You are on page 1of 39

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin diantaranya adalah kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar timus, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar gonad, testis, dan ovarium. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon. Misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain. Karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai kelenjar pimpinan tubuh. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormon akan bertindak sebagai pembawa pesan atau messenger kimia dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, dan mempengaruhi sel target yang ada diseluruh tubuh, dan selanjutnya sel target akan menerjemahkan pesan tersebut menjadi suatu tindakan. Ada berbagai macam klasifikasi hormon, baik berdasarkan struktur kimia, fungsi, sifat kelarutan molekul hormon, lokasi reseptor hormon, dan juga berdasarkan sifat sinyal yang memerantarai kerja hormon di dalam sel seperti kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, dan Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler. Semua macam hormon tersebut memiliki fungsi untuk mengontrol/ mengkoordinasikan aktivitas berbagai organ tubuh, dengan cara

mengubah reaksi kimia dalam sel dan juga mengubah permeabilitas membran sel terhadap bahan spesifik.

1.2

Rumusan Masalah 1. Sebutkan klasifikasi masing-masing hormon? 2. Bagaimanakah mekanisme kerja hormon?

1.3

Tujuan 1. Untuk mengetahui klasifikasi hormon 2. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon

MAPPING

FUNGSI

SISTEM ENDOKRIN

KELANJAR

SIFAT

HORMON

FAKTA

KLASIFIKASI

SENYAWA KIMIA

SIFAT KELARUTAN

FUNGSI

LOKASI RESEPTOR

SIFAT SIGNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

PENDAHULUAN A. Gambaran umum sistem endokrin 1. Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan mengkoordinasi aktivitas tubuh 2. Pengendalian endokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia, atau hormone, yang dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, diabsorpsi ke dalam aliran darah, dan dibawa melalui sistem sirkulasi menuju sel target 3. Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor hormone, yaitu suatu molekul protein yang memiliki sisi pengikat untuk hormone tertentu B. Karakteristik kelenjar endokrin 1. Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mensekresi hormone langsung ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya 2. Kelenjar endokrin biasanya mensekresi lebih dari satu jenis hormone a. Dalam tubuh manusia terdapat 40 sampai 50 jenis hormone b. Hormon ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di saluran gastrointestinal (GI), sistem saraf pusat (SSP), dan saraf perifer 3. Konsentrasi hormone dalam sirkulasi darah hanya sedikit dibandingkan dengan zat aktif biologis lainnya, seperti glukosa dan kolesterol 4. Kelenjar endokrin terdiri dari korda atau sejumlah sel sekretori yang dikelilingi banyak kapilar dan ditopang jaringan ikat C. Aktifitas yang diatur dan dipengaruhi sistem endokrin 1. Reproduksi dan lactase 2. Proses sistem kekebalan 3. Keseimbangan asam-basa 4. Asupan cairan keseimbangan volume cairan intraselular dan ekstraselular 5. Metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat 6. Digesti, absorpsi, dan distribusi nutrient 7. Tekanan darah
4

D. Jenis hormone 1. Hormon endokrin adalh hormone yang disekresi oleh organ atau jaringan utama yang termasuk bagian sistem endokrin a. Hormon tidak bekerja secara local; zat ini dibawa aliran darah untuk mempengaruhi jaringan target b. Hormone endokrin dapat disekresi oleh satu atau sekelompok sel dalam jaringan non-endokrin 2. Neurohormon disintesis dalam sel-sel saraf neurosekresi. Zat ini berfungsi dan disekresi seperti hormone, bekerja dalam jarak yang lebih pendek dan jelas Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang diproduksi neuron dalam SSP 3. Prostaglandin adalah zat seperti hormone yang merupakan derivate asam lemak asam arakidonat. Prostaglandin disintesis dan dilepas untuk bekerja secara local pada sel-sel tetangga. E. Biokimia hormone terdiri dari dua kelas utama 1. Derivative asam amino, seperti protein, polipeptida, peptide, amina, atau kompleks protein konjugasi seperti glikoprotein, adalah hormone yang diproduksi kelenjar hipofisis, hipotalamus, medulla adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau pancreas, dan sel-sel dalam saluran pencernaan. Zat ini dapat larut dalam air dan ditranspor dalam bentuk yang tidak berikatan dalam darah 2. Steroid adalah senyawa lipid larut-lemak yang disintesis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oleh ovarium, testis, plasenta, dan bagian luar kelenjar adrenal serta testosterone, estrogen, progesterone, aldosteron, dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang mentranspor protein I. HIPOFISIS (KELENJAR PITUITARI) A. Morfologi 1. Kelenjar hipofisis adlah organ berbentuk oval, sebesar kacang dengan berat sekitar 0,5 g. 2. Organ ini melekat di bagian dasar hipotalamus otak pada batang yang disebut infundibulum (batang hipotalamus) 3. Suplai darah ke lobus posterior (nerohipofisis) terjadi melalui dua arteri hipofisis inferior memasuki lobus posterior dan membentuk janring-jaring kapilar. Aliran vena mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural

4. Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak langsung. Arteri hipofisis superior memasuki bagian tengah tonjolan hipotalamus dan batang infundibulum sehinggan membentuk jarring kapilar pertama B. Hormon Lobus Anterior 1. Hormone pertumbuhan (growth hormone) atau hormone somatotropik (STH) adalah sejenis hormone protein. Hormon ini mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh terutama pada pertumbuhan tulang dan massa otot rangka Efek fisiologis : a. Sintesis protein GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan cara meningkatkan pemasukan asam amino melalui membrane sel b. Konservasi karbohidrat GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan demikian menambah kadar glukosa darah c. Mobilisasi simpanan lemak GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk energi d. Stimulasi pertumbuhan rangka GH menyebabkan hati memproduksi somatomedin yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago 2. Hormon perangsang tiroid (thyroid stimulating hormone) TSH TSH atau tirotropin mengendalikan jumlah hormone tiroksin dan triodotironin yang disekresi kelenjar tiroid. TSH meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel kelenjar tiroid, laju produksi hormonnya, dan efek hormone pada metabolism sel 3. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) ACTH atau kortikotropin menstimulasi sekresi hormonehormon adrenokortikal dari korteks adrenal, terutama glukokortikoid 4. Gonadotropin, mengatur fungsi gonad a. Efek fisiologis LH (1) Pada perempuan, LH menstimulasi produksi estrogen, bertanggung jawab untuk ovulasi dan sekresi progesterone dari folikel yang rupture

