You are on page 1of 9

PENGEMBANGAN KREATIFITAS SENI SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD/MI SE KABUPATEN TANGERANG

Nanang Ebi Wasono (nebi@mail.ut.ac.id) Evan Sukardi S (evan@mail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT
The Arts subject is included in the 2004 Competence-based Curriculum for elementary school level. The researchers conducted a study on the teachers ways of promoting students creativity in the teaching of arts, in the topics of art drawing and painting, also comprising the material selection, themes, methods, techniques, and media. The study aimed at portraying the teachers practices in selecting and applying materials, themes, methods, media and techniques in the teaching of arts in elementery school level in Tangerang. The results of the study were: (1) The teaching materials of the arts subject in elementary schools which promoted students creativity was materials of painting. (1) The themes of drawing and painting activities which promoted students creativity were those related to the students environment because these themes were easier to find than those of their own creation or of the teachers or councelors recommendations. (2) It was found that demonstration was the major method of drawing and painting activities which promoted students creativity. (3) Media that were conventionally applied were water color, pastel crayon, oil maker, water maker. (4) The painting and dwawing techniques applied by the students were still conventional, however few of them non nonventional. Keywork: arts, creativity.

Pendidikan kesenian (seni rupa) sampai saat ini masih tergabung dalam Mata Pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kurikulum Pendidikan Dasar, 1994). Pelaksanaan mata pelajaran ini bertujuan meningkatkan kreativitas, sensitivitas, perasaan, dan kemampuan keterampilan berkarya. Pendidikan seni rupa memiliki karakteristik yang menuntut siswa agar memiliki kemampuan afektif melalui pelatihan psikomotorik. Siswa dilatih memiliki perasaan estetika dan emosi artistik melalui kegiatan berkarya seni. Pelaksanaan pendidikan seni rupa di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang cenderung belum menunjukkan adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan arah tujuan yang dikehendaki secara meluas setelah terjadi perubahan bidang studi Pendidikan Kesenian menjadi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK). Persepsi mengenai tujuan, metode pembinaan serta materinya semakin jauh dari makna pendidikan kesenian. Apakah gejala ini disebabkan oleh cara guru memahami kurikulum atau karena guru kurang suka mempelajari bagaimana menilai karya seni sehingga cenderung meninggalkan dasar pembinaan tentang seni: ekspresi, kreativitas, sensitivitas yang menuju kepada perolehan hasil atau keterampilan. Selama ini dalam menilai karya seni rupa anak (lukisan/gambar) guru selalu melihat hasil akhir, bahkan cenderung subjektif. Padahal seharusnya dalam menilai karya anak sebaiknya melihat secara komprehensif, yaitu perkembangan anak dalam berseni, proses dalam berkarya seni,

Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 83-91

dan portofolio anak dalam seni. Mas Ayus (2007), mengatakan bahwa Evaluasi lebih menekankan pada aspek proses pengajaran dengan mengukur adanya berbagai gejala perubahan, termasuk perubahan nilai. Penelitian tentang peningkatan kreativitas melalui pembelajaran ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang materi, tema, metode, media, dan teknik berkarya yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Pemilihan setting di sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) pada Dinas Pendidikan Nasional di Kabupaten Tangerang memiliki alasan bahwa, Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari Propinsi Banten sebagai kota pendidikan yang akan menghasilkan ilmuwan yang tidak hanya memiliki wawasan keilmuan tetapi juga memiliki sensitivitas, perasaan yang halus, budaya estetika dan naluri-naluri dasar kemanusian. Untuk menjadikan Kabupaten Tangerang sebagai kota Pendidikan sangat diperlukan dukungan dari calon ilmuwan, budayawan, seniman dan, teknokrat yang andal. Sesuai dengan gambaran seperti yang disebutkan di atas maka dirumuskan masalahmasalah sebagai berikut: Bagaimanakah jenis materi pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis yang sesuai dengan pengembangan kreativitas siswa pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang? Bagaimanakah memilih metode pembelajaran yang dapat membangkitkan ekspresi siswa dalam pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang? Tema-tema apa saja yang mampu memberikan stimulasi untuk berkarya kreatif siswa pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dinas Pendidikan Nasonal Kabupaten Tangerang? Media apa saja yang banyak memberikan alternatif pengembangan kreativitas siswa pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang? Bagaimanakah teknik berkarya yang dapat digunakan siswa dalam pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa pada Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang? Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang: (1) kesesuaian pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis yang sesuai dengan pengembangan kreativitas siswa; (2) tema-tema apa yang mampu memberikan stimulasi siswa untuk berkarya kreatif pada pembelajaran seni rupa dalam pokok bahasan menggambar/melukis; (3) metode pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis yang mampu membangkitkan kreativitas siswa; (4) media apa yang banyak memberikan alternatif pengembangan kreativitas siswa; serta (5) teknik berkarya yang dapat digunakan siswa sehingga dapat mengembangkan kreativitas siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di lingkungan Dinas Nasional Pendidikan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa: (1) sumbangan yang positif bagi dunia pendidikan (khususnya melalui mata pelajaran KTK). Pemahaman terhadap materi, tematema, metode, media, dan teknik pembelajaran memungkinkan guru mampu mengembangkan kreativitas siswa dalam berkarya seni rupa melalui kegiatan menggambar/melukis; (2) masukan mengenai pelaksanaan pembelajaran pendidikan seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis siswa sekolah dasar, dengan materi, tema, metode, media, dan teknik yang tepat dalam mengembangkan kreativitas siswa sekolah dasar di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang; (3) model pembelajaran kreativitas melalui pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang.

84

Wasono, Pengembangan Kreatifitas Seni Siswa melalui Pembelajaran Seni Rupa di SD/MI se Kab. Tangerang

Konsep pendidikan seni menurut Sudarso (1974), adalah bahwa seni harus berbasis pendidikan. Pendidikan merupakan pembinaan perkembangan, yang akan terlihat dari ungkapan ekspresi yang dihasilkan. Pendidikan lewat seni merupakan pembinaan cara-cara berekspresi, seni bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan sarana sebagai media, proses untuk melaksanakan pendidikan. Dalam pendidikan seni rupa dapat ditunjukkan adanya: 1. substansi ekspresi yang menggambarkan kesenangan, harapan yang menitikberatkan pada ungkapan perasaan; 2. substansi keterampilan yang menitikberatkan pada kemampuan teknis, ke-tepatan reproduksi, kerapian, dan kecekatan; serta 3. substansi kreasi yang menitikberat-kan pada bidang latihan, yaitu menciptakan bentuk-bentuk seni terapan, menyusun benda-benda menjadi karya seni dan menciptakan sesuatu yang baru. Selanjutnya Ki Hajar Dewantara menyatakan dalam (Nurhadiat, 1999). Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (hal.14). Prof.Dr. Suwaji Bastomi (dalam Nurhadiat, 1999). Seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru. Agung merupakan pengejawantahan pribadi kreatif yang telah matang. Takjub adalah getaran emosi yang terjadi karena adanya rangsangan yang kuat dari sesuatu yang agung, sedang haru adalah rasa yang dimiliki atau dimulai dari simpati dan empati yang kemudian dilebur menjadi terpesona dan akhirnya memuncak menjadi haru (hal.14). Sudarmadji (dalam Nurhadiat, 1999). Seni adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume dan gelap terang (hal.14). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni adalah semua karya yang dibuat oleh manusia secara sadar dan dapat mempengaruhi orang lain melalui nilai estetisnya, sehingga orang lain tertarik bahkan mengagumi keindahannya. Rodowski (1984) menyatakan Seni berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir, salah satu ujud pelatihan seni adalah menangkap secara indrawi objek secara komprehensif kemudian dinyatakan dalam bentuk karya seni (hal.11). Hiruk pikuknya keramaian pasar akan dilukis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pendidikan seni bermanfaat melatih kemampuan telaah sehingga komprehensif matematika tinggi. Seni sebagai alat bermain, hal ini dikemukakan oleh Kadir (1973), bahwa anak-anak berseni sekaligus bermain, sehingga anak merasa senang karena tercurah segala gejolak jiwanya (hal.2). Di samping sebagai alat bermain, seni juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sosial, menghasilkan sesuatu yang bernilai guna bermanfaat untuk kemaslahatan manusia. Berkaitan dengan nilai guna ini, seniman dituntut untuk lebih kreatif, menggunakan seni sebagai media pengembangan kreativitas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seni juga berfungsi untuk pengembangan bakat, Art is a way to become a creative person (Linderman & Herberholz, 1979). Manfaat Pendidikan Seni bagi anak seperti dikemukakan oleh Soehardjo (1977). Seni membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, membantu perkembangan estetik, membantu menyempurnakan kehidupan.... meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, estetika.... membina imajinasi kreatif, memberi sumbangan kearah pemecahan masalah, memberikan sumbangan perkembangan kepribadian (hal.13).

