You are on page 1of 81

BABIV PEMBAHASAN

IV.l Analisis Strategi IV.l.l Analisis SWOT Analisis strategi dapat dilakukan dengan membandingkan pengaruh internal (ian eksternal perusahaan. Dari sisi eksternal yang dilihat adalah peluang dan ancaman

dari luar perusahaan baik dari perusahaan sejenis atau bukan, sedangkan dari sisi internalnya akan dilihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

perusahaan itu sendiri. Hasil analisis tersebut dibandingkan, apakah sudah sesuai dengan strategi yang diarnbil oleh PT. Unilever

Indonesia, Tbk. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diarnbil kesimpulan tentang baik buruknya strategi perusahaan, dan dapat dilihat manfaat dan kekurangan dari

strategi yang diambiL 1. Internal perusahaan: Kekuatan: a) Promosi produk yang menggunakan model pilihan, sehingga menarik minat masyarakat b) PT. Unilever Indonesia, Tbk banyak melakukan CSR (Corporate social responsibility) pada lingkungarmya agar dapat lebih dekat dengan konsumen. c) Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia. d) Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terarnpil, dan termotivasi disegenap jajaran.

e)

Perencanaan

baik dan kerja sama erat dengan para

pemasok, konsumen dan distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ketempat penjualan. f) PT. Unilever Indonesia, Tbk mempunyai mota "Operational excellent with no compromise on quality" dalam menjalankan operasinya dengan baik tanpa

mengabaikan kualitas produk g) Net Profit Margin ratio yang cukup stabil. h) Resiko kebangkrutan yang kecil. i) yang cepat. j) Perputaran Piutang yang cepat. Kelemahan: a) Jumlah karyawan yang banyak. Ini akan menyebakan banyaknya beban oleh pernsahaan. b) Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak bisa gaJI yang harus dikeluarkan Perputaran barang

secara cepat memutuskan sesuatu. c) Rendalmya respon pasar terhadap produk-produk tertentu. d) Memiliki jumlah piutang yang terns meningkat. e) Perputaran Persediaan terns menurun.

f) Tingkat kebangkrutan yang terns meningkat. g) Net Rate afRO/yang menurun. h) Tingkat kelikuiditasan yang menurun.

2. Eksternal perusahaan: Peluang: a) Luasnya pasar yang berpotensial. b) Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan

jenis produk consumer goods. c) Meningkatnya kebutuban untuk produk-produk yang sehat. d) PT. Unilever Indonesia, Tbk telah dikenal sejak lama. e) Kemampuan masyarat dalam mengakses data meningkat. f) Dikenal sebagai perusahaan yang sudah mendunia

dan dikenal baik oleh masyarakat. Hambatan: a) Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan

kemasan seperti minyak kelapa sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan

oleh kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas Iainnya. b) Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. c) Maralmya pemalsuan dan penyelundupan produk. d) Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan tingginya biaya pemasaran produk. e) Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri. f) Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk nasional menjadi produk-produk Iuar negeri.

g) Adanya campaign against Unilever oleh greenpeace akibat penggundulan hutan yang membahayakan komunitas orang utan.

h) Produk pesaing dengan harga lebih rendab. i) Persaingan bisnis yang ketat.

IV.1.2 Analisis Persaingan Porter


Pendatan g
baru

Pemasok

Persainga n industri

Pembeli

Produk penggant i

1. Persaingan lndsutri PT. Unilever Indonesia, Tbk termaksud dalam industri consumer goods

yang berarti industri yang memproduksi barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumab tangga). Berikut adalab beberapa perusabaan yang bergerak dalam industri

yang sama dan memiliki produk yang bersaing dengan PT. Unilever Indonesia, Tbk. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

PT. Mustika Ratu, Tbk PT. Mayora Indab, Tbk PT Procter & Gamble Indonesia (P&G) PT. Sayap Mas Utama

PT. Orang Tua Group PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT. Mayora Indah, Tbk , PT. Orang Tua Group, PT. Sayap Mas Utama bersaing disektor bahan pangan. Sedangkan P&G dan PT. Mustika Ratu, Tbk bersaing disektor perawatan pribadi. PT. Sayap Mas Utama dan P&G bersaing disektor perawatan rurnah. Pesaing terbesar PT. Unilever Indonesia, Tbk menurut majalah Businessweek pada tahun 2008 adalah P&G. Namun jika dilihat dari produk yang diproduksinya P&G dan PT. Sayap Mas Utama

memproduksi jenis barang . Misalnya pada sektor perawatan pribadi PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki lifebuoy dan lux, PT. Sayap Mas Utama memiliki nuvo, giv, dan lainya, sedangkan P&G memilki camay. Namun PT. Sayap Mas Utama umumny memiliki segmentasi yang lebih rendah terlihat dari beberapa jenis produknya lebih banyak ditempatkan untuk segmentasi kelas lebih bawah, dan P&G umumnya mencakup segmentasi yang belih tinggi. Misalnya pada produk lotion PT. Sayap Mas Utama memiliki produk emeron, dan PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki produk citra dan pond's, sedangkan P&G memiliki produk SK IT dan olay.

2. Kemungkinan Masuknya Pendatang Barn Pendatang baru bagi PT. Unilever Indonesia, Tbk bukan merupakan perusahaan yang barn sedangkan perusahaan pesaing yang mengeluarkan produk-produk barn. Misalnya PT. Sayap Mas Utama

mengeluarkan deterjen Daia dan So klin yang bersaing melawan Rinso

yang dikeluarkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. P&G mengeluarkan produk SK-II yllllg bersaing dengan pond's anti aging. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk mengeluarkan simas palmia untuk berasaing dengan blue band, dan indofood burnbu racik yang besaing dengan royco, indo eskrim Mustika yang Ratu, bersaing dengan wall's. PT.

Tbk mengeluarkan lotion dan

perawatan wajah yang bersaing dengan produk citra dan pond's. Masuknya produk-produk barn dari berbagai perusahaan pesaing tidak tertalu mempengaruhi hasil penjualan dari PT. Unilever Indonesia, Tbk karena hasil penjualan dari PT. Unilever Indonesia, Tbk terus mengalarni peningkatan dapat dilihat laporan keuangannya, ini juga diungkapkan oleh Presiden Direktur PT. Unilever Indonesia, Tbk, Maurits Lalisang dalam IPM Public Realation pada Mei 2010, beliau menyatakan, "Kami bersyukur bahwa kinerja kami tetap memuaskan walaupun situasi perekonomian dunia masih penuh dengan tantangan. Tujuh kategori produk kami bahkan berhasil mencapai penjualan tahunan melebihi Rp 1 trilyun, yakni Hair Care, Oral Care, Fabric Cleaning, Skin Cleansing, Face Care, Household Care dan Savoury. Bisnis Home and Personal Care kami tumbuh 17,2%, sementara Foods dan eskrim mencapai 17,0%. Kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam

mempertahankan posisinya dipasar juga dibuktikan dengan 12 brand . Unilever Indonesia, Tbk Customer kembali dianugerahi penghargaan ICSA 2009

Indonesian

Satisfaction Award Index I

(Survei Kepuasan Pelanggan Tertinggi di Indonesia) yang diselenggarakan dengan oleh Majalah SWA bekerjasama

Frontier

Consulting

Group.

Tahun

ini

produk-produk adalah :

Unilever yang

mendapatkan penghargaan tersebut

Bango (kecap manis), Blue celup),Buavita (minuman sari (sabun mandi

Band(margarine), Sariwangi (teh buah siap minum); Lifebuoy cair); Vaseline

padat), Lux (sabun mandi

(hand&body lotion),

Rexona (deodorant), Pond's (sabun (pasta gigi), dan Penyerahan

pembersih dan pelembab wajah), Pepsodent Sunlight (sabun pencuci

piring cair). tanggal 3

penghargaan dilakukan pada

September 2009 di Hotel Shangrila.

3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki keungulan dengan memilki konsumen yang dianggap cukup setia, karena produk-produk yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang jarang bisa tergantikan dan jika konsumen telah terbiasa dengan suatu produk biasa jarang untuk menganti produk tersebut. Namun dalam sektor makanan bisa ada barang pengantinya misalnya produk taro dari PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat digantikan dengan produk dari PT. Mayora Indah, Tbk seperti selai olay, biscuit roma, dan lainya Produk sariwangi juga dapat digantikan dengan kopi torabika

4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok PT. Unilever Indonesia, Tbk menjaga kualiatas produk mendorong

bisnisnya Manajemen

dengan

salah

satu

cara

yaitu

Melalui

Program

Kualitas Pemasok (Supplier Quality Management Programme - SQMP),

PT. Unilever Indonesia, Tbk mendorong para pemasok menerapkan standar tertinggi dalarn berbisnis. Penerima penghargaan SQMP tertinggi diberikan "Preferred Partner Certification", dimana dituntut memberikan kualitas barang pad a level tertentu, pengiriman dalarn jumlah dan waktu yang tepat, menawarkan harga kompetitif, flesibel dan menjaga kepercayaan. SQMP mencakup seluruh pemasok Unilever termasuk pemasok kemasan, bahan baku hingga bahan parfum. Untuk menjaga hubungan baik dengan pemasok dan menjaga keterberadaan dari bahan baku untuk produksi, PT. Unilever Indonesia, Tbk merniliki divisi supply chain.

5. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Untuk menjaga dan memperkuat kelangsungan distribusi produk, PT. Unilever Indonesia, Tbk mernilih untuk membina kerjasarna yang harmonis dengan berbagai mitra distributor yang independen Dengan sistem distribusi yang kuat, PT. Unilever Indonesia, Tbk memasok sekitar 550.000 outlet toko dan warung melalui lebih dari 350 distributor yang banda! dan terpecaya. Kami menyalurkan, menyimpan, serta menjual produk-produk dengan kualitas terbaik kepada setiap outlet dari 17 kantor depo penjualan dan dua gudang pusat karni, dimana secara terus menerus dilakukan pemantauan dan dukungan kepada setiap distiibutor.

IV.1.3 AnalisisPEST 1. Politik Dengan adanya undang-undang tenaga kerja yang di terapkan oleh pemerintah, maka perusahaa wajib memberikan

jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kelja) kepada para pekelja, selain sebagai kewajiban perusahaan untuk menjamin

keselamatan pekelja, juga sebagai bentuk kewajiban menaati aturan pemerintah yang telah di tetapkan. Sehingga ini nantinya akan berdampak perusahaan. Sesuai dengan keputusan mentri tenaga kerja yang pada beban gaji yang di keluarkan oleh

menetapkan upah minimum regional, pada tahun 2010 UMR meningkat dan untuk daerah bekasi dimana teradapat pabrik PT. Unilever Indonesia, Tbk UMRnya sebesar Rp 1.155.000, Pemerintah menaikkan tarif pajak ekspor (PE) CPO (crude palm oil), dari 1,5% menjadi 6,5%. Kebijakan ini ditempuh, tampaknya, untuk mengamankan pasokan komoditi ini di dalam negeri. Karena, sejak harga CPO di pasaran dunia meroket, kalangan industri dan pedagang pun lebih senang bermain di pasar ekspor. Akibatnya, selain mengganggu pasokan di dalam negeri, hal itu otomatis juga memicu naiknya harga minyak goreng, yang sebelumnya Rp 6.500, terakhir menjadi Rp 10 ribu per kilogram. Ini akan berdampak baik bagi PT. Unilever

Indonesia,

Tbk

karena

sebagaian

besar produknya

mengunakan CPO ini akan menjaga pasokan bahan baku PT. Unilever Indonesia, Tbk.

2. Ekonorni Inflasi yang masih tinggi mengakibatkan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika sehingga berdampak semakin tingginya biaya penyedia bahan baku rutin dan non rutin. Sejak tahun 1982 PT. Unilever Indonesia, Tbk telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan PT. Unilever Indonesia, Tbk berada pada tingkat tiga terbesar di Indonesia dengan kapatalisasi pasar senilai 59,5 triliun rupiah. Pada bulan Desember 2008 harga saham PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukan peningkatan 136,4% sejak tahun 2004.

3. Sosial Unilever Indonesia membentuk Yayasan Unilever Indonesia Peduli (UPF) pada tanggal 27 November 2000 sebagai langkah penting dalam perwujudan komitmen tanggung jawab sosial

perusahaan. Nilai dan perilaku UPF berfokus kepada pelanggan, konsumen dan masyarakatPerilaku ini diterapkan dalam

kegiatan perusahaan sehari-haridiantaranya 2003, perusahaan telah memperkenalkan

sejak tahun Program 3C

(Consumer,

Customer and Community) kepada karyawan.

PT. Unilever Indonesia, Tbk membantu pengentasan kemiskinan di Indonesia dilihat di sepanjang rantai nilai bisnis PT. Unilever Indonesia, Tbk. ada sekitar 300.000 orang yang bekerja pada

bisnis PT. Unilever Indonesia, Tbk.

4. Teknologi PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki enam

laboratorium penelitian dan laboratorium utama; dua di Inggris (Colwortb House dan Port Sunlight), satu di Negeri Belanda (Vlaardingen), satu di Amerika Serikat (Trumbull), satu di China (Shanghai) dan satu di India (Mumbai). Mereka bekerja secara baik sekali dengan jaringan pusat teknologi global dan regional yang menyediakan produk produk masa mendatang untuk

perusahaan-perusahaan Unilever di seluruh dunia Baru-baru PT. Unilever Indonesia, Tbk telah melakukan dengan meluncurkan produk

terobosan besar diantaranya margarin Becel/Flora kolesterol digunakan rumah.

pro-activ

yang dapat Revive

mengurangi yang hanya

dalam darah untuk

dan Persil

perawatan pakaian-pakaian 'dry clean' di

PT Unilever Indonesia, Tbk. salah satu perusahaan terdepan untuk produk goods), (WCO) kebutuhan sehari-hari (consumer

menerima penghargaan World Customs Organization Certificate of Merit , atas kontribusi sebuah penghargaan

intemasional

PT Unilever Indonesia, Tbk. Single

terhadap pengembangan sistem Indonesia National Window(INSW). memungkinkan INSW adalah sistem

nasional yang data dan

dilakukannya

penyampaian

informasi secara

tunggal

(single data

submission

of

data secara

and information), pemrosesan

dan informasi

sinkron (synchronous processing of data and information), integrasi informasi, sistem dan memadukan alur proses bisnis antara

kepabeanan, kebandarudaraan,

perijinan

ekspor-impor,

kepelabuhanan/ barang dan

pembayaran,

pengangkutan

logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.

N.1.4 hnplementasi Stmtegi PT. Unilever Indonesia, Tbk Strategi yang sudah dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk untuk menjawab tatangan dan ancarnan yang dihadapinya dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang dimilikinya dan untuk mencapai visi dan misi yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk seperti: Market Penetration: Strategi pemasaran di pasar yang ada dengan produk yang sudah dimilikinya, dengan hanya memperluas pangsa pasar dengan memanfaatkan promosi. Dalam penetrasi pasar ini ada tiga strategi pasar yang harus diperhatikan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu kekuatan emosional atas produk, pemenuhan kebutuhan atas masing-masing segmentasi pasar, serta eksistensi atas

keterjangkauan produk. Strategi ini juga. digunakan untuk mencapai visi PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu menjadi pilihan utama dari konsumen, pelanggan, dan komunitas. Dengan berusaha berada pada berbagai segmen pasar PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat menjadi pilihan konsumen dari berbagai segmen. Berikut adalah strategi PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam

penetrasi pasar dengan memperhatikan ketiga hal tersebut:

l.

PT.

Unilever

Indonesia, pada promosi

Tbk

meninggalkan PT.

cara

konvensional

iklannya.

Unilever

Indonesia, Tbk membuat promosi dengan kesan produknya menyatu dengan kebutuban konsumen, seperti melalui slogan yang mudah diingat oleh masyarakat, seperti: Agen Seribu Sunlight, Pond's Flawless White, Festival Jajanan Bango, "Bango Cita Rasa

Nusantara" Rinso "Berani kotor itu baik", "Tak ada noda tak belajar'' Vienetta "Berbagi 1.000 kebaikan". 2. PT. Unilever Indonesia, Tbk membagi target segmentasi atau

produknya

kedalam

beberapa

segmen

memproduksi barang dengan berbagai kemasan. Seperti: sampo Lifebuoy diposisikan di level bawah, Sunsilk diposisikan untuk kelas menengah, dan Dove untuk segmen kelas atas. Sunlight dan kecap Bango dibuat dalam berbagai kemasan dari kecil sampai besar. Hal ini dilakukan untuk menjangkau masyarakat kelas bawah. 3. PT. Unilever Indonesia, Tbk memastikan

distribusi produknya dengan cara: Keberadaan unit-unit produk

utama

Adanya divisi customer development di pasar tradisional dan modern.

Pemberian motivasi dan insentif tertentu bagi tim penjualan, tim pramuniaga, dan tim promosi pe ualan.

Special display di supermarket.

Pengembangan produk : PT. Unilever Indonesia, Tbk menerima pendapat dari para konsumenya dengan baik, guna mengembangkan produknya. Dalam mengembangkan produknya PT.

Unilever Indonesia, Tbk memperhatikan konsep dan desain yang menarik dari pada produk sebelumnya Selain mendengar keinginan dari konsumenya PT. Unilever Indonesia, Tbk juga memperhatikan pesaing, produk-produk

dan menyempumakan terus produk-produknya.

