You are on page 1of 15

Melatih Motorik Sambil Bermain

Sunday, 22 March 2009 14:16 Child Development BERMAIN merupakan seluruh aktivitas anak, termasuk bekerja, penyaluran hobi, dan merupakan cara mereka mengenal dunia. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya. Perkembangan Motorik Anak Perkembangan motorik anak merupakan bagian dari tumbuh kembang anak yang dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yakni genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Gangguan pertumbuhan di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan di negara berkembang (termasuk Indonesia) selain faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang yang optimal. Faktor lingkungan dibagi dua, pra-natal dan post-natal. Pra-natal (bayi masih dalam kandungan): gizi saat ibu hamil, trauma, cairan ketuban yang kering, posis janin dalam kandungan, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi intrauterin yang menyebabkan cacat bawaan yaitu TORCH, dll, stres saat ibu hamil, kelainan rhesus. Post-natal (setelah dilahirkan): Masa antara usia kandungan 28 minggu hingga anak berusia 7 hari merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma akibat persalinan akan berpengaruh besar dan dapat menyebabkan cacat permanen. Pada bayi dan balita, perkembangan motorik tidak terlepas dari refleks-refleks yang terdapat pada bayi, yang sudah ada ketika bayi lahir dan lama kelamaan menghilang dan digantikan oleh refleks lain sesuai perkembangan susunan sarafnya. Dimulai dengan posisi 'apedal' (spinal level), di mana bayi hanya telentang saja, kemudian berkembang menjadi 'quadripedal' (righting reactions/midbrain level) dan akhirnya menjadi 'bipedal' (equilibrium reactions/cortical level). Pemantapan dari reaksi keseimbangan ini akan menjadikan seorang individu menjadi manusia stadium 'bipedal' (posisi berdiri dengan kedua kakainya). Bermain dengan anak haruslah dalam suasana yang menyenangkan. Bagi anak di bawah 5 tahun, Anda dapat melatih motorik sambil bermain. Lewat bermain ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Membuang ekstra energi. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang-tulang dan organ-organ. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak. Anak belajar mengontrol diri. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidunya. Meningkatkan daya kreativitas. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada di sekeliling anak. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan kedukaan. Kesempatan untuk belajar bergaul dan bersosialisasi dengan anak lain.

10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah atau menang di dalam bermain. 11. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan. 12. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. Pilih alat permainan yang bersifat edukatif, yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, sesuai dengan usianya dan tingkat perkembangan. Permainan edukatif adalah mainan yang dapat mendorong 4 aspek, antara lain:

Pengembangan aspek fisik. Pengembangan bahasa. Pengembangan aspek kognitif, pengenalan suara, ukuran, bentuk dan warna. Pengembangan aspek sosial, dalam hubungannya dengan interaksi dengan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat. Dari berbagai macam alat permainan, berikut ini adalah contoh alat permainan yang dapat digunakan untuk melatih motorik kasar dan motorik halus. Permainan untuk pertumbuhan fisik/motorik kasar:

Sepeda roda tiga atau dua. Bola berwarna-warni. Mainan yang ditarik atau didorong. Tali, dll. Permainan untuk memicu motorik halus:

Gunting. Pensil. Bola. Balok.Lilin, dll Nah, tunggu apa lagi. Saatnya mengajak si kecil bermain, Anda tak sabar melihat si kecil tertawa bukan? Referensi: 1. 2. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Cetakan II, EGC, Jakarta. 2002. Sastroasmoro S. Membina Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. Cetakan I. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2007. (Sumber: www.anakku.net)

tumbuh kembang dan denver II

Mar 11, '09 8:09 AM untuk

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

I. Definisi
a. Pertumbuhan 1. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur. (Soetjiningsih, 1995) 2. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi

(bertambah banyak) sel-sel dan juga karena bertambah besarnya sel. (IDAI, 2002) 3. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran. (Whaley and Wong)

b.

