You are on page 1of 19

GANGGU AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI RINGAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :
Ayu Lidya Rahmah 20070310047

Dokter Penguji :
dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL 2013

HALAMAN PENGESAHAN
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI RINGAN
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh: Ayu Lidya Rahmah 20070310047

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal Oleh : Dokter Penguji

26 Maret 2013

dr. Vista Nurasti P, Sp.KJ

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Bangsa/suku Alamat No. RM : Sdri. R : Perempuan : 24 tahun : Islam : tidak tama SLTP : Penjaga toko kelontong : Indonesia/Jawa : Sendang Sari Pajangan Bantul : 34.xx.xx

Tanggal masuk rumah sakit : 14 Maret 2013

2. ANAMNESIS 2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama) Pasien datang ke rumah sakit karena ingin meneruskan pengobatan rutin setiap bulannya. Saat ini OS masih merasakan malas untuk bekerja dan sedikit sulit untuk tertidur sehingga sering mengantuk, OS juga masih merasa malu dan tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang dan merasa banyak yang dipikirkan dan jika sedang banyak pikiran pasien merasa menjadi bingung dan sedih.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)


sumber Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan pendidikan Hubungan Lama kenal Sifat perkenalan Ny.P 53 tahun Perempuan Sama dengan pasien Pegawai toko kelontong SLTP Kakak kandung ibu Sejak lahir Dekat 1 Bp.S 65 tahun Laki-laki Sebelah rumah pasien Tukang kayu SLTA Tetangga 1 tahun jauh 2

Autoanamnesis Pasien datang ke poli jiwa RS Panembahan Senopati karena ingin meminta obat rutin. Pasien berobat rutin di poli jiwa sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien sering melamun sejak SLTP kemudian saat berada di kelas 3 pasien tidak mau meneruskan sekolah lagi, kemudian pasien menjadi sering mengamuk, jika diberi tahu oleh ibunya pasien selalu marah-marah. Pasien sering berbicara sendiri, terlebih lagi jika sedang mendengarkan lagu india pasien kemudian membayang-bayangkan menjadi seperti artis tersebut kemudian merasa tidak sadar dan merasa namanya dipanggil-panggil. Pasien sering kumat-kumatan, terlebih lagi sejak tidak bersekolah pasien menganggur dari tahun 2003 sampai 2008, selama 5 tahun ini pasien mengaku kumat beberapa kali. Kemudian ditahun 2007 pasien bekerja di pabrik garment, Pasien merasa senang karena banyak teman di tempat bekerja dan karena jam kerja yang dimulai dari pukul 8 pagi sampai 4 sore pasien menjadi jarang melamun lagi. Kemudian di tahun 2008 setelah 8 bulan bekerja pasien terkena PHK. Kemudian Pasien hanya menganggur dirumah saja, Pasien sering bermain dirumah temannya yang sudah memiliki keluarga, namun jika bermain sering tidak ingat waktu sampai temannya tersebut memarahinya. Pasien juga sering merasa sakit hati karena pernah dikatai oleh temannya berlebihan sejak saat itu pasien sering melamun dan mendengarkan lagu india lagi, pasien menjadi sering bicara sendiri dan sering senyum-senyum sendiri. Jika pasien sedang kumat pasien merasa menjadi berani dan percaya diri. Pada tahun 2008 pasien sempat dibawa ke RSUD P.Senopati Bantul namun setelah 4 kali berobat pasien menolak berobat lagi, jika diberitahu oleh ibu nya pasien akan mengamuk dan marah-marah pasien juga tidak mau meminum obatnya karena merasa tidak sakit. Pada tahun 2011 pasien sempat mondok di bangsal jiwa RSUP Dr. Sardjito karena geleng-geleng dan bicara sendiri. Kemudian pengobatan diteruskan lagi di RSUD P.Senopati Bantul. Pasien merasa sedih, tidak stabil sering sulit tidur karena memikirkan banyak dosa, merasa ingin mati saja karena merasa tidak berguna. Pasien ingin bekerja kembali di pabrik garment tempatnya bekerja dulu karena sering dipermasalahkan oleh pacarnya yang ingin pasien bekerja di pabrik garmen namun ibu pasien melarang, Kemudian sejak tahun 2011 akhir pasien diajak oleh budhe nya untuk bekerja di toko kelontong tempatnya bekerja sampai saat ini. Saat ini pasien merasa sedih, tidak berguna, malu dengan orang-orang. Terkadang sering melamun tentang masa depan, Pasien merasa takut masa depannya akan buruk, takut jika suatu

