You are on page 1of 28

Clinical Science Session

Disusun Oleh Puti Leviana Rima Putri Hastri Sasidarran Kuppusamy Preseptor : Dr. Arina Widya Murni, Sp.Pd Dr. Saptino Miro Sp.PD

penyakit paru obstruktif kronik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya

Di Amerika

kasus kunjungan pasien PPOK Di IGD 1,5 juta 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebro vascular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $ 24 milyar pertahunnya. World Health Organization (WHO) menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat.

Di Indonesia Dep. Kes. RI tahun 1992 PPOK bersama asma bronchial peringkat ke enam SKRT 1995 13 per 1000 penduduk, laki-laki : perempuan = 3 : 1. Setiyanto dkk. (2008) di RS. Persahabatan Jakarta selama April 2005 sampai April 2007 dari 120 pasien, usia termuda adalah 40 tahun dan tertua adalah 81 tahun Hampir semua pasien bekas perokok yaitu 109 penderita (90,83%.) Kebanyakan pasien PPOK adalah laki-laki.

faktor pejamu

Genetik alfa 1 antitripsin serin protease inhibitor Hiperresponsif jalan nafas Pertumbuhan paru

faktor perilaku merokok faktor lingkungan.

Anamnesis

Ada faktor risiko asap rokok, polusi udara Penentuan derajat berat merokok Indeks Brinkman (IB) = jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Interpretasi hasilnya adalah derajat ringan (0-200), sedang (200-600), dan berat (>600)

Batuk kronik batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada saat melakukan aktivitas.

Inspeksi

bentuk dada seperti tong (barrel chest) purse lips breathing (seperti orang meniup) terlihat penggunaan dan hipertrofi otot-otot bantu napas pelebaran sela iga bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat distensi vena jugularis dan edema tungkai.

Palpasi fremitus melemah Perkusi hipersonor. Auskultasi suara napas vesikuler melemah atau normal, ekspirasi memanjang, ronki, dan mengi

Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP) Radiologi (foto toraks)

hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal melebar.

Laboratorium darah rutin Analisa gas darah

PaO2 < 8,0 kPa (60 mmHg) dan atau Sa O2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2 > 6,7 kPa (50 mmHg), saat bernafas dalam udara ruangan gagal nafas. PaO2 < 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO2 > 9,3 kPa (70 mmHg) dan pH < 7,30 episode yang mengancam jiwa perlu monitor ketat serta penanganan intensif.

Mikrobiologi sputum

Edukasi Obat - obatan Terapi oksigen Ventilasi mekanik Nutrisi Rehabilitasi

1. Pengetahuan dasar tentang PPOK 2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya 3. Cara pencegahan perburukan penyakit 4. Menghindari pencetus (berhenti merokok) 5. Penyesuaian aktivitas

Indikasi : Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90% - Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain

Pemberian oksigen jangka panjang Pemberian oksigen pada waktu aktiviti Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas

Pemberian oksigen jangka panjang ( Long Term Oxygen Therapy = LTOT) Pemberian oksigen pada waktu aktiviti Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas kronik. dapat dilakukan dengan cara :

ventilasi mekanik dengan intubasi ventilasi mekanik tanpa intubasi

Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa nasogaster Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan protein biasa meningkatkan ventilasi semenit oxigen comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni.

Ditujukan untuk memperbaiki efisiensi dan kapasitas sistem transportasi oksigen. 2. Psikososial 3. Latihan Pernapasan
1.

gagal napas kronik gagal napas akut pada gagal napas kronik infeksi berulang kor pulmonale.

You might also like