You are on page 1of 19

MAKALAH MANAJEMEN LIMBAH POLUSI UDARA

Oleh : 1. Cakra Herman HN (342 11 037)

2. Victor William Goran (342 11 050)

Jurusan Teknik Mesin Prodi Teknik Konversi Energi Politkenik Negeri Ujung Pandang 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, prakiraan kebutuhan listrik jangka panjang di Indonesia sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang. Dengan diketahuinya perkiraan

kebutuhan listrik jangka panjang antara tahun 2003 hingga tahun 2020 akan dapat ditentukan jenis dan perkiraan kapasitas pembangkit listrik yang dibutuhkan di Indonesia selama kurun waktu tersebut. Jenis dan kapasitas pembangkit listrik dapat mempengaruhi besarnya listrik yang diproduksi baik pada waktu siang maupun malam. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi listrik per jenis pembangkit adalah faktor kapasitas pembebanan baik sebagai beban dasar maupun beban puncak, karakteristik pembebanannya sendiri termasuk daya mampu, dan waktu operasi unit pembangkit listrik. Waktu operasi adalah jam operasi maksimum dalam 1 tahun dikurangi dengan penghentian terjadwal dan perkiraan penghentian tak terjadwal. Apabila perbandingan antara daya mampu dan kapasitas terpasang mempunyai nilai mendekati satu, maka pembangkit tersebut bekerja pada seluruh beban, yaitu beban dasar atau base load, sedangkan bila mempunyai nilai yang rendah, maka jenis pembangkit tersebut hanya beroperasi sementara yang diperkirakan bekerja pada peak load saja. Pada umumnya pembangkit yang bekerja pada beban dasar adalah pembangkit yang mempunyai waktu awal operasi (start-up) lama dan tidak terlalu fleksibel dalam perubahan beban, sedangkan pembangkit yang dioperasikan pada beban puncak mempunyai waktu awal operasi yang cepat dan fleksibel dalam pembebanan. Faktor tersebut dapat menyebabkan total produksi listrik per jenis pembangkit listrik pada waktu siang dan malam hari berbeda. Besarnya produksi listrik selama kurun waktu yang telah ditentukan dapat memberi gambaran besarnya pasokan listrik dalam pemenuhan kebutuhan listrik nasional. Walaupun demikian tidak semua kebutuhan listrik dapat dipenuhi, oleh karena itu masih ada kebutuhan listrik yang

tertahan dan tidak dapat dipenuhi (subpressed demand) oleh pembangkit listrik PLN. Setiap pembangkit listrik yang didirikan oleh PLN menghasilkan limbah yang tidak sedikit pada saat beroperasi. PLTU sebagai salah satu contoh industri yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar biasanya menghasilkan limbah padat hasil pembakaran berupa abu terbang ( fly ash ), slag ( bottom ash ) dan lumpur flue gas desulfurization. Sehubungan dengan meningkatnya jumlah pembangunan PLTU berbahan bakar batubara di Indonesia, maka jumlah limbah fly ash juga akan meningkat. Jumlah limbah PLTU pada tahun 2000 telah mencapai 1,66 juta ton dan pada tahun 2006 mencapai 2 juta ton. Saat ini limbah padat tersebut umumnya ditampung di penampungan abu ( ash lagoon ) dan terakumulasi dalam jumlah yang sangat banyak. Kendala yang dihadapi perusahaan pemakai batubara dalam mengelola limbah hasil pembakaran batubara (LHPB) adalah terbatasnya lahan untuk penyimpanan sementara LHPB, sedangkan LHPB setiap hari terus bertambah dan yang memanfaatkan LHPB sangat terbatas. Jika limbah tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal akan menimbulkan dampak sosial dan lingkungan. Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan fly ash banyak dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Dengan semakin bertambahnya masalah yang harus dihadapi mengenai penanganan limbah pembangkit listrik, maka pemerintah menganggap perlu menanggapi secara serius. Salah satu langkah tanggap yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memasukkan manajemen limbah kedalam kurikulum pendidikan profesional agar penanganan dan pemahaman lebih awal dapat diberikan kepada calon pekerja.