Perkembangan 1. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 1995) 2. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkansebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI, 2002) 3. Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran terhadap perkembangan emosi, social dan intelektual anak. (Whaley and Wong).

II. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

a.

Faktor Genetik Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.

b.

Faktor Lingkungan a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio.

b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal ) 1. Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi, Perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon.

2. Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi. 3. Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah. 4. Faktor keluarga dan adat istiadat.

III. Teori Perkembangan


A. SIGMEUN FREUD ( PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL ) 1. Fase Oral (0 1 tahun) Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda benda sekitarnya. 2. Fase Anal (2 3 tahun) Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.

3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 4 tahun) Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks. 4. Fase Latent (4 5 tahun sampai masa pubertas ) Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa. 5. Fase Genitalia Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin. B. PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF) Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple

dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak. 1. Tahap sensori motor ( 0 2 tahun) Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir. 2. Tahap pra operasional ( 2 7 tahun) a. Tahap pra konseptual (2 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris.Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu ( ayam bertelur jadi semua binatang bertelur ) atau karena ciri ciri objek tertentu ( truk dan mobil sama karena punya roda empat ). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula mula ia mengelompokkan truk, sedan dan bus sendiri sendiri, tapi kemudian mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar kecilnya, dst. b. Tahap intuitif( 4 7 tahun) Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata mata didasarkan atas penampakan objek. 3. Tahap operasional konkrit ( 7 12 tahun) Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst. 4. Tahap operasional formal (mulai usia 12 tahun) Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda. C. ERIKSON ( PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ) Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.

Perkembangan Psikososial : 1. Trust vs. Misstrust ( 0 1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting. 2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 3 tahun) Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak. 3. Initiatif vs Guilty (3 6 tahun) Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri. 4. Industry vs inferiority (6 11 tahun) Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.

5.

Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun) Anak mulai dihadapkan pada harapan harapan kelompoknya dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya.

6.

Intimacy vs Isolation ( dewasa awal ) Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.

7.

Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah ) Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

8.

Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )

Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam. D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL) 1. Pra-konvensional Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda. 2. Konvensional Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis. 3. Purna Kkonvensional Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain. E. HUROLCK (PERKEMBANGAN EMOSI) Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan

IV.Pemantauan Perkembangan Denver II


1. Pengertian

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.Waktu yang dibutuhkan antara 15 20 menit.
2. Tujuan

Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut : a. Mendeteksi dini perekembangan anak.

b. Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 6 tahun)

c.

Salah satu antisipasi bagi orang tua

d. Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan e.


3.

Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak

Aspek Perkembangan yang dinilai

Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai berikut : a. Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. c. Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. d. Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
4. Pelaksanaan DDST II (Margaglio T, 1991)

Tahap Pengkajian a. Kaji pengetahuan keluarga/ anak mengenai DDST II

b. Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat social c.


5.

Tentukan/ kaji ulang usia kronologis anak

Cara pemerikasaan DDST II

a.

Buat garis lurus dari atas sampai bawah sesuai usia anak pada lembar DDST II

b. Uji semua item dengan cara : 1) Pertama pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis umur tanpa menyentuh batas usia

2) Kedua uji item yang berpotongan pada garis usia 3) Ketiga item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal
6. Tanda item penilaian

a.

O = F (Fail/gagal) Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik

b. M = R (Refusal/menolak) Anak menolak untuk uji coba. c. V = P (Pass/lewat) Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik. d. No = No Opportunity Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan, uji coba yang dilakukan orang tua.
7. Interpretasi dari nilai Denver II

a.