(2) Pada laki-laki, LH menstimulasi sel-sel interstitial tubulus seminiferus testis untuk memproduksi androgen (testosterone) b. Efek fisiologis FSH (1) Pada perempuan, menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium dan membantu menstimulasi produksi estrogen ovarium (2) Pada laki-laki, merangsang pertumbuhan dan perkembangan spermatozoa dalam tubulus seminiferus testis 5. Prolaktin Disekresi selama masa kehamilan dan saat menyusui setelah melahirkan. Prolaktin memicu dan mempertahankan sekresi air susu dari kelenjar mammae yang sebelumnya juga telah dipersiapkan untuk laktasi C. Hormon lobus posterior Disintesis oleh sel-sel saraf dalam hipotalamus, dibawa di sepanjang aksonnya, dan disimpan dalam neurohipofisis untuk dilepas ke ujunga akson 1. ADH atau vasopressin disintesis dalam nucleus supraoptik hipotalamus a. Hormon antidiuretik (ADH) meningkatkan retansi air. Hormon ini menurunkan volume air yang hilang dalam urine melalui peningkatan reabsorpsi air dari tubulus konvolusi distal dan duktus pengumpul di ginjal b. ADH membantu meningkatkan tekanan darah dengan merangsang konstriksipembuluh darah perifer 2. Oksitosin disintesis dalam badan sel neuron pada nucleus paraventrikular hipotalamus a. Oksitosin menstimulasi konstraksi sel-sel otot polos uterus selama senggama, dan saat persalinan serta kelahiran pada ibu hamil b. Oksitosin menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui dengan menstimulasi sel-sel mioepitelial di sekitar alveoli kelenjar mammae II. KELENJAR TIROID A. Morfologi 1. Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral dihubungkan melalui sebuah ismus yang sempit. Organ ini terletak diatas permukaan anterior kartilago tiroid trakea, tepat dibawah laring.

2. Folikel adalah unit fungsional kelenjar tiroid. Setiap folikel ditutup sebuah lapisan sel-sel folikular epitelial tunggal, yang membungkus suatu rongga sentral. Epitelium folikular berbentuk kolumnar jika distimulasi TSH dan berbentuk kuboidal jika kelenjar tidak aktif. 3. Rongga folikel berisi koloid, yang tersusun terutama dari protein globular tiroglobulin. a. Tiroglobulin adalah bentuk cadangan hormon tiroid b. Tiroglobulin juga berfungsi dalam sintesis hormon tiroid 4. Sel parafolikular yang jumlahnya sedikit (sel C), yang mensekresi kalsitonin, terdapat dalam ruang interfolikular dan diantara sel-sel folikel. Kalsitonin menurunkan konsentrasi kalsium dalam darah. B. Efek Fisiologis Hormon 1. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik hampir semua sel tubuh. Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energi, terutama dalam bentuk panas. 2. Pertumbuhan dan maturasi normal tulang, gigi, jaringan ikat, dan jaringan saraf bergantung pada hormon-hormon tiroid III. KELENJAR PARATIROID A. Morfologi 1. Kelenjar paratiroid adalah empat organ kecil, masing-masing berukuran sebesar biji apel, terletak pada permukaan posterior kelenjar tiroid dan dipisahkan dari kelenjar tiroid oleh kapsul-kapsul jaringan ikat. 2. Dari sisi histologi, ada dua jenis sel dalam kelenjar paratiroid: sel utama, yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) dan sel oksifilik, yang merupakan tahap perkembangan sel chief. B. Efek Fisiologis Hormon Paratiroid 1. PTH mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penurunan kadar fosfat darah. a. Ion kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, koagulasi darah, kontraksi otot, permeabilitas membran sel, dan kemampuan eksibilitas neuromuskular yang normal. b. Ion fosfat sangat penting untuk metabolisme selular, sistem buffer asam-basa tubuh, juga sebagai komponen nukleotida dan membran sel. 2. PTH meningkatkan kadar kalsium darah melalui tiga mekanisme a. PTH menstimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang), sehingga menyebabkan pengeluaran kalsium dari tulang ke cairan ekstraselular.

IV.

b. PTH secara tidak langsung meningkatan secara absorpsi kalsium intestinal dan mengurangi kehilangan kalsium dalam feses. Hormon ini berfungsi untuk mengaktivkan vitamis D,yang diperlukan untuk mengabsorpsi kalsium dari makanan. c. PTH menstimulasi reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal untuk mengganti fosfor, sehingga menurunkan kehilangan ion kalsium dalam urin dan meningkatkan kadar kalsium darah. KELENJAR ADRENAL A. Morfologi 1. Kelenjar adrenal adalah dua massa triangular pipih berwarna kuning yang tertanam pada jaringan adiposa. Organ ini berada di kutub atas ginjal. 2. Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks dibagian luar dan medula di bagian dalam. a. Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi 3 lapisan dari luar ke dalam: zona glomerulosa,zona fasikulata, dan zona retikularis. b. Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis neuroektodermis sama. Sel medula sebenarnya adalah neuron postaganglionik simpatis yang termoddifikasi. B. Hormon Kelenjar Adrenal 1. Hormon medular disekresi oleh sel-sel kromafin medula adrenal untuk merespons stimulus preganglionik simpatis. Hormon ini meliputi katakolamin, epinefrin (80%) dan norepinefrin (20%) a. Efek epinefrin Frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi oksigen meningkat Kadar gula darah meningkat melalui stimulasi glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot Pembuluh darah pada kulit dan organ-organ viseral berkonstriksi sementara pembuluh di otot rangka dan otot jantung berdilatasi b. Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah dan untuk menstimulasi otot jantung. 2. Hormon Kortikol Adrenal a. Mineralokortikoid disintesis dalam zona glomerulosa. (1) Aldosteron, mineralokortikoid terpenting, mengatur keseimbangan air dan elektrolit melalui pengendalian kadar natrium dan kalium dalam darah.