saat nanti tidak mendapatkan pekerjaan pasien juga takut menjadi miskin. Pasien juga merasa takut untuk menikah karena merasa takut tidak dapat berbuat apa-apa untuk suaminya. Pasien bermimpi ingin bahagia sukses dan dapat memiliki pikiran normal dan bisa sembuh dari sakitnya ini. Alloanamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan budhe nya yang sehari-hari tinggal bersama pasien sejak kurang lebih 1 tahun terakhir. Dari anamnesis, diketahui pasien memang sering melamun dan menjadi pendiam sejak masuk di bangku SLTP. Kemudian saat tidak mau meneruskan sekolah, pasien hanya menganggur saja dirumah, pasien menjadi mudah marah dan mengamuk, terlebih lagi bila diperingatkan oleh ibu pasien, pasien akan marah dan mengamuk. Budhe pasien juga mengatakan pasien sempat di PHK dari tempat kerjanya di pabrik garment karena teman-temannya mengadukan sakitnya kepada bos pasien di pabrik. Menurut budhe pasien, Pasien pernah sampai melempari rumah tetangganya dengan batu hingga kaca jendela pecah. Pasien juga sering berkeliaran di kampungnya, pasien sering berbicara sendiri dan senyum-senyum sendiri. Menurut budhe pasien, pasien pernah dirawat di RSUP DR. Sardjito selama 13 hari. Selama tinggal dengan budhe pasien sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, pasien terlihat sedih dan murung. Pasien juga tampak tidak begitu bersemangat dan sangat pemalu jika bertemu dengan orang baru. Alloanamnesis kedua dilakukan oleh tetangga pasien, menurut bapak S, pasien tidak pernah keluar dan bersosialisasi, bpk S dan tetangga lain hanya mengetahui bahwa pasien adalah keponakan dari Ny.P yang mulai tinggal dengan Ny. P sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan ikut bekerja ditempat kerja Ny. P.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan Kemandirian)

Sistem Saraf

: nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-) Sistem Respirasi Sistem Digestiva : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-) : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan (-), Sakit perut (-) Sistem Urogenital : BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), keringat (-), biru-biru (-) Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), nyeri otot (+) , kelemahan otot (-). Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Pada pasien terdapat sedikit hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial yang disebabkan oleh gangguan dari aspek kejiwaan. Secara sosial, OS menarik diri dari lingkungan karena merasa malu, sulit bergaul seperti biasa terlebih dengan orang baru, namun OS biasa melakukan aktivitas ringan sehari-hari tanpa harus di bantu maupun disuruh oleh orang lain.

2.4. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu 2.4.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit Faktor Organik Tidak ada Faktor Psikososial (Stressor Psikososial) Pasien berhenti bekerja sebagai buruh pabrik garment Faktor Predisposisi Penyakit keturunan disangkal oleh narasumber. Faktor Presipitasi Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber tidak mengetahui apa yang menjadi masalah. Pasien juga mengaku tidak memiliki masalah.

2.4.2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya Tidak ada Riwayat Sakit Berat/Opname Mondok di RSUP DR. Sardjito tahun 2011 karena sering gelenggeleng dan bicara sendiri. 2.5. Riwayat Keluarga 2.5.1. Pola Asuh Keluarga Autoanamnesis

