You are on page 1of 5

Evaluasi Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Kecamatan Cilamaya Periode Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

Ahmad Fadhli bin Berohan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia Abstrak

Angka Kematian Bayi (AKB) dewasa ini telah mencapai 40 per 1000 kelahiran hidup menunjukkan adanya upaya secara nasional yang tepat arah. Penurunan tersebut diikuti pula oleh Angka Kematian Anak Balita (AKABA), 56 per 1000 kelahiran hidup. Keberhasilan tersebut merupakan upaya dilaksanakannya teknologi tepat guna di seluruh masyarakat di Indonesia dengan salah satunya melaksanakan pemberian imunisasi secara kontinyu dan konsisten dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih dari 80% imunisasi dasar tersebut yang dikenal sebagai Universal Child Immunization (UCI). Berdasarkan masalah tersebut telah dilakukan Evaluasi Program Imunisasi Dasar untuk menilai seberapa besar keberhasilan manajemen program tersebut di UPTD Puskesmas Cilamaya pada periode Januari 2012 s/d Desember 2012, dengan membandingkan cakupan dan target tersebut menggunakan metode pendekatan sistem. Dalam evaluasi ini, ditemukan cakupan pelayanan imunisasi dasar yang berhasil adalah DPT-HB 1 (100,00%), DPT-HB 2 (96,80%), Polio-1 (100,40%), Polio 2 (102,50%), Polio 3 (100,10%), Polio 4 (94,90%), Campak (96,10%) dan, BCG (100,80%). Namun masih terdapat cakupan imunisasi yang masih kurang berhasil mencapai program yaitu seperti, DPT-HB 3 (91,80%) dan HB0 (83,50%). Selain itu, penyuluhan perorangan maupun kelompok didapatkan tidak dilakukan penyuluhan setiap kali kunjungan ke Puskesmas dan Posyandu. Puskesmas disarankan untuk melakukan perencanaan dan pengorganisasian, penyuluhan imunisasi secara teratur, pencatatan dan pelaporan yang lengkap serta melakukan pemantauan supaya di masa mendatang program imunisasi dasar ini dapat mencapai target.

Kata kunci : AKB, Imunisasi BCG, DPT-HB, Polio, Campak

Pendahuluan Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia, beberapa di antaranya dapat dicegah dengan imunisasi.1 Imunisasi memberikan kekebalan pada bayi, anak dan ibu hamil dengan maksud menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi).2 Diperkirakan 1,7 juta atau 5% kematian pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai pada tahun 1956, bahkan vaksinasi cacar telah dilakukan di Pulau Jawa jauh sebelumnya yaitu pada tahun 1856. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia, sehingga pada tahun 1974 Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO. 2,3 Pengembangan Program Imunisasi secara resmi dimulai pada tahun 1977. Pada tahun 1980 dan 1981 mulai dikembangkan imunisasi Polio dan Campak, sedangkan imunisasi DT untuk anak sekolah dimulai pada tahun 1982, sehingga Program Imunisasi telah mencakup enam jenis antigen yaitu : BCG, DPT, Polio, Campak, TT, dan DT. Sejak tahun 1991 secara bertahap Hepatitis B dimasukkan ke dalam program imunisasi setelah 4 tahun (19871990) dilakukan uji coba di Lombok. 4,5 Angka Kematian Bayi (AKB) dalam dua dekad terakhir menunjukkan penurunan bermakna, yaitu pada tahun 1971 sebesar 142 menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1980 (memerlukan waktu 10 tahun) dan kemudian pada tahun 1985 sebesar 71 menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1990 (memerlukan hanya 5 tahun). 6Angka AKB tersebut dewasa ini telah mencapai 40 per 1000 kelahiran hidup yang menunjukkan adanya upaya secara nasional yang tepat arah. Penurunan tersebut diikuti pula oleh Akaba atau angka kematian anak balita, 56 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia) tahun 2002-2003, AKB mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup. Keberhasilan tersebut merupakan salah satu upaya pemberian imunisasi secara kontinyu dan konsisten dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Pada tahun 1990 Indonesia telah mencapai lebih 80% imunisasi dasar yang dikenal sebagai Universal Child Immunization (UCI) dan target UCI untuk Indonesia tahun 2014 adalah 100%.6 Namun menurut WHO report on tuberculosis epidemics tahun 1997 memperkirakan 7.443.000 kasus TB di dunia dan terbanyak di Asia Tenggara. Dalam data jumlah kasus TB, Indonesia merupakan negara keempat terbesar setelah India, China dan Afrika. WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB, dan terdapat 450.000 kasus TB baru setiap tahunnya. Tiga perempat dari kasus TB ini berusia 15-49 tahun, separuhnya tidak terdiagnosa dan baru sebagian yang tercakup dalam program pemberantasan tuberkulosis yang dilaksanakan pemerintah.5 Sedangkan pada tahun 1970 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian khusus, yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius di Pulau Lombok, kematian 330 di antara 12.107 kasus dan di Pulau Bangka terdapat 65 kematian di antara 407 kasus. Prevalensi campak pada tahun 2009 adalah 15.369 kasus di seluruh Indonesia, difteri sebanyak 219 dan tetanus sebanyak 183 kasus. Pada tahun 2005 dilaporkan KLB polio sebanyak 4 kasus di DKI Jakarta.2 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 cakupan Imunisasi Dasar secara Nasional yaitu BCG (86,9%), Campak (81,6%), Polio tiga kali (71,0%), DPT tiga kali (67,7%) dan terendah Hepatitis B (62,8%). Saat ini seluruh Puskesmas di Indonesia telah melayani imunisasi melalui pelayanan di Puskesmas, dan mengisi kegiatan Posyandu yang ada di masyarakat. Kegiatan tersebut pada kenyataannya lebih banyak menjangkau

