You are on page 1of 73

Body Electrical T/Shooting

Body Electrical
Troubleshooting

1 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

KATA PENGANTAR

Buku modul training ini disiapkan untuk Teknisi Jaringan Hyundai agar
mereka dapat mengenal body electrical. Sudah menjadi komitmen kami
untuk selalu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan personel service
Hyundai agar dapat melakukan diagnosa dengat tepat dan melakukan
perbaikan dengan cepat agar konsumen Hyundai puas.

© copyright by Hyundai Motor Company


All right reserved.
Chonan Technical Service Training Center
http://training.hmc.co.kr
daniyusuf@gmail.com

2 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

DAFTAR ISI

Bab 1. Cara membaca diagram skematik (ETM)


Introduction ...................................................................................................................5
Schematic Diagram .....................................................................................................5
Component Location Indexes .......................................................................................6
Connector Configurations ...........................................................................................7
Connector View and Numbering Order .......................................................................7
Harness Layouts .........................................................................................................8
Symbols in Schematic .................................................................................................9
Wire Color Abbreviation ............................................................................................ 11
Harness Classification .............................................................................................. 11
Connector Identification ............................................................................................12
Junction Block Identification ......................................................................................12

Bab 2 Troubleshooting Method


Troubleshooting Procedures .....................................................................................13
Troubleshooting Equipment ......................................................................................13
Troubleshooting Test ...................................................................................................17

Bab 3 Charging & Starting system Troubleshooting


Charging System ......................................................................................................19
Charging System Diagnosis ......................................................................................25
Starting System .........................................................................................................35

Bab 4 Body Electrical


Service Specifications ...............................................................................................45
Lighting System ........................................................................................................47
Windshield Wiper ......................................................................................................49
Power Window and Door Mirror ................................................................................50
Multifunction Switch ..................................................................................................51
ETACSCM Connector Signal Characteristic .............................................................55
IMS (Integrated Memory System) ...............................................................................57
Rain Sensing Windshield Wiper System .....................................................................69
HID Headlamp ..........................................................................................................73
Auto Lighting System ................................................................................................75

3 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Bab 1. Cara membaca diagram schematic (Electrical Troubleshooting


Manual)

1. Pengenalan
Panduan ini terdiri dari lima bagian utama dalam melakukan troubleshooting pada problem
elektrikal.
Schematic diagrams
Component location indexes (Indek lokasi komponen)
Component locations (Lokasi komponen)
Connector configurations (konfigurasi komponen)
Harness layout

2. Schematic diagram
Titik awal dari masing-masing sistem adalah schematic diagram. Diagram ini memperlihatkan
seluruh komponen yang bekerja bersama, seperti jalur arus elektrik dari sumber power ke
ground (melalui beban elektrikal), koneksi switch setiap posisi, dan sirkuit terkait. Untuk itu kita
perlu memahami dengan baik bagaimana suatu sirkuit bekerja sebelum melakukan
troubleshooting dan diagnosis.

4 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

3. Indek lokasi komponen


ketika anda ingin menempatkan skema komponen pada kendaraan, maka gunakanlah indek
lokasi komponen, yang mengikuti setiap skema yang ada. Indek lokasi komponen adalah daftar
susunan komponen utama, connectors, grounds, diodes, dan lokasi fhisik mereka beserta
halaman dimana meraka berada.
Hampir semua komponen, connectors atau grounds, dan diodes yang terlihat pada skema
dapat ditunjukkan secara visual dengan menggunakan ilustrasi gambar lokasi komponen.

5 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Letak komponen
Letak komponen dapat memudahkan kita mencari skema komponen yang ada pada kendaraan
berdasarkan indek lokasi komponen.

4. Konfigurasi Connector
Bagian ini memperlihatkan lubang atau letak terminal yang ada di dalam multi-pin connector.
Dengan konfigurasi connector ini membantu kita dalam menempatkan titik pengecekan, dibantu
dengan warna kabel dan jumlah terminal dalam bentuk skema. Dalam gambar konfigurasi
terlihat bentuk connector yang dilepas dari harness-nya. Apabila ada lebih dari satu connector
yang dihubungkan ke suatu komponen, maka konektor-konektor tersebut ditampilkan secara
bersamaan. Kedua potongan konektornya ditampilkan besama.

6 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

5. Tambilan Connector dan urutan penomoran

5.1 Tampilan connector

Female Male Keterangan


Bukan bentuk connector
housing, namun connector
pin yang membedakan
Gambar
antara konektor female
aktual
(cewek) dan male (laki).
Untuk penomoran cewek
dan laki, lihat tabel
penomoron dibawah ini.
Ada beberapa konektor
yang mungkin
Gambar di menggunakan metode
Shop penomoran yang berbeda.
manual Untuk lebih detail mengenai
penomoran, lihat
CONFIGURASI
CONNECTOR

5.2 Urutan Penomoran

Tanda urutan penomoran Keterangan

Numbered in order from upper


Female Connector right to lower left

Numbered in order from upper left


Male Connector to lower right

7 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

6. Harness layout
Harness layout gunanya adalah untuk memperlihatkan jalur atau rute utama wiring harnesses,
deretan connectorc dan sambungan diantara harnesses utama. These layouts will make

Troubleshooting problem elektrikal menjadi lebih mudah.

8 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

7. Simbol simbol yang digunakan pada skematik


Simbol-simbol dan singkatan-singkatan yang digunakan pada buku ini digunakan juga pada
semua buku pedoman perbaikan.

7.1 Simbol-simbol yang digunakan di dalam skema

9 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

10 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

8. Singkatan untuk warna kabel


Tabel singkatan yang digunakan untuk menandai warna kabel di dalam skema sirkuit:
Simbol Warna kabel Simbol Warna kabel
B Black O Orange
Br Brown P Pink
G Green Pp Purple
Gr Gray R Red
L Blue T Tan
Lg Light green W White
LI Light blue Y Yellow

9. Pengelompokan Harness
Konektor wiring electrical dikelompokkan berdasarkan komponen wiring di dalam Harness
Layouts.
Nama Harness Lokasi Simbol

Engine harness Ruang mesin E

Main, Floor, Roof, Seat harness Ruang penumpang M

Control harness Ruang mesin C

Rear and Trunk lid (Tail gate) harness Rear dan Trunk lid R
Dibawah crash pad dan
Instrument and Air bag harness I
Floor
Door harness Door D

11 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

10. Identifikasi Connector


Simbol identifikasi suatu connector terdiri dari simbol-simbol yang mewaliki letak wiring harness
dan nomor yang terkait dengan connector. Letak connector ini dapat ditemukan pada
HARNESS LAYOUTS.
Contohnya :

CATATAN
Connector yang menghubungkan ke masing-masing wiring harness, diwakili oleh simbol
sebagai berikut.
Contohnya :

11. Identifikasi Junction block (blok persimpangan)


Simbol identifikasi junction block berisi simbol pengelompokan lokasi wiring harness sesuai
dengan lokasi wiring harness dan nomor yang berhubungan dengan connector di dalam
junction block.
Contoh :

Contoh :

V8GI009A

12 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Bab 2. Metode Troubleshooting

12. Prosedur Troubleshooting


Berikut adalah lima tahap prosedur troubleshooting yang dianjurkan untuk dilaksanakan.

12.1 Memastikan untuk mengerti komplain yang dimaksud oleh pelanggan


Hidupkan semua komponen yang dikeluhkan oleh pelanggan untuk memeriksa kebenaran
komplain pelanggan. Perhatikan gejalanya, jangan memulai membongkar atau mengetes
sampai anda benar-benar mendekati titik permasalahannya.

12.2 Lihat dan analisa skema diagramnya


Temukan gambar skema yang sesuai dengan problem yang ada. Tentukan bagaimana
seharusnya sirkuit tersebut bekerja, dengan cara mengurut jalur arus dari sumber power sistem
komponen ke ground. Apabila anda tidak memahami bagaimana kerja sirkuit tersebut, lihat
buku kerja sirkuit. Juga periksa sirkuit lainnya yang tekait dengan sirkuit yang mengalami
kerusakan. Misalkan nama sirkuit yang berbagi sama pada fuse, ground, atau switch, dapat
dilihat pada masing-masing diagramnya. Cobalah untuk mengecek sirkuit yang berbagi (sharing)
yang tidak anda periksa pada tahap ke 1. jika sirkuit yang berbagi dapat bekerja, artinya yang
wiring yang di-sharing tersebut kondisinya baik, sehingga penyebabnya dapat dipastikan dari
sirkuit yang hanya mengalami problem saja. Apabila beberapa sirkuit tidak bisa berfungsi pada
saat yang bersamaan, maka kemungkinan penyebabnya adalah dari fuse atau ground.

12.3 Periksa sircuit/ komponen yang mengalami problem


Lakukan pengetesan pada sirkuit untuk memeriksa diagnosa yang anda telah lakukan pada
langkah ke 2. Gunakan logika, prosedur sederhana merupakan kunci dalam melakukan
troubleshooting dengan cepat. Persempit kemungkinan penyebab dengan mengunakan
pencarian troubleshooting dan tabel diagnosis. Lakukan tes pertama ditempat yang paling
dicurigai. Coba lakukan pengetesan dititik yang mudah dijangkau dulu.

12.4 Perbaiki kerusakan


Setelah problem ditemukan, lakukan perbaikan seperlunya.

12.5 Pastikan sirkuit dapat bekerja


Ulangi pengecekan untuk memastikan bahwa kerusakan sudah ditangani dengan tuntas. Jika
problemnya karena fuse terbakar, pastikan untuk mengetes seluruh sirkuit yang terkait fuse
tersebut.