PT. Unilever Indonesia, Tbk JUga terkadang tidak segansegan mengeluarkan berbagai produk yang unik. Namun dalam pengembangannya PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak melupa menjaga kualitas produknya karena ini menjadi misi dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berbagai pengembangan produk baru yang

dikeluarkan PT. Unilever Indonesia, Tbk seperti: Vienetta Kurma

Paddle Pop Cyberion

Penjualan brand Swirl

Sunslik penyegar kulit kepala untuk wanita beijilbab Molto Ultra Rexona Deo Lotion Deodorant Rexona Teens Pond's Anti-Aging

Strategi Diversifikasi: PT. Unilever Indonesia, Tbk melakukan

diversifikasi untuk membuat banyalc variasi produk yang saling berkaitan dengan rantai nilai dalam rangka

mengurangi resiko. Rantai nilai adalab sekelompok aktivitas yang menciptakan nilai dan saling berhubungan yang

menjadi bagiannya, dari memperoleh baban balru dasar untuk pemasok komponen sampai membuat produk alcbir dan mengantarkannya kepelanggan akbir. Penambaban produk barn yang masih saling terkait alcan meningkatkan penjualan produk. Ini sejalan dengan misi PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu Menambab vitalitas dalam kehidupan. Karni memenuhi kebutuhan nutrisi, kebersihan dan

perawatan pribadi sehari hari dengan produk-produk yang para konsumen merasa nyaman dan lebih menikmati hidup. Dimana PT. Unilever Indonesia, Tbk berusaha menjangkau berbagai produk yang butuhkan sehari-hari oleh konsumen.

PT. Unilever Indonesia, Tbk menggunakan dana keuangan internal dan tidak memerlukan lagi bantuan dana dari kantor pusat untuk melakukan akuisisi. PT. Unilever Indonesia, Tbk melakukan akuisisi yang mendukung bisnis utama PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu consumer goods. Ini juga digunakan PT. Unilever Indonesia, Tbk untuk memperbesar bisnisnya. Dengan strategi akuisisi akan mempercepat penetrasi, pertumbuhan, dan dinilai lebih aman, karena tidak perlu lagi membuat merek barn dan memperlajari pasar lagi. Untuk menjaga hubungan baik dengan pemasok dan menjaga keterberadaan dari bahan baku untuk produksi, PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki divisi supply chain. PT. Unilever Indonesia, Tbk memasok sekitar

550.000 outlet toko dan warung melalui lebih dari 350 distributor yang handal dan terpecaya Pada tahun 2007 PT. Unilever Indonesia, Tbk mengenapi pengakuisisian kecap Bango dari mengakuisisi PT. sisa

Sakura Aneka Food. Dengan

35% kepemilikan minoritas bisnis kecap Bango. Pada tahun 2007 PT. Unilever Indonesia, Tbk bersyarat dengan PT.

menandatangani peljanjian

Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk,

sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman

sari buah merek Buavita dan Gogo. Pengakuisisiannya diselesaikan pad a tahun 2008.

Strategi Defensif Strategi yang dilakukan dengan melakukan tindakao penyelamatan atas kelangsungan organisasi. Strategi

defensif digunakan saat strategi rasionalisasi biaya telah dilakukan namun tidak berhasil mencapai target. Karena ketidakmampuan mencapai target dapat memperburuk kinerja perusahaan. Pada awal tahun 2007, PT. Unilever Indonesia, Tbk mengakhiri kerjasama distribusi dengao Kimberly Lever, yang merupakan usaha gabungao dengan Kimlberly-Clark. Setelah pemutusan ini margin laba usaha PT. Unilever Indonesia, Tbk naik, dan pendapatan bunga serta keuntungao selisih kurs juga Iebih tinggi.

IV.1.2 Saran Strategi PT. Unilever Indonesia, Tbk Saran strategi yang dapat dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk untuk menjawab tatangan dan aocamao yang dihadapinya dengao menggunakan kekuatan dan peluang yang dimilikinya seperti: Kekuatan dan peluang:

1.

Ekspansi perusahaan dalam rangka memicu pertumbuhan kinerja

2.

Mengeluarkan beberapa produk sejenis dengan segmentasi pasar berbeda, bersaing langsung dengan produk sejenis.

3.

Meningkatkan promosi dan menjaga supply chain dengan memaksimalkan jaringan distribusi di berbagai daerah.

4.

Akuisisi terhadap brand yang telah mempunyai image.

Kelemahan dan peluang: 1. Outsourcing kepada perusahaan yang pabrikasi produk serta penilaian prestasi karyawan secara objektif 2. Inovasi produk dan memperjelas sertifikasi halal terutarna pada produk makanan untuk peningkatkan kepuasan konsumen. 3. Mengurangi jumlah

hutang. Kekuatan dan hambatan: 1. Strategi agresif dengan memasarkan produk dengan harga yang lebih terjangkau. 2. Efisiensi dengan tetap mengutamakan kualitas produk dan Iingkungan. 3. Inovasi produk dengan kelas yang Iebih tinggi untuk mengantisipasi sindromkonsumsi produk Iuar negeri. Kelemahan dan hambatan: 1. 2. Mengembangkan program pelatihan karyawan. Menggunakan alternatif distribusi terbaik untuk memasarkan

produk kepada konsumen dengan biaya seekonomis mungkin.

3.

Mencari kekuatan bisnis pesaing agar dapat bersaing dengan baik.

4.

Mengurangi tingkat HPP yang digunakan untuk meningkatkan jumlah pendapatan.

IV.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan alat untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan. Hasil analisis ini dapat dijadikan patokan untuk menilai posisi keuangan perusahaan dan dapat digunakan sebagai acuan bagi para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi. Analisis yang akan dilakukan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk,

terbatas pada Laporan Rugi Laba dan Neraca pada tiga tahun, yaitu tahun 2006-2008. Metode penganalisisannya menggunakan analisis horizontal, vertikal, dan beberapa rasio-rasio terkait dengan penilaian k:ineija bisnis dari PT. Unilever Indonesia, Tbk yang dibagi dalam tiga kelompok yaitu: menggunakan rasio rasio likuiditas, leverage, dan penilaian rasio profitabilitas. Hasil

tersebut nantinya akan dibandingkan dengan hasil

perhitungan yang didapatkan dari industri sejenis. Hal ini berguna untuk menilai kinerja Unilever Indonesia, Tbk dibandingkan dengan perusahan sejenis.

IV.2.1 Analisis Vertikal dan Horizontal Perhitungan menggunakan metode analisis vertikal

diterapakan berbeda dalam Laporan Rugi Laba dan Neraca.

Analisis

vertikal dalam Laporan Rugi Laba dilakukan dengan

membandingkan setiap akun dalam Laporan Rugi Laba dengan total penjualan. Pada neraca

akun-akun yang termaksud aktiva dibandingkan dengan total aktiva, dan pada akun-akun hutang dibandingkan dengan total hutang. Dalam Neraca dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi setiap akun dalam Iaporan keuangan terhadap nilai

total. Metode ini dilakukan dalam satu periode pencatatan tertentu, dengan cara membandingkan antara akun-akun yang bersangkutan dalam satu periode pencatatan. Hasil perbandingan itu semua dikalikan dengan 100%, sehingga pembanding. menghasilkan persentase

Metode analisis horizontal adalah metode analisis dengan membandingkan data Iaporan keuangan dalam beberapa periode, untuk mengetahui perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi. Pengukuranya dengan membandingkan antara selisih data tahun satu (tahun dasar) dengan tahun Iainnya dan dikalikan 100%. Perhitungan ini dilakukan pada setiap akun yang sama dalam laporan keuangan. Hasil persentase perubahan ini kemudian dievaluasi dan dilihat signifikansinya secara keseluruhan.

N.2.1.l Analisis Vmtikal Analisis vertikal pada Laporan Rugi Laba dapat dilihat dari Tabel Analisis Vertikal I/S pada lampiran halaman Ll. Pada tahun 2006 ke tahun 2008, persentase pendapatan bersih dan COGS terhadap penjualan mengalami peningkatan dan penurunan. Seperti pada tahun 2007

perbandingan persentase pendapatan bersih dan penjualan mengalami

peningkatan namun hal sebaliknya teijadi pada persentase COGS terhadap pel\iualannya. Namun pada tahun 2007 ke tahun 2008 teijadi

penuruanan pada perbandingan

persentase pendapatan bersih dan penjualan, hal ini disebabkan peningkatan pada persentase COGS terhadap penjualannya. Dari analisis ini pada tahun 2006 dapat dilihat beban mencapai setangah dari seluruh total pendapatan dan setelah dikurangi dengan beban operasi, laba dari hasil operasi PT. Unilever Indonesia, Tbk hanya sebesar 21, 48%. Pendapatan bersibnya sebesar 15,19% dari hasil penjulaan. Pada tahun 2007 laba atas operasi PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 22,14 % ini meningkat dari tahun 2006. Hal ini disebabkan oleh beban pada tahun 2007 menurun. Basil dari pendapatan bersih dibandingkan dengan

penjualannya sebesar 15,67 %. Pada tahun 2008 beban usahanya melebihin setengah dari penjualan yaitu sebesar 51, 01 %. Pendapatan bersibnya dibandingkan dengan penjualan sebesar 15,45 %. Analisis vertikal pada Laporan Neraca dapat dilihat dari Tabel. Analisis Vertikal B/S pada lampiran halaman L2. Pada tahun 2006 ke 2008 pada akun kas mengalami penurunan dari 12,9% menjadi 16,59% pada tahun 2007 dan 11,1% pada tahun 2008. Pada tahun 2006 bagian aktivanya didominasi oleh aktiva lancar yang mencapai 56,30 %. Pada bagian hutang hampir seluruh hutangnya adalah hutang jangka pendek yang

mencapai sebesar unappropiated

91,47%. Pada bagian modal didominasi oleh ini adalah laba yang belum ditentukan

retain earning

pengunaannya yaitu sebesar 79,91 %. Pada tahun 2007 bagian aktivanya didominasi oleh aktiva lancar

yang

mencapai

50,52

%.