(2) Kendali sekresi. Sekresi aldosteron diatur oleh kadar natrium darah, tetapi terutama oleh mekanisme reninangiostensin. b. Glukokortikoid disintesis dalam zona fasikulata. Hormon ini meliputi kortikosteron, kortisol dan kortison. Hormon yang terpenting adalah kortisol. (1) Efek fisiologis (a) Glukokortikoid mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak untuk membentuk cadangan molekul yang siap dimetabolis. (b) Hormon ini meningkatkan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat, simpanan glikogen dihati dan peningkatan kadar glukosa darah. (c) Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan protein serta menghambat ambilan asam amino dan sintesis protein. (d) Hormon ini juga menstabilisasi membran lisosom untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. c. Gonadokortikoid (steroid kelamin) disintesis pada zona retikularis dalam jumlah yang relatif sedikit. Steroid ini berfungsi terutama sebagai prekusor untuk pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan lain. V. PANKREAS ENDOKRIN A. Morfologi 1. Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit dibawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi yaitu fungsi endokrin dan fungsi eksokrin. 2. Bagian eksokrin dari pankreas berfungsi sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang disekresi melalui duktus pankreas kedalam usus halus. 3. Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil hormon yang teridentifikasi dalam pulau-pulau tersebut. a. Sel alfa mensekresi glucagon, yang meningkatkan kadar gula darah b. Sel beta mensekresi insulin, yang menurunkan kadar gula darah c. Sel delta mensekresi somatostatin atau hormon penggalang hormon pertumbuhan, yang menghambat sekresi glucagon dan insulin. d. Sel F mensekresi polipeptida pankreas, sejenis hormon pencernan B. Efek Fisiologis Insulin

10

1. Insulin menyediakan glukosa untuk sebagian besar sel tubuh, terutama untuk otot dan adiposa, melalui peningkatan aliran glukosa yang melewati membran sel dalam mekanisme carrier. 2. Insulin memperbesar simpanan lemak dan protein dalam tubuh. a. Insulin meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak dari darah ke dalam sel b. Insulin meningkatkan sintesis protein dan lemak, serta menurunkan katabolisme protein dan lemak. 3. Insulin meningkatkan penggunaan karbohidrat untuk energi. a. Insulin memfasilitasi simpanan glukosa dalam bentuk glikogen pada otot rangka dan hati. b. Insulin memperbesar cadangan glukosa berlebih dalam bentuk lemak pada jaringan adiposa. C. Efek Fisiologis Glucagon 1. Glukagon meningkatkan penguraian glikogen hati menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa darah meningkat. 2. Glikagon meningkatkan sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat dalam hati VI. KELANJAR PINEAL A. Morfologi 1. Kelenjar Pineal terbentuk dari jaringan saraf dan terletak di langit-langit ventrikel ketiga otak. 2. Kelenjar ini terdiri dari pinealosit dan sel neuroglia penopang. 3. Seiring pertambahan usia, kelenjar mengakumulasi cadangan kalsium yang disebut sebagai Brain Sand B. Hormon yang disekresi kelenjar pineal adalah melatonin. Yang memiliki efek yang telah dibuktikan. 1. Pada binatang percobaan, melatonin memengaruhi fungsi endokrin kelenjar tiroid, korteks adrenal, dan gonad serta memengaruhi perilaku perkawinan mereka. 2. Pada manusia, melatonin sepertinya memiliki efek inhibisi terhadap pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi melanin oleh melanosit di kulit. KELENJAR TIMUS A. Morfologi. Timus terletak di bagian posterior toraks terhadap sternum dan melapisi bagian atas jantung. Kelenjar ini ukuranya besar di masa kanak-kanak dan mengecil seiring pertambahan usia. B. Hormon, atau faktor yang diproduksi kelenjar ini meliputi enam peptida, yang secara kolektif disebut timosin.

VII.

11

C. Fungsi Timosin 1. Timosin mengendalikan perkembangan sisitem imun dependen timus dengan menstimulasi diferensiasi proliferasi sel limfosit T 2. Timosin mungkin berperan dalam penyakit immunodefisiensi kongebital, seperti agammaglobulinema, yaitu ketidakmampuan total untuk memproduksi antibodi.

12

BAB III PEMBAHASAN

Hormon adalah suatu zat yang bertugas sebagai pembawa pesan (chemical messenger) disekresikan oleh sejenis jaringan dalam jumlah yang sang kecil dan dibawa oleh darh menuju target jaringan di bagian lain tubuh untuk merangsang aktivitas atau fisiologi yang khusus. Istilah hormone dulunya adalah hormone endokrin. Kini pengertian hormone adalah hormon-hormon lokal : parakrin, autokrin dan juxtakrin. Endokrin merujuk pada molekul kimia yang disekresi ke dalam darah dan sel targetnya terletak jauh dari sel sekretori. Hormone parakrin memiliki target sel di sekitar sel sekretori, beberapa sitokin dan neurotransmitter berefek parakrin. Hormon autokrin disekresi suatu sel dan aksinya mempengaruhi sel itu sendiri. Juxtakrin adalah jenis komunikasi interselular yang melibatkan sel-sel yang letaknya berdempetan Fungsi system endokrin: 1. Mengatur beberapa aspek metabolisme 2. Mengatur pertumbuhan sel dan jaringan 3. Mengatur denyut jantung 4. Mengatur tekanan darah 5. Mengatur fungsi ginjal 6. Sekresi Enzim-enzim pencernaan 7. Pergerakan saluran gastro Intestinal 8. Laktasi dan sistem endokrin 9. Mengatur metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.