Pasien adalah ke 4 dari 5 bersaudara, sejak 1 tahun terakhir tinggal bersama budhe nya, sebelumnya pasien tinggal bersama ibu ayah tiri dan adiknya, pasien mengatakan dia hidup dikeluarga yang tidak begitu harmonis, Ayah kandung pasien meninggal saat TK, kemudian ibu pasien menikah lagi. Ayah tiri dan Ibu pasien sering cek-cok dan sejak 8 bulan terakhir pisah ranjang dan berencana untuk bercerai karena ibu pasien dipukul oleh ayah tiri pasien. 2.5.2. Riwayat Penyakit Keluarga Dari hasil autoanamnesis didapatkan keluarga tidak ada yang memiliki kelainan serupa dengan pasien. 2.5.3. Silsilah Keluarga Dari hasil autoanamnesis, didapat informasi silsilah keluarga pasien adalah :

GENOGRAM KELUARGA Tn W dan Ny. S (14 maret 2013)

Keterangan : : pasien : tinggal satu rumah

: meninggal

Grafik Perjalanan Penyakit Gejala klinis

2001

2004

2005

2008

2011

2012

Fungsi peran

2.6. Riwayat Pribadi 2.6.1. Riwayat Kelahiran Pasien tidak tahu bagaimana proses kelahirannya, namun menurut budhe pasien, pasien lahir di bidan dan sehat. 2.6.2. Latar Belakang Perkembangan Mental Menurut pengakuan budhe pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka 2.6.3. Perkembangan Awal Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.

2.6.4. Riwayat Pendidikan SD : lulus dengan baik

SMP : tidak lulus SMA : tidak sekolah

2.6.5 Riwayat Pekerjaan : Pada tahun 2007 pasien bekerja sebagai buruh di pabrik garment, kemudian setelah 8 bulan bekerja pasien di PHK, kemudian menganggur sampai tahun 2011 akhir pasien bekerja di toko kelontong sebagai pelayan bersama budhe nya. 2.6.5. Riwayat Perkembangan Seksual Tidak ada deviasi seksual.

2.6.6. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual Agama Islam Sholat kadang-kadang Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal 2.6.7. Riwayat Perkawinan : Pasien belum pernah menikah 2.6.8. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid) Ramah Jarang menceritakan masalah pribadinya 2.6.9. Hubungan Sosial Menurut autoanamnesis, pasien tidak memiliki masalah dalam hubungan dengan tetangga namun pasien tidak pernah ber sosialisasi lagi dengan tetangga karena malu dan takut jika teringat saat pasien kumat dan mengamuk dan ditempat tinggalnya saat ini pasien malu untuk bersosialisasi dengan orang-orang dilingkungannya.

2.6.10. Kebiasaan Os senang menggambar dan mendengarkan musik india maupun musik dangdut. 2.6.11. Status Sosial Ekonomi : Keluarga OS merupakan keluarga yang berkecukupan. Bangunan rumahnya adalah bangunan permanen dan milik sendiri. bersih dan nyaman. Terdapat halaman kecil di depan rumah. 2.6.12. Riwayat Khusus Pengalaman militer (-) Urusan dengan polisi (-) 2.6.13. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis Dapat dipercaya Keadaan rumah

3. PEMERIKSAAN FISIK 3.1. Status Praesens 3.1.1. Status Internus Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013 Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan Berat Badan Tinggi Badan Tanda Vital

: tidak ditemukan kelainan. : tidak dilakukan pengukuran : tidak dilakukan pengukuran

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg. - Nadi - Respirasi - Suhu Kepala Leher : : 78x/menit. : 20 x/menit. : afebris

Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-) : Inspeksi JVP : leher tampak bersih. : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax - Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler - Sistem Respirasi Abdomen Sistem Gastrointestinal Sistem Urogenital Ekstremitas - Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan (-) Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan, keringat (-) Kelainan Khusus: (-) Kesan Status Internus 3.1.2. Status Neurologis Kepala dan Leher Tanda Meningeal Nervi Kranialis Kekuatan Motorik Sensibilitas Refleks Fisiologis Refleks Patologis : Dalam batas normal : (-) : tidak dilakukan. : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : bising usus (+), NT (-) : tidak dilakukan pemeriksaan : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal. : tidak dilakukan : Hoffman-Trommner (-)

Gerakan Abnormal

: (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-) Kesan Status Neurologis normal. 3.2. Status Psikiatri Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013 3.2.1. Kesan Umum Tampak sedih, malu-malu jika bercerita : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