1.2

Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas beberapa permasalahan tentang polusi udara. Permasalahan- permasalahan tersebut adalah: 1. Bagaimana proses pabrikasi pada pembangkit listrik? 2. Bagaimana pengaruh dan dampak limbah hasil pabrikasi? 3. Bagaimana proses daur ulang limbah pada pembangkit?

1.3

Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui proses pabrikas dari pembangkit listrik. 2. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak limbah hasil pabrikasi. 3. Untuk mengetahui proses daur ulang limbah pembangkit.

BAB II TEORI PENDUKUNG 2.1 Proses Fabrikasi PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan uap air untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini termasuk dalam pembangkit listrik termis, yaitu pembangkit listrik yang memanfaatkan panas sebagai penggerak mulanya. Prinsip kerja dari PLTU hampir sama dengan sebuah ceret yang dipanaskan. Air yang diletakkan didalam boiler, kemudian dipanaskan dengan bahan bakar, seperti batubara, minyak bumi, atau gas. Setelah mendidih, maka akan menghasilkan uap air. Uap air ini selanjutnya ditampung untuk sementara, kemudian setelah memiliki temperatur dan tekanan yang memenuhi, uap air dialirkan menuju ruangan turbin untuk memutar turbin. Turbin ini dikopel langsung dengan rotor generator. Sehingga ketika turbin berputar, rotor generator juga ikut berputar dan alhasil stator dari generator dapat menghasilkan energi listrik yang selanjutnya dapat kita gunakan bersama. Adapun 3 siklus utama yang terdapat pada PLTU , yaitu : 2.1.1 Siklus Air PLTU Siklus ini secara ringkas telah dibahas pada paragraf sebelumnya, namun ada bagian lain yang juga berperan penting dalam siklus ini. Awalnya, air laut yang akan digunakan diambil dan dipompa oleh Circulating Water Pump (CWP) masuk ke dalam Water Treatment Plant. Didalam Water Treatment Plant ini, air masuk ke pengolahan air tawar yang terdiri dari perlakuan awal (pretreatment) dan proses pembuatan air tawar yang disebut dengan Desalination Evaporator dengan menggunakan metoda osmosis balik (reverse osmosis). Air tawar yang dikeluarkan dinamakan dengan make up water. Make up water ini dipompa dengan distillate pump menuju make up water tank untuk disimpan sementara. Setelah itu, Make Up Water akan masuk ke sistem pemurnian (demineralization). Hasil dari pemurnian tersebut adalah air

demin. Air demin merupakan air yang memiliki kandungan mineral kecil dengan konduktivitas 0.2-1 mikro siemens dan pH 6-7. Air demin yang dihasilkan selanjutnya dicampurkan dengan air condensate didalam Hotwell. Air condensate adalah air murni hasil pengembunan uap air pada Condensor. Setelah bercampur, air tersebut selanjutnya dipompa oleh Condensate Pump menuju ke Low Pressure Heater untuk dinaikkan temperaturnya. Setelah dinaikkan temperaturnya, air dialirkan ke deaerator. Deaerator memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen serta gelembung-gelembung udara. Perlu diketahui saja, oksigen yang larut dalam air demin dapat menyebabkan korosi (pengkaratan) pada sudu-sudu (siripsirip) turbin. Sekeluarnya dari Deaerator, air akan menuju ke High Pressure Heater untuk dinaikkan lagi temperaturnya. Setelah itu air dialirkan ke Economizer. Economizer merupakan alat untuk memanaskan air, namun tidak sampai menguap. Suhu akhir dari air kira-kira mencapai 70oC dari yang semula hanya 34oC. Setelah melalui Economizer, air dipompakan oleh Boiler Feeding Pump menuju boiler. Boiler merupakan tempat untuk menampung dan memanaskan air hingga menjadi uap air. Boiler ini terdapat didalam Furnace dimana didalam Furnace ini juga terdapat tungku pembakaran bahan bakar. Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar mampu mendidihkan air hingga menjadi uap air. Uap air ini selanjutnya ditampung sementara didalam suatu tempat berbentuk seperti drum (Steam Drum). Uap air yang dihasilkan ini masih berupa uap air jenuh (basah) yang memiliki kelembaban yang tinggi. Setelah uap air ini memiliki temperatur dan tekanan tertentu, uap air akan menuju ke Superheater. Didalam superheater ini uap air dipanaskan lebih lanjut. Uap air yang keluar dari Superheater ini memiliki temperatur kurang lebih 540 oC dan bertekanan 160 bar. Dengan adanya pemanasan lanjut ini, uap air bukan lagi berupa uap air basah, namun berupa uap air kering yang layak dialirkan untuk memutar sudu-sudu (sirip-sirip) turbin. Jika uap air basah masuk ke dalam turbin, maka uap air tersebut dapat menyebabkan turbin mengalami pengikisan.