13. Perlengkapan Troubleshooting


13.1 Voltmeter dan test lamp
Gunakan test lamp atau voltmeter untuk mengetes sircuits tanpa unit solid-state dan gunakan
test lamp untuk memeriksa tegangan. Test lamp dibuat dari bohlam 12-volt dengan sepasang
jarum yang dipasang diantaranya. Setelah satu jarum di-grounding, tempelkan jarum lainnya ke
beberapa titik sepanjang sirkuit dimana terdapat tegangan. Apabila bohlamnya menyala, maka
artinya adalah pada titik tersebut ada tengangannya.

13 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PERHATIAN
Sejumlah sirkuit termasuk solid-state modules, seperti Engine Control Module (ECM),
digunakan bersama dengan perintah pengaturan injeksi oleh komputer. Tegangan pada sirkuit
ini hanya boleh dites dengan ukuran 10-megaohm atau penghambat digital voltmeter yang lebih
tinggi lagi. Jangan pernah mengunakan test lamp pada sirkuit yang berisi solid-state modules,
karena dapat merusak module.

Voltmeter bisa digunakan sebagai pengganti test lamp. Bila dengan test lamp kita bisa
mengetahui apakah dititik tersebut ada tegangannya atau tidak, maka dengan menggunakan
voltmeter yang telihat adalah besarnya tegangan yang ada pada titik tersebut.

13.2 Test lamp yang mempunyai power sendiri dan ohmmeter


Gunakan test lamp yang mempunyai power sendiri atau ohmmeter untuk memeriksa
kontinuitas. Test lamp yang mempunyai power sendiri terbuat dari satu bulb, battery dan dua
lead. Bohlamnya akan menyala apbila kedua lead saling ditempelkan. Sebelum melakukan
pemeriksaan, pertama lepas kabel ground battery atau melepas fuse, yang memberikan arus
ke titik yang akan kita periksa.

PERHATIAN
Jangan sekali-kali menggunakan self-powered test lamp pada sirkuit yang berisi module
solid-state. Karena bisa merusak module. Sebagai penggantinya bisa menggunakan
ohmmeter. Dengan ohmmeter kita bisa mengatahui berapa besar tahanan diantara dua titik.
Bila tahanannya sedikit berarti kontinuitasnya baik.

Circuits, which include any solid-state devices, should be tested only with a 10-megaohm or
higher impedance digital multimeter. When measuring resistance with a digital multimeter, the
battery negative terminal should be disconnected. Otherwise, there may incorrect readings.
Diodes and solid-state devices in a be circuit can make an ohmmeter give a false reading. To
find out if a component is affecting a measurement, take one reading, reverse the leads and
take a second reading. If different the solid-state device is affecting the measurement.

14 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

13.3 Kabel Jumper dengan Fuse

Gunakan kabel jumper dengan fuse untuk mem-by-pass sirkuit yang putus. Kabel jumper
dibuat dari sepasang test lead yang ditengahnya dipasang sikering (fuse). Alat ini dilengkapi
dengan clamp kecil yang bisa dipasang dihampir semua connector tanpa harus merubah
atau merusaknya.

PERHATIAN
Untuk melindungi sirkuit yang akan dites, maka jangan menggunakan fuse dengan rating yang
lebih tinggi dari spesifikasi fuse-nya. Jangan menggunakan alat ini sebagai pengganti input atau
output pada solid-state control module, seperti ECM, TCM, dsb.

13.4 Short finder


Short finder fungsinya adalah untuk mencari short ke ground. Short finder dapat membuat
medan fulsa bermagnet pada sirkuit yang mengalami short dan memberitahukan kepada kita
letak terjadinya short melalui body trim atau lembar baja.

14. Troubleshooting test

14.1 Testing tegangan


Tes ini tujuannya adalah untuk mengukur tegangan di dalam suatu sirkuit. Untuk mengetes
besarnya tegangan pada suatu connector, kiata tidak perlu lagi memisahkan kedua connector-
nya. Selalu periksa kedua sisi connector karena kotoran dan karat diantara permukaan
kontaknya dapat menyebabkan prolem pda elektrikal.
Hubungkan satu lead test lamp atau voltmeter ke ground. Jika anda menggunakan voltmeter,
pastikan bahwa test lead negative yang
ada pada voltmeter dihubungkan ke ground.
Hubungkan lead satunya lagi yang terdapat
apda test lamp atau voltmeter ke titik yang
akan dites (connector atau terminal).
Apabila test lamp menyala, maka disitu ada
tegangannya. Jika anda menggunakan
voltmeter, catat berapa tegangannya.
Apakah sudah mendekati atau melebihi
spesifikasinya.

15 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

14.2 Mengetes Kontinuitas

1) Lepas terminal negatif battery


2) Hubungkan satu lead yang ada pada self-powered test lamp atau ohmmeter ke salah satu ujung
sirkuit yang hendak anda tes. Jika anda menggunakan ohmmeter, tahan lead kemudian setel
ohmmeter ke titik nol ohm.
3) Hubungkan lead satunya lagi ke ujung lainnya.
4) Jika self-power test lamp menyala, berarti ada kontinuitas. Jika anda menggunakan
ohmmeter, bila tahanannya rendah atau nol artinya kontinuitasnya baik.

14.3 Mengetes short ke ground

1) Lepas terminal negatif battery.


2) Hubungkan satu lead yang ada pada self-
powered test lamp atau ohmmeter ke fuse
terminal yang mendapat beban.
3) Hubungkan lead satunya lagi ke ground.
4) Dimulai dari dekat fuse box pindahkan harness
dari satu sisi ke sisi lainnya. Lanjutkan prosedur
ini (dengan selisih jarak setiap six inches) sambil
memperhatikan self-powered test lamp atau
ohmmeter.
5) Apabila self-powered test lamp menyala, atau
pada ohmmeter tercatat, berarti ada short ke
ground pada wiring dekat titik tersebut.

16 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

14.4 Testing adanya short dengan alat short finder

1) Lepas fuse yang terbakar.


2) Biarkan battery tersambung.
3) Hubungkan short finder ke terminal fuse.
4) Tutup seluruh switch yang ada pada sirkuit
(rangkaian serie) yang akan dites.
5) Hidupkan short circuit locator. Maka dia
akan mengirim sinyal arus ke bagian yang
short. Dengan cara ini medan fulsa
bermagnet akan terbentuk di sekeliling
wiring antara fuse box dan short.
6) Dimulai dari fuse box, secara pelahan
pindahkan short finder ke sepanjang circuit
wiring.
7) Alat ukurnya akan menampilkan pulsa arus
melalui lembar baja dan body trim. Selama
meterannya berada diantara fuse dan short,
jarumnya akan bergerak seiring dengan
pulsa arus.
8) Sekali meterannya bergerak melewati titik
yang mengalami short, maka jarumnya
akan berhenti begerak.
9) Periksa area sekitar tersebut untuk mencari
penyebab terjadinya short circuit.

17 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Bab 3. Charging & Starting System T/Shooting

15. Charging system (Sistem pengisian)


Charging system fungsinya adalah memberikan tenaga ke sistem kelistrikan yang ada pada
kendaraan, dan memberikan arus pengisian ke battery memamfaatkan putaran mesin.
Ada empat komponen utama pada sistem charging system ini yaitu :
1) Alternator (menghasilkan listrik.)
2) Rectifier (merubah arus AC ke DC.)
3) Regulator (mengatur besar listrik.)
4) Battery (menyimpan muatan listrik.)

Alternator merubah energi putar (mekanis) dari mesin ke dalam bentuk energi listrik melalui
drive belt yang dipasang ke crankshaft. Begitu mesin berputar maka belt akan memutar
alternator rotor untuk menghasilkan listrik. Regulator fungsinya adalah untuk memastikan
bahwa alternator akan mengeluarkan tegangan ouput yang besarnya tetap dan mengontrol
lampu peringatan indikator pengisian. Rectifier fungsinya adalah merubah tegangan ouput AC
dari alternators ke dalam bentuk arus DC yang digunakan oleh kendaraan. Sedangkan battery
mempunyai tiga peranan. Pertama, memberikan power untuk menjalankan starter motor agar
mesin bisa dihidupkan. Kedua, sebagai sumber tegangan arus listrik yang digunakan oleh
sistem kelistrikan kendaraan. Dan terakhir, untuk menyimpan tenaga listrik yang dihasilkan oleh
alternator.

15.1 Alternator
Alternator digerakkan oleh belt dan merupakan jenis peralatan electromagnetic. Kendaraan
yang dibuat sekarang ini terdiri dari banyak sirkuit yang memakan beban cukup tinggi pada
sistem kelistrikan. Dikarenakan banyak kendaraan yang sebentar jalan sebentar berhenti

18 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

dilingkungan perkotaan, hal ini cukup sulit untuk menjaga agar battery dalam keadaan penuh
setrumnya. Oleh karena itulah, alternator harus bisa bekerja dengan di semua putaran mesin.
Beberapa hal yang harus dipenuhi oleh alternator:
1) Mensuplai arus langsung (DC) ke semua beban yang ada.
2) Memberikan power untuk pengisian ke battery dan menjaga agar arus di dalam battery
tetap terisi, walaupun ada beban listrik yang dinyalakan.
3) Menjaga agar tegangan output sebisa mungkin tetap konstan meskipun putaran mesinnya
dan beban listriknya berubah-ubah.
4) Konstruksinya kuat tahan terhadap guncangan, panas, temperatur yang berubah-rubah,
kotor, lembab, dsb.
5) Ringan dan kompak.
6) Tahan lama.

19 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Alternator membuat listrik secara mekanikal melalui energi mesin mengikuiti teori
elektromagnetik dimana medan magnet yang
berputar disekeliling kabel-kabel, maka akan
menghasilkan tegangan. Kabel-kabel tersebut
dapat dibergerak melalui magnetic field yang
diam, atau magnetic field dapat digerakkan ke
kabel-kabel yang diam. Jika gulungan kabelnya
adalah sirkuit tertutup, maka arus akan mengalir.
Jika kabelnya melintasi magnetic field dengan
arah terbalik, maka arus akan mengalir di dalam kabel tersebut dengan arah terbalik.