Advanced Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.

b. Normal Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur, lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih). c. Caution Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75100% (warna hijau). d. Delay Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Dr. Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika. http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anak-part-2/ http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurut-denver-ii-ddstii/ http://ridwanamirudin.wordpress.com
ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DDST
(DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
PENDAHULUAN Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena

itu perkembangan anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas, diantaranya bayi premature, berat lahir rendah, riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gamely, dll. DEFINISI Salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Test ini bukan test diagnostic atau test IQ. TUJUAN 1. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak. 2. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan. MANFAAT 1. Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak. 2. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin. 3. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan. DILAKUKAN 1. Tahap pertama : dilakukan pada usia 0 6 tahun. a. 3 6 bulan b. 9 12 bulan c. 18 24 bulan d. 3 tahun e. 4 tahun f. 5 tahun 2. Tahap kedua Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostic yang lengkap. ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ASPEK YANG DINILAI Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu : 1. Sektor personal social. Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. 2. Sektor gerakan motorik halus. Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil. 3. Sektor bahasa. Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4. Sektor gerakan motorik kasar. Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan

biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll. PERSIAPAN 1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan bersih. 2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras. 3. Formulir Denver. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24 bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus pada tugas perkembangan tersebut. 25% 50% 75% 90% Berjalan ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak sebelah kiri, contohnya R singakatan dari report, artinya tugas perkembangan tersebut dapat lulus berdasarkan laporan dari orang tua / pengasuh anak, tetapi apabila memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa dilakukan oleh anak. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor yang ada pada formulir. 4. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai. 5. Dekat dengan anak. 6. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ. 7. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test. ALAT 1. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm) 2. Kismis/manik-manik 3. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm 4. Kerincing dengan gagang yang kecil 5. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm 6. Bel/lonceng kecil 7. Bola tennis 8. Pensil merah 9. Boneka kecil dengan botol susu 10. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan 11. Kertas kosong PROSEDUR 1. Sapa orang tua / pengasuh anak dengan ramah. 2. Jelaskan maksud dan tujuan test DDST pada orang tua. 3. Buat komunikasi yang baik dengan anak.

4. Hitung umur anak dan buat garis umur. Instruksi umum : catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada formulir. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir. 5. Bila anak lahir prematur, koreksi factor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
R 1

ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------6. Tarik garis umur dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Formulir Denver dapat digunakan untuk beberapa kali, gunakan garis umur dengan warna yang berbeda. 7. Siapkan alat yang dapat dijangkau anak, beri anak beberapa mainan dari kit sesuai dengan apa yang ingin ditestkan. 8. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak disebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yang ditembus garis umur. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i (gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat lulus 3 tugas perkembangan. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i, lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak :gagal pada 3 tugas perkembangan. 9. Beri skor penilaian dan catat pada formulir DDST. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut. 2. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang mengahambat test. 3. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua. 4. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan. 5. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban. 6. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau abnormal. 7. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua. 8. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakan kemampuan atau perilaku pada waktu lain.

SKORING 1. Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya). ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik. 3. refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukan, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan). 4. By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R. INTEPRETASI PENILAIAN INDIVIDUAL 1. Lebih (advanced) Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut. Garis umur 2. Normal Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai normal. Garis umur Garis umur Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikategorokan sebagai normal. Garis umur Garis umur Garis umur P FR PF R ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------3. Caution / peringatanl Bila seorang anak gagal (F) atau menolak tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75 dan 90. Garis umur Garis umur Garis umur Garis umur 4. Delay / keterlambatan Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur. Garis umur Garis umur 5. No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada

kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan. Garis umur Garis umur LANGKAH MENGAMBIL KESIMPULAN 1. Normal Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya. 2. Suspect / di duga Bila didapatkan 2 caution dan / atau 1 keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan. 3. Untestable / tidak dapat diuji Bila ada skor menolak pada 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 7590%. Lakukan uji ulang dalam 1 2 minggu TINDAK LANJUT Skrining perkembangan Suspek/curiga ada gangguan Normal Evaluasi untuk diagnostic (development assesment) Monitoring perkembangan secara rutin Normal Masalah perkembangan Intervensi dini Monitoring perkembangan secara rutin ISY ROYHANATY / ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA / DDST
http://isyroyhanaty.files.wordpress.com/2010/08/ddst-ii.pdf

You might also like