85

Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 83-91

Menghayati alam, melihat pameran seni, berkarya seni, membahas karya seni merupakan suatu bentuk berolah seni yang membina kearah pengalaman estetika, sehingga anak akan berkembang fungsi-fungsi jiwanya. METODOLOGI Studi tentang bagaimana menghasilkan kreativitas siswa SD dalam pembelajaran seni dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hal-hal yang didiskripsikan adalah: materi berkarya, tema berkarya, metode berkarya, media berkarya, dan teknik berkarya seni menggambar/melukis yang dapat membangkitkan kreativitas anak secara kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri maupun Swasta yang berada di Wilayah Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang yang mempunyai prestasi umum. Sampel Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang ada di seluruh Lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang yang terdiri dari tujuh belas Kecamatan, yaitu Kecamatan: Serpong, Cisauk, Sukadiri, Cibodas, Mauk, Balaraja, Pondok Aren, Pakuhaji, Pasar Kemis, Kronjo, Kresek, Ciputat, Tigaraksa, Cikupa, Rajeg, Teluk Naga, dan Kosambi. Setiap Kecamatan diambil satu sampai dengan dua sekolah, yang masing-masing sekolah diambil satu kelas, dan dalam satu kelas diambil dua karya siswa secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan kegiatan observasi yang dilakukan di dalam dan di luar kelas selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pengumpul data berupa lembar observasi. Kedua melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang berupa gambar/lukisan dari hasil karya yang dibuat pada waktu observasi dengan cara pemberian tugas menggambar/melukis oleh guru dan peneliti yang berada dalam kelas. Penganalisisan data diambil dari hasil observasi diklasifikasikan berdasarkan kelas dan hasil yang sama, guna menguji kebenarannya maka diadakan cross check dengan dokumentasi karyakarya siswa, kemudian dibahas berdasarkan kajian teori yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis data diperoleh hasil penelitian berkaitan dengan metode, teknik, pengelolaan kelas, dan aktivitas siswa sebagai berikut. Metode yang digunakan yaitu metode dramatisasi, karyawisata, ceramah, dan demonstrasi. Teknik berkaryanya bersifat konvensional yaitu teknik kering dengan menggunakan krayon pastel. Kelas dikelola secara klasikal dan individu dengan pendekatan integratif antarpelajaran. Kegiatan anak diwarnai tingkah laku yang ramai tetapi tetap menjunjung proses pembelajaran yang direncanakan. Sehubungan dengan proses pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Rangsangan yang digunakan berupa pengamatan langsung bagi siswa terhadap objek alam, cerita guru dan model. Dalam menggambar, siswa masih sering ada gejala menggambar dua gunung dengan matahari terbit di tengah-tengah; anak berhenti tidak dapat mengungkapkan ekspresinya; dan tidak membawa bahan maupun alat. Tidak jarang waktu yang seharusnya untuk mata pelajaran kesenian (menggambar) dipergunakan untuk pelajaran lain. Hal ini disebabkan karena guru tidak mampu menggambar atau dikarenakan bahwa pelajaran menggambar dianggap tidak penting, pelajaran yang di-UAN-kan dianggap lebih penting. Pembahasan karya dilakukan oleh guru beserta siswa pada akhir pertemuan dan hasil karya yang dianggap baik oleh guru dikoleksikan di sekolah (dipasang di dinding kelas).