13

10. Menyebabkan perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi tekanan stress 11. Mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh 12. Mengontrol reproduksi 13. Mengatur produksi sel darah merah 14. Bersama dengan system saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik sirkulasi dan pencernaan serta absorbs makanan

3.1 Klasifikasi Hormon Ada tiga golongan umum dari hormon 1. Protein dan polipeptida, mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid) , dan lain-lain. Terikat pada reseptor membran akan menginduksi serangkaian kejadian yang menyebabkan pembentukan molekul-molekul second messenger (hormon adalah first messenger) yang kemudian membangkitkan signal yang mengatur berbagai fungsi selular, seringkali dengan cara mengubah aktivitas enzim

14

2. Steroid yg disekresikan korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium (Estrogen dan progesteron), Testis (testosteron), dan plasenta (estrogen dan progesteron). Berinteraksi dengan reseptor intraselular, dan kompleks ini membangkitkan signal yang mengatur ekspresi gen. 3. Turunan asam amino tirosin, yang disekreskan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan triiodotironin) dan medul adrenal (epinefrin dan norepinefrin) 3.1.1 Klasifikasi Hormon Berdasarkan struktur kimianya Protein. Terdiri atas polimer asam amino yang tidak larut dalam lemak. Hormon ini dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari jaringan alat pencernaan. Hormon tumbuh atau grwoth hormone termasuk

hormon protein yang terbesar yang mengandung 191 asam amino (pada manusia). Jumlah asam amino pada hormon tumbuh bervariasi tergantung pada species. Hormon parathyroid mempunyai sekitar 80-85 asam amino, sedangkan insulin yang terdiri dari rantai A dan rantai B mengandung asam amino sebanyak 49-52. Susunan asam amino pada insulin ini adalah 20-21 asam amino pada rantai A dan sejumlah 29-31 asam amino pada rantai B. Peptida. Yang termasuk peptida antaranya adalah beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus yaitu TRF dalam bentuk tripeptida, vasopressin dan oxytocin yang secara struktur kimianya termasuk octapeptida. Hormon gastrin 8 mempunyai komponen asam amino sebanyak 17 buah. Hormon perangsang alpha-melanosit (Alphamelanocyte-stimulating hormone) mempunyai komponen asam amino sejumlah 13 buah, sedangkan yang beta (Beta- melanocyte-stimulating hormone) mengandung 18 atau 22 asam amino. Glucagon mempunyai komponen asam amino sebanyak 29 buah, calcitonin 32 buah dan ACTH 39 buah. Asam amino. Yang termasuk kelompok ini adalah hormonhormon amine, yaitu yang berasal dari asam amino yang mengalami modifikasi. Di antara yang termasuk ke dalam hormon amine adalah epinephrine dan norepinephrine yang merupakan hasil modifikasi dari asam amino tyrosine. Modifikasi dari asam amino tryptophan dapat

15

menghasilkan serotonin dan melatonin. Hormon thyroxin (T4) juga termasuk hormon amine, sebagai hasil yodanisasi dan kondensasi dari dua molekul asam amino tyrosine. Steroid. Hormon steroid dihasilkan dari metabolisme dan proses konversi dari kolesterol yang mengandung 27 buah atom karbon (C-27). Hormon steroid larut dalam lemak dan dihasilkan oleh kelenjar adrenal, testes, ovarium, dan plasenta. Hormon-hormon itu diantaranya adalan estrogen (C-18), androgen (C-19), corticoid (C-12) dan progesteron (C21). Asam lemak. Hormon prostaglandin adalah satu-satunya hormon yang masuk katagori ini. Prostaglandin dihasilkan oleh beragam sel hewan yang merupakan biosintesis dari dua asam lemak yaitu asam lemak arachidonic dan di-homo-gamma-linolenic (arachidonic acid; dihomo--linolenic acid). 3.1.2 Klasifikasi Hormon Berdasarkan Fungsinya Hormon Perkembangan Adalah hormon-hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan serta peranannya dalam biologi reproduksi baik ketika individu masih dalam kandungan (intrauterine) maupun setelah berada di luar kandungan (extrauterine) sampai mencapai usia remaja (pubertas) pada manusia atau dewasa kelamin pada hewan. Termasuk dalam hormon-hormon ini diantaranya hormonhormon yang dihasilkan oleh kelenjar gonad. GH (growth hormone) , FSH (follicle stimulating hormone). Hormon Metabolisme Konservas atau proses homeostasis gula (glukosa) dalam tubuh diatur oleh beragam hormon, di antaranya glucocorticoid, glucagon dan katekolamin. Sebaliknya insulin, somatomedin dan nonsuppressible insuline-like activity (NSILA) mempunyai efek yang berlawanan dengan glucocorticoid maupun dengan glucagon ataupun dengan catecholamin. Hormon tumbuh (Growth Hormone) ddan thyroxin

16

memegang peranan pula di dalam metabolisme, disamping peranan kedua macam hormon dalam proses pertumbuhan. Hormon-hormon androgen, estrogen dan progesteron meskipun mempunyai peranan utama dalam perkembangan individu atau hewan, ketiga macam hormon ini juga mempunyai peranan dalam proses metabolisme dan pertumbuhan. Hormon Trofik (Trophic Hormone) Di dalam proses evolusi dan perkembangan species sampai mencapai peringkat vertebrata terbentuklah suatu struktur dari organ tubuh yang mempunyai peranan yang khusus. Di dalam pengaturan fungsi kelenjar endokrin terbentuk suatu sistem yang menghasilkan hormon yang merangsang kelenjar endokrin agar pada gilirannya kelenjar endokrin ini menghasilkan hormon pula. Hormon yang dhasilkan oleh struktur yang khusus ini, yaitu hipofisa adalah hormonhormon tersebut adalah hormon perangsang kelenjar thyroid (TSH); hormon-hormon perangsang folikel (FSH) yang merangsang

pertumbuhan folikel pada ovarium dan proses spermatogenesis; hormon penguning (Luteinizing Hormone; LH) yang mengatur produksi progesteron pada hewan betina dan testosteron pada hewan jantan; hormon adrenokortikotrofik (ACTH) yang merangsang korteks kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon glucocorticoid dan hormonhormon yang dihasilkan oleh hipothalamus (hyphotalamic releasing hormone atau hypothalamic releasing factor). Dua hormon lain yang bersifat trofik tetapi dihasilkan diluar hipofisa adalah chorionic gonadotropin manusia (human Chorionic Thyrotropin) yang dihasilkan oleh plasenta. HCG mempunyai fungsi atau efek yang sama dengan LH sedangkan HHCG mempunyai peranan yang mirip dengan TSH dari hipofisa. Meskipun belum umum diterima, telah bertahun-tahun (Sejak 1975) disarankan bahwa plasenta juga menghasilkan hormon ACTH (Human Chorionic Corticotrophin; HCC) Renin meskipun zat ini tidak dpaat kita katagorikan sebagai hormon berdasarkan batasan yang kita pakai, mampu menghasilkan