Uap air ini memutar 3 jenis turbin, yaitu tubin bertekanan tinggi (High Pressure Turbine /HP Turbine), turbin tekanan menengah (Intermediate Pressure Turbine /IP Turbine), dan tubin tekanan rendah (Low Pressure Turbine /LP Turbine). Keseluruhan dari turbin ini merupakan turbin berkecepatan tinggi (high speed turbine). Uap air yang keluar dari turbin tekanan tinggi dan menuju ke turbin tekanan menengah akan mengalami penurunan temperatur. Untuk itu, digunakan Reheater yang berfungsi sebagai pemanas uap air sehingga kembali ke suhu semulanya. Dilain sisi, uap air yang keluar dari turbin tekanan menengah biasanya tidak dipanaskan menggunakan reheater, namun langsung dimasukkan ke turbin tekanan rendah. Turbin HP, IP, dan LP ini dikopel langsung dengan rotor generator, maka ketika turbin ini berputar, rotor generator juga ikut berputar. Generator yang biasa digunakan dalam proses PLTU adalah generator sinkron revolving field. Pada generator jenis ini, bagian rotornya diberi arus eksitasi sedangkan statornya menghasilkan energi listrik. Tegangan yang dihasilkan dari generator ini biasanya 6, 11, atau 22 kV. Karena sistem transmisi di Indonesia bertegangan 150 kV(SUTT) atau 500 kV(SUTET), maka digunakan trafo step-up untuk menaikkan tegangan keluarannya. Uap air yang keluar dari turbin bertekanan rendah dapat diembunkan menjadi air lagi menggunakan Condensor. Condensor ini menggunakan air laut sebagai pendingin utama dari uap air tersebut yang pada akhirnya dapat mengembun dan menghasilkan air. Air ini selanjutnya ditampung didalam Hotwell dan karena sudah murni, air ini bisa digunakan kembali untuk dimasukkan ke boiler dan proses berulang seperti yang telah dijelaskan diatas. PLTU yang dalam operasinya menggunakan Condensor untuk

mengembunkan uap air, dinamakan dengan PLTU siklus tertutup (close loop). Jika tidak menggunakan condensor, uap air ini dapat dibuang begitu saja. PLTU yang menggunakan prinsip ini dinamakan dengan PLTU siklus terbuka (open loop).

2.1.2 Siklus Air Pendingin Condensor Siklus air pendingin ini berkaitan erat dengan pengembunan uap air yang terjadi pada Condensor. Air yang digunakan untuk pendinginan pada condensor merupakan air laut. Air laut ini awalnya diambil dari water intake menggunakan Circulating Water Pump (CWP). Kemudian dibersihkan dari zat-zat pengotor dan hewan laut terlebih dahulu. Setelah itu, air menuju ke condensor. Air laut yang masuk ke condensor awalnya memiliki suhu yang rendah. Namun setelah keluar dari condensor, suhu air menjadi tinggi. Pada PLTU Tanjung Jati B (TJB), air pendingin yang masuk kondensor bersuhu 29,2oC dan keluarannya bersuhu 36,2-38oC. Air yang bersuhu tinggi ini kemudian dibuang lagi ke laut melalui Water outake/ Circulating Water Out Fall.