86

Wasono, Pengembangan Kreatifitas Seni Siswa melalui Pembelajaran Seni Rupa di SD/MI se Kab. Tangerang

(2) Pembelajaran menggambar/melukis dengan menggunakan teknik, metode, tema, materi, dan pendekatan yang tidak sama satu dengan yang lain. Tema-tema yang digunkan adalah suasana sekitar sekolah, flora dan fauna, peristiwa di lingkungan siswa, suasana kebun binatang, pasar tradisional dan modern, perayaan hari besar dan lain-lain. Sedangkan media yang digunakan adalah kertas gambar, cat air, krayon pastel, spidol, pensil, kuas dan lain-lain. Metode yang digunakan adalah metode tanya jawab, ceramah, demonstrasi, dan karya wisata. Teknik berkarya teknik basah (cat air, spidol), dan teknik kering (krayon pastel, pensil berwarna, arang). (3) Gejala yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran dengan pokok bahasan ini siswa memiliki berbagai gaya dalam corak lukisannya, diantaranya dekoratif, realis, bahkan ada yang ekspresif, bahkan dalam kegiatan pembelajarannya diwarnai tingkah laku yang ramai dan siswa mondar mandir tetapi tetap dalam kondisi aktif secara fisik maupun psikhis, tetapi harus tetap menjunjung dan mendukung proses pembelajaran yang direncanakan. Pembahasan karya dilakukan oleh guru dan siswa berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa mengenai pemilihan tema, menggunakan media, memilih teknik, dan pengungkapan ekspresinya. (4) Para guru sebelum melakukan proses pembelajaran membuat Program Satuan Pelajaran yang mengacu pada GBPP untuk semester II yang di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Alen Hulburt, bahwa langkah-langkah yang ditawarkan dalam pelatihan kreativitas melalui seni salah satunya adalah set the goal, yaitu meletakkan dasar dengan tujuan yang akan dicapai sebagai langkah penentuan materi dan media yang diinginkan. (5) Materi pembelajaran seni rupa di Sekolah Dasar yang sesuai dengan pengembangan kreativitas anak yaitu seni lukis, karena seni lukis merupakan karya seni rupa dua dimensional yang sangat mudah dikuasai dan dikerjakan oleh anak usia Sekolah Dasar, guna menyatakan objek yang jauh dan dekat, karakter objek yang satu dengan lainnya dapat dicapai dengan nuansa-nuansa warna yang berbeda. (6) Seni Lukis di sekolah dasar pada kelas rendah bahkan pada tingkat prasekolah hasil karyanya menunjukkan adanya tingkat kreativitas yang tinggi dan memiliki pengungkapan ekspresi yang murni belum terpengaruh oleh teori-teori yang akan mempengaruhi karyanya. Tetapi pada tingkat sekolah dasar di kelas III, IV, V dan VI anak sudah mulai sadar mengenai lingkungannya, perspektif, proporsi, model, dan keadaan yang sebenarnya tetapi belum menguasai teknik dalam melukis maka lukisannya tergolong dalam realisme semu. (7) Kreativitas anak-anak nampak pada lukisannya yang kebanyakan kearah kebaruan yaitu walaupun menggunakan teknik konvensional tetapi sudah berani menggunakan campuran media yang tidak biasa digunakan kebanyakan anak, misalnya menggunakan pastel krayon dicampur dengan menggunakan spidol dimana spidol sebagai kontur-kontur pembatas bidang yang kemudian diwarnai dengan krayon pastel dengan padat, sebenarnya hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut hampir menguasai teknik-teknik pembaruan, nilai pada lukisan tersebut mengandung nilai estetis dan artistik yang cukup menggembirakan karena dari sejumlah siswa sudah banyak yang berani mentransformasi, yaitu mengubah bentuk-bentuk alam menjadi bentuk yang lebih indah dengan tidak lepas pemadatan objek. Hal ini menunjukkan bahwa karya-karya tersebut masih mengungkapan ekspresi murninya. (8) Dari beberapa siswa masih banyak yang menyenangi tema lingkungan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan menunjukkan adanya stimulasi yang mampu mendorong anak untuk berkarya yang kreatif. Misalnya lingkungan keluarganya yang terdiri Ayah, Ibu, Kakak dan Adik pun tak luput menjadi tema lukisannya.