Pada

bagian

hutang

hampir seluruh

hutangnya adalah hutang jangka pendek yang mencapai sebesar 92,00%. Pada bagian modal didominasi oleh unappropiated retain earning sebesar 82,35 %. Tahun 2008 pada bagian aktiva hamper setangahnya adalah aktiva lancar yang

mencapai 47,71 %. Pada bagian hutang hampir seluruh hutangnya adalah hutang jangka pendek yang mencapai sebesar 90,97%. Pada bagian modal didominasi oleh unappropiated retain earning sebesar 93,95 %

IV.2.1.2 Analisis Horizontal Analisis horizontal pada Laporan Rugi Laba dapat dilihat dari Tabel Analisis Horizontal liS pada lampiran halaman L3. Pada tabel tersebut dapat dilihat peningkatan dan penurunan dari akun-akun dalam Laporan Rugi Laba Hampir seluruh akun mengalami penurunan pada tahun 2007 dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2008. Dan pada tahun 2008 menunjukan peningkatan yang signifikan dan melebihin peningkatan pada tahun 2006. Penuruanan pada tahun 2007 tidak terjadi pada akun pendapatan lain dan minority interest, karena pada kedua akun tersebut mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2008 kedua akun tersebut mengalami penurunan. Akun beban usaha mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun 2008 dari tahun 2006 sebesar 12,59%, tahun 2007 menurun hingga sebesar 9,51%, dan pada tahun 2008 meningkat hingga sebesar 27,21 %. Analisis Horizontal pada Laporan Neraca dapat dilihat dari Tabel Analisis Horizontal B/S pada lampiran halaman L4. Dari tabel

tersebut terlihat penuruan setiap tahunya pada akun kas dan setara kas pada tahun 2006 menunjukkan persentase sebesar 43,18%, kemudian pada tahun 2007 menunjukkan penurunan yang sangat drastis yaitu -12,76%. Penurunan ini

juga ditunjukkan pada tahun 2008 yaitu hingga sebesar -18,37%. Pada akun persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan setiap tahunnya -0,35%, pada tahun 2006 menunjukkan persentase sebesar

kemudian pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan hingga sebesar 12,32% dan pada tahun 2008 sebesar 49,82 %. Peningkatan pada setiap tahunnyajuga teijadi pada akun unappropiated retain earning yaitu pada tahun 2006 sebesar 11,52%, kemudian pada tahun 2007

menunjukkan peningkatan hingga sebesar 17,13% dan pada tahun 2008 sebesar 31,38 %. Pada akun aktiva tetap teijadi peningkatan pada tahun 2007 dan penuruan Iagi pada tahun 2008. Pada akun sisanya mengalarni penurunan pada tahun 2007 dan peningkatan kembali pada tahun 2008.

IV.2.2 Analisis Rasio Analisis rasio secara keseluruhan dapat dilihat dari Tabel Rata-rata rasw dan Rata-rata Industri pada Iampiran halaman L6. Rasio industri sebanding dapat dilihat pada Tabel Rasio Industri Sebanding pada

lampiran halaman L5. Pada tabel tersebut terdapat rasio dari perusahaan yang dipakai sebagai acuan pembanding untuk mengetahui perkiraan ratarata industri. IV.2.2.1 Analisis Rasio Likuiditas Analisis likuiditas digunakan untuk menganalisis dan

menggambarkan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengetahui efisiensi modal keija yang digunakan. Analisis ini juga dapat digunakan oleh kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang ingin mengetahui deviden atau pendapatan bunga di masa yang akan datang. Beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai tolak ukur analisis

Iikuiditas yaitu:

1. Current Ratio
aktiva !ancar Current Ratio = keWaJiban jangka pendek .. PT. Unilever Indonesia, Tbk
2006 126,6% 2007 2008

Rata-rata Industri
2006 365,7% 2007 2008

ll1,0% 100,4%

397,0% 327,6% Has!l dan Current Ratzo pada PT. Umlever Indonesia,

Tbk menunjukkan kemampuan aktiva Iancar yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam menjamin hutang jangka pendeknya Current Ratio pada PT. Unilever disebabkan

Indonesia, Tbk mengalarni

penurunan yang

meningkatnya hutang Iancar yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk setiap talmniiya Hasil analisis horizontal yang dilakukan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan peningkatan hutang Iancar yang Iebih besar dibandingkan peningkatan aktiva Iancar yang dimilikinya, seperti pada talmn 2007 menunjukkan peningkatan aktiva Iancar hanya sebesar 3,46%, sedangkan hutang lancarnya meningkat hingga I 8,02%, dan pada tal!un 2008 terjadi peningkatan aktiva Iancar hingga sebesar 15,16%. Namun, hutang Iancarnya juga ikut meningkat hingga 27,30%, sehingga ini terus membuat penurunan pada Current Ratio. Pada tal!un 2006 Current Ratio PT. Unilever

Indonesia, Tbk sebesar 126,6% atau 1,27X ini berarti setiap Rp 1,- hutang !ancar dijamin oleh aktiva !ancar sebesar Rp

1,27. Angka ini terus menurun setiap tahunnya Pada tahun 2007 Current Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 111% ini menunjukkan penurunan dari tahun 2006 sebesar 15,6%. Pada tahun 2008 terjadi penurunan lagi sebesar 10,4% yang berarti Current Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2008 sebesar 100,4%, angka ini berarti jumlah hutang !ancar dan akti va lancarnya hampir sama lni merupakan angka terendah dari tahun 2006-2008. Berdasarkan hasil rata-rata industri Current Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk berada dibawah rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan PT. Mustika Ratu, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk memiliki Current Ratio yang jauh lebih besar dari PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan PT.

Unilever Indonesia, Tbk. Rata-rata industri pada tahun 2006 sebesar 365,7% sedangkan Current Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk hanya sebesar 126,6%. Perbedaan yang terjauh terjadi pada tahun 2007 dimana rata-rata industrinya mencapai 397% sedangkan Current Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni penurunan hingga sebesar 111%. Ini

disebabkan pada tahun 2007 Current Ratio pada PT. Mustika Ratu, Tbk dan PT. Mayora lndah, Tbk mengalarni peningkatan sehingga mempengaruhi rata-rata industri.

2. Acid Test Ratio


Acid Test Ratio=
PT. Unilever Indonesia, Tbk

..

aktiva Iancar - persediaan kewajlban jangka pendek


Rata-rata Industri

2006 82,62%

2007

2008

2006

2007

2008

68,20% 55,52%

270,1% 297,2%

Acid Test Ratio ini menggarnbarkan kemarnpuan PT. Unilever Indonesia, Tbk membayar hutang jangka pendeknya tanpa melibatkan persediaannya Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni penurunan karena kas dan setara kas pada PT. Unilever Indonesia, Tbk juga memngalarni penurunan dari tahun 2006 sarnpai 2008, walaupun piutang usaha yang dimiliki PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni peningkatan narnun tidak sebanding dengan penurunan kas dan setara kas yang lebih besar. Hutang jangka pendek PT. Unilever Indonesia, Tbk juga mengalarni peningkatan yang juga merupakan salah satu penyebab penurunan Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Pada tahun 2006 Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 82,62% atau 0,83X yang berarti PT. Unilever Indonesia, Tbk hanya memiliki kemarnpuan

membayar Rp 1,- hutang jangka pendeknya dengan aktiva tanpa persediaan sebesar Rp 0,83. Angka ini terns menurun setiap tahurmya dan paling rendah pada tahun 2008 yang

mencapai 55,52% atau 0,55X ,

ini

berarti

PT.