2.1.3 Siklus Bahan Bakar Dalam proses PLTU, untuk mendidihkan air di dalam boiler dibutuhkan energi panas. Energi panas ini dapat berasal dari pembakaran bahan bakar, seperti : batubara, minyak bumi atau gas. Karena harga batubara yang murah, kebanyakan dari PLTU yang ada di bumi menggunakan bahan bakar batubara. Untuk menangani batubara pada suatu PLTU, biasanya terdapat sistem tersendiri. Sistem tersebut dinamakan Sistem Penanganan Batubara (Coal Handling System). Awalnya, batubara diangkut dari tambang batubara menggunakan kapal kosong tanpa mesin bernama kapal tongkang dengan kapasitas 66 metrix ton. Kapal tersebut berlabuh disuatu dermaga didalam PLTU yang bernama Coal Jetty. Coal Jetty ini memiliki panjang 240 meter dan letaknya pun 1 kilometer dari tepi pantai. Batubara yang diangkut oleh kapal tongkang tersebut diturunkan dengan menggunakan alat yang bernama Ship Unloader. Untuk menurunkan seluruh batubara yang terdapat pada kapal tongkang tersebut dibutuhkan waktu selama 3 hari penuh. Batubara yang telah diturunkan dari kapal tongkang tersebut selanjutnya diletakkan diatas Conveyor Belt. Converyor Belt adalah suatu alat yang mirip

seperti eskavator yang mengangkut batubara dari Coal Jetty yang letaknya 1 kilometer dari garis pantai menuju ke Coal Yard/ Stockpile. Coal Yard/ Stockpile adalah lapangan luas tempat diletakkan dan disimpannya batubara setelah diangkut oleh kapal tongkang. Coal Yard yang ada biasanya mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar PLTU hingga 2 bulan (630.000 ton). Ketika batubara yang ada di Coal Yard ingin digunakan sebagai bahan bakar, batubara tersebut dikeruk dengan suatu alat pengeruk yang dinamakan dengan Stacker Reclaimer. Setelah dikeruk, batubara ini kembali diletakkan diatas Belt Conveyor namun menuju ke bagian dalam PLTU. Kemampuan keruk dari Stacker Reclaimer dan kemampuan angkut dari Belt Conveyor dapat mencapai 1500 ton per jam. Setelah diangkut oleh Belt Conveyor, batubara ini masuk ke bagian dalam PLTU tepatnya di Coal Bunker. Disini, batubara disimpan untuk sementara waktu hingga selanjutnya disalurkan oleh Coal Feeder untuk menuju ke Pulverizer. Batubara yang masuk ke Pulverizer awalnya berbentuk seperti batu dengan diameter berkisar 5 cm. Batubara seperti ini tidaklah baik untuk dibakar didalam tungku pembakaran. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran batubara, maka semakin kecil kalori yang dihasilkan oleh batubara tersebut ketika pembakaran nantinya. Oleh karenanya, Pulverizer ini berperan dalam menghaluskan batubara hingga bentuknya berubah menjadi serbuk batubara. Perlu diketahui saja, semakin halus batubara, kalori yang dihasilkan juga semakin besar. Kemampuan Pulverizer dalam menghaluskan batubara dapat mencapai 335 ton setiap jam. Serbuk batubara yang dihasilkan oleh Pulverizer ini selanjutnya dihembuskan ke dalam Furnace bersamaan dengan udara panas. Didalam Furnace ini, perbakaran dari serbuk batubara tersebut menghasilkan energi panas yang selanjutnya digunakan untuk memanaskan air yang ada didalam Boiler. Kalori yang dihasilkan oleh batubara tergantung pada jenis batubara yang digunakan. Selain menghasilkan energi panas, pembakaran dari batubara menghasilkan limbah padat berupa abu terbang ( fly ash ), slag ( bottom ash ) dan lumpur

flue gas desulfurization juga menghasilkan limbah gas berupa, Nox (Oksida Nitrogen), Sox (Oksida Sulfur), dan COx (oksida karbon).
2.2 Zat-Zat Pencemaran Udara Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran

udara, antara lain: Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat, Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida. 1. Karbon monoksida (CO) Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan kendaraan bermotor.