87

Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 83-91

(9) Tema-tema yang banyak diminati oleh anak sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang yaitu tentang pariwisata dan keramaian lalu lintas. Hal ini dimungkinkan karena setiap harinya siswa melihat situasi kemacetan lalu lintas, sehingga hal ini menjadi inspirasi bagi siswa dalam mengungkapkan pengalamannya melalui lukisan. (10) Tema lingkungan juga merangsang dengan kuat pada siswa sehingga cepat mengekspresikan sesuai dengan kecakapan teknis berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh guru sehingga menghasilkan karya-karya yang kreatif. Karya rupa merupakan hasil pikiran, keinginan, gagasan, dan perasaan anak terhadap lingkungan sekitar sebagai refleksi terhadap bentuk maupun dorongan emosi terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pembinaan kreativitas dengan jabaran hakekat seni rupa bagi anak (Evan & Pamadhi, 2007). (11) Hampir semua guru di tempat penelitian berlangsung menggunakan metode yang sama dalam proses pembelajaran dengan pokok bahasan menggambar/melukis yaitu metode demonstrasi. Metode ini merupakan metode yang sangat tepat dalam membangkitkan kreativitas siswa. Melalui metode demonstrasi siswa dapat melihat bagaimana cara menggores (membuat sketsa) dengan spontan tetapi memiliki nilai yang artistik, bagaimana cara mencampur cat yang benar sehingga dapat menghasilkan campuran yang matang dan memiliki nilai artistik, cara penyelesaian karya dengan sempurna sehingga siswa mendapat gambaran yang jelas mengenai proses berkreasi. (12) Sejak awal hingga akhir pembelajaran, dengan metode demonstrasi dapat merangsang minat anak, menimbulkan fantasi bahkan dapat menumbuhkan perasaan sensitif sehingga siswa tidak ragu-ragu lagi dalam menggoreskan media gambarnya untuk mengungkapkan ekspresinya menjadi sebuah karya seni yang berupa karya gambar/lukisan. (13) Media yang banyak memberikan alternatif guna pengembangan kreatifitas anak siswa yaitu media campuran. Banyak siswa sekolah dasar sekarang dalam kegiatan berkarya seni rupa itu siswa lebih banyak menggunakan dua media dalam satu karya gambar/lukisan atau sudah mulai berani menggunakan media campur, artinya menggunakan media yang lebih dari satu padahal media tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri dan dapat menghasilkan karya yang bagus. Sebagai contoh media campur, yaitu krayon pastel dicampur dengan media cat air atau krayon pastel dengan spidol. (14) Dari campuran media menjadi satu dapat menyatu dengan kuat sehingga menimbulkan suatu karya yang bagus. Kegiatan yang dilakukan dengan media: krayon, spidol, cat air, pensil warna dalam melukis adalah membuat sketsa dengan spidol yang berfungsi untuk membatasi bidangbidang gambar, kemudian ruangan-ruangan kosong diisi dengan olesan cat air atau krayon, bahkan dapat menggunakan media campuran antara cat air dengan krayon sehingga membentuk efek-efek yang artistik dan kreatif. Pada kegiatan berkarya seni rupa itu siswa lebih banyak menggunakan dua media dalam satu karya gambar/lukisan. Penggunaan media seni rupa campuran ini merupakan suatu keberanian bagi siswa dalam menggambar/melukis. Melalui pengalaman belajar berkarya seni rupa ini siswa menyatakan bahwa menggambar/melukis tidak hanya menggunakan satu media saja. Penggunaan media campuran ini merupakan penjelajahan bagi siswa karena efek-efek media ini memiliki nilai artistik tersendiri, karena tiap-tiap media mempunyai karakter yang berbeda-beda, misalnya spidol minyak jika dipadu dengan cat air tidak luntur. (15) Garis-garis spidol yang kuat jika dipadu dengan krayon yang berminyak masih akan tampak garis-garis indah dan menyatu. Jika spidol air dipadukan dengan cat air akan luntur, tetapi mempunyai efek-efek yang ekspresif, kreatif dan artistik, karena lunturnya garis spidol tersebut kelihatan menyatu dengan cat air.