Unilever

Indonesia, Tbk hanya memiliki kemampuan menutupi hutang jangka pendeknya kurang lebih hanya separuh dari seluruh hutangnya Hasil Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk jauh !ebih kecil dibandingakan dengan Current Ratio yang dimilikinya karena hampir sebagian besar jumlah aktiva lancar berasal dari persediaan, seperti pada tahun 2008 jumlah persediaan mencapai 49,82% yang berarti hampir separuh aktiva lancar berasal dari persediaan, sedangkan persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan ratio ini. Berdasarkan hasil rata-rata industri Acid Test Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk berada dibawah rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan PT. Mustika Ratu, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk merniliki Acid Test Ratio yang jauh lebih besar dari PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Rata-rata industri pada tahun 2006 sebesar 270,1% sedangkan Acid Test Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk hanya sebesar 82,62%. Perbedaan ini terjadi karena tingkat hutang lancar PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan. Sehingga memperburuk tingkat Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Perbedaan yang teljauh pada tahun 2007 dimana rata-rata industrinya

meningkat 27,1% hingga mencapai 297,2% sedangkan Acid Test Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni

penurunan sebesar 14,48% hingga sebesar 68,20%. Ini disebabkan pada tahun 2007 Acid Test Ratio pada PT.

Mustika Ratu, Tbk dan PT. Mayora Indah, Tbk mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi rata-rata industri.

3. Perputaran Piutang
Perputaran Piutang = PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006 16,534 X
7,712 X

penjualan rata - rata Piutang dagang Rata-rata Industri


2006 2007 2008

2007

2008

16,2673 X
7,437 X

15,6731 X 7,738 X

Perputaran Piutang pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan PT. Unilever berapa lama waktu Tbk yang diperlukan mendapatkan

Indonesia,

untuk

pelunasan piutang usaha yang dimilikinya Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena itu berarti semakin sedikit besar dana yang tertanam pada piutang usaha perusahaan. Angka pada rasio Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan berarti menunjukkan perbaikan pada penagihan piutangnya Semakin cepat piutang usaha tertagih semakin baik bagi kelikuitan perusahaan dan

mencegah adanya piutang yang tidak tertagih.

Rasio Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 16,53404x yang berarti dalam satu

tahun sebanyak 16,53404x penagihan piutang usaha Setiap tahunnya Perputaran Piutang terns menurun hingga sampai 2008 mencapai 15,673lx dalam setahun. Ini disebabkan oleh piutang usaha yang terus meningkat yaitu tahun 2006 sebesar Rp. sebesar Rp. dan tahun 2008 sebesar 685.570.000.000,-, tahun 2007

771.174.000.000,-, Rp. 993.923.000.000, -.

Berdasarkan basil rata-rata industri Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan PT. Mustika Ratu, Tbk, PT. Mayora Indah, Tbk, dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Piutang yang memiliki Perputaran lebih kecil dibandingkan

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam menagih piutang usahanya sudah cukup baik dalam industrinya Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 16,53X sedangkan Perputaran Piutang rata-rata industri hanya sebesar 7,738x. Pada tahun 2007 Perputaran Piutang antara rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami penurunan. Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007 mengalarni penurunan

sebesar 0,27X dan Perputaran Piutang rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0,26X. Hingga menunjukkan angka 7,712x. Hal sama juga terjadi pada tahun 2008 dimana

Perputaran Piutang rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk

mengalami penurunan. Perputaran Piutang PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tabun 2008 mengalarni penurunan sebesar 0,594X dan Perputaran Piutang rata-rata industri mengalarni penurunan sebesar 0,275X, hingga menunjukkan angka 7,437x.

4. Perputaran Persediaan
Perputaran Persediaan = rata - rata Persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk
2006 7,47243 X 2007 7,28507 X 2008 6,18582 X

COGS

Rata-rata Industri
2006 4,447 X
X

2007 4,017 X

2008 3,487

Rasio Perputaran Persediaan menunjukkan kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam memutar dana persediaan dalam suatu periode. Rasio ini juga dapat mengukur efisiensi PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam mengelola persediaan barang dagangnya. Hasil Rasio Perputaran Persediaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan penurunan berarti banyak bahan baku yang tersimpan dan tidak diolab oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk, ini akan menghalangi pergerakan kas dalam PT. Unilever Indonesia, Tbk karena dana yang ada hanya tersimpan dalam bentuk persediaan dan tidak bergerak. Sehingga akan mengurangi kelikuitan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Pada tabun 2006 Rasio Perputaran Persediaan pada PT.

yang ada pada persediaan berputar sebanyak 7,47243x dalam setahun. Rasio Perputaran Persediaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan penurunan setiap tahunnya hingga sampru pada tahun 2008 Rasio Perputaran

Persediaannya hanya sebesar 6,18582x ini disebabkan peningkatan persediaan yang cukup drastis yang ditunjukkan oleh analisis horizontal dari persediaan pada tahun 2008 sampai 49,82% sedangkan peningkatan COGSnya hanya 27,21%. Pada tahun 2007 hasil analisis horizontal dari persediaan sebesar 12,32% sedangkan peningkatan

COGSnya hanya 9,51%. Berdasarkan hasil rata-rata industri Rasio Perputaran Persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas ratarata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan PT. Mustika Ratu, Tbk , PT. Mayora Indah, Tbk, dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk memiliki Perputaran Persediaan yang lebih kecil dibandingkan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam mengolah dana untuk persediaannya sudah cukup efisien dalam industrinya. Perputaran Persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk pad a tahun 2006 sebesar 7,472x sedangkan Perputaran Persediaan rata-rata industri hanya sebesar 4,447x. Pada tahun

2007 Perputaran Persediaan antara rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami penurunan. Perputaran Persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007

mengalami Perputaran Persediaan sebesar

penurunan rata-rata

sebesar

0,19X

dan

industri

mengalami

penurunan

0,43X. Hingga menunjukkan angka 4,017x. Hal sama juga terjadi pada tahun 2008 dimana Perputaran Persediaan ratarata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami penurunan. Perputaran Persediaan PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar !,099X dan Perputaran Persediaan rata-rata industri mengalami penurunan sebesar 0,53X. Hingga menunjukkan angka 3, 387X.

IV.2.2.2 Analisis Rasio Leverage

1. Debt Ratio to Total Asset


Debt Ratio to Total Asset = total tot a]hutang a tiva k x 100%
Rata-rata Industri 2006 40,2% 2007 2008

PT. Unilever Indonesia, Tbk


2006 48,62% 2007 49,49% 2008 52,24%

39,9%

Rasio Debt Ratio to Total Asset menunjukkan posisi keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk antara kewajiban perusahaan terhadap kekayaan perusahaan. Rasio ini juga biasanya digunakan untuk mengetahui persentase dana yang disediakan oleh para kreditor. Pada umumnya para kreditor dan

investor lebih menginginkan angka yang lebih kecil pada

rasio ini, karena semakin kecil rasio ini semakin kecil juga resiko kerugian apabila terjadi likuidasi, namun manajemen perusabaan biasanya lebih menginginkan rasio yang lebih besar, untuk menjaga kelancaran usabanya Debt Ratio to Total Asset pad a PT. Unilever Indonesia, Tbk terus mengalarni peningkatan pada tiap tabunnya, ini merupakan indikasi yang kurang baik karena memunjukan peningkatan hutang dari pada aktiva yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini disebabkan meningkatnya jumlab hutaog yang dimiliki PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih besar dari pada total aktiva yaog dimilikinya Pada tabun 2006 Debt Ratio to Total Asset pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan aogka 48,62% yaog berarti kreditor menyediakan dana sebesar 48,62% dari total pembiayaan PT. Unilever Indonesia, Tbk dao sisanya adalah dana PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu 51,38%. Pada tabun 2008 persentase rasio ini meningkat hingga 52,24% yang

berarti daoa dari kreditor telah melebihi dana dari PT. Unilever Indonesia, Tbk sendiri. Peningkatan ini disebabkan peningkatan total hutang yang lebib besar dari pada

peningkatan total aktiva. Dalam analisis horizontal PT. Unilever Indonesia, Tbk total hutang dari tabun 2007-2008 meningkat dari 17,33% hingga 28,74% yang berarti meningkat hingga ll,41%, sedangkan total aktivanya hanya meningkat

dari 15,29% sampai 21,96% berarti peningkatannya hanya 6,67%. Berdasarkan basil rata-rata industri Debt Ratio to Total Asset PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan oleh PT.

Unilever Indonesia, Tbk memiliki Debt Ratio to Total Asset yang lebih besar dari PT. Mayora Indah, Tbk Indofood Sukses Makmur, Tbk. Debt Ratio to Total Asset PT. Mustika Ratu, Tbk lebih besar dari pada Debt Ratio to Total Asset PT. Unilever Indonesia, Tbk, namun ini tidak terlalu mempengaruhi Debt Ratio to Total Asset rata-rata industri. PT. Unilever Indonesia, Tbk tetap berada diatas rata-rata industri Bagi perusahaan ini menunjukkan hal yang cukup baik karena ini menunjukkan investasi yang kecil. Sehingga bila perusahaan terlikuidasi berarti tidak mengalarni kerugian investasi yang terlalu besar. Namun, bagi pada kreditor dan investor ini menunjukkan hal yang kurang baik karena menunjukkan adanya indikasi hutang PT. Unilever Indonesia, Tbk yang cukup besar dibandingkan dengan industrinya. Debt Ratio to Total Asset PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 48,62%, sedangkan Debt Ratio to Total Asset rata-rata industri hanya sebesar 40,2%. Pada tahun 2007 Debt Ratio to Total Asset pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni peningkatan, sedangkan rata-rata industrinya dan PT.

rnengalami penurunan. Debt Ratio to Total Asset PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007 rnengalarni peningkatan sebesar 0,87% dan Debt Ratio to Total Asset rata-rata industri rnengalami penurunan sebesar 0,3%. Hingga rnenunjukkan angka 39,9%. Pada tahun 2008 Debt Ratio to Total Asset antara PT. Unilever Indonesia, Tbk dan rata-rata industri sama-sama rnengalarni peningkatan. Pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk, Debt Ratio to Total Asset rnengalarni peningkatan sebesar 2,75%. Debt Ratio to Total Asset rata-rata industri pada tahun 2008 rneningkat sebesar 3% hingga sebesar 42,9%. Ini adalah angka tertinggi dari rasio Debt Ratio to

Total Asset dari rata-rata industri dari tahun 2006-2008.