Besarnya arus yang dihasilkan di dalam kabel tergantung dari:


1) Kekuatan medan magnet.
2) Perbedaan kecepatan antara kabel dan medan magnet.

Pada saat kabel bergerak ke medan magnet, garis gaya dibiaskan atau dibengkokkan ke
sekitar sisi leading. Seperti yang terlihat pada gambar diatas dimana anak panah disekeliling
kabel menunjukkan arah medan megnet bergerak mengelilingi kabel. Reaksi ini dapat
membangkikan elektron di dalam kabel tersebut, sehingga bisa mengalir.

Rotor terbuat dari dua potongan besi. Diantara kedua potongan besi tersebut terdapat gulungan
kabel. ketika arus mengalir melalui rotor dan gulungan kabel, maka akan menjadikan
electromagnet menjadi kuat. Satu Fingers untuk kutup utara (N) dan satu fingers lainnya untuk
kutub selatan (S). Begitu kedua fingers berinteraksi, maka akan membentuk kutub alternatif N-
S-N-S.

Rotor dipasangkan ke sebuah pulley yang digerakkan oleh drive belt dari pulley crankshaft.
Rotor pulley lebih kecil dibandingkan dengan crankshaft pulley, dan oleh karena itulah rotor turn
berputar lebih cepat dari putaran mesin. Kecepatan rotor biasanya tidak melebihi 10,000 rpm.

Kabel utama ke dan dari gulungan field coil dihubungkan ke carbon brushes rubbing
berhadapan dengan copper slip rings yang ujung rotor shaft. Untuk memberikan jalur ke arus
yang membangkitkan elektromagnet, maka dipasang satu brush yang sudah terisolasi pada
satu slip ring, dan satu brush lainnya di slip ring lainnya.
Electromagnet (rotor) di dalamnya dipasang 3 set gulungan tetap yang disebut dengan stator.
Begitu stator berputar, maka arus akan dibiaskan. Arus ini adalah merupakan output alternator
dan dikirimkan ke sisa sistem elektrikal yang ada pada kendaraan.

20 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Stator coil

15.2 Rectifier
Dikarenakan adanya polaritas pada interlaced pole pieces (N-S-N-S), maka arus yang
dihasilkan adalah merupakan arus alternatif atau AC . arus ini tidak bisa langsung bisa dipakai
oleh sistem kelistrikan mobil dan harus dirubah ke arus langsung atau DC. Dan yang
mellakukan perubahan arus ini adalah dioda-dioda yang dipasang di dalam rectifier.

Dioda adalah suatu semiconductors yang dapat menghantarkan arus hanya untuk satu arah,
sama seperti one-way check valve. Masing-masing satu set gulungan stator memerlukan 2
dioda, satu untuk negative, dan satunya lagi untuk positive.

Dioda tidak hanya merubah suatu arus menjadi sesuatu yang dapat dipakai oles kendaraan,
namun dia juga dapat menjaga agar setrum battery tidak keluar ketika mesin dimatikan dengan
cara menghentikan aliran arus dari battery ke ground.

15.3 I.C Regulator


Belt yang dihubungkan ke crankshaft dipakai untuk menggerakkan alternator rotor. Artinya
bahwa kecepatan alternator berubah-rubah mengikuti kecepatan mesin. Hal ini dapat
menimbulkan problem karena semakin cepat putaran mesin, maka akan semakin besar
tegangan yang dihasilkan oleh alternator. Sehingga akibatnya tegangan output-nya tidak stabil.
Pada putaran idle, ketika rotor berputar pelan, alternator dapat menjaga kebutuhan sistem

21 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

elekstrikal yang ada. Pada kecepatan yang lebih tinggi, alternator dapat menghasilkan
tegangan dan arus yang lebih besar dari kebutuhan. Sehingga untuk melindungi sistem
elektrikal ini, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengurangi output, yang disebut dengan
voltage regulator.

Dengan cara mengetahui output tegangan dari alternator, voltage regulator dapat
menyesuaikan arus (arus yang dibangkitkan) ke gulungan kebel, yang mengatur kekuatan
medan magnet yang ada pada rotor. Jika tegangan output-nya terlalu tinggi, maka regulator
akan mengurangi kekuatan medan magnetnya. Sebaliknya apabila tegangan output-nya terlalu
rendah, regulator akan menaikkan kekuatan magnetnya.
IC regulator
Voltage regulator model lama menggunakan kontak poin yang
dijalankan oleh electromagnetic coil. Sekaran ini sejak
dipakainya komponen elektrik dan mekanis maka voltage
regulator tersebut disebut dengan Electro-mechanical voltage
regulator.

Brush spring

Brush

<Cara kerja IC regulator>


Ketika kunci kontak diputar ke posisi ON, arus dasar mengalir dari battery ke power transistor
(Tr1), lalu menghidupkannya. Arus kemudian mengalir ke field coil menyalakan charge lamp
(lampu charging).

22 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Ketika mesin dihidupkan dan alternator mulai


menghasilkan listrik, arus dasar disupkai oleh
alternator itu sendiri. Arus field muncul dari
diode trio, untuk membangkitkan field coil.
Tegangan output pada terminal B dan L
besarnya sama, sehingga mematikan lampu
peringatan charging.

Pada saat tegangan alternator naik,


Zener diode ZD akan dihidupkan
kemudian mensuplai arus dasar ke
transistor Tr2, untuk menghidupkannya.
Hal ini menyebabkan arus dasar pada
power transistor akan short ke ground
melalui Tr1. Power transistor akan mati
dan arus berhenti mengalir, sehingga
output tegangan alternator akan turun.
Ketika tegangan output turun, Zener diode ZD akan mati, power transistor hidup, dan tegangan
akan naik karena arus field disuplai kembali. IC regulator secara terus-menerus akan
melakukan fungsi kerja ini untuk mengatur tegangan yang dihasilkan oleh alternator.

15.4 Charge Warning Lamp


Lampu peringatan pengisian (charge-warning lamp) digunakan untuk memperingatkan ke pada
pengemudi mengenai status sistem pengisian. Tegangan dikirim ke lampu ketika kunci kontak
diputar ke posisi ON. Lampu tersebut diground pada terminal terminal “L” alternator.

Dengan mesin tidak dalam keadaan berputar dan kunci kontak diputar di posisi ON, tegangan
battery akan dikirim ke lampu, dan tegangan pada terminal “L” dalam keadaan rendah (sekitar
2.3 volt atau kurang) maka ada arus yang mengalir ke sirkuit untuk menghidupkan lampu.

Ketiak mesin hidup dan alternator mengisi dengan benar, maka tegangan pada terminal L akan
naik sama atau sedikit diatas tegangan. Dalam kondisi ini, arus tidak lagi mengalir di dalam
sirkuit sehingga lampu peringatan charging akan mati.

23 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

15.5 Cara kerja Alternator


Ketika kunci kontak diputar ON, maka battery akan dihubungkan ke terminal field melalui
charge warning lamp dan voltage regulator. Pada saat mesin dihidupkan, maka alternator rotor
akan berputar. Begitu rotor pole berputar memotong medan magnet melalui stator winding,
maka akan menghasilkan arus alternatif. Dioda menyelaraskan arus alternatif ke dalam arus
langsung DC. Output alternator meninggalkan terminal positive (B+) dan bergerak ke battery.
Return circuit akan diselesaikan melalui engine block dan vehicle frame. Kemudian proses
pengisian battery dimulai, dan lampu pengisian akan mati.

1) Putar kunci kontak ke posisi ON.

Battery

Ignition switch Charge lamp ON

Alternator Alternator
(R terminal) (L terminal)

Ground

2) Start the engine.

Alternator
(B terminal)

Ignition switch Battery

Alternator
Ground
(R terminal)

Ground Ground

24 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

16. Diagnosa charging system


Sebelum memulai troubleshoot pada sistem pengisisan, perhatikan ketiga poin dibawah ini:
1) Jangan sampai hubungan ke alternator atau komponen lain terbalik.
2) Jangan sampai ada sambungan yang mengalami short circuit atau ground pada sistem
pengisian.
3) Jangn menjalankan alternator tanpa ada beban (connector tidak ditempatnya)

Kebanyakan problem yang ada pada charging system kategorinya adalah sebagai berikut:
No charge.
Low charge.
Overcharge.

Jika lampu peringatan charging tetap menyala ketika mesin dalam keadaan berputar, maka
alternator tidak mengisi sama sekali. Dan arus masin mengalir melalui warning lamp ke
regulator. Periksalah drive belt sebelum anda mulai melakukan troubleshooting elektrikal;
karena bisa saja drive belt kendur atau kurang pas. Jika bagus, langkah berikutnya adalah
memeriksa sambungan. Jika bagus, maka lakukan troubleshooting elektrikal.
Jika lampu peringatan pengisian menyalanya redup, artinya alternator bisa mengisi namun
kurang cukup. Hal ini bisa disebabkan oleh belt yang kendur. Namun jika kondisi belt tidak
kendur, maka selanjutnya bisa dilakukan troubleshooting.

Bohlam atau fuse sering putus, atau air aki battery sering berkurang dapat diindikasikan
alternator mengalami overcharging. Maka perlu dilakukan troubleshooting.

Sekali kita memutuskan bahwa sistem pengisian mengalami kerusakan, maka langkah berikut
ini akan membantu anda dalam mengenali dan memperbaiki kerusakan tersebut.