17

angiotensin dan selanjutnya angiotensin berperan dalam produksi hormon mineralocorticoid yang kita jumpai pembentukan hormonhormon dengan fungsi dan peranan spesifik. Hormon-hormon tersebut adalah hormon perangsang pigmen (melanocyte stimulating hormone ; MSH) dan oxytocin yang berperan pada proses kelahiran dan ekskresi air susu. Hormon Pengatur Metabolisme Air dan Mineral Calcitonin yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid (sel C atau sel-sel parafolikuler) mempunyai peranan untuk mengatur metabolisme calcium dan fosfor. Meningkatnya produksi calcitonin akan

menyebabkan menurunnya calcium dan fosfor dalam darag dan meningkatkan ekskresi calcium, fosfor, natrium, kalium dan magnesium melalui ginjal. Hormon parathyroid yang dihasilkan oleh kelenjar parathyroid mengatur homeostasis mineral terutama calcium dan fosfor. Peningkatan produksi hormon parathyroid akan berakibat meningkatnya calcium di dalam serum dan meningkatnya ekskresi fosfor melalui air seni. Aldosteron adalah mineralocorticoid yang dihasilkan oleh zona glomerulosa dari kelenjar adrenal. Hormon ini berperan di dalam pengaturan metabolisme natrium dan kalium. Peningkatan produksi aldosteron akan mengakibatkan meningkatnya reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dan hydrogen (dalam bentuk ammonium) di kawasan tubuli pengumpul bagian kortikal (cortical collecting tubules) pada ginjal. Vasopressin dihasilkan oleh sel-sel dari nucleus supraoptik dan para ventrikuler (supraoptic and paraventricular nuclei) yang kemudian disimpan di dalam hipofisa pars nervosa (neurohypophysis) menunggu sampai diperlukan oleh tubuh untuk disekresikan ke dalam aliran darah. Peranan vasopressin (yang disebut juga anti-diuretic hormone; ADH) ialah melakukan konservasi air tubuh dengan jalan mengurangi ekskresi air seni. Hormon Pengatur Sistem Kardiovaskuler Epinephrine dihasilkan oleh bagian medula dari kelenjar adrenal. Efek dari hormon ini tergantung dari reseptor dari setiap organ

18

tujuannya (target organ), yaitu adrenergic receptor (alpha atau beta). Pada jantung yang mempunyai beta reseptor epinephrine akan mengakibatkan peningkatan konduksi dan kontraksi dari jantung. Pada arteriol yang mempunyai reseptor beta epinephrine akan menyebabkan vasolidasi sedangkan arteriol yang mempunyai reseptor alpha epinephrine akan menyebabkan vasokonstriksi. Dengan jalan demikian keseimbangan hemodinamika oleh epinephrine dicoba untuk

diserasikan. Selain terhadap sistem kardiovaskuler, epinephrine juga mempunyai peranan terhadap sistem pernapasan yaitu menyebabkan dilatasi pada saluran pernapasan (bronchus) dan menyebabkan menurunnya gerakan atau kontraksis usus. Namun demikian kerja ketiga sistem tersebut (kardiovaskuler, pernapasan dan usus) lebih didominasi oleh katecholamin dan acetylkolin (catecholamin,

acetylcholine) yang dihasilkan oleh ujung-ujung syaraf simpatis dan parasimpatis. 3.1.3 Klasifikasi Hormon Berdasarkan Lokasi Reseptornya 1. Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reeseptor membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptida, dan hormon katekolamin 2. Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama berbagai hormon steroid terutama ditemukan dalam sitoplasma. 3. Didalam Nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dijumpai di nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih kromosom. 3.2 Kelenjar-kelenjar endokrin 3.2.1 Kelenjar Pankreas (Langerhans) Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar

19

10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus. Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui. Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas, sehingga dikenal dengan pulau pulau langerhans. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel sel tubuh menembus membrane sel. Di dalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan. Di sel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan pembentukan lemak (lipogenesis). Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan untuk mensekresikan insulin. Sebaliknya glukogen bekerja secara berlawanan terhadap insulin. Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang

20

bukan

karbohidrat).

Dalam

metabolisme

lemak,

glukagon

meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan

meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan. 3.2.2 Testis Dua buah testis ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Testis akan menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis

sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Sebagai hormon anabolik, ia akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang. 3.2.3 Ovarium Seperti halnya testis, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi. Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Sementara untuk hormone progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum. Pengelompokan hormon berdasarkan tempat diproduksinya Hormon(H), Pelepasan Hormon Bentuk Sumber (RH),atau Kimia Penghambat

Sasaran

Aksi

21

Hormon (IH) GHRH GHIH RH hormone pertumbuhan IH hormone pertumbuhan (somatostatin) RH tirotrofin PP PP Hipotalamus Pituitary anterior Pituitary anterior Menghambat pelepasan hGH Merangsang pelepasan hGH Merangsang pelepasan TSH dan hGH Merangsang pelepasan LH dan FSH Merangsang pelepasan PRL Menghambat pelepasan PRL Merangsang pelepasan ACTH Merangsang sekresi T3,T4 Merangsang sekresi glukokortikoid Pengaturan oogenesis dan spermatogenesis Pengaturan oogenesis dan spermatogenesis