2. Debt to Total Equity Ratio


total hutang Debt to Total Equity Ratio = tota 1 rnod a1 PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006 2007 2008 109,60% Rata-rata Industri 2006 82,6% 2007 79,5% 2008
X 100%

94,97% 98,04%

91,1%

Rasio Debt to Total Equity Ratio rnenunjukkan posisi keuangan PT. Unilever Indonesia, Tbk antara kewajiban

perusahaan terhadap modal perusahaan. Debt to Total Equity

Ratio

pada

PT.

Unilever

Indonesia,

Tbk

rnenunjukkan

peningkatan dan ini rnerupakan indikasi yang tidak diinginkan

oleh kreditor maupun investor. Hal tersebut tidak diinginkan, karena pada rasio ini semakin kecil angka yang dihasilkan semakin baik, karena semakin rendah rasio ini menunjukkan semakin besar dana yang disediakan oleh pemegang saharn dan semakin besar batas pengarnan kepada para pemberi pinjarnan jika terjadi kerugian. Pada tahun 2006 Debt to Total Equity pada PT.

Unilever Indonesia, Tbk sebesar 94,97% ini menunjukkan besar hutang dan modal yang dimiliki PT. Unilever Indonesia, Tbk harnpir sarna besarnya Pada tahun 2007 meningkat

sebesar 3,07%. Ini disebabkan oleh peningkatan hutang PT. Unilever Indonesia, Tbk dari tahun 2006 sarnpai tahun 2007. Berdasarkan hasil analisis horizontal yang dilakukan penulis didapatkan peningkatan hutang sebesar 17,33% dan

peningkatan modal hanya 13,66%. Pada tahun 2008 Unilever Indonesia, Tbk Debt to Total Equity pada PT. 11,56%

meningkat lagi sebesar

hingga Debt to Total Equity pada PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2008 sebesar 109,60%. Ini menunjukkan hasil yang terbesar selarna tahun 2006-2008. Pada tahun ini menunjukkan besarnya hutang yang melebihi besarnya modal karena hasilnya melebibi 100%. Peningkatan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh meningkatoya total hutang dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berdasarkan hasil analisis horizontal yang dilakukan penulis didapatkan peningkatan hutang pada

tahun 2008 sebesar 28,74% dan peningkatan modalnya hanya sebesar 15,16%. Berdasarkan basil rata-rata industri Debt to Total

Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata

.
.

industri dari tahun 2006-2008. Walaupun PT. Mustika Ratu, .. Tbk memiliki Debt to Total Equity yang lebih besar dari PT. Unilever Indonesia, Tbk, ini tidak terlalu mempengaruhi ratarata indurtri karena perbedaanya juga tidak terlalu mencolok dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. PT. Unilever Indonesia, Tbk tetap berada di atas rata-rata industri. Ini disebabkan oleh PT. Mayora Indah, Tbk dan PT. lndofood Sukses Makmur, Tbk memiliki Debt to Total Equity yang lebih kecil dibandingkan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini menjadi sebuah indikasi yang kurang baik bagi para kreditor dan investor karena ini menunjukkan kepemilikan hutang PT. Unilever Indonesia, Tbk jika dibandingkan dengan modalnya termaksud cukup besar dalarn industrinya. Debt to Total Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 94,97% sedangkan Debt to Total Equity rata-rata industri hanya sebesar 82,6%. Pada tahun 2007 Debt to Total Equity PT. Unilever Indonesia, Tbk

mengalarni peningkatan sebesar 3,07% tetapi Debt to Total Equity rata- rata industri mengalarni penurunan sebesar

3,1% hingga menunjukkan angka 79,5%. Debt to Total

E q

uity PT. Unilever mengalarni

Indonesia,

Tbk

pada

tahun

2008

peningkatan sebesar 11,56% dan Debt to Total

Equity rata- rata

industri mengalami peningkatan 1,16% hingga menunjukkan angka 91,1%. Tahun 2008 menunjukkan jarak teJjauh antara rasio dari ratarata industri dan rasio dari PT. Unilever Indonesia, Tbk selama tahun 2006-2008.

3. Long Term Debt to Equity Ratio


Long term Debt to Equity Ratio total hutang total modal .. = sendm PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006

X 100%

Rata-rata Industri 2006 2007 2008

2007

2008

8,10% 7,84% 9,90%

30,7% 26,0% 32,6%

Long Term Debt to Equity Ratto menggambarkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang. Long Term Debt to Total Equity Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

menunjukkan peningkatan dan ini merupakan indikasi yang tidalc diinginkan oleh kreditor maupun investor karena semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar dana perusahaan yang dijadikan hutang jangka panjang. Pada tahun 2006 Long Term Debt to Total Equity Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 8,10%. Pad a tahun 2007 meningkat sebesar 1,74% hingga sebesar 7,84%.

Ini disebabkan oleh peningkatan hutang jangka panjang PT. Unilever Indonesia, Tbk dari tahun 2006 sampai tahun 2007. Berdasarkan hasil analisis horizontal yang dilakukan penulis didapatkan peningkatan

hutang sebesar 22,32% dan peningkatan modal hanya 13,66%. Pada tahun 2008 Long Term Debt to Total Equity

Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk meningkat lagi sebesar 2,06% hingga Long Term Debt to Total Equity Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk pacta tahun 2008 sebesar 9,90%. Ini menunjukkan hasil yang terbesar selama tahun 2006-2008. Peningkatan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang jangka panjang dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berdasarkan hasil analisis horizontal yang dilakukan penulis didapatkan peningkatan hutang pacta tahun 2008 sebesar 45,730% dan peningkatan modalnya hanya sebesar

15,16%. Berdasarkan hasil rata-rata industri Long Term Debt to Total Equity Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk berada dibawah rata-

rata industri dari tahun 2006-2008. Walaupun PT. Mustika Ratu, Tbk memiliki Long Term Debt to Total Equity Ratio yang lebih kecil dari PT. Unilever Indonesia, Tbk ini tidak terlalu mempengaruhi rata-rata industri karena PT. Mayora Indah, Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk memiliki Long Term Debt to Total Equity Ratio yang Iebih besar dari dan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini menjadi

sebuah indikasi yang baik bagi para kreditor dan investor, karena ini menunjukkan kepemilikan hutang PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih kecil jika dibandingkan rata-rata industri seJerus. Long Term Debt to Total Equity Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 8,01% sedangkan Long Term Debt to Total Equity Ratio rata-rata industri hanya sebesar 30,7%. Pada tahun 2007 Long Term Debt to Total Equity Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan Long Term mengalarni Hingga menunjukkan

Debt to Total Equity Ratio rata-rata industri penurunan sebesar 4,7%.

angka 26,0%. Pada tahun 2008 Long Term Debt to Total Equity Ratio antara rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan kembali sebesar. Long Term Debt to Total Equity Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2,06% dan Long Term Debt to Total Equity Ratio rata-rata industri mengalami peningkatan 6,6% hingga menunjukkan angka 32,6%. Tahun 2008 menunjukkan jarak teijauh antara rasio dari ratarata industri dan rasio dari PT. Unilever Indonesia, Tbk selama tahun 2006-2008.

IV.2.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas 1. Gross Profit Margin


gross Profit Margin= salesCOGS sales X 100%
Rata-rata Industri 2006 38,1% 2007 38,2% 2008

PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006 49,68% 2007 50,21% 2008 48,99%

37,6%

Rasio Gross Profit Margin mengukur yang dilakukan oleh PT. Unilever

efisiensi pengendalian

Indonesia, Tbk terhadap biaya

produksi untuk berproduksi secara efisien. Pada tahun 2006- 2007 menunjukkan peningkatan yang yang berarti PT. Unilever Indonesia, Tbk berhasil melakukan pengefisiensian terhadap biaya produksinya Narnun, PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan penurunan pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2006 Rasio Gross Profit Margin pada PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 49,68% yang artiriya, setiap Rp 1,- penjualan dapat memberikan laba kotor sebesar Rp 0,50. Hasil dari rasio ini jika dikurangkan 100% akan memberikan

informasi jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi. Jadi, pada tahun 2006 biaya operasinya mencapai 51,32%. Ini menunjukkan antara gross profit dan biaya operasi perusahaan harnpir seimbang.