88

Wasono, Pengembangan Kreatifitas Seni Siswa melalui Pembelajaran Seni Rupa di SD/MI se Kab. Tangerang

(16) Teknik berkaya seni rupa, terutama menggambar/melukis sangat mudah dilakukan oleh siswa di tingkat sekolah dasar guna pengembangan kreativitasnya. Teknik yang digunakan oleh para siswa sekolah dasar dalam hal ini yaitu teknik konvensional, karena teknik konvensional tersebut merupakan teknik penggunaan media seni rupa yang sesuai dengan aturan media, misalnya cat air harus digunakan sesuai ketentuannya, yaitu cat dicampur dengan air kemudian dioleskan di atas kertas. (17) Pada pelaksanaan pembelajaran di Lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang masih banyak yang menggunakan teknik konvensional, karena guru memberi kebebasan kepada siswa dalam menggunakan teknik menggambar/ melukisnya. Bagi siswa yang memang kurang berani mengungkapkan ekspresinya secara leluasa memang takut untuk mencoba dengan teknik yang tidak lumrah, karena beranggapan bahwa menggunakan teknik inkonvensional menyalahi aturan dan takut akan mendapatkan nilai jelek. (18) Ada beberapa siswa yang senang menggunakan teknik inkonvensional, yaitu menggunakan spidol dicampur dengan krayon pastel, spidol dengan cat air, spidol air dengan cat air. Siswa yang berani menggunakan teknik konvensional ini ternyata siswa yang memang memiliki kemampuan gambar yang lebih dibandingkan dengan temannya, dan mereka sudah terbiasa menggunakan media tersebut. (19) Penemuan teknik lain, yaitu cara penggunaan media yang sebenarnya termasuk ke dalam konvensional atau inkonvensional tetapi teknik ini memang diajarkan oleh gurunya sehingga terampil menggunakannya yaitu: teknik arsir dengan pensil. Teknik ini membentuk siswa teliti, rapih, dan kemampuan menggunakan alat yang lebih, karena teknik ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam berlatih. Teknik arsir ini banyak digunakan untuk menggambar bentuk atau model, dalam menggambar bentuk atau model memerlukan kecermatan yang ekstra. (20) Teknik finger painting, yaitu menggambar/melukis dengan tanpa menggunakan alat kuas pada penggunaan car air/cat minyak, yaitu langsung cat air/minyak tanpa menggunakan pengencer tetapi langsung dituangkan ke atas kertas atau kanvas dan untuk membentuk gambarnya menggunakan jemari langsung. Hal ini dapat mengungkapkan rasa estetisnya langsung ke bidang gambar tampa melalui perantara media. Pekerjaan ini sering dilakukan pula oleh pelukis Exspressionis Affandi dan Vincent Van Gogh. Teknik dusel, teknik ini kurang diminati oleh siswa sekolah dasar, terutama pada tempat penelitian ini karena ternyata dari sekian siswa yang diberikan pembelajaran ini tidak ada yang melakukannya. Teknik dusel ini sebenarnya banyak dilakukan penggambar/pelukis yang sudah berpengalaman, karena teknik ini memang agak sukar dikerjakan dan hasilnya untuk jenis gambar tertentu, yaitu lukis foto. (21) Dalam membina siswa terampil menggambar/melukis para guru kelas maupun guru bidang studi memberikan kesempatan pada anak didiknya yang berminat dan berbakat guna mengembangkat fungsi-fungsi jiwanya, sehingga dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui ekstra kurikuler atau sanggar seni yang ada di sekolahnya. Pemilihan dan penggunaan teknik sangat menentukan keberhasilan dalam lomba menggambar/melukis. Penentuan dan penggunaan teknik yang tepat juga dapat memberikan keluasan kepada siswa dalam berekspresi sehingga siswa merasa bebas, tidak tertekan oleh konvensi yang mengikat. Walaupun lomba lukis ini bukan menjadi tujuan utama dalam pengembangan kreativitas, prestasi lomba seni lukis ini sering membawa nama harum sekolah tempat siswa belajar bahkan tidak jarang lomba karya lukis siswa membawa harum negara di skala Internasional, hal ini sudah banyak terjadi.