TRH

PP

Pituitary anterior

GnRH

RH gonadotrofin

PP

Pituitary anterior

PRH PIH CRH

RH prolaktin IH prolaktin (dopamin) RH kortikotrofin

PP PP PP

Pituitary anterior Pituitary anterior Pituitary anterior

TSH

ACTH FSH LH

PRL hGH

Pituitari anterior (hormon tropik) H perangsang GP Tiroid tiroid (tirotrofin) Hormone PP Korteks adrenal adrenokortikotrofik Hormone GP Indung telur perangsang folikel (ovari),testis Hormone GP Indung telur,testis peluteinan Pituitari anterior (hormon) prolaktin PR Kelenjar susu Hormone pertumbuhan manusia (somatotrofin) Oksitosin Hormone antidiuretik PR

Merangsang produksi air susu Berbagai tulang dan Merangsang otot pertumbuhan

OT ADH

Pituitari Posterior PP Rahim (uterus) dan kelenjar susu PP Ginjal,kelenjar keringat

Kontraksi rahim dan pelepasan air susu Meningkatkan retensi air

22

(vasopresin) T4 Tiroksin Kelenjar Tiroid AA Kebanyakan sel tubuh AA PP Tulang Tulang Meningkatkan kecepatan metabolisme sel Meningkatkan metabolisme sel Menurunkan Ca2+ darah Meningkatkan Ca2+ darah Menaikkan gula darah,penyempitan pembuluh darah (tanggapan kabur) Menikkan gula darah, penyempitan pembuluh darah (tanggapan berkelahi atau kabur) Meningkatkan penyerapan Na+,ekskresi K+ Menikkan gula darah Merangsang permulaan pubertas,gairah seksual wanita Menaikkan glukosa darah

T3

triodotironina kalsitonin

PTH

Hormone paratiroid Epinefrin (adrenalin)

Kelenjar paratiroid PP Tulang,ginjal,usus Medula Adrenal AA Pembuluh darah,jantung,hati

NE

NE

Norepinefrin (noradrenalin)

AA

Pembuluh darah,hati dan jantung

Korteks adrenal Mineralokortikoid S Ginjal (contoh: Aldosteron) Glukokortikoid S Kebanyakan sel (contoh: kortisol) tubuh Androgen (contoh : S Umum DHEA)

Glukagon (disekresi oleh sel alfa) Insulin (disekresi oleh sel beta) Somatostatin (disekresi oleh sel delta)

PP

Pangkreas Hati

PP PP

Hati,otot,dan sel Menurunkan glukosa adipose darah Sel alfa dan sel beta Menghambat pelepasan insulin dan glukagon

23

Polipeptida pangkreas dari sel F)

PP

Sel delta

Menghambat somatostatin dan enzim pangkreas

Estrogen

Indung telur Rahim,umum

Progesterone

Rahim

Relksin inhibin

PP PR

Penggul,serviks Pituitary anterior Testis Testis,umum Pituitari anterior Pineal bervariasi Ginjal Sumsum tulang usus Plasenta Rahim

Siklus menstruasi,cirri-ciri seksual sekunder Mengatur siklus menstruasi dan kehamilan Pembukaan serviks dan saluran kelahiran Menghambat pelepasan FSH Spermatogenesis,cirriciri seksual sekunder Menghambat pelepasan FSH Mengatur jam biologis Menaikkan produksi sel darah Menaikkan penyerapan Ca2+ Mempertahankan kehamilan, kelenjar susu Mempertahankan kehamilan,kelenjar susu Merangsang pelepasan estrogen dan progesterone Mempersiapkan kelenjar susu untuk menyusui

Testosterone inhibin

S PR

melatonin

AA

eritropoietin

GP

Calcitriol (Vitamin S D) Estrogen S

Progesterone

Rahim

hCG

GP

Indung telur

hCS

PR

Kelenjar susu

24

GIP

CCK

ANP

PG LT

Saluran lambung dan usus (gastrointestinal tract) Gastrin PP Lambung Merangsang pelepasan HCl Gastrin inhibitory PP Lambung,pangkreas Menghambat peptide pelepasan getah lambung,menaikkan insulin sekretin PP Pangkreas,hati Merangsang pelepasan enzim dan empedu Kolesistokinin PP Pangkreas,hati Merangsang pelepasan enzim dan empedu serotonin AA lambung Merangsang kontraksi otot lambung Jantung Atrial natriuretic PP Ginjal,korteks peptide adrenal Kebanyakan sel Prostalgladin E Semua sel kecuali Bervariasi sel darah merah leukotriena E Semua sel kecuali Bervariasi sel darah merah

3.3 Mekanisme kerja hormon Mekanisme kerja hormone secara umum

25

1. Aktivasi enzim, melibatkan system reseptor terikat membran (pembawa pesan kedua) a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida

(pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada permukaan sel yang spesifik untuk hormone tersebut. b. Kompleks hormon reseptor menstimulasi pembentukan adenosin 3,5-monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormone. (1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membran, yang termasuk keluarga protein regulator pengikat nukleotida guanin (2) G-protein mengalami perubahan bentuk, sehingga guanosin difosfat (GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzi m pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP) (3) Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat siklase, untuk memproduksi cAMP.

26

c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMPdependen protein kinase yang sesuai. (1) Enzim protein kinase mengakatalis reaksi fosforilasi khusus (transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma. (2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah dari hormon yang bersirkulasi dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim intraselular utama. d. Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel. e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraselular fosfodisterase. Ini akan membatasi durasi efek cAMP. 2. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua untuk hormon tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol trifosfat (IP3), guanosin monofosfat siklik (GMP), dan kompleks kalsium yang terikat dengan kalmodulin, suatu protein regulator intraselular. 3. Aktivasi gen, melibatkan system resptor intraselular. a. Hormon tiroid, steroid, dan beberapa jenis hormon polipeptida menembus membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormon tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus sel. b. Kompleks reseptor hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang transkripsinya distimulasi hormon. Di sisi ini kompleks akan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormone. c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma. d. mRNA kemudian ditranslasi menjadi protein dan enzim yang memicu respons selular terhadap hormon Aksi Hormon Aksi hormone pada tingkat selular dimulai dengan pengikatan hormon pada reseptor. Semua reseptor (apakah itu reseptor untuk hormon