Pada tahun 2007 Gross Profit Margin pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan angka 50,21%, ini berarti teijadi peningkatan dari tahun 2006 sebesar 0,53%. Tahun ini menunjukkan rasio Gross Profit Margin terbesar dari tahun 2006-2008. Ini

karena teljadi penurunan beban usaha yang dilihat dari analisis horizontal pada tahun 2006 beban usahanya menunjukkan 12,59% dan teljadi penurunan di tahun 2007 hingga mencapai 9,51% dan peningkatan lagi pada tahun 2008 hingga mencapai 27,21%. Berdasarkan basil rata-rata industri Gross Profit Margin

PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Walaupun PT. Mustika Ratu, Tbk merniliki Gross Profit Margin yang lebih besar dari PT. Unilever Indonesia, Tbk, ini tidak terlalu mempengaruhi rata rata industri karena perbedaanya juga tidak terlalu signifikan dari PT. Unilever Indonesia, Tbk. PT. Unilever Indonesia, Tbk tetap berada di atas rata-rata industri. Ini juga disebabkan oleh PT. Mayora Indab, Tbk dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk merniliki Gross Profit Margin yang lebih kecil

dibandingkan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Ini menunjukkan kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam mengolah biaya produksi sudah cukup efisien dalam industrinya. Gross Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 49,68% sedangkan Gross Profit Margin rata-rata industri hanya sebesar 38,1%. Pada tahun 2007 Gross

Profit Margin antara rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni peningkatan. Gross Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tabun 2007 mengalarni peningkatan sebesar 0,53% dan Gross Profit Margin rata-rata industri peningkatan sebesar 0,1% mengalarni hingga

menunjukkan angka 38,2%. Namun pada tabun 2008 Gross Profit Margin antara rata-rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni penurunan. Gross Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tabun 2008 mengalarni penurunan sebesar 1,22% dan Gross Profit Margin rata-rata industri sebesar 0,56%. mengalarni penurunan Hingga menunjukkan angka 37,6%.

Ini adalab angka terendab dari tabun 2006-2008.

2. Net Profit Margin


Net Profit Margin= net sales income X 100% Rata-rata lndustri 2006 7,8% 2007 8,6% 2008

PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006 2007 2008 15,19% 15,67%

9,3%

Rasio Net Profit Margin mengukur perbandingan antara laba bersib setelab pajak PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan bersihnya. Biasanya rasio ini digunakan untuk mengukur laba dari setiap rupiah penjualan. Pada tabun penjualan

Indonesia, Tbk menunjukkan peningkatan, ini berarti PT. Unilever Indonesia, Tbk berhasil melakukan peningkatan keuntungan bersih setiap rupiah dari penjualannya Namun PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan penurunan pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2006 rasio Net Profit Margin pada PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 15,19% atau yang artinya, setiap Rp 1,penjualan dapat memberikan laba bersih sebesar Rp 0,15. Fluktuasi pada rasio ini pada tahun 2006-2008 tidak terlalu drastis masih dalam angka yang dekat yaitu kurang lebih 15% ini menunjukkan PT. Unilever

Indonesia, Tbk tetap stabil dalam mengelola pendapatan dari penjualannya Pad a tahun 2007 Net Profit Margin pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk menunjukkan angka 15,67%, ini berarti teljadi peningkatan dari tahun 2006 sebesar 0,48%, rasio Net Profit Margin terbesar dari tahun 2006-2008. Namun, rasio ini tidak sejalan dengan analisis horizontal yang dilakukan pada akun pendapatan bersih dan penjualan. Pada analisis horizontal yang dilakukan menunjukkan penurunan pada tahun ini menunjukkan

kedua akun tersebut seperti pada penjualan terjadi penurunan sebesar 2,77% dari tahun 2006 sebesar 13,44% menjadi 10,67% pada tahun 2007. Pendapatan

bersih juga mengalami penurunan sebesar 5,36% dari tahun 2006 sebesar 19,51% menjadi 14,15% pada tahun 2007. Namun, pada akun pendapatan lainnya terdapat

peningkatan

yang

cukup pada

signifikan tahun

yaitu

dari

Rp Rp

22.464.792.000.000,-

2006

menjadi

44.081.000.000,- pada tahun 2007, yang berarti peningkatan sebesar 49,82%, sehingga ini meningkatkan pendapatan bersih tapi tidak meningkatkan penjualan. Berdasarkan hasil rata-rata industri Net Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata industri dari tahun 20062008. Ini disebabkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki Net Profit Margin yang lebih besar dari PT. Mustika Ratu, Tbk, PT. Mayora Indah, Tbk, dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Ini menunjukkan kemarnpuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalarn menghasilkan laba bersih sudah cukup baik dalarn industrinya. Net Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun

2006 sebesar 15,19% sedangkan Net Profit Margin rata-rata industri hanya sebesar 7,8%. Pada tahun 2007 Net Profit Margin antara rata-

rata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni peningkatan. Net Profit Margin PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007 mengalarni peningkatan sebesar 0,48% dan Net Profit Margin rata-rata industri mengalarni peningkatan sebesar 0,8%. Hingga menunjukkan angka 8,6%. Pada tahun 2008 Net Profit Margin rata-rata industri tetap mengalarni peningkatan sebesar 1,3% hingga mencapai 9,3%. Narnum Net Profit Margin pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni penurunan sebesar 0,22%,

tetapi PT. Unilever Indonesia, Tbk tetap berada diatas rata-rata industri.

3. Net Rate ofROI


Net Rate of ROI =

laba bersih to sesudah asset pajak tal x 100% Rata-rata Industri 2006 11,5%

PT. Unilever Indonesia, Tbk 2006 2007 2008 37,01%

2007
11,1%

2008
11,0%

37,22% 36,85%

Rasio Net Rate of ROI

adalah salah satu bentuk dari ras10

profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur . kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunalcan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Net Rate of ROI PT. Unilever Indonesia, Tbk yang diperoleh dari operasinya pada tahun 2006- 2007 menunjukkan penurunan. Namun, PT. Unilever Indonesia, Tbk berhasil menunjukkan peningkatan lagi pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2006 rasio Net Rate of ROI pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk sebesar 37,22%, ini menunjukkan dari seluruh total aktiva yang dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk guna untuk operasi perusahaan dapat

menghasilkan keuntungan sebesar 37,22%. Ini merupakan basil Net Rate of ROI terbesar pada selarna tahun 2006-2008. Investor dan kerditor lebih menyukai Net Rate of ROI yang besar karena itu menunjukkan efisensi dari kepemilikan aktiva perusahaan guna mendapat keuntungan. Pada tahun 2007 Net Rate of ROI pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami penurunan sebesar 0,37% menjadi 36,85%. Ini disebabkan oleh peningkatan total aktiva yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007. Dilihat dari analisis horizontal yang dilakukan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan peningkatan total aktiva pada tahun 2007 sebesar 15,29%, sedangkan peningkatan total pendapatan bersih hanya meningkat sebesar 14,15%. Ini

merupakan basil Net Rate of ROI yang terendah selarna tahun 20062008. Pada tahun 2008 Net Rate of ROI pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,16% menjadi 37,01%. Narnun ini belurn berhasil mencapai persentase pada tahun 2006. Peningkatan dari tahun 20072008 disebabkan oleh peningkatan pendapatan bersih yang lebih besar daripada peningkatan total aktiva pada PT. Unilever Indonesia, Tbk pada 2008. Dari analisis horizontal yang dilakukan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

menunjukkan peningkatan pendapatan bersih pada tahun 2008

sebesar 22,49%, sedangkan total aktiva meningkat sebesar 21,96%. Berdasarkan hasil rata-rata industri Net Rate of ROI PT. Unilever Indonesia, Tbk berada diatas rata-rata industri dari tahun 2006-2008. Ini disebabkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk memiliki Net Rate of ROI yang lebih besar dari PT. Mustika Ratu, Tbk, PT. Sukses Makmur, Tbk. Ini

Mayora Indah, Tbk, dan PT. Indofood

menunjukkan kemampuan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam menghasilkan Iaba dari kepemilikan aktivanya sudah cukup efisien. Net Rate of ROI PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2006 sebesar 37,22% sedangkan Net Rate of ROI rata rata industri hanya sebesar 11,5%. Pada tahun 2007 Net Rate of ROI antara ratarata industri dan PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni penurunan. Net Rate of ROI PT. Unilever Indonesia, Tbk pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 0,37% dan Net Rate of ROI rata-rata industri mengalarni peningkatan sebesar 0,4%. Hingga menunjukkan angka 11,1%. Pada tahun 2008 Net Rate of ROI pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalarni peningkatan sebesar 0,16%. Namum Net Rate of ROI rata-rata industri tetap mengalarni penurunan sebesar 0,1% hingga mencapai 11%. Ini adalah angka terendah Net Rate of ROI dari rata-rata industri dari tahun 2006-2008.