No 1

Status Psikiatri Kesadaran

Hasil Kuantitatif : GCS = E4V5M6 Kualitatif : Compos mentis Orang : Baik Waktu : Tempat : Baik Baik

Keterangan OS sadar penuh tanpa rangsang apapun dapat diajak berkomunikasi dengan baik. OS dapat mengenal orang dengan baik OS dapat membedakan waktu dan kejadiankejadian penting dalam hidupnya OS mengetahui dimana sekarang ia berada, dimana tempat tinggal anak keduanya, dimana cucu keduanya berada. OS dapat membedakan suasana saat di rumahnya atau saat bekerja di pasar Kooperatif : Dapat diajak bicara dengan baik Pasien terlihat rapi dan bersih OS terlihat sedih dan murung saat bercerita mengenai masalahnya. Os menunjukkan ekspresi sesuai Apa yang diucapkan pasien sesuai dengan kenyataan Tidak terdapat waham OS menjawab dan bercerita jika ditanya tentang riwayat dan masalahnya OS dapat dipahami bicaranya

Orientasi

Situasi : 3 4 5 6 Sikap/Tingkah laku Penampilan/rawat diri Mood Afek Kooperatif Cukup Disforik Appropriate

Baik

a. Bentuk pikiran : realistik b. Isi Pikir: c. Progresi pikir 7 Pikiran Kualitatif : relevan dan koheren Kuantitatif: berbicara cukup

8 9 10

Hubungan Jiwa Perhatian Persepsi

Baik Mudah ditarik mudah dicantum Halusinasi : - Halusinasi auditorik (-) - Halusinasi visual (-) Derajat 5

Mudah dibina hubunganya dengan pemeriksa OS mau menjawab bila ditanya dan mudah dalam memfokuskan diri pada pemeriksa OS tidak memiliki halusinasi auditorik maupun halusinasi visual OS menyadari bahwa dirinya sakit dan faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.

11

Insight

3.2.2. Mood dan Interest Depresi ada Kecemasan o Merasa cemas dan khawatir akan masa depannya Iritabilitas/Sensitivitas o Tidak mudah tersinggung 3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan Tidak ada

3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan - Tidak ada.

3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis 3.3.1. Kepribadian Tidak dinilai 3.3.2. IQ Tidak dilakukan tes. 3.3.3. Lain-Lain Tidak ada. 3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis Tidak dilakukan pemeriksaan

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA 4.1. Tanda-Tanda (Sign) a. Penampilan Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak tampak seperti orang sakit. b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa. c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas) Kualitas : koheren, relevan Kuantitas : bicara cukup

4.2. Gejala (Simtom) a. b. Afek depresi Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan sehingga mudah lelah c. d. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Pesimistis

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom) Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan dapat bercerita tentang dirinya, berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan pasien: a. Perasaan depresi, berkurangnya energi yaang menuju meningkatnya keadaan sehingga pasien mudah lelah dan mengantuk. b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, Rasa bersalah dan tak berguna, membuat terkadang jadi pesimis. c. Riwayat pasien dengan episode manik sebelumnya yang ditandai dengan adanya rasa percaya diri berlebihan, berkurangnya kebutuhan tidur dan peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita gangguan Afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING Episode depresi ringan (F32) Skizoafektif tipe depresif (F25.1)

6. PEMBAHASAN Ganguan afektif bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasan perasaan (mood) serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lenbih sama dibandingkan dengan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasen yang menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dan karena pasien pasien tersebut menyerupai (dalam riwatat keluarga, kepribadian pre morbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga episode depresi sekali-kali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar (F31.8) Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2minggu sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama (ratarata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang usia lanjut usia. Kedua macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis. Episode pertama bisa timbul pasa setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.Frekuensi episode dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi cenderung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi lebih sering dan lebih lama berlangsung setelah usia pertengahan. Sekali pun konsep psikosis manik depresif semula meliputi juga pasien-pasien yang menderita hanya depresi, sekarang istila gangguan atau psikosis manik-depresif digunakan terutama sebagai sinonim untuk gangguan bipolar.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Untuk menegakkan diagnosa gangguan afektid bipolar, episode kini depresis ringan atau sedang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi rngan (F32.0) atau pun sedang (f32.1). Pedoman diagnosis depresi adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim, 2001). Sebagaimana tersebut berikut ini :