89

Jurnal Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, September 2007, 83-91

(22) Langkah-langkah yang ditawarkan dalam pengembangan kreativitas di sekolah dasar yaitu meletakkan dasar dengan tujuan memperhatikan beberapa faktor yang kemungkinan dapat memberikan tema, memberikan arahan dalam mencipta, merencanakannya matang, mengelola penciptaan sesuai dengan rencana dan mengevaluasi hasil yang telah diciptakan telah dilakukan oleh guru-guru kelas maupun bidang studi sehingga mampu mengantarkan anak didiknya untuk berkarya secara kreatif. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: 1. Tema menggambar/melukis yang mampu memberikan stimulasi pada anak untuk berkarya kreatif lewat tema-tema lingkungan, hal ini dikarenakan tema lingkungan sangat dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari sehingga memudahkan siswa dalam berekspresi. 2. Metode pembelajaran seni rupa dengan pokok bahasan menggambar/melukis di SD lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang yang mampu membangkitkan siswa untuk berekspresi kreatif didominasi oleh metode Demonstrasi. 3. Media yang banyak memberikan alternatif bagi siswa SD di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang masih konvensional, yaitu masih terbatas pada media yang biasa dipakai pada kebanyakan siswa SD pada umumnya berupa: cat air, krayon pastel, spidol minyak, dan spidol air. 4. Teknik yang banyak digunakan oleh SD di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Tangerang adalah teknik konvensional, namun demikian terdapat sebagian kecil siswa menggunakan teknik inkonvensional, siswa yang menggunakan teknik ini justru memeroleh hasil akhirnya lebih bagus dibandingkan dengan hasil menggambar/ melukis siswa yang menggunakan teknik konvensional. 5. Dengan tema lingkungan, menggunakan cara konvensional (sebagian kecil siswat elah berani dengan cara inkonvensional) dan metode demonstrasi merupakan cara-cara yang masih dapat dianggap/sesuai dalam pembelajaran di lingkungan SD/MI Diknas Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan diajukan saran sebagai berikut. 1. Hendaknya guru dalam memberikan materi pembelajaran banyak menggunakan metode Demonstrasi. 2. Hendaknya guru setiap memberikan materi pembelajaran menggambar/melukis mem-berikan tema, dan temanya tentang lingkungan siswa. 3. Hendaknya guru dalam memberikan materi pembelajaran sebaiknya memberikan kebebasan memilih media bahkan kalau perlu agar siswa menggunakan media campuran. 4. Dalam mengevaluasi karya seni anak yang bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan seni anak hendaknya dengan cara komprehensif. REFERENSI Evan, S. & Pamadhi, H. (2007). Seni keterampilan anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Kadir, A. (1973). Pengantar estetika. Yogyakarta: BP ASRI. Kurikulum Pendidikan Dasar. (1994). Garis-garis Besar Program Pengajaran. Jakarta : Depdikbud. Liderman, E.W. & Herberholz, D.W. (1979). Creative teaching in art. New York: Prentice Hall. Mas Ayus. (2007). Evaluasi dalam seni. http://arttangara.multiply.com/ Nurhadiat, N. (1990). Keterampilan praktis seni rupa. Bandung: Rosdakarya. Rodowski, R. (1984) Teaching in art. New York: Prentice Hall.

90

Wasono, Pengembangan Kreatifitas Seni Siswa melalui Pembelajaran Seni Rupa di SD/MI se Kab. Tangerang

Soedarso S.P. (1987). Tinjauan seni. Yogyakarta: Sakudayarsana. Soehardjo. (1974). Metodik khusus untuk anak. Malang: Institut Press IKIP Malang.

91

You might also like