam manakala pertemuan atau komunikasi percakapan yang jarang terjadi. Dan itu berarti bahwa semakin sering anda berkomunikasi dengan orang-orang yang jauh jaraknya semakin rasa rindu itu menipis. Ini berbanding terbalik dengan dengan komunikasi yang semakin lancar. Pada kesimpulan ini, bukankah hubungan antar pengguna di dunia nyata semakin jauh? Penulis menganggap bahwa facebook adalah dunia lain yang mirip dengan dunia nyata. Hampir seluruh aktifitas manusia di dunia nyata dapat dilakukan dalam dunia facebook. Berdiskusi antar pengguna, belajar, bercerita, bergurau hingga membuat acara pernikahan atau perayaan lainnya. Akan tetapi banyak manusia yang sangat maniak terhadap dunia facebook, sehingga melupakan dunia nyata yang dijalaninya. Sejatinya dunia facebook adalah dunia kedua yang diciptakan untuk membantu manusia dalam dunia nyata. Ia adalah suatu alat yang semestinya digunakan untuk mempermudah dan melancarkan segala aktifitas yang dilakukan di dunia nyata. Namun fakta berkata lain. Banyak manusia yang lalai dan terjebak dalam dunia itu. Dan ini terjadi seperti dalam film berjudul Tron: Legacy, yang mengisahkan tentang Sam dan ayahnya Kevin Flynn yang terjebak dalam dunia virtual. Menjadi maniak facebook bukan tanpa resiko. Sudah banyak pakar medis dan psikologi yang meneliti dan menemukan efek buruk pada kesehatan mental dan fisik bagi pecandu facebook. Sekali lagi kita harus ingat dan sadar bahwa dunia facebook diciptakan sebagai alat untuk membantu dan mempermudah kehidupan nyata yang kita jalani. Prioritas utama kita adalah kehidupan nyata. Tentu sangat disayangkan jika kita harus diperalat oleh dunia yang seharusnya menjadi alat. Pertanyaannya sekarang adalah, di manakah prioritas anda, dalam dunia facebook atau dunia nyata? Pilihan itu ada di tangan anda. *Penulis adalah kru TROBOSAN. menunggu berakhirnya relasi benci tapi rindu antara Senat dan Masisir, berganti menjadi kerjasama positif menuju Masisir Akademis. *Penulis adalah mahasiswa al-Azhar tingkat tiga fakultas Bahasa Arab, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab.
11
12