IV.3 Analisis Prospektif Analisis prospektif dilihat dari pertumbuhan penjualan dan pendapatan. Prospektifnya hanya sampai sepuluh tahun kedepan. Kecenderungan ini diamati dari tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2006-2008, kemudian ditarik asumsi rata-rata kenaikan atau penurunan, kemudian dibuat tabel prospektif perubahan tahun-tahun yang akan datang dilihat dari patokan asumsi rata-rata kenaikan atau penurunan tersebut. Hasilnya dapat dilihat pada lampiran yaitu Table Proyeksi Income Statement (tahun 2009-2013) pada halaman L7, Table Proyeksi Income Statement (tahun 2013-2018) pad a halaman L8, Table Proyeksi Neraca (tahun 2009-2013) pada halaman L9, dan Table Proyeksi Neraca (tahun 2013-2018) padahalaman LlO. Berdasarkan hasil analisis horizontal pada tahun 2005-2008 didapatkan rata-rata persentase peningkatan dan penurunan akun-akun dalam Laporan Rugi Laba yang mendasari perhitungan proyeksi Laporan Rugi Laba pada tahun 2009-2018. Pada akun penjualan meningkat sebesar 16,10 % dan pendapatan tahun

bersihnyajugamengalami peningkatan sebesar 18,72%. Sehingga pada 2018 didapatkan jumlah penjualan sebesar pendapatan Rp bersih

69.294.812.610.000,- dan jumlah

sebesar Rp

10.708.091.000.000,-. Dari hasil ini didapat Net Profit Margin pada PT. Unilever Indonesia, Tbk Pada tahun 2018 sebesar 15,45%. Ini menunjukkan kestabilan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam mendapatkan profit margin dari hasil penjualan. Kestabilan ini dilihat dari hasil Net Profit Margin pada tahun 2018 tidak terlalu jauh dari rata-rata Net Profit Margin pada tahun 2006-2008 sebesar 15,4 %.

Tabel rata-rata rasio:

Current Ratio

126,6%

ll1,0%

100,4%

R a si

- -- ---------- -- R a si o L Acid Test Ratio


o Perputaran Piutang perputar an persediaa n

PT. Unilever Indonesia Tbk 2006 2007 82,62% 16,534 X


X

2008
68 8%

68,20% 16,2673 X 7,28507 X 2007 15,6731 6,18582

1615,8% 6981%

7 47243 X
X

2006

2008

-----------Debt to Total
Equitv Ratio

48,62% 94,97%

49,49% 98,04%

50,1 % 100,9%

Long Term Debt to Equity Ratio

8,10%

7,84% 2007 2008

9,90%

8,6 %

-R-a-sio

--------

2006

- - -- - Marzin Net rate of ROI

P ro f ita b Net Profit

49,6 15,19%

15,67%
36,85%

15,45% 37,01%

154 370

3722%

Hasil proyeksi pad a neraca didapat dari hasil proyeksi pada Laporan Rugi Laba dan rata-rata dari analisis rasio, dan tabun 2008 digunakan sebagai tahun dasar proyeksi. Penulis pertama menggunakan rata-rata ROI untuk mendapatkan nilai total aktiva. Rata-rata ROI selama tiga tahun adalah 37 %. Rasio Debt to Total Asset digunakan untuk mendapatkan nilai total hutang. Rata-rata dari Debt to Total Asset adalah 50,12%. Total modal didapat dari pengurangan antara total asset dan total hutang. Rasio Long Term Liability to Equity Ratio digunakan untuk mendapatkan besar hutang jangka panjang, dan akhimya dapat diketahui hutang jangka

pendek yang digunakan untuk mendapatkan akun-akun dalam aktiva Iancar. Total aktiva Iancar sendiri didapat dari Current Ratio dengan rata-rata sebesar 112,7%. Nilai piutang usaha didapat dari rasio Perputaran Piutang dengan rata-rata 16,158X. Jumlah kas dan setara kas di dapat dari Acid Test Ratio dengan rata-rata sebesar 68,78%. Nilai persediaan didapat dari rasio Perputaran Piutang

dengan rata-rata sebesar 6,981X. Hasil perhitungan Neraca proyeksi selama 10 tahun didapatkan nilai total hutang yang Iebih besar dari total modalnya. Ini akan membuat nilai Debt to Equity Ratio terkesan buruk. Nilai piutang usaha dan kas pada proyeksi Neraca ini juga terus meningkat. Namun, berdasarkan proyeksi Neraca didapatkan nilai kas sudah Iebih besar dari nilai piutang usahanya Ini akan membuat tingkat rasio Perputaran Piutang sedikit membaik.

IV.4 Analisis Kebangkrutan Teori Edward I. Altman yang dikenal dengan Altman's Bankruptcy

menggunakan z score. Dari hasil z score dapat diketahui tingkat kebangkrutan seuatu perusahaan Ini juga digunakan oleh pennlis untuk menganalisis

prediksi kebangkrutan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Nilai harga pasar saham biasa di peroleh dari

http://finance.yahoo.com yang menyebutkan bahwa, pada tanggai 26 Desember 2006 harga pasar saham PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar Rp 6.000,- per-Iembamya. Pada tanggal 26 Desember 2007 harga pasar saham PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar Rp 6.750,- perlembamya, dan pada tanggal 3 I Desember 2008 harga pasar saham PT. Unilever Indonesia, Tbk

sebesar Rp 7.800,- per-Iembamya

Rumus yang digunakan berdasarkan teori Edward I. Altman yang dikerial dengan Altman 's Bankruptcy adalah: Z=0.717(Xl) +0.847(X2)+3.ll(X3)+0.420(X4)+0.998(X5) .XI =Modal Keija Bersih I Total Aktiva X2= Retained Earnings /Total Aktiva X3= EBIT I Total Aktiva X4=Market Value of Equity/Total Hutang X5= Penjualan I Total Aktiva Pad a hasil rate z score secara umum terdapat kesimpulan dari hasil rate yaitu: a. z'< 1,20 = kemungkinan kebangkrutan perusahaan besar

b. 1,20<Z'<2,90 = kemungkinan kebangkrutan perusahaan meragukan (grey area) c. Z'> 2,90


= kemungkinan kebangkrutan perusahaan kecil

Pada PT. Unilever lndonesia, Tbk didapatkan tingkat kebangkrutan sebesar:


Altman's Bankruptcy 2006
2.057.451 2.604.552

2007
2.428.128 2.694.667 5.333.4 06

2008
3.091.111 3.103.295 6.504.7 36

x1

4.626.0 00

0,1183 16.6
55

0,0500 15.4
67

0,0019 14.9
61

x2

4.626.0 00

5.333.4 06

6.504.7 36

2.464.792 4.626.000

0,0036

2.821.956 5.333.406

0,0029

0,0023

3.448.405 6.504.736

x3

0,5328
76.3006000 2.249.3 81

0,5291
76.3006.750 2.639.2 87

0,5301
76.3007.800 3.397.9 15

x4

22,3875

19,5138

17,5149

x5

11.335.241 4.626.000

12.544.901 5.333.406

15.577.811 6.504.736

2,4503
z

2,3521 12,20349

2,3948 11,3744

13,5685313

PT. Unilever Indonesia, Tbk menunjukkan hasil berada jauh dari kebangkrutan dan ini menjadi hal yang baik bagi PT. Unilever Indonesia, Tbk maupaun investor dan kerditor. Hal ini disebabkan oleh, angka yang ditunjukkan oleh PT. Unilever

Indonesia, Tbk berada pada tingkat yang culcup memuaskan dan jauh dari tingkat kebangkrutan. Bersadarkan analisis kebangkrutan ini didapatkan penunman hasil z score dari tahun 2006-2008. Ini menunjukkan hasil yang kurang baik karena semakin tinggi hasil z
score berarti semakin jauh dari kemungkinan kebangkrutan. Walaupun PT. Unilever

Indonesia, Tbk tetap beradajauh dari tingkat kebangkrutan, tetapi setiap tahunnya terns mengalarni penunman. Pada tahun 2007 nilai z score mengalarni penurunan

sebesar 1,365 dan pada tahun 2008 mengalami penunman lagi sebesar 0,829. Penunman tahun 2007 adalah penunman yang terbesar dari tahun 2006-2008, ini juga diikuti banyaknya penunman persentase berbagai akun dalam analisisi horizontal yang

dilakukan oleh penulis seperti total aktiva pada tahun 2006 sebesar 35,64% tetapi pada tahun 2007 peningkatannya hanya sebesar 17,33%. Pendapatan bersih pada tahun 2006 sebesar 19,51% sedang peningkatan pendapatan bersih pada tahun 2007 hanya sebesar 14,15%. Ini menunjukkan adanya penurunan peningkatan kinerja perusahaan.

You might also like