16.1 Step 1 – Mengetes battery


Pastikan bahwa battery bisa mengambil dan menahan pengisian dari alternator.
a. Lakukan pengecekan secara visual.
Perhatikan apakah ada kerusakan pada case atau cover.
Perhatikan apakah ada kebocoran air aki (electrolyte).
Periksa apakah ada terminal yang kendur atau berkarat.
b. Periksa indikator hydrometer battery.
c. Ukurlah berat jenis battery.

16.2 Step 2 – Membersihkan sambungan


Pastikan bahwa semua sambungan yang ada pada sistem charging system dalam keadaan

25 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

baik. Apabila sambungannya kendur, rusak atau berkarat, maka akibatnya adalah tegangannya
akan turun dikarenakan tahanannya tinggi. Sehingga komponen dalam sistem tidak bisa
bekerja sebagaimana semestinya. Prosedur pengetesan ini bisa membantu anda dalam
menentukan kondisi battery.
Catatan:
Lepas kabel battery positive (+) dan negative (-) kemudian bersihkan seluruh kabel dan
terminal battery. Pasang kembali sebelum dites.
Kunci kontak harus ditempatkan di posisi OFF untuk mencegah agar komputer kendaraan
tidak rusak ketika battery dipasang atau dilepas.

16.2.1 Battery Test (Surface Discharge)


Tes ini dilakukan untuk mengecek apakah ada arus yang keluar dari battery case.

Hasil Ukuran Pengsian Battery


12.6 V 100%
12.4 V 75%
12.2 V 50%
12.0 V 25%

a. Pada alat multi-meter pilihlah voltage.


b. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal negative (-) battery.
c. Tempelkan lead meter positive (+) ke terminal positive (+) battery: jangan sampai tangan
anda menyentuh terminalnya.
Bila hasil pengukuran menunjukkan lebih dari 0.5 volt, berarti surface discharge berlebihan,
penyebabnya kemungkinan adalah kotoran, lembab dan karat. Bersihkan battery dengan
larutan baking soda dan air. Jangan sampai larutannya masuk ke dalam battery.

16.2.2 Static Battery Test (No Load)


Tes ini adalah untuk mengecek rata-rata pengisian battery.
a. Hidupkan lampu headlamp selama kurang lebih 15 detik untuk membuang sebagian setrum
battery.
b. Lepas terminal battery negative (-).
c. Pada alat multi-meter pilihlah voltage.
d. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery positive (+).
e. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal battery negative (-).
Bila hasil pengetesan kurang dari 12.4 Volt, artinya battery kurang charge.

No Load Test

26 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

16.2.3 Battery Test (Parasitic Load)


Tes ini gunanya adalah untuk mengecek adanya parasit pada battery.
a. Lepas kabel terminal battery negative (-).
b. Pastikan kunci kontak dalam keadaan OFF.
c. Setel multi-meter ke posisi Amps. Setel ke posisi tertinggi bila memungkinkan,anda bisa
menurunkannya sedikit demi sedikit bilamana perlu.
d. Hubungkan kabel lead meter ke terminal meter yang benar.
e. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery negative (-).
f. Hubungkan lead meter negative (-) ke kabel battery negative (-) yang sudah dilepas.
Parasitic draw harus tidak lebih dari 100mA.
Apabila parasitnya terlalu berlebihan, lepaskan circuit fuse sampai parasitnya yang berlebihan
dapat ditemukan.

16.2.4 Battery Test (Load).


Tes ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas kemampuan battery apakah tegangannya cukup
untuk men-start mesin.
a. Pada alat multi-meter pilihlah Voltage.
b. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery positive (+).
c. Hubungkan lead meter negative (-)ke terminal battery negative (-).
Jika alat meter anda bisa disetel ke angka yang paling rendah, maka setel posisi ke yang
paling rendah bila tidak perhatikan dengan seksama.
d. Matikan pengapian : putar mesik selama kurang lebih 15 detik.
Bila hasil tes kurang dari 9.6 volt pada suhu 21oC (70oF) menandakan bahwa battery lemah.

16.2.5 Tabel Tes beban tegangan

Meter Reading Ambient Temp.


10.0 V 33EC / 90EF
9.8 V 37EC / 80EF
9.6 V 21EC / 70EF
9.4 V 16EC / 60EF
9.2 V 10EC / 50EF
9.0 V 4EC / 40EF
8.8 V -1EC / 30EF
8.6 V -7EC / 20EF

27 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

16.3 Step 3 – Mengetes Charging System


Sebelum mengetes alternator, disarankan untuk mengetes ground mesin dan chassis dengan
menggunakan voltage drop test (uji penurunan tegangan).

16.3.1 Negative (-) Engine Ground


Untuk mencapai hasil terbaik, tes ini sebaiknya dilakukan pada saat mesin telah melewati tapah
pamanasan.
a. Pada alat multi-meter pilihlah tegangan.
b. Tempelkan lead meter negative (-) ke terminal negative (-) battery dan lead meter positive
(+) meter ke terminal positive (+). Catat hasil pengukurannya, karena akan dibandingkan
dengan hasil pengetesan tegangan.
c. Hubungkan lead meter positive (+) ke engine block yang sudah dibersihkan permukaannya.
d. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal battery negative (-).
e. Matikan pengapiannya; putar mesin kurang lebih selama 2 ~ 3 detik.
Bandingkan hasilnya dengan yang tadi. Jika tegangannya turun sampai lebih dari 0.5 Volt,
artinya adalah ground-nya lemah. Bersihkan dan periksa sambungan dan ground kabel battery,
kemudian coba lakukan tes kembali.

16.3.2 Negative (-) Chassis Ground


Untuk mencapai hasil terbaik, tes ini sebaiknya dilakukan pada saat mesin telah melewati tapah
pamanasan.
a. Pada alat multi-meter pilih tegangan.
b. Buat base voltage (tegangan dasar) sebagai pembanding.
c. Hubungkan lead meter positive (+) ke fender atau chassis yang permukaanya bersih.
d. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal battery negative (-).
e. Hidupkan seluruh aksesori (high beams, A/C fan - high, rear window defogger, dst.)
f. Matikan pengapian; Start (putar) mesin selama kurang lebih 2 ~ 3 detik.
Bandingkan hasil tes ini dengan tegangan dasar yang telah kita buat. Apabila tegangan turun
sampai lebih dari 0.5 Volt, artinya adalah ground circuit . bersihkan dan periksa sambungan
kabel battery dan ground, kemudian lakukan tes ulang.

16.3.3. Alternator Output (pada battery)


Tes ini dilakukan untuk mengetahui output alternator pada battery.
a. Pada alat multi-meter pilihlah tegangan.
b. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery positive (+).
c. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal battery negative (-).
d. Pastikan semua accessories dalam keadaan OFF.
e. Hidupkan mesin dan tahan diputaran 1500 RPM.

28 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Hasil yang dapat diterima adalah antara 13.1 ~ 15.5 Volt. Bila kurang dari angka tersebut,
periksa :
Drive belt dari kemungkinan kendur, retak atau meleset.
Konektor atau kabel dari kemungkinan kendur atau rusak
Alternator rusak . (Lihat tes berikutnya , “Test Alternator.”)

16.4 Step 4 - Test Alternator


Jika segala sesuatunya sudah diperiksa, maka tes berikut bisa dilakukan untuk mencari
penyebab kerusakan.

16.4.1 Alternator Voltage Output (+), Loaded)


Tes ini gunanya adalah untuk mengecek tegangan output yang keluar dari alternator.
a. Pada alat multi-meter pilih tegangan.
b. Hubungkan lead meter positive (+) ke output battery (B+) yang terdapat pada bagian
belakang alternator
c. Hubungkan lead meter negative (-) meter ke terminal battery negative (-).
d. Hidupkan mesin dan tahan pada putaran 1500 RPM.
Standar tegangan yang dapat diterima adalah 13.1 ~ 15.5 Volt.

16.4.2 Alternator Output Current (Amperage)


Tes gunanya adalah untuk mengecek besar pegisian pada alternator.
Catatan:
Untuk melakukan tes ini, alat multi-meter yang digunakan harus bisa untuk mengukur arus
diatas 120 Amps. Karena jika tidak, maka alat multi-tester bisa rusak.
a. Lepas kabel terminal negative (-).
b. Lepas kabel output alternator battery (B+) yang ada di belakang alternator.
c. Pada alat multi-meter pilihlah Amps.
d. Hubungkan lead meter positive (+) ke output battery (B+) yang terdapat dibelakang
alternator.
e. Hubungkan lead meter negative (-) ke kabel output yang sebelumnya telah dilepas.
f. Hubungkan kembali terminal battery negative (-). Pastikan bahwa sambungannya sudah
cukup kuat, karena arus yang mengalir melalui terminal ini cukup tinggi.
g. Hidupkan mesin kemudian nyalakan lampu headlight.
h. Hidupkan lampu highbeam dan blower fan ke posisi high, kemudian naikkan putaran mesin
sekitar 2500 RPM. Lihat berapat maksimal arus output yang keluar pada alat multi-tester.

Catatan:
Begitu mesin dihidupkan, arus akan turun dengan cepat. Tes ini harus dilakukan dalam waktu

29 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

yang cepat agar nilai yang didapat maksimal. Besarnya rata-rata amper pada alternator di
dalam kendaraan dapat dilihat pada tulisan yang terdapat di pelat alternator housing. Ada
beberapa multi-meter yang dapat disetel khusu untuk arus tinggi. Jika anda menggunakan alat
jenis ini, sebelum menggunakannya, lihat dulu instruksi yang ada pada buku pedomannya agar
tidak salah pakai.