1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat 1) Afek depresi 2) Kehilangan minat dan kegembiraan 3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2. Gejala penyerta lainnya: 1) Konsentrasi dan perhatian berkurang 2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna 4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis 5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri 6) Tidur terganggu 7) Nafsu makan berkurang Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas (2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya (3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu (4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang (1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama (2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya (3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu (4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga. Kemudian setelah dipenuhinya kriteria episode depresi harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran dimasa lalu.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG 7.1. Pemeriksaan Psikologi Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
o o o

Psikoterapi individual Terapi suportif Sosial skill training Terapi okupasi

7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan) Tidak perlu dilakukan karena pada pasien ini tidak terdapat gejala-gejala patologik pada organ.

8. DIAGNOSIS Aksis I Aksis II : Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang (F31.3) : tidak terdapat gambaran gangguan kepribadian

Aksis III : tidak terdapat gangguan organik Aksis IV : occupational problem Aksis V : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa.

9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN Farmakoterapi Antidepresan Golongan SSRIs (Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors)

Depresi terjadi karena rendahnya seroronin di pasea sinap. Secara umum bekerja pada sistem neurotransmiter serotonin dengan cara meningkatkan jumlah serotonin di pasea sinap. Golongan SSRI bekerja dengan hambatan bersifat selektif hanya terhadap neurottransmitter serotonin (5HT2) sehingga dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan dibandingkan dengan golongan trisiklik dan tetrasiklik. Oleh karena itu dapat dianjurkan penggunaannya untuk semua pasien dari semua golongan usia dan untuk

berbagai macam tipe-tipe depresi. Namun pada pasien ini lebih baik diberikan golongan trisiklik karena pasien mengalami sulit tidur, dan pasien berusia relative muda dan tidak memiliki penyakit berat sehingga efek samping yang ditakutkan pada golongan trisiklik dapat dikesampingkan pada pasien ini Amitriptilin

Antipsikotik Pilihan terapi yang pertama adalah APG II (SDA = Serotonin dopamin Antagonis) Risperidone merupakan turunan benzioxazole, risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadapa reseptor serotonergi 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor alpha1-adrenergik. Pemilihan antipsikotik ini yang memiliki titik tangakp pada keempat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping ekstrapiramidal sindrom dan sangat efektif mengusir gejala negatif. Persidal (risperidone) 2mg 2x rab

Anti parkinsonism Pada kasus ini diberikan juga anti parkinsonism karena diberikannya anti psikotik. Trihexyphenidyl 2 mg 2x tab

Psikoterapi o Ventilasi o Konselling o Sosioterapi

memberikan

kesempatan

kepada

pasien

untuk

mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega. : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai

realitas, penerimaan terhadap pekerjaannya saat ini. : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang

sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.

10. PROGNOSIS Indikator 1. Faktor kepribadian FAKTOR PREMORBID 2. Faktor genetik 3. Pola asuh 4. Faktor organik 5. Dukungan keluarga 6. Sosioekonomi 7. Faktor pencetus 8. status perkawinan 9. Kegiatan spiritual 10. Perjalanan penyakit 11. Jenis penyakit 12. Respon terhadap terapi FAKTOR MORBID 13. Riwayat disiplin minum obat 14. Riwayat disiplin kontrol 15. Riwayat gejala 16. Beraktivitas Baik Baik peningkatan Baik Tidak Baik Baik Pada Pasien ramah Tidak ada Kurang terbuka tidak ada Ada cukup Tidak diketahui Tidak menikah Kurang Kronik Depresi Baik Baik Prognosis Baik Baik Buruk Baik Baik Baik Buruk Buruk Buruk baik Buruk Baik Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

11. RENCANA FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan. Pastikan pasien mendapat psikoterapi.

DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI. Buku ajar psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2010. Maramis W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga university press 2005

You might also like