2. Nitrogen dioksida (NO2) Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.

3. Sulfur dioksida (SO2) Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga listrik.

4. Partikulat (asap atau jelaga) Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong pabrik berupa asap Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

6. Karbon Dioksida (CO2) Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

2.3 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain: hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. 2.3.1 Hujan Asam Istilah hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat keasaman) kurang dari 5,6. Proses terbentuknya hujan asam

Gambar 3.1

SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah. SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi

sebagai hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiranbutiran padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.

2.3.2 Penipisan Lapisan Ozon Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil. Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan stratosfer pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.

Gambar 3.2 Proses Kerusakan Ozon Oleh Klorin

Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Hal ini dapat terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat membebaskan atom klorida (Cl) yang akan mempercepat lepasnya ikatan O3 menjadi O2. Lapisan ozon yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).

Gambar 3.3 Lubang Ozon

Diperkirakan telah timbul adanya lubang ozon di Benua Artik dan Antartika. Oleh karena itulah, PBB menetapkan tanggal 16 September sebagai hari ozon dunia dengan tujuan agar lapisan ozon terjaga dan tidak mengalami kerusakan yang parah. 2.3.3 Pemanasan Global Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim. Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah kaca tidak dapat keluar.

Proses terjadinya efek rumah kaca

Gambar 3.4 Peristiwa Efek Rumah Kaca

2.4 Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran udara juga membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme), baik hewan, tumbuhan dan manusia. Dampak pencemaran udara bagi manusia, antara lain: 1. Karbon monoksida (CO)

Mampu mengikat Hb (hemoglobin) sehingga pasokan O2 ke jaringan tubuh terhambat. Hal tersebut menimbulkan gangguan kesehatan berupa; rasa sakit pada dada, nafas pendek, sakit kepala, mual, menurunnya pendengaran dan penglihatan menjadi kabur. Selain itu, fungsi dan koordinasi motorik menjadi lemah. Bila keracunan berat (70 80 % Hb dalam darah telah mengikat CO), dapat menyebabkan pingsan dan diikuti dengan kematian. 2. Nitrogen dioksida (SO2)

Dapat menyebabkan timbulnya serangan asma. 3. Hidrokarbon (HC)

Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung. 4. NOx

Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.

BAB III DAUR ULANG LIMBAH 3.1 Penanggulangan Polusi Udara


3.1.1 Penanggulangan dari Pihak Industri

1. Flue Gas Desulphurization (FGD) Merupakan sistem untuk meminimalkan kandungan sulfur pada asap dengan menggunakan batu kapur (Limestrone) 2. Electro Static Precipitator (ESP) Merupakan sistem yang digunakan untuk menangkap debu (fly ash) hasil pembakaran batubara dengan efisiensi 99,3%. 3. Ash Pond dengan lapisan HDPE ( High Density Poly Ethylene) Merupakan tempat menimbun limbah-limbah padat seperti fly ash dan gipsum untuk mencegah terjadinya rembesan ke air tanah. 4. Waste Water Treatment Plant (WWTP) Merupakan sistem pengolahan limbah cair sehingga keluarannya memenuhi baku mutu. 5. Low NOx Burner Merupakan sistem untuk mengurangi terbentuknya NOx pada pembakaran batubara . Jika udara pembakaran batubara tersebut telah dilewatkan ke sistem-sistem penanganan limbah diatas, maka udara tersebut telah aman untuk dibuang ke udara bebas. Udara yang telah aman dapat dibuang ke cerobong asap atau biasa disebut dengan Stack atau Chimney. Stack yang ada dapat memiliki ketinggian sampai 240 meter atau dua kali tinggi monas.