16.4.3 No Charge (tidak bisa mengisi) / Charge Warning Lamp OFF (lampu peringatan
pengisian mati)
Putar kunci kontak ke posisi ON, dan jangan men-start mesin. Lampu peringatan charging
harus menyala.
a. Jika tidak menyala, lepas connector yang ada pada alternator kemudian gunakan fuse
jumper ke ground lead terminal “L” .
b. Jika lampu dapat menyala, berarti alternator mengalami kerusakan.
c. Jika lampu tidak menyala, periksa apakah fuse putus, bohlam warning lamp putus, atau ada
sirkuit yang terputus antara terminal “L” dan kunci kontak.

16.4.4 No Charge / Charge Warning Lamp ON


Apabila lampu peringatan menyala ketika mesin hidup, coba lepas connector yang ada pada
alternator.
a. Jika lampu peringatan tidak segera mati, artinya adalah alternator rusak.
b. Jika warning lamp tetap on, periksalah apakah ada yang short ke ground antara terminal “L”
dan lampu.

16.4.5 Overcharged (kelebihan pengisian)


Jika battery mengalami overcharged, coba lepas connector pada alternator
a. Putar kunci kontak ke posisi ON, namun jangan sampai menghidupkan mesin.
b. Hubungkan voltmeter antara ground dan terminal “S” .
c. Jika tidak ada tegangan, artinya sirkuit antara terminal dan battery kemungkinan bisa kena
ground atau sirkuit atau fuse terputus.
d. Jika tegangannya diatas 16.0 volt dengan mesin dalam keadaan hidup, berarti alternator
dalam keadaan rusak.

30 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

16.5 Charging circuit


Circuit 1 untuk mesin DOHC

31 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Circuit 2 untuk mesin V6

32 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

17. Starting system


Starting system adalah suatu sistem yang berfungsi untuk memutar crankshaft sampai mesin
dapat hidup. Untuk melakukan tugas ini, start motor merubah energi listrik dari battery
menjadi energi mekanis (gerakan berputar).
Starting system terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
• Battery (mensuplai listrik)
• Starter Motor (motor DC bertenaga besar untuk memutar flywheel.)
• Solenoid Switch (electrical switch untuk mengait pinion gear.)
• Ignition Switch (menutup starting circuit.)
• Inhibitor Switch (atau Neutral Safety Switch.)

17.1 Starter Motor


Starter motor adalah merupakan motor standard DC yang dapat merubah energi listrik menjadi
energi putar mekanis. Motor ini dipasang pada transaxle housing sehingga bisa menyalurkan
energi putar ke ring gear yang ada pada flywheel. Pada saat starter motor memutar ring gear,
maka ring gear tersebut juga akan memutar crankshaft.

17.1.1 Solenoid, Ignition, dan Inhibitor Switch


Pada saat kunci kontak diputar ke posisi “start”, solenoid switch akan menggerakkan pinion
gear yang ada pada starter motor ke posisinya agar bisa kontak langsung dengan ring gear.
Dan pada saat yang bersamaan, starter motor akan menerima power dan mulai berputar.

33 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

inhibitor switch, atau neutral safety switch, bertugas untuk memastikan bahwa starter motor
hanya akan bekerja pada saat transaxle gear tidak terpaut, atau clutch pedal tidak tertekan.

17.1.2 Starter Motor


Ada dua macam starter motor yang banyak digunakan; yaitu direct drive dan planetary gear
reduction. Pada model starter direct drive, pinion gear digerakkan langsung oleh armature shaft,
oleh karena itulah kecepatan putarannya sama. Model starter ini banyak dipakai oleh
kendaraan tipe lama. Sedangkan starter model planetary gear reduction menggunakan satu set
planetary gear untuk menaikkan momen. Model starter ini ukurannya lebih kecil dan ringan
dibandingkan dengan tipe direct drive. Planetary gear set terdiri dari satu sun gear, dua atau
lebih planetary pinion gear, dan satu internal gear. Planetary gear ini dipasang pada planetary
gear holder yang berputar disekeliling sun gear. Tujuan pemakaian planetary gear pada
starter motor adalah untuk mengurangi kecepatan dan menaikkan momen dengan cara
menggerakkan sun gear dan menahan agar
internal gear tetap diam. Planetary gear
holder kemudian akan berputar lebih lambat
dengan momen yang lebih besar. Holder
kemudian akan menggerakkan pinion gear
dan overrunning clutch assembly, yang
terpaut dengan engine ring gear. Pinion
gear diputar oleh overrunning clutch (a one-
way clutch.) pada saat pinion ini kontak
dengan ring gear, one-way clutch akan berputar dengan pinion gear. Dan ketikan mesin
sudah hidup, maka ring gear akan memutar pinion gear dengan kecepatan lebih cepat dari
starter armature. Pinion bisa berputar bebas lebih cepat dikarenakan overrunning clutch

34 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

mengait pinion gear hanya ketika armature menggerakkannya. Satu set planetary gear terdiri
dari satu sun gear, dua atau lebih planetary pinion gear, dan satu internal gear. Planetary gear
ini dipasang pada planetary gear holder yang berputar disekeliling sun gear.

Pemakaian planetary gear pada starter motor tuuannya adalah untuk mengurangi kecepatan
dan menggantinya dengan menaikkan momen. Caranya adalah dengan menggerakkan sun
gear dan menahan internal gear agar tetap diam, sehingga kemudian planetary gear holder
akan berputar lebih lambat untuk menaikkan momen. Kemudian holder, akan menggerakkan
pinion gear dan overrunning clutch assembly yang terpaut dengan engine ring gear.

Pinion gear diputar oleh overrunning clutch ( one-way clutch.) Pada saat pinion kontak dengan
ring gear, maka one-way clutch akan memutar pinion gear. Ketika engine hidup, ring gear
memutar pinion gear dengan putaran lebih cepat dibandinkan dengan starter armature. Pinion
bisa berputar lebih cepat denmgan bebas dikarenakan overrunning clutch mengait pinion gear
hanya pada saat armature menggerakkannya.

17.1.3 Armature dan Field Windings


Starter motor terdiri dari coils dari lilitan kabel yang disebut dengan windings. Ada dua macam
winding yaitu armature windings dan field windings, dimana masing-masing mempunyai
karakter tersendiri dalam menghasilkan medan magnet.

Field windings dipasang pada yoke assembly sehingga polaritasnya bisa saling berlawanan
satu sama lainnya dengan kutup disebelahnya. Dengan cara ini maka masing-masing medan
bisa saling tarik dan mendorong untuk menghasilkan gerakan berputar.
Armature adalah metal berbentuk bulat yang dipasang langsung motor shaft. Bagian luarnya
dibagi menjadi beberapa segmen elektrik yang terpisah. Armature windings dipasang di dalam
segment commutator. Arus diberikan ke gulungan ini melalui brushes.

17.1.4 Commutator dan Brushes


Starter motor prinsip kerjanya sama dengan motor DC; tergantung dari daya usaha magetnya.
Di dalam starter motor terdapat satu set electromagnet yang disebut dengan field magnets,

35 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

atau field windings. Diantara gulungan magnet tersebut ada armature – yaitu satu set magnet
lainnya yang merubah polaritas ketika berputar. Commutator merubah arah arus yang mengalir
di dalam armature ketika dia berputar, sehingga bisa merubah polaritas.

Commutator terdiri dari satu seri bagian tembaga yang disusun sedemikian rupa agar tidak
menyentuh satu sama lainnya dengan shaft armature. Setiap bagian (segmen) dihubungkan ke
armature winding secara terpisah. Begitu armature berputar, metal/graphite brushes menempel
pada commutator. Brush holder berfungsi agar brushes bisa naik dan turun dengan tekanan
tetap melalui penggunaan spring.

17.1.5 Inhibitor Switch


Inhibitor switch juga disebut dengan transaxle range switch pada kendraan yang memakai
transmisi otomatis, dan clutch start switch pada kendaraan yang memakai transmisi manual,
keduanya berfungsi sebagai neutral safety switches. Tugasnya adalah untuk mencegah agar
starter tidak terpaut pada saat transaxle sedang masuk atau ketika clutch pedal tidak diinjak
dengan penuh. Switch ini dihubungkan secara seri dengan ignition switch dan jaraknya harus
dekat agar arus dapat mengalir ke starter solenoid.

17.1.6 Start Solenoid


Solenoid (magnetic switch) melakukan dua fungsi yaitu:
1) Menjalankan lever yang menggerakkan pinion gear untuk mengait ring gear
2) Bertindak sebagai heavy-duty relay untuk arus starter motor.
Begitu arus diaplikasikan ke pull-in coil yang ada pada solenoid, maka magnetic field lah yang
membentuk “tarikan ” pada iron core (plunger). Ketika itu terjadi, pivoted lever yang dipasang
pada plunger akan menarik kembali bagian ujung bawah lever kearah luar dari collar dan spring
yang ada pada armature untuk menekan overrunning clutch dan pinion gear ke arah ring gear.
Apabila gigi pada pinion gear berada satu jalur dengan gigi ring gear, maka keduanya akan
bertautan. Jika giginya tidak saling menyentuh, maka spring akan menekan dan memaksa gear
untuk saling bertaut begitu starter motor berputar.

Dikarenakan arus starter motor mengalir melalui pull-in coil, maka pada saat awal starter motor
tidak menerima tegangan dari battery secara penuh. Begitu kontak pada starter solenoid
menutup, pull-in coil akan di by-passed. Dengan kontak menutup, maka tegangan dari battery
akan penuh mengalir ke starter motor.
Selama kunci kontak ditahan diposisi start, maka hold-in coil akan tetap mendapat arus. Dan
magnetic field akan tetap menahan pinion gear lever dan plunger ditempatnya terus menutup
kontak sehingga starter motor akan terus memutar mesin.