masyarakat berpenghasilan rendah. Bagi masyarakat strata menengah dan elite dengan tingkat penghasilan dan pendidikan lebih tinggi, biasanya menghendaki pelayanan spesialistik, dan professional yang dapat diberikan oleh tenaga dokter/dokter spesialis praktek swasta ataupun bidan praktek swasta. Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, maka semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, serta praktek perorangan yang dilakukan oleh profesi kesehatan hendaknya memberikan pelayanan imunisasi agar tujuan pencegahan penyakit dapat tercapai. Materi Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan Puskesmas mengenai program Imunisasi Dasar di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2012 sampai dengan Disember 2012, antara lain: 1. Pelayanan imunisasi dasar di Puskesmas dan Posyandu 2. Penyuluhan mengenai imunisasi dasar 3. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) 4. Penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) 5. Pencatatan dan pelaporan Metode Evaluasi program ini dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program Imunisasi Dasar di Puskesmas Kelurahan Cilamaya periode Januari 2012 sampai dengan Disember 2012 terhadap target yang telah ditetapkan melalui pendekatan sistem. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. Tolok Ukur Keberhasilan Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak.

Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program Imunisasi Dasar. Sumber data Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari : 1. Laporan Bulanan Program Imunisasi Dasar Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. 2. Data Profil UPTD Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang tahun 2012. Puskesmas Cilamaya terletak di sebelah utara Kabupaten Karawang, dimana Puskesmas Cilamaya termasuk salah satu kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang. Alamat Puskesmas Pedes adalah di Jalan Pasar Cilamaya nomor 1, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, 41353, Jawa Barat, Indonesia. Luas wilayah kerja Puskesmas Cilamaya 6,158 Ha, dengan kondisi fisik dataran rendah, di dominasi oleh sebagian besar persawahan dan sebagian pantai. Secara Administrasi wilayah kerja Puskesmas Pedes terdiri dari 7 desa yaitu Desa Cikarang, Desa Cikalong, Desa Tegalsari, Desa Tegalwaru, Desa Mekarmaya, Desa Cilamaya, dan Desa Muara. Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya pada periode Januari 2012 sampai dengan Disember 2012 adalah 49,214 jiwa, dengan distribusi : Jumlah penduduk laki-laki : 24,099 jiwa Jumlah penduduk perempuan : 25,122 jiwa Jumlah Kepala Keluarga : 15,023 jiwa Jumlah Bayi : 1.598 jiwa