27

polipeptida atau steroid) adalah protein yang berukuran besar, memiliki paling tidak 2 (dua) domain fungsional, yaitu domain pengenalan yang berfungsi mengikat hormon dan domain pembangkit signal yang akan merangkaikan (coupling) pengenalan hormon dengan fungsi intraselular. Keseluruhan proses signaling mulai dari pengikatan hormon sampai terjadinya perubahan fungsi selular disebut dengan istilah transduksi signal. Ketika Hormon berikatan dengan reseptor maka akan terjadinya inisiasi terhadap terjadinya serangkaian reaksi di dalam sel, dengan setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga sejumlah kecil

konsentrasi hormon bahkan dapat berpengaruh besar. Setiap reseptor hormon biasanya sangat spesifik untuk sebuah hormon, Hal ini menentukan jenis hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki reseptor spesifiknya. Reseptor Hormon diatur Jumlah dan Sensitivitasnya Jumlah reseptor tidak konstan dari hari ke hari. Reseptor protein itu sendiri dalam fungsinya sering dinonaktifkan atau dihancurkan, dan pada waktu yang lain, reseptor tersebut diaktifkan kembali atau reseptor yang baru dibuat, karna adanya mekanisme pembentukan protein. Contohnya adalah saat terjadinya peningkatan kadar hormon, dan penambahan

ikatan hormon dengan sel targetnya terkadang dapat menimbulkan pengurangan jumlah reseptor yang aktif. Namun sejumlah hormon menimbulkan up-regulation reseptor dan protein pemberi signal intra sel. Yaitu berupa hormon penstimulasi yang memacu pembentukan reseptor atau molekul sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan protein sel target dalm jumlah yang melebihi normal. Bila hal tersebut terjadi maka jaringan target akan menjadi semakin sensitif terhadap efek stimulasi hormon terkait.

28

Setelah Aktivasi Reseptor hormon terjadi, penghantaran sinyal intra sel pun terjadi. Suatu hormon memengaruhi jaringan targetnya dengan terlebih dahulu membentuk kompleks reseptor-hormon hampir tanpa ada pengecualian. Hal ini mengubah fungsi reseptor itu sendiri, dan berakibat pada reseptor yang teraktivasi akan mengawali terjadinya efek hormonal. Jenis Hormon menurut reseptornya Hormon yang berikatan dengan reseptor intraselular Androgen; Kalsitriol Estrogen; Mineralokortikoid Glukokortikoid; Progestin Asam retionat; Hormon Tiroid (T3 dan T4)

Hormon yang berikatan dengan reseptor pada permukaan membran plasma A. Second messenger cAMP 2 adrenergic catecolamines; -adrenergik catecolamines Adrenocorticotropic hormone (ACTH); Angiotensin II Antidiuretic hormone (ADH); Kalsitonin Corionicgonadotropin, human (hCG); Corticotropin-releasing hormone (CRH) Follicle stimulating hormone (FSH); Glucagon Lipotropin LPH); Luteinizing hormone (LH) Melanocyte-stimulating hormone (MSH); Parathyroid hormone (PTH) Somatostatin; Thyroid-stimulating hormone (TSH)
29

B. Second messenger cGMP Atrial natriuretic factor (ANF) Nitric oxide (NO)

C. Second messenger kalsium atau fosfatidilinositol atau keduanya Acetylcholin (muscarinic); 1 adrenergic catecholamine Angiotensin II; Antidiuretic hormone (ADH, vasopressin) Cholecystokinin; Gastrin Gonadotropin releasing hormone (GnRH); Oxytocin Platelet-derived growth factor (PDGF); Substance P Thyrotropin-realising hormone (TRH)

D. Second messenger kaskade kinase atau fosfatase Chorionic somatotropin (CS); Epidermal growth factor (EGF) Erythropoetin (EPO); Fibroblast growth factor (FGF) Groth hormone (GH); Insulin Insulin-like growth factor (IGF-I. IGF-II); Nerve growth factor (NGF) Platelet-derived growth factor (PDGF); Prolactin (PRL)

Hormon dengan reseptor pada membran

30

Hormone dengan reseptor pada permukaan sel merupakan protein integral, memiliki tiga domain: 1) Domain ekstraselular: terdiri dari beberapa residu asam amino terpapar ke permukaan luar sel, domain ini berinteraksi dengan dan mengikat hormon, istilah lain untuk domain ini adalah ligand-binding domain. 2) Domain transmembran: merupakan bagian rantai peptid hidrofobik sehingga dapat berinteraksi dengan lipid bilayer membran, dan berperan menancapkan reseptor pada membran. 3) Domain sitoplasmik atau intraselular: bagian ekor reseptor yang berinteraksi dengan molekul lain untuk membentuk second messenger. Bagian ini merupakan regio efektor dari molekul reseptor Hormon dengan reseptor intraselular Reseptor hormon steroid dan tiroid berada di dalam sel target, pada sitoplasma atau nukleus, dan berfungsi sebagai ligand-dependent transcription factors. Jadi kompleks hormone-reseptor berikatan dengan regio promoter pada gen dan menstimuli atau menghambat ekspresi gen, yang menghasilkan perubahan fenotipik pada ekspresi protein. Reseptor intrasel tersusun atas rantai polipeptida tunggal yang terdiri dari tiga domain. 1) Domain amino terminus: regio ini berperan pada aktivasi dan

stimulasi transkripsi dengan cara berinteraksi dengan komponen transkripsional yang lain. Sekuen domain ini berbeda-beda pada berbagai jenis reseptor. 2) Domain pengikatan DNA: asam amino pada regio ini berperan

pada pengikatan reseptor pada urutan spesifik pada DNA. 3) Domain karboksi terminus atau ligand-binding domain: region ini

mengikat hormone

31

Mekanisme kerja hormone yang memiliki reseptor di dalam sel

3.4

Hormon Insulin
Hormon insulin disekresikan oleh pulau pankreas. Gen insulin manusia terdapat pada lengan pendek dari kromosom 11. Insulin disekresikan sebagai preproinsulin. Preproinsulin suatu peptida rantai panjang dengan BM 11.500. Rangkaian pemandu yang bersifat hydrofobik berfungsi untuk signal mengarahkan molekul ini ke endoplasma retikulum dan kemudian dikeluarkan. Disini terjadi proses pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim mikrosomal menghasilkan molekul proinsulin (BM kira-kira 9000).