36 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

17.2. Diagnosa Starting System


Kebanyakan komplain pada starting system yang dilaporkan adalah sebagai berikut:
a. Starter tidak mau bekerja.
b. Starter bisak kontak “klik”, namun tidak bisa memutar mesin.
c. Starter bisa memutar mesin namun putarannya lambat.
d. Starter berputar, namun tidak bisa memutar mesin.
e. Starter berputar, namun suaranya sangat berisik.
Kerusakan pada starting systems dibagi menjadi dua kategori: elektrikal dan mekanikal.
Kategori kerusakan elektrikal bisa pada starter atau solenoid, atau pada starting circuit.
Kerusakan mekanis bisanya terjadi pada pinion gear assembly.
Sebelum memulai pemeriksaan pada starting circuit, coba periksa dulu battery. Kebanyakan
problem biasanya disebabkan oleh battery. Lihat halaman 64 sampai 68 untuk prosedur
pengetesannya.
Catatan : Pastikan semua sambungan dalam keadaan kencang dan bersih.

17.2 Test pada Starting System


Sebelum mengetes starter atau solenoid, pastikan bahwa kondisi tegangan battery yang ada
sudah sesuai.

17.3 Battery Power to Starter Solenoid (+)


This test is best performed with the engine thoroughly warmed up.
a. Select Voltage on your multi-meter.
b. Establish your base voltage.
c. Connect the positive (+) meter lead to the positive (+) battery terminal.
d. Connect the negative (-) meter lead to the positive (+) terminal on the start solenoid.
e. Disable the ignition; crank the engine for 2 ~ 3 seconds.
A voltage drop of more than 0.3 Volts indicates a poor circuit.

17.4 Battery Power to Starter


Tes ini gunanya adalah untuk mengecek power battery ke starter motor yang masuk melalui
melalui solenoid.
a. Pilihlah Voltage pada alat multi-meter.
b. Tentukan tegangan dasarnya.
c. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery positive (+).
d. Hubungkan lead meter negative (-) ke terminal positive (+) starter.
e. Matikan pengapian; putar mesin (crank) selama kurang lebih 2 ~ 3 detik.
Jika tengannya turun sampai 0.8 Volt, artinya adalah arus yang lewat melalui solenoid agak
lemah. Jika power yang lewat melalui solenoid kondisinya baik, namun tidak bisa untuk starter,

37 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

kemungkinan solenoid sebagai penyebab turunnya tegangan

17.5 Arus Starter (Amper)


Tes Battery dan tes penurunan tegangan adalah untuk memastikan bahwa suplai tegangan
battery untuk starter sudah sesuai. Tes selanjutnya adalah tarikan arus yang berlebihan dari
starter motor.

Catatan:
Untuk tes ini, alat multi-meter yang akan dipakai harus bisa mendukung arus sampai 100 Amps.
Karena jika tidak, arus yang tinggi dapat merusak alat ukur.
a. Lepas kabel battery cable yang ada pada starter.
b. Pada alat ukur pilihlah Amps.
c. Hubungkan lead meter positive (+) ke terminal battery starter.
d. Hubungkan lead meter negative (-) ke kabel battery yang dilepas.
e. Pastikan koneksinya kuat, karena arus yang mengalir cukup tinggi.
f. Matikan pengapian; putar mesin selama 2 ~ 3 detik.

Maximum amper adalah 80 ~ 100 Amps.

Ada beberapa alat multi-meter yang menyediakan clamp arus tinggi khusus yang dipakai untuk
pengukuran ini. Jika anda memilikinya, pastikan untuk terlebih dahulu membaca buku panduan
pemakaiannya agar tidak salah.

17.6 Beberapa problem pada start motor


17.6.1 Kasus 1 : Starter tidak mau bekerja
Hubungkan voltmeter antara terminal starter solenoid “S” dan ground. Ukurlah tegangan
dengan kunci kontak diposisi START. Jika hasilnya adalah 9 Volts atau lebih, ganti solenoid.
Ini artinya adalah solenoid tidak mendapat arus, atau kalau tidak coba dengar gerakan plunger-
nya. Jika tidak ada tegangan, periksa start relay, inhibitor switch (atau clutch start switch untuk
MTM), ignition switch, dan semua sambungannya.

17.6.2 Kasus 2 : Starter bisa konek “terdengan bunyi klik”, namun tidak bisa memutar mesin.
Jika battery OK, lepas starter. Periksa solenoid dan/atau starter motor kemudian perbaiki atau
ganti bilamana perlu. Lihat buku Shop Manual untuk prosedur pengetesan dan perbaikannya.

17.6.3 Starter memutar mesin dengan lambat


Apabila tegangannya pada starter sudah benar namun gejala diatas tetap timbul, lepas starter
motor kemudian lihat buku Shop Manual untuk prosedur tes dan perbaikannya.

38 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

17.6.4 starter berputar namun tidak bisa memutar mesin


Periksa solenoid karena kemungkinan pinion gear tidak mengait ring gear. Periksa apakah tidak
ada gerigi yang patah pada pinion gear atau ring gear. Gejala ini juga bisa disebabkan oleh
kerusakan overrunning clutch, spring, kotoran atau karat pada armature shaft.

17.6.5 Starter bisa berputar namun terdengan suara berisik sekali


Periksa celah antara pinion gear dan retainer. Juga periksa bearings apakah bisa berputar
dengan lancar dan kelurusan planetary gears. Lihat buku shop manual untuk melihat cara
mengetes dan prosedur perbaikannya.

39 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

17.7 Starting circuit

Circuit 1 untuk auto T/M

40 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Circuit 2 untuk manual T/A

41 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Bab 4 Body electrical


18. Spesifikasi service
18.1 Indicator dan gauge

42 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

18.2 Troubleshooting pada instrument dan warning system

43 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Gejala Kemungkinan penyebab Langkah perbaikan

Tachometer tidak Fuse (10A) terbakar Periksa apakah ada short dan
bekerja Tachometer rusak Ganti fuse
Wiring rusak Periksa tachometer
Perbaiki bilamana perlu
Fuel gauge tidak Fuse (10A) blown Periksa apakah ada short dan
bekerja Fuel gauge rusak Ganti fuse
Fuel sender rusak Periksa gauge
Wiring rusak Periksa fuel sender
Perbaiki bilamana perlu
Low fuel warning Fuse (10A) blown Periksa apakah ada short dan
lamp Bulb burned out Ganti bohlam
Tidak menyala Fuel level sensor rusak Ganti bohlam
Wiring atau ground rusak Periksa sensor
Perbaiki bilamana perlu
Water temperature Fuse (10A) terbakar Periksa apakah ada short dan
gauge tidak Water temperature gauge rusak ganti fuse
bekerja Water temperature sender rusak Periksa gauge
Wiring atau ground rusak Periksa sender
Perbaiki bilamana perlu
Oil pressure Fuse (10A) blown Periksa apakah ada for short and
warning lamp tidak Bohlam putus Ganti fuse
menyala Oil pressure sender rusak Ganti bohlam
Wiring atau ground rusak Periksa sender
Perbaiki bilamana perlu
Low brake fluid Fuse (10A) putus Periksa for short and replace fuse
warning lamp tidak Bohlam putus Ganti bohlam
menyala Brake fluid level warning switch rusak Periksa switch
Parking brake switch rusak Periksa switch
Wiring atau ground rusak Perbaiki bilamana perlu
Open door warning Fuse (10A) putus Periksa apakah ada short dan
lamp tidak Bohlam putus Ganti fuse
menyala Door switch rusak Replace bulb
Wiring atau ground rusak Periksa switch
Perbaiki bilamana perlu
Seat belt warning Fuse (10A) putus Periksa apakah ada short dan
lamp tidak Bohlam putus Ganti fuse
menyala Buckle switch rusak Ganti bohlam
Wiring atau ground rusak Periksa switch
Perbaiki bilamana perlu

44 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

19. Lighting system


19.1 Spesifikasi Lampu

Items Bulb wattage (W) Items Bulb wattage (W)

Head lamp
Standard type 55W / 55W (High / Low beam)
HID type 55W / 35W (High / Low beam)

Front turn signal lamp 21W

Front position lamp 5W

Front fog lamp 55 W


Rear combination lamps
Stop lamp 21W
Tail lamp 1.5W
Back up lamp 21W
Turn signal lamp 21W
Rear fog lamp 6.9W
Side repeater lamp 5W

Map lamp 5W x 2EA

Room lamp 10W x 2EA

Luggage & glove box lamp 5W

Personal lamp 10W

High mounted stop lamp 3.2W

Door courtesy lamp 5W

License plate lamp 5W

45 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

19.2Troubleshotting lighting system

Gejala Kemungkinan Penyebab Langkah Perbaikan

Bohlam putus
Satu lampu tidak Ganti bohlam
Socket, wiring atau
menyala (exterior) Ganti bilamana perlu
ground rusak
Head lamp tidak Bohlam putus Ganti bohlam
menyala Head lamp (low/high) fuse (15A) Ganti fuse dan Periksa apakah ada short
putus Periksa relay
Head lamp relay rusak Periksa switch
Lighting switch rusak Ganti bilamana perlu
Wiring atau ground rusak
Stop lamp tidak Fuse (10A) blown Ganti fuse dan Periksa apakah ada short
menyala Stop lamp switch rusak Setel atau Ganti switch
Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu
Stop lamp relay rusak Ganti relay
Stop lamp tidak Stop lamp switch rusak Setel atau Ganti switch
menyala Stop lamp relay rusak Ganti relay
Instrument lamp Rheostat rusak Periksa rheostat
tidak menyala Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu
(Tail lamps ON)
Salah satu turn Bohlam putus Ganti bohlam
signal lamp tidak Turn signal switch rusak Periksa switch
menyala Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu
Turn signal lamp Fuse (10A) blown Ganti fuse dan Periksa apakah ada short
tidak bekerja Flasher rusak Periksa flasher
Turn signal switch rusak Periksa switch
Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu
Hazard warning Fuse (10A) blown Ganti fuse dan Periksa apakah ada short
lamps tidak bekerja Flasher rusak Periksa flasher
Hazard switch rusak Periksa switch
Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu
Flasher rate terlalu Watt lampu spesifikasinya Ganti lampu
lambat atau cepat lebih kecil
Flahser rusak Ganti flasher
Back up lamp tidak Fuse (10A) putus Ganti fuse dan Periksa apakah ada short
menyala Back up lamp switch rusak Periksa switch
Wiring atau ground rusak Ganti bilamana perlu