Penyebab masalah : 1. Kurangnya proses pelaksanaan penyuluhan tentang imunisasi dasar menyebabkan masih terdapat masyarakat yang tidak mengetahui kepentingan imunisasi dasar serta tidak membawa bayi mereka mendapatkan pelayanan imunisasi dasar. 2. Tidak ada kerjasama yang baik antara Puskesmas dan fasilitas keshatan lain, makanya laporan mengenai cakupan pelayanan imunisasi di fasilitas tersebut tidak didapatkan. 3. Masih ramai ibu-ibu yang tidak mengetahui bahawa pelayanan Keluaran imunisasi tersedia di posyandu Jenis Target Sasaran Pencapaian % desa masing-masing karena kurang Imunisasi informasi mengenai pelayanan kesehatan yang disediakan. BCG 98% 1422 1434 100,8 4. Masih ramai ibu-ibu yang tidak DPT HB 98% 1422 1422 100,0 mengetahui jadwal imunisasi yang 1 harus diberikan dan jumlah imunisasi yang harus diberikan DPT HB 95% 1422 1376 96,8 kepada anak mereka dengan tepat. 2 Proses 1) Merencanakan pelayanan imunisasi dasar di Puskesmas dan Posyandu 2) Merencanakan jadwal pelayanan imunisasi dasar. 3) Merencanakan kebutuhan vaksin, peralatan vaksinasi dan cold chain. 4) Merencanakan jadwal penyuluhan mengenai imunisasi dasar. 5) Merencanakan monitoring (pemantauan) 6) Merencanakan penatalaksanaan KIPI : Jika ada kasus 7) Merencanakan pencatatan dan pelaporan : 12x/tahun dan lengkap. DPT HB 3 Polio 1 Polio 2 Polio 3 Polio 4 Campak HB 0 93% 98% 95% 93% 90% 90% 90% 1422 1422 1422 1422 1422 1422 1422 1306 1427 1458 1424 1349 1367 1187 91,8 100,4 102,5 100,1 94,9 96,1 83,5 2. Puskesmas mengadakan kerjasama dan menjalinkan hubungan baik dengan fasilitas kesehatan setempat bagi mendapatkan laporan cakupan imunisasi seterusnya. 3. Lebih banyak informasi tentang pelayanan imunisasi disebarkan ke penduduk desa melalui media cetak atau media massa. 4. Memberikan jadwal atau leaflet tentang jadwal pemberian imunisasi kepada setiap ibu yang Penyelesaian masalah : 1. Melaksanakan penyuluhan perorangan dan kelompok tentang imunisasi dasar secara konsisten sesuai perencanaan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku masyarakat setempat tentang imunisasi.

Pencapaian Imunisasi Dasar di UPTD Puskesmas Cilamaya periode Januari sampai dengan Disember 2012

Masalah menurut keluaran : A. Cakupan imunisasi HBO sebesar 83,5% dari target 90%. Besarnya masalah +6,50% B. Cakupan imunisasi DPT-HB 3 sebesar 91,80% dari target 93%. Besarnya masalah +1,20%

mempunyai anak kecil atau ibu yang sedang hamil dan akan melahirkan. Saran Antara saran yang dapat mendukung keberhasilan program imunisasi dasar adalah : Agar target cakupan dapat tercapai dapat dilakukan dengan cara sweeping karena hemat waktu, biaya dan tenaga. Melakukan penyuluhan perorangan dan kelompok secara teratur sesuai dengan perencanaan. Melakukan pencatatan dan pencatatan data secara lengkap terutama data mengenai penyuluhan yang telah dilaksanakan. Menjalinkan kerjasama yang baik dengan sarana kesehatan lain seperti praktek dokter dan praktek bidan swasta terutamanya dalam mendapatkan data mengenai cakupan imunisasi di tempat tersebut. Memberikan penyuluhan serta motivasi kepada para kader dan bidan mengenai imunisasi dasar sehingga dapat memberikan penyuluhan yang efektif kepada masyarakat.

target. Oleh yang demikian Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Kecamatan Cilamaya dapat berhasil. Daftar Pustaka

1. Departemen Peningkatan

Kesehatan Cakupan dan

RI, Mutu

Pelayanan Imunisasi di Puskesmas, Jakarta; Direktorat Jendral PP & PL, 2009. Diunduh dari

http://www.kompas.com/kompascetak/ 04/10/09/humarioral/1315266.htm 2. Achmadi U.F. Program Imunisasi di Indonesia Bagian 1. Jakarta : DepKes RI; 2003. hal 2,5,6. 3. Setiawan I. Imunisasi Pada Balita. In : http://www.pediatric.com. 2004. 4. Ranuh I.G.N, Soeyitno H, Hadinegoro S, et al. Buku Imunisasi di Indonesia Edisi I. Jakarta : Satgas ImunisasiIkatan Dokter Anak Indonesia; 2001. hal iii,1 5. Departemen Kesehatan RI. Modul 5 Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi dan Pencatatan Direktorat Pelaporan Jendral PP . Jakarta; & PL, Jakarta,

Dampak positif yang diharapkan dengan berhasilnya program imunisasi dasar ini adalah terjadinya penurunan kasus dan tidak terdapat laporan kasus baru PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) dan secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya. Apabila saran ini dilakukan dengan benar, maka diharapkan masalah ini dapat diatasi dan diharapkan cakupan imunisasi dasar dapat ditingkatkan sesuai dengan

Departemen Kesehatan RI; 2005. 6. Departemen Kesehatan RI. Modul 4 Penyuntikan Direktorat yang Jendral Aman PP Jakarta; & PL,

Departemen Kesehatan RI; 2005.

You might also like