3.1.2

Penanggulangan dari Pihak luar

Permasalahan mungkin ditanggulangi

polusi

udara

harus

sesegera

secara maksimal. Banyak cara yang

dapat dilakukan untuk mengurangi polusi udara di bumi ini. Cara-cara tersebut diantaranya adalah:
1. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
2.

Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (plh) di sekolah dan masyarakat.

3. Mewajibkan dilakukannya amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah. 4. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan. 5. Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon pelindung. 6. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan. Selain mencanangkan usaha preventif, Pemerintah juga perlu

program- program yang bertujuan untuk

mengendalikan pencemaran, khususnya pencemaran udara, yaitu : 1. Program langit biru yang dicanangkan sejak agustus 1996. Bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah tercemar, misalnya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor. 2. Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik. 3. Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan menggantinya dengan energi alternatif lainnya. 4. Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua dan tidak layak pakai. 5. Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan perlindungan lapisan ozon (secara nasional dan internasional).

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Polusi udara merupakan masalah serius yang sering dianggap remeh oleh manusia di muka bumi ini. Polusi udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan, zat- zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam. Kejadian-kejadian yang terjadi di alam, seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan dengan sebab alamiah, pembusukan, dan nitrifikasi serta denitrifikasi makhluk hidup dapat menyebabkan polusi udara. Akan tetapi, polusi udara lebih banyak berasal dari manusia, seperti asap kendaraan bermotor, limbah industri, serta limbah rumah tangga. Polusi udara berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Polusi udara menyebabkan penyakit pernapasan, misalnya paru-paru, asma, dan bronkhitis. Selain itu, penurunan kesehatan dan kemampuan mental anak-anak, serta penurunan kecerdasan (IQ) anak-anak dapat disebabkan pula oleh polusi udara. Polusi udara juga membawa dampak buruk bagi lingkungan, yaitu pemanasan global (global warming), kerusakan lapisan ozon, hujan asam, dan efek rumah kaca. Untuk mengatasi masalah polusi udara, banyak hal yang dapat kita lakukan, seperti mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar bernilai oktan tinggi, melakukan penghijauan dan

reboisasi, menghentikan pembakaran hutan, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, memanfaatkan kendaraan umum, memakai kendaraan yang usianya maksimal 10 tahun, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. - Zat-zat Pencemaran Udara
Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Partikulat (asap atau jelaga), karbon dioksida (CO2)

Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan Alam Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam, antara lain: HUJAN ASAM, PENIPISAN LAPISAN OZON dan PEMANASAN GLOBAL.

Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia antara lain: Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (SO2),

Hidrokarbon -

(HC), dan NOx

Dampak Pencemaran Udara Bagi Hewan antara lain: PENIPISAN LAPISAN OZON, HUJAN ASAM, dan PEMANASAN GLOBAL

4. Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan antara lain: HUJAN ASAM, PENIPISAN LAPISAN OZON, PEMANASAN GLOBAL dan GAS CFC Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara Usaha dari pihak industri dan dari pihak luar (masyarakat/ pemerintah) 4.2 Saran Kritik dan Saran yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai Pencemaran Udara, penulis mengharapkan membaca buku-buku lainnya atau membuka agar para pembaca,

situs Internet yang berkaitan

dengan judul Pencemaran udara.

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Kastiyowati, Indah.2000. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara. http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=8&vnomor=7, 14 Maret 2013, pukul 13:33:22. Putra. 2007. Pencemaran Udara, Dampak, dan Solusinya!!. http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya/, 14 Maret 2013, pukul 22:31:29. Riki Apriyandi, 2009, Dampak Pencemaran Udara di Indonesia. http://bio04.wordpress.com/2009/08/07/12/, 15 Maret 2013, pukul 13:44:03.

You might also like