46 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

20. Windshield wiper


20.1 Wiper troubleshooting

Gejala Kemungkinan penyebab Langkah perbaikan


Wipers tidak bekerja atau Wiper fuse (15A) putus Perksa apakah ada short dan
kembali ke posii off. Wiper motor rusak ganti fuse
Wiper switch rusak Periksa motor
Wiring or ground rusak Periksa switch
Ganti bilmana perlu
Wipers tidak bekerja pada ETACS CM rusak Periksa ETACS CM
posisi INT Wiper switch rusak Periksa switch
Wiper motor rusak Periksa motor
Wiring atau ground rusak Periksa bilamana perlu

20.2 Circuit diagram

ST
IG1
IGN. Key IG
IG2 Wiper Motor
2
A Wiper Relay
M M

B Washer Motor

BATT Tr1 C
12V D
E

S H L E W IN IN
ETACSCM
INT O T T
OFF
HI
L
W
O
M/Function
S/W

47 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

21. Power window & door mirror


21.1 Power window troubleshooting

Gejala Kemungkinan penyebab Langkah perbaikan


Windows tidak bekerja Fusible link (30A untuk P/Window) Ganti fusible link
pada saat dijalankan putus Bersihkan dan kencangkan
oleh main switch yang Ground lemah baut terminal ground
ada pada pintu Power window main switch rusak Periksa switch ganti
pengemudi Open circuit pada kabel, kendur bilamana perlu
atau lepas Perbaiki atau ganti
window pengemud Power window main switch rusak Periksa window switch
tidak bekerja Motor atau circuit breaker rusak Periksa motor
Open circuit pada wires, Periksa harness dan
connector kendur atau lepas connector
Window penumpang Power window switch rusak Ganti switch
tidak bekerja Motor atau circuit breaker rusak Ganti motor
Wiring rusak atau connector Perbaiki bilamana perlu
lepas

21.2 Power door mirror troubleshooting

Gejala Kemungkinan penyebab Langkah perbaikan


Mirrors tidak bekerja Fuse (10A) putus Periksa circuit dan ganti fuse
Ground lemah Bersihkan dan kencangkan
Mirror switch rusak baut terminal ground
Open circuit pada wires atau Periksa switch
connector kendur atau lepas Ganti bilamana perlu
Perbaiki atau ganti
Salah satu mirror tidak Mirror switch rusak Periksa switch
bekerja Mirror actuator rusak Ganti bilamana perlu
Open circuit pada wires connector Ganti actuator
kendur atau lepas Perbaiki atau ganti

48 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

22. Multi function switch


22.1 Komponen

49 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

22.2 Pemeriksaan
Periksa kontinuitas terminal sambil menjalankan switch.
22.2.1 Lighting switch [M01-1 connector]

22.2.2 Dimmer dan passing switch [M01-1 connector]

22.2.3 Turn signal dan lane change switch [M01-1 connector]

50 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

22.2.4 Front fog lamp switch [M01-1 connector]

22.2.5 Wiper dan intermittent volume switch [M01-2 connector]

22.2.6 Mist switch [M01-2 connector]

ETBA045F

51 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

23. ETACSCM
23.1 Circuit diagram

52 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

23.2 Karakteristik koneksi pin ETACSCM

Termin
Connector A (20 pin) Connector B (16 pin) Connector C (12 pin)
al No.
Rear right power window
1 B+ Seat belt switch
“down”
Rear left power window
2 Rear door lock switch Intermittent switch
“up”
Rear right power window
3 Burglar alarm relay Hood switch
“up”
4 Power window relay Code saving Trunk key unlock switch
5 IGN1 Chime buzzer Tail lamp switch
6 IGN2 Wiper relay Door warning switch
7 Speed sensor - Washer switch
8 Driver door switch Signal ground -
9 Assist door switch Intermittent wiper volume -
Rear left power window
10 Trunk switch -
“down”
11 Room lamp switch - Power window lock
12 Rear defogger relay Daytime running light Ignition key illumination
13 Seat belt indicator -
14 Trunk lid open relay Siren
15 Tail lamp relay Hazard relay
16 Ground Data
17 Rear defogger switch
18 Door switch
19 Alternator ”L”
20

53 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

24 IMS (Integrated Memory System) untuk XG


24.1 System block diagram

KOMPONEN

54 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

55 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

24.2 Kontruksi IMS power seat control system


24.3 Kontruksi IMS mirror control system

24.4 Karakeristik koneksi pin IMS switch

56 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

24.5 Karakteristik koneksi pin IMS switch


23.5.1 Inputs signal
Connector No. : M110-1
NO. Keterangan
A1 Recline motor front
A2 B+
A3 Recline motor rear
A4 Power ground

Connector No. : M110-2


NO. Keterangan
B1 Slide motor front
B2 Slide motor rear
B3 Front height motor up
B4 Front height motor down
B5 -
B6 Rear height motor up
B7 Rear height motor down
B8 -
B9 -
B10 -
B11 -

Connector No. : M110-3


NO. Keterangan
C1 Manual switch (Front height up)
C2 Manual switch (Front height down)
C3 -
C4 -
C5 Manual switch (Slide front)
C6 Manual switch (Slide rear)
C7 Back up lamp
C8 IGN2
C9 Front height sensor
C10 -
C11 Manual switch common
C12 Limit switch (Front height up)
C13 Limit switch (Front height down)
C14 -
C15 -

57 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

Connector No. : M110-3

NO. Keterangan
C16 Limit switch (Slide front)
C17 Limit switch (Slide rear)
C18 -
C19 Sensor common
C20 Sensor (Slide)

Connector No. : M110-4

NO. Keterangan
D1 Signal ground
D2 Data
D3 Parking brake
D4 “P” position
D5 Manual switch (Rear height up)
D6 Manual switch (Rear height down)
D7 Manual switch (Recline front)
D8 Manual switch (Recline rear)
D9 Sensor (Rear height)
D10 Sensor (Recline)
D11 -
D12 Limit switch common
D13 Limit switch (Rear height up)
D14 Limit switch (Rear height down)
D15 Limit switch (Recline front)
D16 Limit switch (Recline rear)

58 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

24.5.2 Output pulse

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

Recline front switch ON


A1 Recline motor front
(Frontward)

A2 B+ Check for ENG. stop

Recline front switch ON


A3 Recline motor rear
(Rearward)

Ground lever compare to


A4 Power ground
battery

B1 Slide motor (Front) Slide front switch ON

B2 Slide motor (Rear) Slide rear switch ON

B3 Front height motor (Up) Front height up switch ON

59 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

Front height motor


B4 Front height down switch ON
(Down)

B6 Rear height motor (Up) Rear height up switch ON

Rear height motor


B7 Rear height down switch ON
(Down)

Front height manual Front height switch


C1
switch (Up) ON (Upward)

Front height manual Front height switch


C2
switch (Down) ON (Downward)

Slide manual switch


C5 Slide switch ON (Frontward)
(Front)

Slide manual switch


C6 Slide switch ON (Rearward)
(Rear)

60 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

C7 Back up lamp Shift lever “R” position

C8 IGN2 switch IGN2 switch ON

Front height position Front height operating


C9
sensor when IGN switch ON

C11 Manual switch common B+

Front height moving to up


C12 Front limit switch (Up)
limit

Front height moving to


C13 Front limit switch (Down)
down limit

C16 Slide limit switch (Front) Sliding to front limit

61 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

C17 Slide limit switch (Rear) Sliding to rear limit

Seat position sensor


C19 IGN ON
ground

Sliding when IGN switch


C20 Slide position sensor
ON

Signal ground
D1 Ground

D2 IMS Data Communication line Pulse

D3 Parking brake Parking brake switch ON

D4 “P” Position Shift lever “P” Position

Recline manual switch Recline switch ON (Rear


D5
(Up) up)

62 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

Recline manual switch Recline switch ON (Rear


D6
(Down) down)

Recline manual switch Recline switch ON


D7
(Front) (Frontward)

Recline manual switch Recline switch ON


D8
(Rear) (Rearward)

Rear height operating


D9 Rear height position
when IGN ON

D10 Recline position sensor Reclining when IGN ON

D12 Limit switch common B+

Rear height limit switch


D13 Rear height to up limit
(Up)

63 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PIN NO. NAMA PIN KONDISI INPUT OUTPUT

Rear height limit switch


D14 Rear height to down limit
(Down)

Recline limit switch


D15 Reclining to front limit
(Front)

Recline limit switch


D16 Reclining to rear limit
(Rear)

64 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

24.5 IMS Circuit diagram

65 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

25. Rain sensing windshield wiper system


24.1 Penjelasan
Rain sensing windshield wiper system adalah sistem wiper dimana ada penambahan satu
fungsi lain disamping fungsi yang sudah ada seperti off, mist, manual low speed, manual high
speed, dan wash. Rain sensor akan aktif dan mengontrol automatic int, automatic low, dan
automatic high speeds secara otomatis. Ketika kunci kontak diputar ke posisi ON, rain sensor
akan aktif.

25.2 Mode kerja

POSISI SWITCH MODE KERJA


KERJA SENSOR
MULTIFUNCTION RAINSENSOR

Mist dikontrol oleh column switch.