32

Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan menjadi granula-granula sekretorik berlapis klatrin. Granulagranula ini matang, mengandung insulin yang terdiri dari 51 asam amino, terkandung dalam rantai A 21 asam amino dan rantai B 30 asam amino serta C-Peptida. Insulin disekresikan dari pankreas 40-50 unit/hari (15-20% dari penyimpanan). Sekresi insulin dapat berlangsung : - Sekresi insulin basal : terjadi tanpa adanya rangsangan eksogen. Ini merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa. - Sekresi insulin yang dirangsang : sekresi insulin karena adanya respon terhadap rangsang eksogen. Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin disini adalah :

1.

Glukosa rangsang pelepasan insulin paling poten. Glukosa dapat masuk kedalam sel pankreas secara difusi pasif yang diperantarai protein membran yang spesifik disebut Glukosa Transpoter 2 -> rangsang sekresi insulin.

2.

Asam Amino, Asam lemak, dan Badan keton. Faktor hormonal. Preparat adrenergik merangsang pelepasa insulin yang mungkin dengan cara peningkatan cAMP intrasel. Paparan yang terus menerus dengan hormon pertumbuhan, kortisol,laktogen

3.

plasenta, estrogen, progestin dalam jumlah yang berlebihan juga meningkatkan sekresi insulin. Preparat farmalologik : Senyawa Sulfonilurea Tolbutamid 3.4.1 Mekanisme Kerja Hormon Insulin

4.

33

Dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu: 1. Subunit yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin. 2. Subunit yang lebih kecil dengan BM 90.000 yang dominan di dalam sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit itu sendiri (autofosforilasi). Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah protein yang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin yang berbeda.

Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.

34

Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan berpengaruh terhadap kerja insulin. Down regulation adalah fenomena dimana jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol dalam jumlah berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptor akan mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan fisik dan puasa. Efek Insulin

35

Efek pada hati - membantu glikogenesis - meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, VLDL - meningkatkan sintesis protein - menghambat glikogenolisis - menghambat ketogenesis - menghambat glukoneogenesis

Efek pada otot - membantu sintesis protein dengan : * meningkatkan transport asam amino * merangsang sintesis protein ribosomal - membantu sintesis glikogen Efek pada lemak - membantu penyimpanan triglserida - meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak - menghambat lipolisis intraseluler

3.5 Mekanisme Kerja Hormon Estrogen


Terdapat dua tipe utama reseptor edtrogen di nukleus sel yaitu reseptor estrogen (ER) yang dikode oleh sebuah gen di kromosom 6 dan reseptor estrogen (ER), yang dikode oleh sebuah gen di kromosom 14. Setelah mengikat estrogen,reseptor ini membentuk homoditer lalu berikatan dengan DNA, dan mengubah transkripsinya. Sebagian besar efek estrogen bersifat genomik, yakni disebabkan oleh efek pada nukleus. Efek tersebut meliputi efek pelepasan implus neuron di otak dan , mungkin, efek umpan balik pada sekresi gonadotropin. Semakin banyak

36

bukti yang menunjukkan bahwa efek-efek ini diperantarai oleh reseptor di membran sel yang tampaknya secara struktural berkaitan dengan reseptor di nukleus dan menimbulkan efek melalui jalur protein kinase intrasel yang diaktifkan oleh mitogen. Efek cepatn ini dijumpai pada progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron, dan 1,25 di hidroksikolekalsiferol mungkin juga ditimbulkan oleh reseptron membran. 3.6 Mekanisme Kerja Progesteron Efek Progesteron , seperti steroid lain, terjadi melalui efek pada DNA sehingga tercetus sintesis nRNA baru. Seperti yang dinyatakan bahwa reseptor perogesteron terikat ke suatu heat shock protein tanpa adanya steroid, dan pengikatan progesteron menyebabkan pelepasan heat shock protein sehingga ranah pengikatan DNA pada reseptor menjadi terpajan. Steroid sintetik mifepriston (RU 486) brikatan dengan reseptor , tetapi tidak menyebabkan pelepasan heat shock protein, dan obat ini menghambat pengikatan progesteron. Karena kelangsungan kehamilan muda tergantung pada efek stimulasi progesteron terhadap pertumbuhan endometrium dan inhibisinya terhadap kontraksi uterus, mifepriston menyebabkan abortus. Si beberapa negara, mifepriston yang dikombinasikan dengan prostaglandin digunakan untuk menimbulakan abortus efektif . Terdapat dua isoform reseptor progesteron - PRA dan PRB - yang dihasilkan dari satu gen yang diolah secara berbeda. PRA merupakan reseptor yang berbentuk buntung (truncated), tetapi besar kemungkinannya bahwa kedua isoform tersebut memperantarai efek-efek khususprogesteron.

Zat-zat yang kerjanya mirip dengan progesteron kadang-kadang disebut obat progestasional, gestagen, atau progestin. Zat-zat ini digunakan bersama estrogen sintetik sebagai obat kontrasepsi oral.

37

BAB IV KESIMPULAN

Hormon merupakan molekul signal yang berperan mengkoordinasikan proses-proses seluler.Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,sifa kelarutan,lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel. (a)Klasifikasi hormon berdasarka senyawa kimia pembentuknya : 1. golongan steroid, 2. golongan eikosanoid, 3. golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil, 4. golongan polipeptida/protein. (b) Klasifikasi hormon berdasarkan sifat kelarutan : 1. Lipofilik, 2. Hidrofilik . (c) Klasifikasi hormon berdasarkan reseptor hormon: 1. Hormon yang berikatan dengan hormon reseptor intraseluler, 2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran). (d) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:kelompok : Hormon yang menggunakan kelompok secon messenger seperti senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler. Mekanisme kerja hormon secara umum adalah hormon Reseptor Hormon produksi signal intrasel Respon fisiologikal sel target.

38

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC Pack, Philip E. 2007. Cliffs Notes Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Pakar Raya

39

You might also like