MIST MIST
Sensor tidak berpengaruh pada sistem ini.
Jika wiper blade belum kembali keposisinya
semula, wiper motor akan bergerak dengan
OFF OFF
kecepatan lambat sampai wiper blade
kembali keposisi semula.
Automatic INT/speed control, Berdasarkan
AUTOMATIC curah hujan yang terdeteksi pada
Automatic mode mempunyai 5 AUTOMATIC windshield, maka multifunction switch
setingan menyesuaikan kecepatan wiper
berdasarkan tingkat curah hujan tersebut
Wiper motor berputar dengan kecepatan
LOW SPEED MANUAL rendah, misalnya 45 kali sapuan/menit.
Sensor tidak berpengaruh pada fungsi ini.
Wiper motor berputar dengan kecepatan
HI SPEED MANUAL tinggi, misalinya 60 kali sapuan/menit.
Sensor tidak berpengaruh pada fungsi ini.
WASHER
Jika washer switch dihidupkan selama 0.6
Ketika washer switch
WASHER detik atau lebih, maka wiper akan bekerja
dihidupkan selama 0.6 detik
atau lebih selama 2.5~3.8 detik.
WASHER
Jika washer switch dihidupkan selama 0.6
Ketika washer switch
WASHER detik atau kurang, wiper hanya akan
dihidupkan selama 0.6 detik
atau lebih bekerja satu kali

66 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

25.2.1 OFF Mode


Apabila wiper switch di posisi “OFF” dan ignition switch di posisi “ON”, maka rainsensor akan
berada dalam mode “OFF” . pada mode ini, sensor memerintahkan wiper motor untuk “OFF”.

25.2.2. Automatic mode


Apabila multifunction switch dipindahkan ke posisi auto position dan kunci kontak pada posisi
ON atau ACC, rainsensor akan berada pada mode “automatic”. Sekali terjadi single “instant
wipe”, maka wiper akan tetap dalam keadaan “innerwipe/park” sampai rainsensor mendeteksi
adanya curah hujan yang jatuh diatas windshield, rainsensor memberikan input ke wiper motor
untuk mengaktifkan wiper.

25.2.3. Automatic INT.


Untuk kerja semua automatic INT, rainsensor memerintahkan kepada wipers untuk
menjalankan wiper sekali sapuan dengan kecepatan lambat, diikuti dengan jeda waktu tertentu.

25.2.4. Automatic low


Kerja kecepatan automatic low adalah memamfaatkan banyaknya curah hujan yang mengenai
windshield yang melebihi ambang batas mode automatic int untuk beralih ke mode to automatic
low. Ambang batas ini termasuk di dalamnya adalah tingkat kecukupan untuk mencegah
perputaran antara kerja automatic int dan automatic low speed dengan cara mengakumulasi
jumlah curah hujan yang mengenai windshield.

25.2.5. Automatic high


Kerja kecapatan automatic high adalah dengan memamfaatkan banyaknya curah hujan yang
mengenai windshield yang melebihi ambang batas automatic low untuk beralih ke automatic
high. Ambang batas ini termasuk di dalamnya adalah tingkat kecukupan untuk mencegah
perputaran antara kerja automatic low dan automatic hight dengan cara mengakumulasi jumlah
curah hujan yang mengenai windshield.

25.5.6. Washer mode


Rain sensor memonitor bekerjanya multifunction switch untuk menentukan apakah fungsi
washer sedang dipilih. Rain sensor bisa menjalankan wiper motor dengan kecepatan rendah
selama mode wash aktif dan melakukan sapuan dari 2.5 sampai 3.8 detik.

25.2.7. Manual mode


Rain sensor memutuskan kapan model manual seperti low, mist, off atau manual high dipilih.
Column switch yang melakukan mode ini tanpa campur tangan dari rain sensor.

67 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

2.3 Penggantian
Modul rain sensor dipasang pada optocoupler menggunakan dua klip snap fit stainless steel,
sehingga modul rainsensor mudah dibongkar pasang apabila modul rainsensor mengalami
kerusakan. Pada saat mengganti kaca depan, modul rainsensor yang sudah ada pada kaca
sebelumnya bisa dilepas dan dipasang kembali ke kaca depan yang baru yang dipasang
optocoupler dari pabrik.

25.4 Troubleshooting
Rain sensor mempunyai dua tingkat pendeteksi kerusakan yaitu :

25.4.1 Fault “A”


Fault A adalah kesalahan yang dideteksi oleh sensor pada saat titik operasional sensor servo
melebihi batas. Biasanya karena kerusakan windscreen di area coupler atau sensor lepas dari
coupler.

25.4.2 Fault “B”


Fault B is adalah kesalahan yang dideteksi oleh sensor apabila tidak ada lagi sinyal yang
menangkap hujan. Biasanya karena kerusakan windscreen pada area coupler atau lebih
menyerupai kerusakan elektrikal di dalam sensor.

25.5 Menggunakan penyetelan tingkat kesensitif untuk mencari kesalahan


Ada cara yang lebih akurat untuk mendeteksi kesalahan melalui input sensitif dan wipers
sebagai indikatornya. Metodenya adalah sebagai berikut:
Dengan kunci kontak di posisi “ON”, pindahkan penyetelan tingkat sensitif ke setingan yang
lebih tinggi.
Turunkan sensitifnya satu settingan.
Jika wiper berputar, maka jenis kerusakannya adalah Fault A, kemudian Tenisi harus
memastikan bahwa sekitar area coupler pada kaca depan tidak rusak dan sensor terpasang
dengan benar pada coupler.
Turunkan sensitifnya satu settingan lagi.
Jika wiper berputar, maka jenis kerusakannya adalah Fault B, dan sensor harus di lepas
dan diganti dengan yang baru.

PERHATIAN
Ketika kunci kontak diputar di posisi “ON” dan multifunction switch di posisi auto maka wiper
bisa bekerja, untuk itu perhatikan kondisi sebagai berikut.
Hati-hati jangan sampai menyentuh bagian atas sensor yang ada pada kaca depan.
Hati-hati jangan sampai menggosok bagian atas sensor kaca depan dengan kain.
Hati-hati jangan sampai mengguncangkan kaca depan.

68 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

25.6 Circuit diagram

ETB
D196A

69 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

26. HID Headlamp


26.1 Prosedur perbaikan dan peringatan
No. Item Prosedur Perbaikan Peringatan Keterangan
1. Matikan head lamp switch
2. Lepas power connector dari
Keterangan
lampu Matikan head lamp
Mengganti lainnya sama
3. Lepas dan ganti lamp switch untuk
1 lamp seperti pada
assembly menghindari
assembly bohlam
4. Lepas power connector tegangan tinggi
halogen
5. Prosedur memasang adalah
kebalikan dari melepas
Matikan head
lamp switch untuk
menghindari
1. Matikan head lamp switch
tegangan tinggi
2. Lepas power connector dari
Hati2 jangan
lampu
sampai merusak
1. Lepas lamp assembly
bohlam dan
Mengganti 2. Lepas ballast
2 gunakan hanya
bohlam 3. Lepas dust cover
bohlam asli
4. Lepas bulb socket dan ganti
Masukkan dengan
bohlam
pas dan jangan
5. Prosedur memasangan adalah
terlaku kencang.
kebalikan dari melepas
Pastikan bahwa
bohlam sudah
terkunci
Hanya
1. Matikan head lamp switch
mengganti
2. Lepas power connector dari
ballast
lampu
kemudian
Mengganti 3. Lepas head lamp Matikan head lamp
pasang
Ballast assembly switch untuk
kembali lampu
3 (terpasang 4. Lepas ballast menghindari
dengan 5. Lepas dust cover tegangan tinggi
Ganti
igniter) 6. Lepas bulb socket dari bohlam
sub assembly
7. Ganti ballast
kecuali
8. Prosedur pemasangan adalah
ballast
kebalikan dari melepas
HID lamp
1. Kapasitas power supply harus
Jangan
sesuai.
sampai
2. Gunakan fuse dan kabel yang Seluruh komponen
dipasang ke
sesuai hanya boleh di
mobil lain
4 Lainnya 3. Soket bohlam tidak boleh perbaiki di bengkel
(bahaya,
lembab atau kotor. resmi.
bisa
4. Jangan sampai ballast
menimbulkan
terguncang, terkena air atau
api)
kepa panas

70 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

PERINGATAN
1. HID lamp jangan dipakai ke mobil lain. (bisa menimbulkan kebakaran)
2. Api bisa muncul ketika HID lamp menyala pada tegangan tinggi max. 20,000V dan arus tinggi
12-13A, yang spesifikasinya berbeda dengan lampu halogen lamp.
3. Pasang dust cover setelah memastikan bahwa pemasangan bohlam dan bulb holder sudah
benar.
4. Ketika mengetes HID headlamp, matikan dan hidupkan switch antara power supply dan lamp
dikarenakan tegangannya tinggi.
5. Jangan menghidupkan headlamp switch ketika bohlam belum dipasang, karena bisa
memercikan api.

27. Auto lights control system


27.1 Penjelasan
Auto light control system dapat bekerja dengan menjalankan auto light switch, dan
menghidupkan head lamp dan tail lamp atau dengan cara otomatis mendeteksi cahaya.

27.2 Spesifikasi

Item Specifikasi

Rated voltage 12V

Load Max. 200mA (Relay)


Detection illuminations
ON: 32.5 ± 3 (Lux), 0.88 ± 0.04 (V)
Tail lamp
OFF: 63.5 ± 3 (Lux), 1.53 ± 0.04 (V)
ON: 8.9 ± 3 (Lux), 0.40 ± 0.04 (V)
Head lamp
OFF: 17.2 ± 3 (Lux), 0.56 ± 0.04 (V)

71 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

27.3 Auto light control module


27.3.1 Konstruksi Sistem

TB9060A

72 Training Support & Development


Body Electrical T/Shooting

27.4 circuit diagram

73 Training Support & Development

You might also like